Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI GIARDIA LAMBLIA

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi parasit usus terutama yang disebabkan oleh protozoa


masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang, seperti
Indonesia. Walaupun telah dilakukan pemberantasan sejak lama dengan
pengobatan dan lain-lain, prevalensi penyakit ini masih cukup tinggi karena
rantai penularan oleh sumber infeksi terus terjadi. (Enggarfitri L,). Orang-
orang yang berperan dalam penularan adalah mereka yang dalam tinjanya
mengandung kista meskipun < 90% dari mereka sehat. (Wolfe, MS. 1992)

Yang termasuk ke dalam protozoa intestinal patogen di antaranya adalah


Giardia lamblia dan E. histolitika. Protozoa intestinal yang tersering bagi
manusia adalah Giardia lamblia. Giardiasis merupakan salah satu infeksi pada
saluran cerna yang disebabkan oleh protozoa patogen yaitu Giardia lamblia.
Jenis protozoa ini ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai macam
mamalia termasuk manusia.

Giardia lamblia menginfeksi manusia dengan menelan kista matang yang


terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung
terjadi antara individu yang terinfeksi dengan individu yang tidak terinfeksi
seperti melalui tangan ke mulut dan secara fecal-oral. Transmisi secara ano-
oral terjadi pada orang yang melakukan oral-anal seks baik pada homoseksual
maupun heteroseksual. (Isada C, 2003) Penularan secara tidak langsung
melalui air yang mengandung kista Giardia Lamblia akibat kontaminasi oleh
tinja manusia maupun hewan, makanan yang terkontaminasi akibat pengaruh
lingkungan dengan higiene rendah. Giardiasis juga dapat terjadi melalui
transmisi dari hewan ke manusia, seperti tikus, domba, sapi, anjing dan
burung yang terinfeksi oleh Giardia lamblia, serta wisatawan yang
mengunjungi beberapa area yang endemik atau area dengan higiene rendah.
(Gillespie S, 2001)
Kista matang yang tertelan oleh pejamu akan mengalami ekskistasi di
duodenum yang dicetuskan oleh adanya asam lambung lalu diikuti dengan
paparan sekresi kelenjar eksokrin pankreas. Dalam proses ekskistasi ini
sitoplasma akan membelah dan terbentuk 2 trofozoit. Saat trofozoit lepas dari
kista terjadi perlekatan ke dinding epitel usus dan terjadi multiplikasi.
G.lamblia hidup di duodenum dan di bagian proksimal yeyunum dan kadang-
kadang di saluran dan kandung empedu. Pergerakan flagel yang cepat
membuat trofozoit bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan dengan batil
isapnya melekatkan diri pada epitel usus.

2. DASAR TEORI
Giardia lamblia merupakan penyebab tersering infeksi protozoa pada
saluran cerna manusia dan paling banyak ditemukan di negara berkembang.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
prevalensi giardiasis secara umum berkisar 3,67% dan prevalensi giardiasisdi
Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 3,62% (Budiyani L. 2009, Herbowo
FA. 2003)
Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit dan kista.
Meskipun trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak dapat hidup
di luar tubuh manusia. Kista adalah bentuk infeksius G.lamblia yang resisten
terhadap berbagai macam gangguan di luar pejamu dan dapat bertahan hidup
selama sebulan di air atau di tanah.
Infeksi G.lamblia dapat bermanifestasi dalam 3 bentuk yaitu tanpa gejala,
diare akut swasirna dan diare kronik dengan atau tanpa disertai malabsorbsi.
6-10,14-19 Giardiasis pada anak gizi cukup akan sembuh dengan sendirinya
setelah 3-6 minggu, namun terdapat sebagian kasus yang mengalami diare
kronik. Ekskresi parasit dapat berlangsung selama beberapa bulan sehingga
kadangkadang dapat menyebabkan reinfeksi.
Manifestasi klinis yang disebabkan oleh giardiasis sangat bervariasi dan
dapat berbeda pada penderitanya, mulai dari asimtomatik, diare akut hingga
diare kronik, penurunan berat badan, steatore dan malabsorbsi. Manifestasi
klinis ini dipengaruhi berbagai faktor seperti jumlah kista yang tertelan,
lamanya infeksi, faktor hospes seperti status imun, status nutrisi, usia dan
parasitnya sendiri. (Homan WL, 2001)

B. ISI
A. Tujuan
1) Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi Giardia lamblia
pada sampel feses.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan hasil identifikasi Giardia lamblia
pada sampel feses.
3) Mahasiswa mampu memahami karakteristik Giardia lamblia pada
sampel feses.

B. Metode
Metode pemeriksaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pengamatan preparat secara langsung (direct preparat).

C. Prinsip
Penambahan larutan warna eosin 2% pada sampel feses yang
berfungsi sebagai larutan pengencer dan sebagai latar belakang
pengamatan mikroskop (berwarna merah).

D. Reaksi Pemeriksaan
Sampel feses + eosin 2%  berwarna merah

E. Alat Pemeriksaan
 Lidi (± 5 cm)
 Object Glass
 Cover Glass
 Pipet tetes
 Label
 Pulpen
 Mikroskop Binokuler
F. Reagen Pemeriksaan
 Larutan eosin 2%
 Larutan lugol

G. Prosedur Pemeriksaan
1. Digunakan semua APD dengan baik dan lengkap
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan
4. Dituliskan identitas pasien di kertas label, ditempatkan dibagian ujung
objek
5. Diteteskan larutan warna eosin 2% atau lugol (1 tetes) di atas objek
glass
6. Ditambahkan feses (1-2 mm3) dengan lidi lalu dihomogenkan dengan
lidi
7. Disingkirkan sisa makanan dan pasir yang mungkin ada
8. Ditutup dnegan cover glass dan diusahakan suapay merata dengan
menekan dan menggesek-gesekan cover glass tanpa ada gelembung
udara
9. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali ( lensa
objektif 10x dan okuler 10x)
10. Dilanjutkan pengamatan dengan pembesaran 400x (lensa objektif 40x
dengan okuler 10x) diamati unsur-unsur yang ada
11. Diamati ±20 lapang pandang besar
12. Setelah pengamatan selesai, mikroskop dibersihkan
13. Dibersihkan lensa objektif dengan lensa paper
14. Dilaporkan hasil pengamatan

H. Nilai Normal
 Negative (-) / tidak ditemukan

I. Hasil Pemeriksaan
Pasien
Nama : Ngakan Made Sujana
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hasil : negative ( tidak ditemukan Giardia lamblia)

Pada preparat awetan ditemukan Giardia lamblia dengan gambar sebagai


berikut :

Gambar : bentuk Giardia lambliayang ditemukan dalam preparat awetan.

J. Pembahasan

Gardia Lamblia ditemukan cosmopolitan dan penyebarannya dari


golongan umur yang diperiksa dan sinatasi lingkungan. Prevalensi yang
pernah ditemukan di Jakarta adalah 4,4 %. Prevalensi G.lamblia di Jakarta
anatar tahun 1983 hingga 1990 adalah 2,9 %. G. lamblia mempunyai 2
bentuk, yaitu tropozit dan kista. Bentuk tropozoit bilateral simetris seperti
buah jambu monyet dengan bagian anterior membulat dan posterior
meruncing. Parasite ini berukuran 10-20 mikron panjang dengan diameter
7-10 ikro. Bi bagian anterior terdapat sepasang inti berbentuk oval.
Dibagaian ventral anterior terdpat batil hisap berbentuk seperti cakram
cekung yang berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel epitel. Terdapat
dua batang yang agak melengkung melintang di posterior batil isap, yang
disebut benda parabasal. Tropozoit mempunyai delapan flagel, sehingga
bersifat motil. G. lamblia tidak mempunyai mitokondria, peroxisome,
hydrogenisomes, atau organel subseluler lain untuk metabolism energy.

Bentuk kista oval dan berukuran 8-12 mikron dan mempunyai


dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista yang
baru terbentuk mempunyai dua inti, sedangkan kista matang mempunyai
empat inti terletak di satu kutub. G.

lamblia hidup di rongga usus halus, yaitu duodenum dan proksimal


yeyunum, dan kadang-kadang saluran dan kandung empedu. Infeksi terjadi
setelah teringeti bentuk kista. Ekskistasi terjadi setelah kista secara
terpajan oleh HCl dan enzim pankreas saat melewti lambung dan usus
halus. Ekskistasi merupakan aktivasi kista berinti empat dorman untuk
mengerluarkan parasite motil yang membelah menjadi dua tropozoit.
Tropozoit motil tersebut menempel di permukaan sel epitel usus dengan
menggunakan batil isap. Setelah melekat pada sel epitel, organisme
tersebut akan berkembang biak dengan cara belah pasang longitudinal.

Sebagian tropozoit akan mengalami enkistasi saat menuju kolon.


Kondisi yang dapat menstimulasi proses ini tidak diketahui secara pasti
tetapi secara in vitro, enkistasi dapat diinduksi oleh pajanan terhadap
empedu dn peningkatan pH. Setelah enkistasi, parasite tersebut akan
keluar bersama tinja. Kista resisten terhadap penggunaan kimia ringan
seperti air berklorin dan pendidihan air serta tahan dalam air dingin hingga
berbulan-bulan. Kista dapat dimusnahkan dengan pembekuan atau
pengeringan.

Melekatnya G. lamblia pada sel epitel usus halus tidak


menimbulkan gejala. Bila ada, hanaya berupa iritasi ringan.
Perubahanhistopatologi pada mukosa dapat minimal atau berat hingga
menyebabkan atrofi vilus, kerusakan enterosit, dan hyperplasia kriptus,
seperti tampak pada sindrom malabsorbsi. Terdapat korelasi antara derajat
kerusakan vilus dengan malabsorbsi. Tekanan hisapan dari perlekatan
tropozoit menggunakan batil isap dapat merusak mikrovili dn mengganggu
proses absorbs makanan. Selain itu, multiplikasi tropozoit dengan belah
pasang longintidinal akan menghasilkan sawar antara sel epitel usus
dengan lumen usus yang mengganggu proses absorbs makanan dan
nutrient. Tropozoit tidak selalu penetrasi ke epitel tetapi dalam kondisi
tertentu, tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan
saluran kemih.

Setengah dari orang yang terinfeksi G. lamblia asimtomatik dan


sebagian besar dari mereka menjadi pembawa (carrier). Gejala yang sering
terjadi adalah diare berkepanjangan, dapat ringan dengan produksi tinja
semisolid atau dapat intensif dengan produksi tinja cair. Jika tidak diobati,
diare akan berlangsung hingga berbulan-bulan. Infeksi kronik dicirkan
dengan steatore karena gangguan absorbs lemak serta terdapat gangguan
absorbs karoten, folat, dan vitamin B12. Penyerapan bilirubin oleh
G.lamblia menghambat aktivitas lipase pankreatik. Kelainan fungsi usus
halus ini disebut sindrom melabsorpsi klasik dengan gejala penurunan
berat badan, kelelahan, kembung, dan feses berbau bususk. Selain itu,
sebagian orang dapat mengeluhkan ketidaknyamanan epigastric,
anoreksia, dan nyeri.

Diagnosis definitive terhadap G.lamblia ditegakkan melalui


pemeriksaan mikroskopik dengan menemukan bentuk tropozoit dalam
tinja encer dan cairan duodenum atau bentuk kista dalam tinja padat.
Bentuk tropozoit hanya dapat ditemukan dalam tinja segar. Dalam sediaan
basah dengan larutan iodin atau dalam sediaan yang dipulas dengan trikom
morfologi G.lamblia dapat dibedakan dengan jelas dari protozoa lain.

Infeksi G. lamblia lebih sering terjadi pada anak-anak


dibandingkan orang dewasa. Pada Negara berkembang, hamper 100 %
anak mengalami infeksi G. lamblia saat 2 tahun pertama kehidupan.
Pajanan terhadap parasite kemungkinan terjadi dalam interval yang sering,
sehingga sebagian orang melihat G. lambia sebagai flora normal pada
individu yang tinggal di Negara berkembang.

Gejala klinis pada anak serupa dengan yang dialami oleh orang
dewasa. Diare, anoreksia, dan penurunan berat badan merupakan gejala
yang sering ditemukan. Konsekuensi yang paling sering dilaporkan dan
berpotensi menjadi serius adalah insufisiensi nutrisi. Pada bayi dan anak,
insufiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk pada pertumbuhan dan
perkembangan. Bentuk utama gangguan nutrisi yang berhubungan dengan
G.lamblia adalah penurunan berat badan atau pada anak , ‘ failure to
thrive’, istilah yang menggambarkan pertumbuhan lebih lambat daripada
seharusnya. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk
mengejar pertumbuhannya dan menyelesaikan perkembangan pubertas.

Gejala klinis yang disebabkan oleh giardiasis sangat bervariasi dan


dapat berbeda di antara penderitanya. Hal ini tergantung berbagai faktor
seperti jumlah kista yang tertelan, lamanya infeksi, faktor hospes dan
parasitnya sendiri.

Giardiasis bisa muncul sebagai (1) infeksi asimptomatis; (2) diare


akut; (3) diare kronik. Selain diare, terdap juga simptom seperti steatore,
kram perut, perut kembung karena ada gas di dalamnya, kehilangan berat
badan, dan muntah. Tinja akan berwarna pucat, berminyak, atau berbau.
Giardiasis juga menyebabkan komplikasi yaitu, malnutrisi yang akan
menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada infant dan
anak usia muda.

Malabsorpsi zat besi juga terdapat pada infeksi simptomatis dan


alergi ditemukan pada infeksi giardiasis. Penyakit pankreas dan hati
terjadi pada orang dewasa yang terinfeksi Giardia sp. Walaupun sangat
jarang giardiasis juga dilaporkan berhubungan dengan arthritis, arteritis
retina dan iridosiklitis. Metode diagnostik yang standar untuk Giardiasis
adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan teknik SAFC untuk
mendeteksi kista dan trofozoit. Trofozoit juga dapat dijumpai dalam cairan
dari duodeno-jejunal junction dengan endoskopi atau dengan enterotest.
Deteksi antigen G.intestinalis dalam tinja segar dengan teknik IFAT dan
ELISA mempunyai sensitivitasa dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan
dengan pemeriksaan mikroskopik.

Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan


hygiene perorangan, keluarga, dan kelompok., dengan menghindari air
minum yang terkontaminasi. Sanitasi air minum untuk mencegah
terjadinya epidemi giardiasis dilakukan dengan metode coagulation-
sedimentation-filtration. Klorinasi air minum untuk mengeliminasi kista
memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi dan kontak yang lebih lama
pada biasanya. Proteksi individu dapat dilakukan dengan merebus air
sampai mendidih minimal 1 menit. Bila air tidak dapat direbus, dapat
diberikan 2-4 tetes kaporit untuk setiap liter air dan tunggu selama 60
menit sebelum diminum. Bila airnya dingin dibutuhkan waktu semalam
untuk membunuh kista G.intestinalis. Memanaskan makanan atau
makanan yang matang dapat mencegah infeksi kista G.intestinalis.

Pada pratikum ini menggunakan pewarna Eosin 2%, Lugol dan


NaCl. Zat-zat pewarna ini berfungsi untuk mewarnai sitoplasma dari
parasite yang akan diamati. Pada pemeriksaan ini pada preparat yang
dibuat di dalam pratikum ini tidak ditemukannya parasite G.lamblia. pada
pengamatan ini dilihat dari preparat awetan yang diamati terdapat parasite
G. lamblia yang sudah diawetkan dalam bentuk kista dan tropozoid.

Diagnosis giardiasis dapat ditegakkan dengan perjalanan penyakit.


Pasien giardiasis yang bergejala akan mengeluh diare baik akut maupun
kronik dan dapat diselingi oleh konstipasi. Tinja biasanya disertai dengan
mukus.7 Diagnosis giardiasis dapat ditegakkan bila ditemukan trofozoit
dalam tinja encer dan cairan duodenum serta bentuk kista dalam tinja
padat. Morfologi G.lamblia dapat dibedakan dengan jelas dari protozoa
lain dengan menggunakan sediaan basah dengan larutan iodin atau dalam
sediaan yang dipulas dengan trikrom. Tehnik konsentrasi dapat
meningkatkan penemuan kista. Sensitivitas metode ini berkisar 80-90%
jika tinja diperiksa 3 hari berturutturut. 16 Akurasi diagnostik dapat
ditingkatkan dengan pemeriksaan cairan duodenum baik dengan aspirasi
menggunakan selang duodenum atau menggunakan string test.7,14
Pemeriksaan serologik yang saat ini sering digunakan adalah pemeriksaan
IgM anti-Giardia. Pemeriksaan IgG anti-Giardia tidak dilakukan oleh
karena kadar IgG meningkat pada penduduk di daerah endemik.
Penggunaan teknik lain seperti counter immuno electrophoresis,
immunodiffusion dan enzymelinked immunosorbent analysis (ELISA)
tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin sampai saat ini.

Pengobatan giardiasis dapat menggunakan metronidazole 5-7,5


mg/kg berat badan 3 kali sehari selama 7 hari atau 30 mg/kg berat badan
dosis tunggal selama 3 hari, tinidazole 30-50 mg/kg dosis tunggal,
mepacrine 2 mg/kg berat badan 3 kali sehari selama 7 hari, furazolidone
1,25 mg/kg berat badan, 4 kali sehari selama 7 hari. 8-10,14,

Tata laksana Giardia lamblia

Pengobatan giardiasis dapat menggunakan metronidazole 5-7,5


mg/kg berat badan 3 kali sehari selama 7 hari atau 30 mg/kg berat badan
dosis tunggal selama 3 hari, tinidazole 30-50 mg/kg dosis tunggal,
mepacrine 2 mg/kg berat badan 3 kali sehari selama 7 hari, furazolidone
1,25 mg/kg berat badan, 4 kali sehari selama 7 hari. 8-10,14,19

K. INTERPRETASI HASIL
1) Positif(+) : Ditemukan adanya Giardia Lamblia pada sampel.
2) Negative(-) : Tidak Ditemukan Giardia pada sampel.

C. PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dengan identifikasi


Giardia Lamblia pada pasien atas nama Ngakan Made Sujana, usia 70 tahun,
jenis kelamin laki-laki didapatkan hasil tidak ditemukan Giardia Lamblia pada
sampel feses pasien, sedangkan pada preparat awetan ditemukan Giardia
Lamblia.
DAFTAR PUSTAKA

Enggarfitri L, Baskoro A, Santoso N. Protozoa usus patogen yang ditemukan pada


anak diare degan berbagai status gizi. Majalah Kedokteran UniBraw
996;12:14-19.

Wolfe, MS. Giardiasis. Clinical Microbiology Reviews 1992; 5(1): 93-100.

Isada C, Kasten B, Goldman M, Gray L, Judith A. Giardia lamblia. Infectious


Disease Handbook: Including Antimicrobial Therapy and Diagnostic Test.
Edisi ke-5. Ohio: Lexi – Comp’s; 2003. hlm. 148.

Gillespie S, Pearson R. Principles and practice of clinical parasitology. England:


Wiley; 2001. hlm. 225-6.

Homan WL, Mank TG. Genotype linked difference in clinically symptomatology.


International Journal for Parasitology, Netherlands: Elsevier; 2001. hlm.
822-6.

Budiyani L. Infeksi Giardia lamblia pada balita di Kecamatan Jatinegara:


Kaitannya
dengan status nutrisi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2009.

Herbowo FA. Diare akibat infeksi parasit. Sari Pediatri. 2003;4(4):198–203.

Korman SH, Deckelbaumn RJ. Enteric Parasites. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
penyunting. Pediatric Gastrointestinal Disease, pathophysiology,
diagnosis, management. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1993. h.
652-69.

Owen RL. Parasitic diseases. Dalam: Sleisenger M, Fordtran JS, penyunting.


Gastrointestinal Disease: Pathophysiology, diagnosis, management. Edisi
ke 4. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1989. h. 1153-91.

Grove DI. Parasitic intestinal infections. Dalam: Gracey M, Burke V, penyunting.


Pediatric Gastroenterology and Hepatology. Edisi ke 3. Boston: Blackwell
Scientific Publications; 1993. h. 318-31.

Farthing MJ. Parasitic infectious diarrhea. Dalam: Lebenthal E, penyunting.


Textbook of Gastroenterology and Nutrition in Infancy. edisi ke 2. New
York: Raven Press; 1989. h. 1135-52.

Hegar B, Sunoto. Giardiasis pada anak. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.


1996; 28:256-8
Chaira Sinta, 2009. Infeksi Cairan Tubuh dari Parasit. Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

Taylor DN, Connor BA, Shlim DR. Chronic diarrhea in the returned traveler. Med

Clin North Am. 1999; 83:1033-52.

Vanderhoof JA. Diarrhea.Dalam: Wyllie R, Hyams JS, penyunting. Pediatric

gastrointestinal disease, pathophysiology, diagnosis, management.


Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1993. h. 187-97.

Roy CC, Silverman A, Alagille D. Pediatric clinical gastroenterology, Edisi ke 4.

St. Louis: Mosby; 1995. h. 21686.

Wang AH. Acute diarrheal diseases. Dalam: Grandell JH, McQuaid KR,
Friedman

SL, penyunting. Current: diagnosis & treatment in gastroenterology. New


Jersey: Prentice-Hall International, INC; 1999. h. 113-26.

Korman SH, Deckelbaumn RJ. Enteric Parasites. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,

penyunting. Pediatric Gastrointestinal Disease, pathophysiology, diagnosis,


management. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1993. h. 652-69.

Owen RL. Parasitic diseases. Dalam: Sleisenger M, Fordtran JS, penyunting.

Gastrointestinal Disease: Pathophysiology, diagnosis, management. Edisi ke


4. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1989. h. 1153-91.

Farthing MJ. Parasitic and fungal infections of the digestive tract. Dalam:
Pediatric

Gastrointestinal Disease: Pathophysiology, diagnosis, management.


Philadelphia: B.C.Decker Inc; 1991. h. 546-56.

Grove DI. Parasitic intestinal infections. Dalam: Gracey M, Burke V, penyunting.

Pediatric Gastroenterology and Hepatology. Edisi ke 3. Boston: Blackwell


Scientific Publications; 1993. h. 318-31.
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Heri Setiyo Bekti.S.ST,M.Biomed I Nyoman Mastra SKM.Spd.M.Si

Dosen Pembimbing

I Nyoman Jirna. SKM. M.Si

NAMA MAHASISWA TANDA TANGAN


I Putu Adi Wirambawa
P07134018 057
Desak Putu Asri Andini
P07134018 067
Ni Putu Sinta wirawati
P07134018 070
Ida Ayu Trimayoni
P07134018 072
Ni Kadek Wina Andani
P07134018 081
Nadya Inderawaty
P07134018 089

Anda mungkin juga menyukai