A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. DASAR TEORI
Giardia lamblia merupakan penyebab tersering infeksi protozoa pada
saluran cerna manusia dan paling banyak ditemukan di negara berkembang.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
prevalensi giardiasis secara umum berkisar 3,67% dan prevalensi giardiasisdi
Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 3,62% (Budiyani L. 2009, Herbowo
FA. 2003)
Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit dan kista.
Meskipun trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak dapat hidup
di luar tubuh manusia. Kista adalah bentuk infeksius G.lamblia yang resisten
terhadap berbagai macam gangguan di luar pejamu dan dapat bertahan hidup
selama sebulan di air atau di tanah.
Infeksi G.lamblia dapat bermanifestasi dalam 3 bentuk yaitu tanpa gejala,
diare akut swasirna dan diare kronik dengan atau tanpa disertai malabsorbsi.
6-10,14-19 Giardiasis pada anak gizi cukup akan sembuh dengan sendirinya
setelah 3-6 minggu, namun terdapat sebagian kasus yang mengalami diare
kronik. Ekskresi parasit dapat berlangsung selama beberapa bulan sehingga
kadangkadang dapat menyebabkan reinfeksi.
Manifestasi klinis yang disebabkan oleh giardiasis sangat bervariasi dan
dapat berbeda pada penderitanya, mulai dari asimtomatik, diare akut hingga
diare kronik, penurunan berat badan, steatore dan malabsorbsi. Manifestasi
klinis ini dipengaruhi berbagai faktor seperti jumlah kista yang tertelan,
lamanya infeksi, faktor hospes seperti status imun, status nutrisi, usia dan
parasitnya sendiri. (Homan WL, 2001)
B. ISI
A. Tujuan
1) Mahasiswa mampu untuk melakukan identifikasi Giardia lamblia
pada sampel feses.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan hasil identifikasi Giardia lamblia
pada sampel feses.
3) Mahasiswa mampu memahami karakteristik Giardia lamblia pada
sampel feses.
B. Metode
Metode pemeriksaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pengamatan preparat secara langsung (direct preparat).
C. Prinsip
Penambahan larutan warna eosin 2% pada sampel feses yang
berfungsi sebagai larutan pengencer dan sebagai latar belakang
pengamatan mikroskop (berwarna merah).
D. Reaksi Pemeriksaan
Sampel feses + eosin 2% berwarna merah
E. Alat Pemeriksaan
Lidi (± 5 cm)
Object Glass
Cover Glass
Pipet tetes
Label
Pulpen
Mikroskop Binokuler
F. Reagen Pemeriksaan
Larutan eosin 2%
Larutan lugol
G. Prosedur Pemeriksaan
1. Digunakan semua APD dengan baik dan lengkap
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan
4. Dituliskan identitas pasien di kertas label, ditempatkan dibagian ujung
objek
5. Diteteskan larutan warna eosin 2% atau lugol (1 tetes) di atas objek
glass
6. Ditambahkan feses (1-2 mm3) dengan lidi lalu dihomogenkan dengan
lidi
7. Disingkirkan sisa makanan dan pasir yang mungkin ada
8. Ditutup dnegan cover glass dan diusahakan suapay merata dengan
menekan dan menggesek-gesekan cover glass tanpa ada gelembung
udara
9. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali ( lensa
objektif 10x dan okuler 10x)
10. Dilanjutkan pengamatan dengan pembesaran 400x (lensa objektif 40x
dengan okuler 10x) diamati unsur-unsur yang ada
11. Diamati ±20 lapang pandang besar
12. Setelah pengamatan selesai, mikroskop dibersihkan
13. Dibersihkan lensa objektif dengan lensa paper
14. Dilaporkan hasil pengamatan
H. Nilai Normal
Negative (-) / tidak ditemukan
I. Hasil Pemeriksaan
Pasien
Nama : Ngakan Made Sujana
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hasil : negative ( tidak ditemukan Giardia lamblia)
J. Pembahasan
Gejala klinis pada anak serupa dengan yang dialami oleh orang
dewasa. Diare, anoreksia, dan penurunan berat badan merupakan gejala
yang sering ditemukan. Konsekuensi yang paling sering dilaporkan dan
berpotensi menjadi serius adalah insufisiensi nutrisi. Pada bayi dan anak,
insufiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk pada pertumbuhan dan
perkembangan. Bentuk utama gangguan nutrisi yang berhubungan dengan
G.lamblia adalah penurunan berat badan atau pada anak , ‘ failure to
thrive’, istilah yang menggambarkan pertumbuhan lebih lambat daripada
seharusnya. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk
mengejar pertumbuhannya dan menyelesaikan perkembangan pubertas.
K. INTERPRETASI HASIL
1) Positif(+) : Ditemukan adanya Giardia Lamblia pada sampel.
2) Negative(-) : Tidak Ditemukan Giardia pada sampel.
C. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Korman SH, Deckelbaumn RJ. Enteric Parasites. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
penyunting. Pediatric Gastrointestinal Disease, pathophysiology,
diagnosis, management. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1993. h.
652-69.
Universitas Udayana.
Taylor DN, Connor BA, Shlim DR. Chronic diarrhea in the returned traveler. Med
Wang AH. Acute diarrheal diseases. Dalam: Grandell JH, McQuaid KR,
Friedman
Korman SH, Deckelbaumn RJ. Enteric Parasites. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
Farthing MJ. Parasitic and fungal infections of the digestive tract. Dalam:
Pediatric
Dosen Pembimbing