Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT

KEPADATAN KECOA DI KOS JALAN MULYOREJO UTARA NOMOR


123, KECAMATAN MULYOREJO, KOTA SURABAYA

Disusun oleh:
Kelompok 11 – IKM C 2015
1. Nesya Eka Ramadhani 101511133009
2. Citra Dwi Puspasari 101511133018
3. Prasita Ayu Widyaningtyas 101511133066
4. Mayam Tami 101511133111
5. Kartika Elisabet Krisnanti 101511133181
6. Fenti Nur Aini Amallia 101511133190

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Penyusunan laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas Pengendalian Vektor dan Rodent. Laporan ini diberi judul “Laporan
Pengendalian Vektor dan Rodent Kepadatan Kecoa di Kos Jalan Mulyorejo
Utara Nomor 123, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya”. Selain itu tujuan
dari penyusunan laporan ini juga untuk menambah wawasan terhadap penulis
dan pembaca mengenai kepadatan kecoa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini. Serta penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Khuliyah selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengendalian
Vektor dan Rodent kepadatan kecoa yang telah membimbing penulis agar dapat
menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Surabaya, 22 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 RumusanMasalah............................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Kecoa.............................................................................3
2.2 Siklus Hidup Kecoa.........................................................................4
2.3 Bionomik Kecoa..............................................................................5
2.4 Jenis-jenis Kecoa.............................................................................6
2.5. Kepadatan dan Pengendalian Kecoa..............................................9
BAB 3 METODE PENGAMATAN
3.1 Metode dan Jenis Pengamatan......................................................12
3.2 Pelaksanaan Pengamatan..............................................................12
3.3 Sumber Data..................................................................................12
3.4 Cara Pengumpulan Data................................................................12
3.5 Alat dan Bahan..............................................................................12
3.6 Cara Kerja.....................................................................................13
3.7 Pengeluaran Biaya.........................................................................14
3.8 Pembagian Tugas Kelompok.........................................................14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..............................................................................................15
4.2 Pembahasan...................................................................................16
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................17
5.2 Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20
LAMPIRAN 1...........................................................................................21
LAMPIRAN 2...........................................................................................22

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Hidup Kecoa........................................................................6
Gambar 2. Periplaneta americana...................................................................8
Gambar 3. Periplaneta australasiae.................................................................8
Gambar 4. Blatta orientalis..............................................................................9
Gambar 5. Supella longipalpa..........................................................................9
Gambar 6. Blatella germanica..........................................................................10

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Permenkes RI No. 374 tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor,
definisi vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau
menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia. Salah satu vektor yang sering
dijumpai adalah kecoa yang merupakan serangga yang hidup di dalam rumah,
restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga
ini sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat,
lembab dan banyak terdapat makanan.
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga
memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood (1969) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu
familinya Blattidae, sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan kedalam
ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae.
Kecoa aktif pada malam hari dan umumnya menghindari cahaya atau
senang bersembunyi di tempat gelap. Serangga ini bersifat mengganggu karena
dapat mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap, menimbulkan alergi,
mengotori dindin, buku, dan perkakas rumah tangga serta menyebarkan berbagai
patogen penyakit. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh kecoa diantaranya
tipus, toksoplasma, asma, TBC, kolera, dan SARS (Jacobs, 2013).
Salah satu wujud kegiatan yang dilaksanakan di dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular (Depkes RI, 1992).
Kegiatannya berupa perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang
potensial sebagai tempat perindukan (breeding places) dan dengan menggunakan
insektisida.
Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan,
penyelidikan, pengebalan, penghilangan sumber, dan perantara penyakit, tindakan
karantina dan upaya lain yang diperlukan (Depkes RI, 1992). Oleh karena itu
untuk memperlajari lebih lanjut tentang kecoa terutama terkait dengan kepadatan
kecoa dalam rumah untuk menunjang pencegahan penyakit akibat vektor kecoa
dan pengendalian vector kecoa di dalam rumah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi kecoa?
2. Bagaimana siklus hidup kecoa?

1
3. Apa saja jenis-jenis kecoa?
4. Bagaimana kepadatan kecoa di tempat tersebut?
5. Apa upaya untuk pengendalian kecoa?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum : Mengidentifikasi jenis kecoa dan mengukur kepadatan kecoa
Tujuan Khusus:
1. Menghitung tingkat kepadatan kecoa.
2. Mengidentifikasi jenis – jenis kecoa.
3. Mengidentifikasi morfologi kecoa.
4. Mempelajari siklus hidup kecoa.
5. Mempelajari upaya pengendalian kecoa.
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana melatih penalaran dengan menerapkan hasil
pengalaman belajar terutama tentang kepadatan kecoa dan
pengendaliannya, selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi dalam kegiatan kepadatan kecoa dan
pengendaliannya untuk mencegah meluasnya penyebaran kecoa.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Kecoa
Kecoa merupakan salah satu jenis serangga yang sering ditemui di sekitar
lingkungan tempat tinggal kita. Hingga kini tercatat lebih dari 4.500 spesies kecoa
telah diidentifikasi. Kecoa merupakan salah satu insekta yang memiliki tubuh
oval, pipih dorso-ventral, dan bersegmen-segmen (Ternum dan Sternum). Secara
garis besar, tubuh kecoa terdiri dari kepala, dada, dan perut. Tubuh berwarna

2
coklat, coklat tua, atau coklat kemerahan, dengan panjang ± 0,6 hingga 7,6 mm,
dan terlapisi lapisan lilin yang kedap air (water impermeable). Kepalanya
tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan
satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki. Bagi
manusia, kecoa merupakan salah satu serangga yang berbahaya, karena beberapa
spesies kecoa diketahui dapat menularkan penyakit pada manusia seperti TBC,
tifus, asma, kolera, dan hepatitis (Depkes, 2012). Berikut adalah penjelasan
tentang morfologi kecoa :
1. Caput ( kepala )
Pada bagian kepala terdapat mulut yang digunakan untuk mengunyah
atau memamah makanan. Ada sepasang mata majemuk yang dapat
membedakan gelap dan terang. Di kepala terdapat sepasang antena yang
panjang, alat indera yang dapat mendeteksi bau-bauan dan vibrasi di
udara. Dalam keadaan istirahat kepalanya ditundukkan ke bawah
pronotum yang berbentuk seperti perisai.
2. Thoraks (dada)
Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap yang
menyebabkan kecoa dapat terbang dan berlari dengan cepat. Terdapat
stuktur seperti lempengan besar yang berfungsi menutupi dasar kepala dan
sayap di belakang kepala disebut pronotum.
3. Abdomen (perut)
Badan atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi.
Kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut siap
untuk menetas. Dari ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan
sebagai alat indera. Cerci berhubungan langsung dengan kaki melalui
ganglia saraf abdomen (otak sekunder) yang penting dalam adaptasi
pertahanan.

2.2 Siklus Hidup Kecoa

Kecoa merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis


tidak sempurna, terdiri dari 3 stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Pada
stadium dewasa kecoa dapat dibedakan antara kecoa jantan dan kecoa betina.
Berikut adalah siklus hidup kecoa:

3
1. Telur

Telur kecoa pada umumnya bergerombol dan terlindung oleh kulit


keras (ootheca) yang dapat disimpan atau dibawa secara internal maupun
eksternal. Tiap-tiap spesies memiliki bentuk ootheca yang berbeda.

2. Nimfa

Nimfa disebut juga kecoa muda yang bentuknya sudah menyerupai


kecoa dewasa, hanya saja ukurannya lebih kecil dan tidak bersayap. Nimfa
yang baru keluar dari kapsul telur berwarna putih seperti butiran beras,
kemudian berangsur-angsur berubah menjadi berwarna coklat atau coklat
kemerahan dan tidak bersayap. Nimfa tersebut berkembang melalui
beberapa instar (1-6 instar) sebelum mencapai stadium dewasa. Lamanya
stadium nimfa ini berkisar 5-6 bulan. Organ seksual nimfa belum
berkembang. Sebelum dewasa, nimfa kecoa akan mengalami pergantian
kulit atau molting (5-10 kali), ditandai dengan keluarnya eksoskeleton dari
tubuhnya.
3. Dewasa
Kecoa dewasa telah memiliki organ seksual yang telah berfungsi
dengan baik. Kecoa jantan tumbuh dan berkembang lebih cepat dari pada
kecoa betina (lebih cepat dewasa) karena mengalami pergantian kulit yang
lebih sedikit daripada kecoa betina selama menjadi nimfa. Pada masa
kawin kecoa jantan akan mengeluarkan cairan sperma yang cukup untuk
membuahi telur- telur betina. Telur kecoa dihasilkan oleh betina dalam
beberapa hari setelah pembuahan.

4
Gambar 1. Siklus Hidup Kecoa

Sumber : Metamorfosis Kecoa (Depkes, 2009)


2.3 Bionomik Kecoa
Sebagian besar kecoa menunjukkan fototaksis negatif, yang akan
menghindari sumber cahaya. Pada umumnya kecoa yang mengandung dan
beberapa nimfa yang kecil cenderung untuk tetap tinggal di suatu area tertentu
yang disebut harborage area. Kecoa jantan dan nimfa yang besar biasanya lebih
aktif bahkan bisa disebut yang paling aktif diantara kecoa-kecoa lain dan lebih
sering dijumpai. Kemampuan mereka dapat bertahan di lingkungan yang minim
akan sumber makanan, dikombinasikan dengan mobilitas mereka yang hebat, dan
tingkat kesuburan yang tinggi, membuat mereka mampu bertahan di lingkungan
urban maupun rural. Berikut adalah penjelasan mengenai bionomik kecoa
(Khandelwal, 2016):
1. Tempat Perindukan

Umumnya kecoa lebih menyukai tempat-tempat yang kotor, lembab


dan sejuk. Seperti di WC, di bawah tumpukan barang-barang, di gudang
yang lembab dan berbau, atau di tempat-tempat kotor dan gelap lainnya.
Tempat yng sering menjadi tempat tinggal bagi kecoa memiliki
karakteristik tertentu ialah sebagai berikut:
a. Banyak terdapat bahan organik seperti makanan, ekskreta, dan
sputum.
b. Lembab seperti kamar mandi, tempat cucian, dan alat dapur.
c. Redup bahkan gelap

2. Cara Hidup
Kecoa umumnya tinggal berkelompok. Mereka beraktifitas mencari
makan pada malam hari dan di siang hari mereka bersembunyi di dalam
celah- celah dinding, bingkai pintu, di dalam kamar mandi, lemari,
selokan, gua, mesin jahit, televisi, radio dan alat elektronik lain. Dengan
tubuhnya yang pipih, apabila kecoa merasa terganggu atau terancam
hidupnya maka dia akan menyembunyikan tubuhnya di celah yang sempit.
Kecoa juga dapat menggunakan cara lain untuk melindungi dirinya dari
bahaya, yaitu dengan mengeluarkan cairan berbau busuk. Kemampuan

5
mereka dalam beradaptasi di lingkungan dengan kondisi yang berbeda-
beda menjadikan mereka tersebar luas di berbagai tempat.
3. Makanan yang disukai
Kecoa memakan semua jenis makanan yang dikonsumsi oleh manusia,
terutama yang mengandung gula dan lemak. Seperti susu, keju, daging,
kue, biji-bijian, gula dan coklat. Mereka juga menyenangi karton,
tumpukan buku, lem katu, darah, ekskreta, dan sputum.
2.4 Jenis-jenis Kecoa
Lebih dari 3500 jenis kecoa dikenali dan hanya sedikit yang menjadi arti
penting karena mereka dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggal. Jenis yang
paling umum adalah :
1. Periplaneta americana
Merupakan jenis kecoa paling besar. Kecoa jenis ini tersebar di seluruh
dunia. Panjangnya 35-40 mm dan berwarna kemerah-merahan berkilau
sampai coklat. Pronotum kuning keruh, tengahnya terdapat sepasang
bercak coklat dan belakang abdomen terdapat sepasang serkus panjangm
tipis dan runcing seperti cemeti. Kulit telur mempunyai ukuran 8-10 mm.
Ooteka per betina sekitar 30 butir. Masa inkubasi per ooteka sekitar 25-40
hari. Telur per ooteka sekitar 14-28 butir. Periode nimfa selama 130-150
hari. Jangka hidup dewasa selama 250-350 hari.

Gambar 2. Periplaneta americana

Sumber: Depkes 2009

6
2. Periplaneta australasiae
Kecoa jenis ini terdapat di daerah tropis dan sub tropis. Panjangnya 31-
37 mm, menyerupai Periplaneta americana tetapi lebih gelap. Mempunyai
belang kuning pucat, masing-masing sayap berkembang sekitar sepertiga
lengan. Kulit telurnya berisi sekitar 22-24 telur. Masa inkubasi per ooteka
selama 40 hari. Telur per ooteka sebanyak 24 butir. Periode nimfa selama
180-270 hari. Jangka hidup dewasa selama 120-180 hari. Panjang dewasa
sepanjang 30-35 mm. Ukuran lebih kecil, warna keseluruhan lebih gelap,
merah kehitaman pada abdomen dan pronotum, dan sepanjang tepi
pronotum dari atas terlihat garis kuning (pinggir sayap kuning).

Gambar 3. Periplaneta australasiae

Sumber: Depkes 2009

3. Blatta orientalis
Kecoa jenis ini terdapat di wilayah dengan suhu dingin. Berwarna
kehitam-hitaman dan panjangnya 20-27 mm. Kulit telurnya berukuran 10-
12 mm dan berisi 16-18 telur.

7
Gambar 4. Blatta orientalis
Sumber: Depkes 2009
4. Supella longipalpa
Terdapat di seluru Dunia. Panjangnya adalah 10-14 mm, dan
mempunyai warna coklat dan kuning yang menyambung. Ukuran kulit
telur adalah 4-5 mm dan berisi sekitar 16 telur. Ooteka per betina sebanyak
5-18 butir. Masa inkubasi per ooteka selama 40 hari. Periode nimfa selama
50-60 hari. Jangka hidup dewasa selama 90-115 hari. Mirip Blatella
germanica, tetapi punya dua pita melintang, satu pada dasar sayap, dan
kedua pada 1/3 tubuh dari belakang. Pada betina, tegmina tidak mencapai
ujung abdomen dan pada jantan tegmina lebih panjang dan lebih langsing.

Gambar 5. Supella longipalpa


Sumber: Depkes 2009

5. Blatella germanica
Di temukan di sebagian belahan dunia. Lipas berukuran kecil. Betina
warna lebih tua dari jantan. Pronotum coklat, dari atas tampak dua garis
hitam memanjang. Dua garis memanjang juga tampak pada nimfa. Nimfa
coklat tua dan sangat aktif. Berwarna coklat kekuning- kuningan
mengkilat dan panjangnya 10-15 mm. Panjang kulit telur sekitar 7-9 mm
dan berisi sekitar 40 telur. Ooteka per betina sebanyak 4-8 butir. Masa
inkubasi per ooteka selama 17 hari. Periode nimfa selama 40-41 hari.
Jangka hidup dewasa selama 128-153 hari.

8
Gambar 6. Blatella germanica

Sumber: Depkes 2009

2.5 Kepadatan dan Pengendalian Kecoa


Kepadatan populasi vektor atau dikenal dengan tingkat densitas
merupakan salah satu indikator sejauh mana keberadaan vektor dan pengaruhnya
terhadap lingkungan sekitar. Kecoa merupakan salah satu vektor serangga yang
dapat menimbulkan penyakit. Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk menurunkan kepadatan pupulasi vektor pada tingkat yang tidak
lagi berbahaya bagi manusia (Slamet, 1994)

Tabel 2.1 Kategori Kepadatan Kecoa per Malam per Jenis Kecoa
Jenis Kecoa
Kategori B. P. Branca B. P.Americana
Germani Orientalis
Rendah 0-5 0-3 0-1 0-1
Sedang 6-20 4-10 2-10 2-10
Tinggi 21-100 11-50 11-25 11-25
Sangat >100 >50 >25 >25
tinggi
(Sumber : Depkes 2009, Pedoman Pengendalian Kecoa)
Interpretasi Hasil :
a. Rendah : Tidak menjadi masalah

9
b. Sedang : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
c. Tinggi : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan rencana
pengendalian (melakukan pest control)
d. Sangat Tinggi : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan
pengendalian secara menyeluruh (melakukan pest control)
Kecoa memiliki beberapa peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit. antara lain :
a. Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
c. Sebagai penyebab munculnya reaksi-reaksi alergi
Kecoa dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain,
Streptococcus, Salmonella dan berperan dalam penyebaran penyakit antara lain,
Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak. Penularan
penyakit dapat terjadi melalui patogen atau bibit penyakit yang terdapat pada
sampah atau sisa makanan yang terbawa oleh bagian tubuh kecoa, kemudian
mengontaminasi makanan.
Walaupun belum ada penelitian pasti terkait hubungan kecoa sebagai vektor
dengan timbulnya penyakit tertentu, namun jika dilihat dari bionomiknya maka
kecoa berpotensi tinggi dalam menularkan penyakit. Probabilitas tersebut
berdasarkan beberapa temuan yang menunjukkan keberadaan telur cacing,
protozoa, virus dan jamur yang patogen pada tubuh kecoa. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pengendalian populasi kecoa. Pengendalian kecoa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
Selain itu, penting juga dilakukan upaya pencegahan keberadaan kecoa di
rumah. Hal tersebut perlu dilakukan karena rumah sebagai tempat aktivitas
manusia dalam intensitas yang cukup besar. Lingkungan rumah dapat berpegaruh
pada status kesehatan seseorang sebagaimana perkembangan teori H.L Blum yang
menyatakan bahwa faktor lingkungan menjadi determinan yang paling
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Apabila dikaitkan dengan segitiga
epidemiologi (Host, Environment, Agent). Keberadaan vektor kecoa merupakan
bentuk “lingkungan biologi” yang mendukung munculnya penyakit (dengan
perannya sebagai reservoir) yang ditimbulkan oleh agent penyakit seperti virus,
bakteri, maupun parasit untuk menyerang host. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan terutama dengan menjaga sanitasi rumah dengan baik sehingga dapat
mengatasi kemungkinan penyebaran penyakit oleh kecoa.

10
11
BAB 3
METODE PENGAMATAN
3.1 Metode dan Jenis Pengamatan
Metode yang digunakan adalah dengan mengamati secara langsung
(observasi) keberadaan kecoa (objek) lalu merekam, mengidentifikasi,
menghitung, dan mengukur kepadatan kecoa. Observasi tersebut bertujuan
untuk mengidentifikasi jenis kecoa dan mengukur tingkat kepadatan
populasi kecoa di lokasi yang telah ditentukan. Jenis pengamatan adalah
pengamatan deskriptif karena hanya menggambarkan fakta berupa
identifikasi kecoa dan kepadatannya.
3.2 Pelaksanaan Pengamatan
1. Lokasi : Jalan Mulyorejo Utara Nomor 123, Kec.Mulyorejo, Kota
Surabaya
2. Waktu
a. Tahap persiapan : 26 Oktober 2017 sampai 26 Oktober 2019
b. Tahap pelaksanaan : 27 Oktober 2017 sampai 28 Oktober 2017
c. Tahap penyelesaian : 29 Oktober 2017
3. Durasi pengamatan : 24 jam dalam sehari
3.3 Sumber Data
a. Data primer, diperoleh dari hasil pengamatan langsung serta pengukuran
mengenai kepadatan kecoa.
b. Data sekunder, diperoleh dari jurnal/buku/referensi lain mengenai
kepadatan kecoa.
3.4 Cara Pengumpulan Data
a. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan dan mengumpulkan data
kepadatan kecoa di lokasi pengamatan.
b. Pengukuran yaitu melakukan perhitungan mengenai kepadatan kecoa di
lokasi pengamatan.
3.5 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengamatan :
1. Kamera
2. Insektisida
3. Perangkap kecoa, terbuat dari:
a. Botol bekas
b. Cutter
c. Gula
d. Tissue
e. Minyak Goreng
f. Air
g. Sendok
h. Isolasi
3.6 Cara Kerja

12
1. Mencari literatur atau sumber pustaka tentang kecoa
2. Menentukan lokasi pengamatan kecoa
3. Membagi jobdesc anggota kelompok
4. Membuat sejumlah 10 perangkap kecoa dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Memotong botol bekas menjadi dua bagian
b. Meletakkan tissue pada bagian dasar botol bekas
c. Menaburkan satu sendok gula diatas tissue
d. Meneteskan 3 sendok air diatas gula
e. Mengoleskan minyak pada bagian dalam botol bekas
f. Menutup perangkap dengan potongan bagian atas botol yang
dibalik
g. Mengisolasi susunan botol bekas
5. Meletakkan perangkap kecoa pada tempat-tempat yang berpotensi
dilewati atau didiami kecoa (lembab dan gelap)
a. Di bawah wastafel
b. Di dapur
c. Di dekat mesin cuci
d. Di depan kamar mandi (lantai 1 dan lantai 2)
e. Di gudang (lantai 1 dan lantai 2)’
f. Di dekat rak sepatu (lantai 1 dan lantai 2)
g. Di dekat tempat sampah
6. Menghitung jumlah kecoa yang masuk dalam perangkap yang dipasang
dalam waktu 24 jam
7. Menyemprot kecoa dengan insektisida
8. Mengidentifikasi jenis kecoa yang tertangkap
9. Mengukur kepadatan kecoa berdasarkan indikator
10. Menyusun laporan hasil pengamatan
3.7 Pengeluaran Biaya
Tabel 3.1 Anggaran Biaya Pengamatan
No Bahan Jumlah Harga Total
Satuan

1 Semprotan Insektisida 1 botol kecil 12.000 12.000

2 Minyak Goreng 1 botol kecil 8.000 8.000

TOTAL : 20.000

3.8 Pembagian Tugas Kelompok


(Terlampir pada Lampiran 2)

13
14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Spesies kecoa di kos jalan Mulyorejo Utara nomor 123 Surabaya
Spesies kecoa di kos jalan Mulyorejo Utara nomor 123 Surabaya,
yang diukur dengan pengamatan selama 24 jam dalam sehari
menghasilkan kecoa sebanyak 5 ekor yang terdiri dari 2 spesies yaitu
Periplenata Americana sebanyak 4 ekor dan Blatella Germanica
sebanyak 1 ekor..
2. Kepadatan Kecoa di kos jalan Mulyorejo Utara nomor 123 Surabaya
Hasil pengukuran kepadatan kecoa di kos jalan Mulyorejo Utara
nomor 123 Surabaya yaitu kepadatan kecoa yang diukur dengan
pengamatan selama 24 jam. Lokasi atau ruangan yang diukur dengan
pengamatan kecoa adalah sebagai berikut :
1. Dibawah wastafel terdapat 1 ekor
2. Di depan kamar mandi terdapat 1 ekor
3. Di bawah kursi dekat mesin cuci terdapat 1 ekor
4. Di dalam gudang terdapat 1 ekor
5. Di dekat rak sepatu terdapat 1 ekor
6. Di dekat dapur tidak ada kecoa masuk perangkap
7. Di lantai 2 : gudang, kamar mandi , rak sepatu dan dekat tempat
sampah tidak ada kecoa yang masuk perangkap.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil pengukuran
kepadatan kecoa di kos jalan Mulyorejo Utara nomor 123 Surabaya dapat
dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kepadatan kecoa berdasarkan lokasi penangkapan


di Kos jalam Mulyorejo nomor 123, Surabaya
No. Lokasi ditemukan Jumlah Kecoa Jenis Kecoa
kecoa (dalam 1 botol
perangkap)
1 Di bawah wastafel 1 Periplenata

15
Americana
2 Di depan kamar 1 Blatella Germanica
mandi
3 Di bawah kursi 1 Periplenata
Americana
4 Di dalam gudang 1 Periplenata
Americana
5 Di dekat rak sepatu 1 Periplenata
Americana

4.2 Pembahasan
Berdasarkan indikator kepadatan kecoa, maka didapatkan bahwa
kepadatan kecoa di rumah kost Jalan Mulyorejo nomor 123, Surabaya adalah
sebagai berikut Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilakukan identifikasi jenis
kecoa yaitu :
a. Satu ekor kecoa jenis B.germanica

b. Empat ekor kecoa jenis P.Americana

16
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi dan Pengukuran Kepadatan Kecoa
Jenis Kecoa
Kategori B. P. B. P.Americana
Germani Branca Orientalis
Rendah 0-5 0-3 0-1 0-1
Sedang 6-20 4-10 2-10 2-10
Tinggi 21-100 11-50 11-25 11-25
Sangat >100 >50 >25 >25
tinggi
Kemudian dapat diinterpretasikan bahwa pada lokasi pengamatan masuk
dalam kategori:
a. Kepadatan rendah pada kecoa jenis B.Germanica artinya tidak terlalu
menjadi masalah
b. Kepadatan sedang pada kecoa jenis P.Americana artinya perlu
pengamanan tempat perkembangbiakan
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian pada
kecoa, antara lain:
1) Mempelajari bionomik kecoa
2) Melakukan upaya sanitasi lingkungan, seperti :
a. Membersihkan lantai dan saluran air kotor secara teratur.
b. Membuang sampah secara rutin pada wadah tertutup
c. Mencuci segera alat makan, minum dan dapur yang telah digunakan
d. Menyimpan bahan makanan agar pada tempat yang tertutup
3) Melakukan upaya eksklusi, seperti :
a. Menutup lubang-lubang pembuangan air kotor
b. Menutup celah-celah yang dapat menjadi jalur masuk bagi kecoa ke
dalam bangunan.
4) Menerapkan personal higiene
5) Memantau lokasi yang berpoteni sebagai tempat perindukan kecoa.
6) Melakukan inspeksi rutin pada lokasi rawan kecoa
7) Pengendalian fisik : Memasang perangkap kecoa
8) Pengendalian kimiawi : Menggunakan insektisida

17
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengukuran kepadatan kecoa di lokasi kos jalan jalan Mulyorejo Utara
nomor 123 Surabaya, yang diukur dengan pengamatan selama 24 jam dalam
sehari menghasilkan kecoa sebanyak 5 ekor yang terdiri dari 2 spesies yaitu
Periplenata Americana sebanyak 4 ekor dan Blatella Germanica sebanyak 1 ekor.
Pengukuran kepadatan kecoa dengan tabel kategori yang membedakan
berdasarkan spesies kecoa, pada kecoa jenis B.Germanica termasuk dalam
kepadatan rendah artinya tidak terlalu menjadi masalah, kepadatan sedang pada
kecoa jenis P.Americana artinya perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
5.2 Saran
Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan mebatasi ketersediaan air,
makanan, dan menerapkan perilaku dan lingkungan yang sehat antara lain dengan
a. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi pada tempat yang tertutup
b. Membuang sampah pada tempat pembuangan sampah dan mengangkut
sampah dari tempat pembuangan sampah setiap hari ke tempat
pembuangan akhir
c. Memasang kawat kasa pada saluran air yang keluar
d. Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk kedalam
ruangan
Upaya pengendalian yang lain dapat dilakukan dengan (Ditjen PPM dan
PLP, 2002, h.21) :
a. Pembersihan kapsul telur kecoa dengan cara mekanis yaitu mengambil
kapsul telur yang terdapat pada celah-celah peralatan dan dimusnahkan
dengan membakar/dihancurkan.
b. Pemberantasan kecoa secara fisik denga nmembunuh langsung kecoa
dengan alat pemukul atau tangan, menyiram tempat perindukan kecoa
dengan air panas, dan membunuh kecoa di celah-celah dinding.
c. Pemberantasan kecoa secara kimiawi dengan menggunakan bahan kimia
(insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol
(semprotan), atau bait (umpan)

DAFTAR PUSTAKA

18
Amalia, Herma dan Idham Sakti. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta
americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan.
Jurnal Entomologi Indonesia., September 2010, Vol. 7, No. 2, 67-77
Depkes. 2009. Pengendalian Kecoa Khusus di Rumahsakit. [Online]. Tersedia:
http// www. Depkes.go.id/downloads/ Pengendalian%20kecoa.pdf. Diakses
pada tanggal 21 Oktober 2017 pukul 20.02 )
Jacobs, S.B. 2013.American Cockroaches [online]. Didapat dari
http://ento.psu.edu/extension/factsheets/pdf/americancockroach.pdf Diakses
pada 20 Oktober 2017 pukul 22.35 WIB.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Khandelwal, Gajendra dan Deepthi Uthaman. 2016. Morphology and Anatomy of
Cockroach [online]. Diambil dari http://biology4isc.weebly.com/7-
morphology-and-anatomy-of-cockroach.html. Diakses tanggal 21 Oktober
2017 pukul 20.05 WIB.
Komariah, Seftiani, dan Tan Malaka (2010) “Pengendalian Vektor”. Jurnal
Kesehatan Bina Husada 6(1). (Diakses pada 23 Oktober 2017).
Maurice, T.J. and R.F. Harwood. 1969. llerms's Medical Entomology Macmillan
Publishing Co. Inc. New York. Collin Macmillan Publishers London : 115-
122
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374 tahun 2010 Tentang
Pengendalian Vektor.
Permatasari, Indah.2008. Studi Identifikasi Kecoa dan Kepadatannya di Rumah
Sakit Umum Kardinah Kota Tegal Tahun 2008. Purwokerto : Politeknik
Kesehatan Depkes Semarang.
Slamet JS, 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

19
LAMPIRAN 1

Hasil Observasi di Lokasi

LAMPIRAN 2

Pembagian Tugas Kelompok

20
No NIM Nama Tugas

- Menyediakan alat dan bahan


Nesya Eka - Membuat perangkap kecoa
1 101511133009 - Menyusun laporan Bab IV (sub bab
Ramadhani
Hasil)
- Membuat Power Point (Presentasi)
- Dokumentasi gambar
2 101511133018 Citra Dewi - Membuat video hasil pengamatan
- Menyusun kesimpulan dan saran
- Membuat perangkap kecoa
- Melakukan penyemprotan
3 101511133066 Prasita Ayu Insektisida
- Menyusun laporan Bab II Tinjauan
pustaka
- Menyusun kata pengantar
- Menjadikan satu laporan materi
4 101511133111 Mayam Tami yang telah dikerjakan para anggota
kelompok
- Mencetak hasil laporan
- Menyediakan alat dan bahan
Kartika Elisabet - Memasang perangkap kecoa
5 101511133181 - Menyusun laporan Bab II (sub bab
Krisnanti
Kepadatan Kecoa), Bab III dan Bab
IV (sub bab Pembahasan)
Fenti Nur Aini - Membuat perangkap kecoa
6 101511133190 - Menyusun laporan Bab I
Amalia
- Menyusun daftar gambar

21

Anda mungkin juga menyukai