“FILARIASIS”
OLEH :
2. ELZA (1401082)
S1 VI C
1|MALARIA
PROGRAM STUDI SI FARMASI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
disusun untuk melengkapi tugas Farmakoterapi II. Ucapan terima kasih kepada
Ibu Septi Muharni, M. Farm, Apt selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para mahasiswa dan
2|MALARIA
Pekanbaru, 4 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................... 1
3|MALARIA
DAFTAR ISI ............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
4|MALARIA
BAB I
PENDAHULUAN
Filariasis adalah menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh larva cacing
Filaria (Wuchereria Brancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori) yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk, baik nyamuk jenis culex, aedes, anopheles, dan jenis nyamuk
lainnya. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari orang yang mengandung
larva cacing (mikrofilaria) dari salah satu cacing filaria di atas kepada orang yang sehat
(tidak mengandung) mikrofilaria.
Orang yang terinfeksi mikrofilaria akibat adanya larva caing ini di dalam tubuhnya, tidak
selalu menimbukan gejala. Gejala yang timbul biasanya diakibatkan oleh larva cacing
yang merusak kelenjar getah bening sehingga mengakibatkan tersumbatnya aliran
pembuluh limfa. Gejala yang timbul biasanya berupa pembengkakan (edema) di daerah
tertentu (pada aliran pembuluh limfa di dalam tubuh manusia). Gejala ini dapat berupa
pembesaran tungkai/kaki (kaki gajah) atau lengan dan pembesaran skrotum/vagina yang
pembengkakan(edema)nya bersifat permanen.
Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan jarang menimbulkan kematian pada
penderitanya. Namun, bila penderita tidak mendapatkan pengobatan, penyakit ini dapat
menimbulkan cacat menetap pada bagian yang mengalami pembengkakan (seperti: kaki,
lengan dan alat kelamin) baik pada penderita laki-laki maupun perempuan.
Penyakit filariasis timbul atau ditemukan di negara-negara tropis dimana jenis cacing
tersebut di atas pernah ditemukan. Cacing jenis W. Brancrofti ditemukan di Amerika Latin
(Suriname, Guyana, Haiti dan Costarica), Afrika, Asia dan Pulau-pulau pasifik. Cacing
jenis B. Malayi ditemukan di Malaysia, Filipina dan Thailand dan cacing jenis B. Timori
ditemukan di Indonesia (Pulau Alor, Flores dan Rote).(FKUI, 2008)
Saat ini, diperkirakan larva cacing tersebut telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang di
seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%) terdapat di regional Asia
Tenggara. (WHO, 2009). Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap
filariasis dan salah satu diantaranya adalah Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah yang luas
namun memiliki masalah filariasis yang kompleks. Di Indonesia, ke tiga jenis cacing filaria
(W. Brancrofti, B malayi dan B timori) dapat ditemukan. (WHO, 2009)
Dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sampai tahun 2009 dari 495
kabupaten/kota, telah dipetakan 356 kabupaten/ kota endemis dan 139 kabupaten/kota
tidak endemis filariasis.
1.2 Untuk itu, perlu dilaksanakan analisis epidemiologi deskriptif terhadap distribusi
pemetaan wilayah (mapping) daerah endemik, jumlah kasus filariasis yang
Rumusan Masalah
5|MALARIA
3. Apa saja etiologi filariasis ?
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
6|MALARIA
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis
adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan
akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga spesies filaria
malayi, dan Brugia timori (Elmer R. Noble & Glenn A. Noble, 1989). Parasit
larva, dan siklus hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa disebut
7|MALARIA
A B C
Gambar 1. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti (A), Brugia malayi (B), dan Brugia
timori (C).
panjang ±40mm (Juni Prianto L.A. dkk., 1999). Di ujung daerah kepala
membesar, mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir (Oral stylet) seperti
terlihat pada Gambar 2. Sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia timori,
cacing betina dewasa panjangnya 39mm (Juni Prianto L.A. dkk., 1999).
dibandingkan siang hari. Pada malam hari mikrofilaria dapat ditemukan beredar di
dalam sistem pembuluh darah tepi. Hal ini terjadi karena mikrofilaria memiliki
granula-granula flouresen yang peka terhadap sinar matahari. Bila terdapat sinar
Ketika tidak ada sinar matahari, mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam sistem
pembuluh darah tepi. Mikrofilaria ini muncul di peredaran darah pada waktu 6
8|MALARIA
bulan sampai 1 tahun setelah terjadinya infeksi dan dapat bertahan hidup hingga 5
– 10 tahun.
Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia yang
mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada
dapat menjadi hospes bagi cacing filaria, misalnya Brugia malayi yang dapat
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada
jenis cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri. Wuchereria bancrofti yang
bancrofti yang ada di daerah pedesaan dapat ditularkan oleh berbagai macam
9|MALARIA
spesies nyamuk. Di Irian Jaya, Wuchereria bancrofti terutama ditularkan oleh
Anopheles farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat
Anopheles subpictus. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan
bonneae, dan Mansonia dives yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera,
daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori
2.2. Epidemiologi
Saat ini, diperkirakan larva cacing tersebut telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang di
seluruh dunia, dimana 60 juta orang diantaranya (64%) terdapat di regional Asia
Tenggara. (WHO, 2009). Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap
filariasis dan salah satu diantaranya adalah Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
amper di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah yang luas
10 | M A L A R I A
Filariasis dilaporkan pertama kali di Indonesia oleh Haga dan Van Eecke pada tahun
1889. Dari ketiga jenis cacing amperl penyebab filariasis, Brugia malayi mempunyai
penyebaran paling luas di Indonesia. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur
yaitu di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara
Timur. Sedangkan Wuchereria bancrofti terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua.
Sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 di Indonesia kasus kronis filariasis dilaporkan ada
11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota (grafik 1). Peningkatan jumlah kasus
yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun ini disebabkan bertambahnya jumlah kasus baru
ataupun kasus lama yang baru dilaporkan. Berdasarkan hasil laporan kasus klinis kronis
sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota
Filariasis menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World
Health Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia dimulai
dimulai pada tahun 2002. Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar
yang akan dilaksanakan yaitu: 1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat
amper pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan 2).Mencegah dan
11 | M A L A R I A
Di Sulawesi Selatan penyakit ini tersebar cukup luas dengan rentang usia yang cukup
variatif, baik laki-laki maupun perempuan.Penularannya yang cepat selain cacat menetap
· Di perkotaan yang padat penduduk seperti Jakarta, bekasi, tangerang semarang dan
pekalongan.
A. Determinan Filariasis
. 1. Penyebaran
dibanyak tempat di Afrika dan Asia. Infeksi wucheriria bancrofti endemis diantara
12 | M A L A R I A
garis 41° lintang utara dan 30° lintang selatan, terutama Afrika, Kepulauan
Pasifik, Asia Tenggara, Korea Utara, India Barat, Amerika Tengah dan Dataran
Pantai Timur Amerika Selatan. Infeksi Brugia Malayi jauh lebih terbatas
Selatan, Jepang, Malaysia, Indonesia, Brunei, Papua Nugini dan Filipina. Kini
parasit tersebut sudah menghilang dari Srilanka. Infeksi Brugia Timori hanya
periodesitas nokturna dan ditularkan oleh genus anopheles, culex, dan aedes.
13 | M A L A R I A
(4) Brugia malayi ditemukan di rawa, bersifat subperiodik nokturna dan
(5) Brugia malayi ditemukan di daerah hutan bersifat non periodik, microfilaria
ditemukan di daerah tepi baik siang maupun malam hari, ditularkan oleh nyamuk
mansonia.
(6) Brugia timori yang bersifat periodik nokturna di daerah Nusa Tenggara
Timur, Maluku Tenggara, dan mungkin juga didaerah lain, ditularkan oleh
2. Agen
filasodea yang berbentuk seperti benang, hidup berbelit satu sama lain dalam
0,24 sampai 0,30 mm. Cacing wucheriria bancrofti dewasa tinggal dalam darah
kepembuluh darah dan kelenjar limfe tempat mereka tumbuh sampai dewasa
14 | M A L A R I A
atau terbawa aliran limfe kedalam aliran darah. (Herdiman T. Pohan, 2002, dalam
hasiri 2005 )
dalam yang dapat dilihat mikroskop fase kontras. Penelitian baru dengan
dironggga kepala berbagai spesies microfilaria dan faring berbentuk benang yang
ukuran yang lebih kecil. Cacing brugia malayi betina berukuran 43–55mm dengan
dapat dibedakan dari wucheriria bancrofti karena lebih kecil dan papil kaudal
yang kurang menonjol. Cacing ini hidup dalam kelenjar dan saluran limfe,
bancrofti. Dalam tubuh nyamuk tumbuh menjadi larva infektif dalam waktu 6 –
12 hari.
15 | M A L A R I A
b Ekornya mempunyai inti tambahan yang ukurannya lebih kecil daripada
bersifat nokturnal.
3. Host
Cacing amperl ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia yang
mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki-
laki lebih dmudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat infeksi
(exposure). Hospes amperl adalah hewan yang dapat menjadi hospes bagi cacing amperl,
misalnya Brugia malayi yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda, dan sapi (3).
d. Lingkungan
Endemisitas penyakit filariasis tersebar luas didaerah dataran rendah dan daerah
16 | M A L A R I A
seperti air limbah diperkotaan, air payau di daerah pantai, daerah rawa, daerah
hospes defenitif, nyamuk yang merupakan hospes perantara, kera dan kucing
penduduk, perilaku penduduk, adat istiadat, tingkah laku, budaya suatu daerah,
2.3. Etiologi
17 | M A L A R I A
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut
menggit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikro filaria yang
terdapat ditubuh penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofiaria tersebut
masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding
Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu
kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang yang yang disebut larva stadiun II. Pada hari kesepuluh dan seterusnya larva
berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah
larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi
mula – mula ke rongga perut (Abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk
nyamuk.
Apabila nyamuk mikrofilaria ini menggigit manuisa maka mikrofilaria yang sudah
berbentuk larva infektif (Larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh
keluar dari pembuluh darah dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe
larva mengalamidua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi dewasa yang sering
disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa
bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi
18 | M A L A R I A
berwarna putih susu. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100mm
dan ekornya lurus berujung tumpul. Untuk makro filaria yang jantan memiliki panjang
kurang lebih 40mm dan ekor melingkar.Sedangkan mikrofilaria memilki panjang kurang
labih 250 mikron, bersarung pucat. Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di
saluran limfe. Tetapi pada malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan
pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat- alat dalam seperti paru- paru, jantung,
dan hati.
Masa Inkubasi :
ü Pada manusia antara 3-15 bulan sedangkan pada hewan bervariasi sampai beberapa
bulan.
ü Masa inkubasi mungkin sesingkat 2 bulan. Periode pra paten (dari saat infeksi sampai
mengandung mikrofilaria) baik yang sudah dengan gejala klinik maupun yang
belum kepada orang lain melalui gigitan nyamuk penularnya. Dibeberapa daerah
penyakit ini dapat juga ditularkan dari binatang kebinatang, binatang kemanusia,
19 | M A L A R I A
Siklus penularan penyakit filariasis terdiri atas dua tahap:
beberapa mikrofilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk ke dalam lambung
nyamuk.
20 | M A L A R I A
(3) Didalam jaringan otot toraks, larva stadium I (L1) berkembang
menjadi larva stadium II (L2) dan selanjutnya berkembang menjadi larva stadium
untuk wucheriria bancrofti antara 10 – 14 hari, brugia malayi dan brugia timori 7-
10.
(5) Mikrofilaria stadium III bergerak menuju proboscis nyamuk dan akan
(6) Mikrofilaria didalam tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan bentuk dan
yang beredar didalam darah secara periodik. Seekor cacing betina dewasa akan
mikrofilaria untuk wucheriria bancrofti selama 9 bulan dan brgia malayi dan
2.6. Patofisiologi
21 | M A L A R I A
Siklus hidup mikrofilaria terjadi dalam dua tahap yaitu dalam tubuh
Keterangan :
stadium tiga (L-3) melalui kulit manusia dan penetrasi melalui luka
22 | M A L A R I A
❸. Nyamuk mengingesti microfilaria selama mengisap darah ❹.
23 | M A L A R I A
Filariasis terutama disebabkan karena adanya cacing dewasa yang hidup dalam
pembuluh getah bening. Cacing tersebut akan merusak pembuluh getah bening
yang mengakibatkan cairan getah bening tidak dapat tersalurkan dengan baik
sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan lengan. Cacing dewasa
mampu bertahan hidup selama 5 –7 tahun di dalam kelenjar getah bening.
24 | M A L A R I A
Pada dasarnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh wucheriria
bancrofti, brugia malayi dan brugia timori adalah sama, hanya saja pada stadium
dini gejala akut tampak lebih jelas pada brugia malayi dan brugia timori serta
dan alat kelamin. Secara rinci gejala klinis wucheriria bancrofti dan brugia malayi
25 | M A L A R I A
(1) Stadium dini
tidak nyata.
(b) Gejala akut yang berupa demam tinggi dapat ditemukan bila terjadi
(a) Hidrokel
Pembesaran skrotum yang berisi cairan limfe. Paling sering ditemukan didaerah
bancrofti.
(b) Kiluria
Kencing seperti susu dengan atau tanpa darah, juga ditemukan di daerah
(c) Limfedema/elephantiasis
besar dan mengenai seluruh kaki atau lengan, skrotum, vagina, dan payudara.
Keadaan ini dapat diperburuk karena adanya infeksi oleh bakteri atau jamur
sehingga dapat terjadi benjolan pada kulit dengan gambaran seperti lumut.
Reaksi radang akut lebih sering terjadi dan sifatnya berat sehinggga aktifitas
sehari-hari terganggu.
26 | M A L A R I A
(a) Peradangan kelenjar dan saluran limfe (limfadinits dan limfangitis)
sering terjadi didaerah lipat paha dan ketiak, tetapi dapat juga terjadi di tempat
lain. Limfangitis pada filariasis dapat bersifat retrograde, yaitu mulai dari kelenjar
(b) Peradangan sering berlanjut menjadi abses yang dapat pecah dan
mengeluarkan cairan jernih (limfe) atau nanah dan darah, kemudian sembuh
meninggalkan jaringan parut. Hal ini sering ditemukan di daerah brugia malayi
(c) Peradangan ini sering disertai demam tinggi, sakit kepala dan lemah
saluran kelenjar limfe yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
27 | M A L A R I A
3. Pembesaran tungkai, buah dada, dan buah zakar yang terlihat agak
kronis berupa pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada,
2.8. Diagnosis
Praktis Gold Standard untuk sebagian besar penyakit akibat infeksi parasit ialah
menemukan parasit tersebut baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Dalam kasus
filariasis, parasit berupa cacing dewasa hampir tidak mungkin ditemukan secara utuh
karena terletak di dalam pembuluh limfe yang dalam dan berkelok-kelok. Karenanya
Selain di darah tepi, mikrofilaria dapat pula ditemukan di cairan hidrokel, atau kadang-
kadang di cairan tubuh lainnya. Cairan ini dapat diperiksa secara mikroskopis secara
langsung atau disaring dulu konsentrasi parasit sudah mampu melewati filter pori silindris
polikarbonat (ukuran pori sekitar 3 µm). Bisa juga cairan disentrifugasi dengan 2%
formalin (teknik Knott) baru kemudian dapat dideteksi parasit mikrofilaria secara spesifik
dan sensitif.
Yang tak boleh lupa ketika mengamati parasit ini, sediaan mesti diambil menurut
perkiraan periodisitas sesuai spesies dan hospesnya. Biasanya untuk W.bancrofti sediaan
diambil dari darah ketika malam hari, atau lazim dikenal sediaan darah malam. Meski
demikian, tak jarang pula orang yang diperkirakan memiliki diagnosis filariasis ternyata
28 | M A L A R I A
tidak ditemukan mikrofilaria satu pun di darah tepinya. Kemungkinan hal ini akibat
pengambilan sediaan darah yang kurang tepat atau memang stadium parasit sudah selesai
Untuk diagnosis yang praktis dan cepat, sampai saat ini di samping sediaan darah malam
ialah menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay.
Kedua pemeriksaan praktis ini mampu mendeteksi antigen dari mikrofilaria dan atau
cacing dewasa dari darah tepi sehingga memiliki spesifisitas mendekati 100% dan
sensitivitas antara 96 hingga 100%. Sayangnya, tes cepat ini hanya tersedia untuk spesies
W.bancrofti, sementara belum ada tes yang adekuat untuk mikrofilaria Brugia.
Jika pasien sudah terdeteksi diduga kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan
USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa di tali sperma pria
atau di kelenjar mammae wanita. Hampir 80% penderita filariasis limfatik pria
mengalami pergerakan cacing dewasa di tali spermanya. Fenomena ini sering dikenal
dengan filaria dance sign. Di luar metode di atas, terdapat pula teknik-teknik lain yang
lebih spesifik namun biasanya hanya digunakan untuk penelitian, yakni PCR, deteksi
serum IgE dan eosinofil, serta penggunaan limfoscintigrafi untuk mendeteksi pelebaran
dan liku-liku pembuluh limfe.Ketika episode akut, filariasis limfatik mesti dibedakan dari
sebaliknya, pada episode kronis dari limfedema filarial mesti dibedakan dari keganasan,
luka akibat operasi, trauma, status edema kronis, serta abnormalitas sistem limfe
kongenital.
29 | M A L A R I A
Diagnosis Klinik
dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis
adalah gejala dan pengalaman limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala
menahun.
Diagnosis Parasitologik
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat
dilakukan slang hari, 30 menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari mikrofilaria
secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria. Pada keadaan amikrofilaremia
seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit,
ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik,
antibodi monokional terhadap O.gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan
Diagnosis Epidemiologik
30 | M A L A R I A
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menentukan microfilarial rate (mf
rate), Acute Disease Rate (ADR) dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan memeriksa
sedikitnya 10% dari jumlah penduduk. Pendekatan praktis untuk menentukan daerah
satu penderita elefantiasis di antara 1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif
jika belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang
bersifat makro dan mikrofilarisidal merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan
filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen positif, atau deteksi USG positif cacing
dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga mampu
Pada kasus yang masih bersifat subklinis (hematuria, proteinuria, serta abnormalitas
dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yakni
ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat
khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan
menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu
hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan
dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa
31 | M A L A R I A
dikurangi hingga menjadi sangat minim.
Penggunaan DEC selama 12 hari dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan
dengan dosis tunggal 6 mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit-
parasit yang ada di tubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi
efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga
muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar
di dalam darah serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang
dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang sudah mati. Reaksi hipersensitivitas juga bisa
Wolbachia, seperti yang disebutkan di atas. Selain DEC, ivermectin juga memiliki efek
Yang penting selain pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada
masyarakat sekitar untuk memberantas nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti
pemberantasan demam berdarah. Selain itu, di beberapa tempat perlu juga dilakukan
pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan ke dalam garam dapur khusus untuk
Indonesia.
32 | M A L A R I A
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah
membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat
a. Pengobatan Masal
dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat Diethyl
5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam atau pusing
Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke atas, yang
ditunda selain usia ≤ 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita
penyakit berat.
b. Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang tinggal
serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria <
1% (non endemis).
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai
33 | M A L A R I A
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang
bengkak.
masih merupakan terapi anti-filarial yang digunakan secara luas. 3,12,15,24 WHO
dosis yang sama selama 12 hari, didapatkan kadar mikrofilaria yang sama pada
ke-2 grup setelah terapi 12 bulan, meskipun pada bulan 1, 3 dan 6 kadar
digunakan dosis tunggal 6mg/kgBB yang diberikan setiap tahun selama 4-6 tahun
Ivermectin
34 | M A L A R I A
filariasis bancrofti di sejumlah negara.3 Obat ini membunuh 96% mikrofilaremia
mikrofilaria dalam darah tepi untuk waktu 6-24 bulan. Dengan dosis tunggal 200
Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selama bertahun-tahun dan
baru baru ini di coba digunakan sebagai anti-filaria.3 Dosis tunggal albendazol
menghancurkan mikrofilaria.26
penyakit.8,16,26
35 | M A L A R I A
evaluasi dengan melakukan tes mikrofilaria 6-12 bulan setelah terapi.1
Stadium akut
Selama serangan akut pemberian DEC tidak di anjurkan, karena diduga akan
Stadium kronik
Obat anti-filaria jarang digunakan untuk keadaan kronik tetapi diberikan jika
36 | M A L A R I A
tambahan. Obat ini mengikat protein yang telah terakumulasi sehingga
Tindakan bedah pada limfedema bersifat paliatif, indikasi tindakan bedah adalah
jika tidak terdapat perbaikan dengan terapi konservatif, limfedema sangat besar
tidak memberikan hasil yang memuaskan.15 Yang termasuk dalam prosedur ini
dasar seperti kebersihan, dan tindakan bedah.16 Indikasi operasi pada pasien
37 | M A L A R I A
keluarga.Prosedur yang digunakan adalah dengan melakukan eksisi tunika
untuk hidrokel besar dan prosedur Lord untuk hidrokel kecil dimana dilakukan
Penatalaksanaan kiluria adalah istirahat, diet tinggi protein rendah lemak, minum
banyak (paling sedikit 2 gelas/jam selama BAK masih seperti susu). Tindakan
DEC adalah obat pilihan untuk TPE. Gejala pernapasan membaik secara cepat
Tahun 1997, the World Health Assembly (WHA) mengajak anggota WHO untuk
38 | M A L A R I A
GPELF dan merekomendasikan semua penduduk yang tinggal didaerah beresiko
untuk di obati satu kali dalam satu tahun dengan dua kombinasi obat dan
dengan cara menghindari terkenanya gigitan nyamuk. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memakai kelambu dan menggunakan repellent, tetapi hal ini tidak
BAB III
PENUTUP
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
DAFTAR PUSTAKA
39 | M A L A R I A
Luthfiyah, Nur. 2012. (online). (http://www.scribd.com/doc/9 6261863 /Epi
40 | M A L A R I A