Disusun Oleh
Kelompok 2:
UNIVERSITAS FALETEHAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan keperawatan ini.
Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : Ibu Mulyati,
M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik atau pun
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Besar harapan
penulis, mudah- mudahan Makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan
kelompok pada khususnya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
A. Pengkajian ................................................................................................................ 7
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................. 9
C. Perencanaan ............................................................................................................ 10
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari filariasis
2. Mengetahui etiologi/penyebab dari Filariasis
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Filariasis
4. Dapat memahami patofisiologi dan Pathway dari Filariasis
5. Mengetahui Penatalaksanaan medis dari Filariasis
6. Mengetahui asuhan keperawatan Filariasis
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. (Witagama,
dedi.2009)
2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial: Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini
termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam
darah terutama malam hari. Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup dalam sistem limfe.
2
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengan
konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan
gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula
dengan limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi
menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yang
memerlukan waktu kira- kira 3-7 bulan. Hanya sebagian dari penduduk di daerah endemik yang
menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik
baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang biasanya
berkisar antara 8-16 bulan.
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan
pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan
terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
3
2.4 PATOFISIOLOGI
Parasit
Parasit Dewasa
Berkembang biak
4
2.5 PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan penunjang (Lab atau Radiologi)
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit dan penyebarannya melalui gigitan
nyamuk. Penyakit kaki gajah ini termasuk dalam gangguan yang langka untuk terjadi. Seseorang
yang mengidapnya dapat mengalami lengan dan kaki yang membengkak dan menjadi jauh lebih
besar dari yang seharusnya. Selain itu, pembengkakan pada organ seks dan payudara juga mungkin
terjadi. Filariasis termasuk salah satu penyakit yang lebih umum terjadi pada daerah tropis atau
subtropis, termasuk juga Indonesia. Seseorang dapat mengidap penyakit ini saat parasit filaria
masuk ke tubuh dengan nyamuk sebagai perantara. Cacing tersebut dapat bertahan hingga delapan
tahun di dalam tubuh. Jika tidak segera mendapat penanganan, pembengkakan hingga cacat
permanen dapat terjadi.
Maka dari itu, diagnosis dini perlu dilakukan untuk dapat penanganan segera. Meski begitu,
diagnosis yang dilakukan membutuhkan pemeriksaan penunjang karena sulit untuk menentukan
penyakit tersebut melalui gejala yang timbul. Berikut beberapa pemeriksaan penunjang terhadap
filariasis yang dapat dilakukan
1. Tes Darah
Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis
filariasis. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah apusan darah tepi. Metode ini akan
mengambil darah dari ujung jari seseorang di malam hari. Darah tersebut kemudian diberi pewarna
tertentu dan dilihat menggunakan mikroskop. Jika ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan
tersebut, barulah dapat dipastikan jika seseorang mengidap filariasis.
2. Tes Urine
Pemeriksaan penunjang lainnya yang umum dilakukan untuk memastikan jika seseorang
mengidap filariasis adalah tes urine. Cara ini dilakukan untuk memastikan adanya kiluria dengan
pemeriksaan sudan III, penambahan eter, serta pengukuran kadar trigliserida pada urine. Metode
ini juga dapat melihat apakah terdapat cacing filaria dari urin yang dihasilkan. Jika hasilnya cocok,
dokter akan langsung mengambil tindakan lanjutan untuk mengatasinya.
5
3. Ultrasonografi
Kamu juga mungkin mendapatkan ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang dari filariasis.
Cara ini dilakukan untuk menemukan cacing dewasa pada saluran limfatik di dalam tubuh. Jika
dari pemeriksaan tersebut terlihat banyak cacing penyebab filaria, maka tindakan penanganan
harus segera dilakukan. Cara ini dapat mencegah terjadinya cacat permanen berupa kaki yang
membesar secara tidak normal.
Setelah semua pemeriksaan penunjang dari penyakit filariasis dilakukan, dokter tidak ragu lagi
terhadap tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan. Cara penanganan yang paling efektif untuk
mengatasi penyakit tersebut adalah dengan membunuh semua cacing yang ada di dalam tubuh.
b. Terapi obat-obatan
Pengobatan Filariasis
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi bertambah
buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah parasit dalam tubuh,
pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin, albendazole, atau diethylcarbamazine.
Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan mati. Pembengkakan
kelenjar getah bening pun mereda dan aliran getah bening kembali lancar.
Jika pembengkakan tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat pembengkakan skrotum
(hidrokel), pasien bisa menjalani operasi untuk mengecilkan pembengkakan tersebut. Operasi
yang dilakukan akan mengangkat sebagian kelenjar dan pembuluh limfa yang mengalami infeksi.
6
2.6. APLIKASI KASUS
A. PENGKAJIAN
❖ IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. F
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No. CM : 00-000261
7
❖ RIWAYAT KESEHATAN
➢ Keluhan Utama: Nyeri, Demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang bila istirahat
dan demam akan muncul lagi ketika berkerja berat, kaki terasa sakit dan membengkak bila
sering digerakan.
➢ Riwayat Penyakit Sekarang: Nyeri, Demam, Kaki terasa sakit dan membengkak bila sering
digerakan
➢ Riwayat Penyakit Dahulu: Klien tidak pernah mengalami gejala penyakit yang sama
sebelumnya
➢ Riwayat Penyakit Keluarga: -
Pemeriksaan Fisik:
• TD:140/90 mmHg
• Nadi: 80 x/menit
• RR: 20x/menit
• Suhu: 36,7 ºC
• BB: 60 Kg
• TB: 155 cm
Pada pemeriksaan rapid test deteksi antigen/antibodi dengan sediaan darah kapiler didapatkan hasil
positif mikrofilaremia.
8
B. ANALISA DATA
No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Parasit Gangguan Mobilitas Fisik
• Klien mengatakan merasakan
nyeri panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki ke Menuju pembuluh
ujung kaki darah
• Nyeri terasa berulang ulang
dengan skala nyeri 7 dengan
durasi kurang lebih 5 menit Perubahan dari larva
• Demam berulang ulang selama 4
hari
• Klien mengatakan demam hilang Parasit dewasa
bila istirahat dan demam akan
muncul lagi ketika berkerja berat
Berkembang biak
DO:
• Akral teraba dingin gu
• Badan teraba hangat
• Mukosa bibir klien tampak Kumpulan cacing
kering filaria
• Klien tampak lemas
• TD:140/90 mmHg
• Nadi: 80 x/menit Penyumbatan
pembuluh limfa
• RR: 20x/menit
A
• Suhu: 36,7 ºC
• BB: 60 Kg
Gangguan Mobilitas
• TB: 155 cm
Fisik
9
C. PERENCANAAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. D.0054 I.08238 Manajemen
Setelah dilakukannya Nyeri
Gangguan Mobilitas Fisik b.d intervensi keperawatan
Nyeri d.d OBSERVASI
selama 5x24jam klien
DS: 1. Identifikasi respon
diharapkan Mobilitas
• Klien mengatakan nyeri nonverbal
Fisik klien meningkat
merasakan nyeri panas 2. Identifikasi factor
dengan kriteria hasil:
dan sakit yang menjalar yang memperberat dan
10
• Suhu: 36,7 ºC pemilihan strategi
• BB: 60 Kg meredakan nyeri
• TB: 155 cm EDUKASI
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam beberapa kasus, terapi kombinasi diethylcarazine dengan albendazole dapat memberikan
reaksi yang berbeda pada setiap orang. Sistem kerja obat ini yang memberikan efek cacing mati
beredar dalam aliran darah dapat mengganggu sistem sirkulasi sehingga perlu pemantauan
khusus.
Pada pasien dengan riwayat hipertensi sebaiknya dilakukan penanganan untuk tekanan darahnya
terlebih dahulu sebelum melakukan terapi demi menghindari resiko. Pemantauan tekanan darah
dapat dilakukan setiap hari selama pemberian terapi agar terapi lebih terkontrol. Dosis terapi juga
dapat diturunkan demi mengurangi efek samping yang dapat ditimbulkan.
Dianjurkan juga perawatan nonfarmakologi pada pasien baik untuk mengurangi tekanan darah
agar tetap dalam. kondisi stabil maupun untuk menjaga pembengkakan pada kaki pasien dalam
kondisi yang baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Andika Nursari, Ponga, Sherly A, Setyawati, Tri. (2020). Terapi pada Pasien FIlariasis
disertai dengan Gejala Hipertensi.
13