MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasitologi I
Program Studi Analis Kesehatan
Disusun Oleh :
ENI ENDRIANI
NPM. 18.308.018
MAUDIVA
NPM. 18.308.004
RATNA JUWITA
NPM. 18.308.034
SRI MULYANI
NPM. 18.308.034
POLITEKNIK
PIKSI GANESHA BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
I
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
NEMATODA FILARIA
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Dapat memahami taksonomi dari Nematoda filaria.
2. Dapat memahami sebaran dari Nematoda filaria.
3. Dapat mengetahui morfologi Nematoda filaria.
4. Dapat mengetahui siklus hidup dari Nematoda filaria.
5. Dapat memahami gejala klinis pasien yang terkena penyakit akibat Nematoda
filaria.
6. Dapat mengetahui bagaimana cara pemeriksaan pasien yang terkena penyakit
akibat Nematoda filaria.
PARASITOLOGI I 2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
3
Nematoda filaria
b. Fillum : Nematoda
c. Kelas : Secernentea
d. Ordo : Spirurida
e. Famili : Onchocercidae
f. Genus : Brugia
g. Spesies : Brugia malayi
PARASITOLOGI I 4
Nematoda filaria
mencapai 250 juta orang. Di Asia, filaria endemik terjadi di Indonesia, Myanmar,
India, dan Sri Lanka.
Di bawah ini akan dijelaskan sebaran filariasis di Indonesia dalam sebuah
tabel :
Spesies filaria Daerah sebaran Vektor penular Hospes definitif
An.farauti
An.koliensis
An.subpictus
An.punctulatus
Wuchereria Pedesaan (rural)
Cx.annulirostris Manusia
bancrofti
Culex spp.
Aedes spp.
Mansonia spp.
Perkotaan (urban) Culex fatigans
An.barbirostris
Mansonia spp. Manusia
Brugia malayi Pedesaan Mn.uniformis
Mn.bonneae Manusia,
kucing, kera,
Mn.dives mamalia
Brugia timori Pedesaan An.barbirostris Manusia
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi
orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke derah endemis lebih rentan
terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita daripada penduduk asli. Pada
umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak
kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata
pada laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat.
Tipe B.malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk
manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan
kera terutama jenis Presbytis, meskipun hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
PARASITOLOGI I 5
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 6
Nematoda filaria
Gambar 2.1. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti pada sediaan darah tebal dengan
pewarnaan giemsa
(sumber : www.cdc.gov)
PARASITOLOGI I 7
Nematoda filaria
Gambar 2.2. Cacing dewasa Wuchereria bancrofti. Kiri : jantan, kanan : betina.
(sumber : www.cdc.gov)
PARASITOLOGI I 8
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 9
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 10
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 11
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 12
Nematoda filaria
2. Lymph Scrotum
Lymph Scrotum adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum,
kadang-kadang pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah
dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian. Ditemukan juga
lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi
pakaian sehingga beresiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan
PARASITOLOGI I 13
Nematoda filaria
jamur, serangan akut berulang dan dapat berkembang menjadi limfeda skrotum.
Ukuran skrotum kadang-kadang normal kadang-kadang sangat besar.
3. Killuria
Killuria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di
ginjal (pelvis renal) oleh cacing filaria dewasa spesies W.bacrofti sehingga
cairan limfe dan darah masuk ke dalam saluran kemih. Gejala yang timbul
adalah sebagai berikut
a. Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak,
dan kadang-kadang di sertai haematuria (kencing berdarah)
b. Sukar kencing
c. Kelelahan tubuh
d. Kehilangan berat badan
4. Hydrocele
Hydrocele adalah pelebaran kantung buah zakar karena tertumpuknya cairan
limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hydrocele dapat terjadi pada satu atau
dua kantung buah zakar dengan gambaran klinis dan epidemiologis sebagai
berikut :
a. Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat besar
sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi
b. Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus
c. Kadang-kadang akumulasi cairan limfe di sertai dengan komplikasi yaitu
komplikasi dengan Chyle (Chylocele), darah (Haematocele) atau nanah
(Pyocele). Uji transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan
hidrokel dengan komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi. Uji
transiluminasi ini dapat dikerjakan oleh dokter puskesmas yang telah
dilatih.
PARASITOLOGI I 14
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 15
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 16
Nematoda filaria
1. Sediaan darah kapiler diletakkan berjajar di tempat yang datar (meja, lantai,
papan, atau bak pewarnaan).
2. Sebelum diwarnai, sediaan darah kapiler dihemolisis dengan air selama
beberapa menit sampai warna merah hilang. Kemudian difiksasi
menggunakan methanol absolute selama 1-2 menit.
3. Spesies darah kapiler tersebut diwarnai dengan cara ditetesi larutan giemsa
sampai semua permukaan sediaan tergenang larutan Giemsa (kurang lebih
20 tetes) dan didiamkan selama 30 menit.
4. Kemudian sediaan darah kapiler dibilas dengan air bersih dan keringkan
dalam suhu kamar.
f. Pemeriksaan Mikroskopis
Sediaan darah kapiler yang telah diwarnai diperiksa secara mikroskopis dengan
pembesaran 100x menggunakan oil imersi.
PARASITOLOGI I 17
Nematoda filaria
PARASITOLOGI I 18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, dan Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening
dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan
kelenjar getah bening. Filariasis telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia sejak lama dan WHO telah menetapkan penyakit ini sebagai penyakit
yang terabaikan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia.
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi
penularan, diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama
karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan
demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untuk
penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan filariasis.
19
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU ILMIAH
1. Irianto, Koes. 2010. Ensiklopedi Parasitologi. Seri 4. Bandung. Epsilon
Group.
2. Soedarto. 2010. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta. Sagung Seto.
3. Irianto, Koes. 2010. Ensiklopedi Parasitologi. Seri 6. Bandung. Epsilon
Group.
4. Masrizal. 2013. Penyakit Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7, 33-
37.
5. Utami, Novi. 2018. Identifikasi Mikrofilaria pada Penduduk di Kepulauan
Doang-Doangan Caddi Kabupaten Pangkep. Jurnal Media Analis
Kesehatan, 1, 16-18.
B. WEB SITE
1. https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.ht
ml
2. https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_b_malayi.html
3. https://www.cdc.gov/dpdx/lymphaticFilariasis/index.html
4. https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
5. https://medlab.id/brugia-malayi/
6. http://www.atlm-edu.id/2017/01/pengecatan-preparat-apusan-dengan-
giemsa.html
7. https://www.infolabmed.com/2017/03/cara-pemeriksaan-darah-apus-tipis-
dan.html