Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS PENGELOLAAN AIR

“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN AIR


BERSIH DI DESA RANTAU KARYA DAN DESA KOTA BARU”

KELOMPOK 3 :
Ariska Midya Fahmita 101511133006
Dwi Sunarto 101511133026
Shulkhiatus Syafa’ah 101511133104
Fauzia Yulianti Ramadhani 101511133143
Kartika Elisabet Krisnanti 101511133181
Fitrotuz Zahroh 101511133196

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia sedang melakukan pembangunan berkelanjutan, yang
masih dalam tahap proses sehingga belum menunjukkan manfaat yang optimal
bagi masyarakat. Pembangunan tersebut terdiri dari 5 aspek penting bagi
kebutuhan dasar hidup seperti aspek lingkungan, aspek kebutuhan primer, aspek
kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek sosial ekonomi. Pembangunan
kesejahteraan sosial diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial agar
tercapai kondisi atau taraf hidup yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah
satu pembangunan dalam aspek kesejahteraan sosial adalah dalam bidang
kesehatan. Dalam bidang kesehatan salah satunya membahas tentang penyediaan
air bersih di wilayah Indonesia.
Air merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak
seorangpun dapat bertahan hidup tanpa adanya ketersediaan air. Hal tersebut
dikarenakan air digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci, buang air, bahkan
untuk diminum. Oleh karena itu, penting untuk menjaga ketersediaan air dalam
memenuhi keberlangsungan hidup di masyarakat.
Ketersediaan air di dunia sebenarnya sangat banyak karena hampir 2/3 bagian
bumu terdiri dari laut. Namun dari sekian banyak yang ada di dunia, hanya 5%
yang dapat dinikmati oleh penduduk dunia. Seringkali ketika musim kemarau tiba,
masih banyak daerah di berbagai belahan dunia mengalami kekeringan, salah
satunya di Indonesia. Ketersediaan air pada beberapa daerah di Indonesia masih
kurang. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan
pembangunan berkelanjutan dengan membuat kebijakan dan program nasional.
Hal tersebut sesuai dengan salah satu kesepakatan MDGs (Millenium
Development Goals) pada target yang kesembilan yaitu menurunkan separuh
proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi
dasar pada tahun 2015. Oleh karena itu, penyediaan air dalam masyarakat menjadi
hal sangat penting untuk dibahas.
1.2 Kasus
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jambi yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari pantai dan ada
sebagian desa pada bulan tertentu akan tertutup air pasang. Daerah pasang surut
ini ditandai dengan adanya 12 pertemuan aliran sungai. Daerah ini memiliki areal
dataran rendah yang didominasi oleh lahan gambut sekitar 45% dari luas
keseluruhan. Kondisi alam pada wilayah tersebut berawa-rawa yang
mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam memperoleh air yang memenuhi
syarat kesehatan. Masyarakat memanfaatkan air hujan dan air sungai untuk
kebutuhan sehari-hari bahkan untuk kebutuhan minum. Persentase masyarakat
yang memiliki akses terhadap air bersih hanya sebesar 22%. Dari 22% tersebut
hanya 10% masyarakat yang mengakses air bersih dari PDAM dan sisanya
menggunakan air sumur yang keruh dan berwarna kecoklatan. Hal ini
menyebaban banyak masyarakat sekitar terjangkit penyakit diare dan disentri.
Besaran masalah tersebut dapat dilihat dari data kunjungan masyarakat ke
puskesmas. Dalam rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur tahun 2014, menargetkan sebanyak 80% dari penduduk dapat
mengakses air bersih dari PDAM maupun sumur. Namun terdapat keterbatasan
kondisi georafis lahan yang didominasi oleh tanah gambut.
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang memiliki arti kekuatan
atau kemampuan. Pemberdayaan juga dapat dimaknai sebagai suatu proses
menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan serta kemampuan
dan juga merupakan proses pemberian daya/kekuatan dari pihak yang sudah
berdaya kepada pihak yang belum mampu. Menurut Priyono & Pranarka
(1996:77) menyatakan bahwa, pemberdayaan memiliki 2 makna. Makna yang
pertama adalah to give power or authority sedangkan makna yang kedua adalah
give ability to or enable. Pada makna yang pertama memiliki arti memberikan
suatua kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada
pihak yang kurang/belum berdaya). Di sisi lain arti dari makna yang kedua adalah
memberikan kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada
pihak lain untuk melakukan sesuatu.
Selain itu Winarni juga mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan
meliputi 3 hal yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya
(empowering), terciptanya kemandirian (Tri Winarni, 1998: 75). Pada hakitkan
tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak memiliki daya atau kemampuan,
namun yang ada adalah masyarakat tersebut tidak mengetahui atau belum
memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga perlu adanya arahan atau bantuan
untuk mengembangkan potensi yang ada. Setelah kemauan dalam
mengembangkan potensi yang ada sudah bangkit perlu diberikan dorongan serta
motivasi sehingga mereka mampu mengembangkan potensi yang ada dalam
masyarakat ke wujud yang lebih nyata. Ketika masyarakat sudah mengenali
potensi yang dimiliki dan sudah menuju proses dalam mengembangkan potensi
yang di miliki, jangan membuat masyarakat ketergantungan (charity) kepada
motivator atau orang yang membimbing mereka, buatlah masyarakat pada proses
kemandirian sehingga nantinya masyarakat dapat berkembang sendiri.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat yang lebih mandiri. Kemandirian yang diharapkan
meliputi kemandirian dalam berfikir, kemandirian dalam betindak serta
mengendalikan apa yang mereka lakukan dan juga kemandirian dalam
bertanggung jawab. Kemandirian ini dapat dinilai dari kemampuan masyarakat
atau individu dalam memecahkan masalah yang ada atau sedang dihadapi selain
itu juga tergantung dari kemapuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan
pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh linkungan masyarakt internal tersebut.
Dalam pencapain upaya kemandirian perlu adanya dukungan kemampuan berupa
sumber daya manusia yang utuh dengan kondiri kognitif, konatif, psikomotorik
dan afektif dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.
2.2 Metode Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat beberapa metode, salah satunya
adalah RRA dan PRA. RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode
penilaian keadaan desa secara cepat, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh
“orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat.
Walaupun dinilai sebagai metode yang “cepat dan kotor” tapi metode ini lebih
baik dari pada teknik kuantitatif klasik. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data secara akurat dalam waktu yang singkat, pada dasarnya
metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi
perdesaan, dilakukan secara berulang-ulang dan cepat. Menurut Beebe James
(1995), metode RRA menyajukan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan
oleg dua atau lebih pengamat atau peneliti dengan latar belakang akademis yang
berbeda. Pada metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif
sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan
analisis secara berulang-ulang (iterative). Selain itu prinsip yang perlu
diperhatikan dalam RRA, yaitu:
a. Efektivitas dan efisiensi, dua hal ini berkaitan dengan biaya dan waktu serta
perolehan informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan
dibanding sekedar jumlah dan ketepatan serta relevansi informasi yang
dibutuhkan.
b. Hindari bias, dengan cara intropeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-
ulang, tanyakan juga kepada kelompok atau golongan yang terkecil.
c. Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk
bertanya dalam beragam prespektif
d. Belajar dari dan bersama masyarakat
e. Belajar secara cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada
bekuan yang telah disiapkan.
Sedangkan PRA merupakan penyempurnaan dari RRA, RPA dilakukan
dengan lebih banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua
stakeholders dengan difasilitasi oleh orang-orang luar yang lebih berfungsi
sebagai narasumber atau fasilitator dibanding sebagai instruktur atau guru yang
menggurui. Sehingga PRA memiliki kelebihan yaitu melibatkan seluruh
kelompok masyarakat sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab tersendiri
akan keberlangsungan program yang lebih besar nantinya. Selain itu keterlibatan
gender sesuai dengan kemampuan dan potensi masyarakat. Melalui PRA
dilakukan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut :
a. Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik penilaian keadaan.
b. Analisis keadaan yang berupa:
1) Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan.
2) Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan
atau penyebabnya.
3) Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4) Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau analisis strength,
weakness, opportunity, and treat (SWOT) terhadap semua alternatif
pemecahan masalah.
c. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat
diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
d. Rincian tentang stakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta
jumlah dan sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk
melaksanakan program/ kegiatan yang akan diusulkan/direkomendasikan.
Maka dari itu konsepsi dasar pandangan RPA adalah pendekatan yang
ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan sebagai
peneliti, perencana dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar
obyek pembangunan.
2.3 Program Pengolahan Air
Nama program pembeerdayaan masyarakat dalam pengelolaan air adalah
SD2PK ( Sosialisasi, Diskusi dan Demonstrasi Pengolahan Air dengan Biji Kelor).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan sisi pengetahuan masyarakat dalam
menjernihkan dan mengolah air untuk layak menjadi air bersih dengan
memanfaatkan biji kelor yang sudah ada di lingkungan masyarakat dengan cara
sederhana.
2.4 Metode Program Pengolahan Air
Metode yang digunakan untuk melaksanakan prorgram pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan air antara lain :
a. Sosialisasi tentang teknologi tepat guna untuk menjernihkan air dan
mengolah air agar air layak minum dan dapat digunakan untuk kegiatan
sehari-hari. Metode ini dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada
kader dan bekerjasama dengan puskesmas. Untuk selanjutnya kader akan
yang memberikan sosialisasi kepada masyarakat Desa Rantau dan Kota Baru
tentang pengolahan air. Materi rinci dalam sosialisasi ini adalah tentang
biokoagulan,jenis dan bahan yang digunakan untuk menjernihkan dan
mengolah air.
b. Metode yang kedua setelah melakukan sosialisasi adalah tanya jawab dan
diskusi tentang materi yang telah disampaikan
c. Demonstrasi tentang alat dan bahan untuk penjernihan dan pengolahan air
dan demonstrasi tentang cara menjernihkan dan mengolah air dengan alat
tersebut
Gambar 1. Proses penjernihan air secara sederhana dengan biji kelor

2.5 Faktor Pendukung Program


1) Alat dan bahan untuk inovasi kegiatan ini mudah didapatkan desa tersebut.
Masyarakat dapat menggunakan alat yang dimiliki yang digunakan
sebagai penampun air hujan dan pengambilan air di sungai.
2) Kelor sebagai baha untuk membuat inovasi teknologi ini mudah di cari di
desa.
3) Pembuatan inovasi teknologi ini jika ditinjau dari sisi ekonomi dapat
dikategorikan hemat, karena bahan ditemukan dilingkungan sekitar dan
tanpa bahan kimia.
4) Efisiensi waktu. Waktu untuk pengambilan air di sungai dapat digunakan
untuk hal lain karena air sudah dapat diolah sendiri di rumah.
5) Pelatihan tidak memerlukan biaya tambahan, cukup menggunakan alat
yang dimiliki masyarakat lingkungan sekitar untuk penampungan air hujan
dan pengambilan air sungai.
6) Mengurangi waktu dan biaya untuk berobat karena air yang dikonsumsi
lebih terjamin kebersihannya
7) Masyarakat dapat menerima inovasi ini dengan baik. Kelompok sasaran di
dua desa yaitu Desa Rantau Karya dan Kota Baru sudah mulai
menghasilkan air bersih dan layak minum. Masyarakat lain sudah
mengikuti penyuluhan tetapi belum mendapatkan alat untuk menerapkan
teknologi sudah mulai berinisiatif menerapkan dan melakukan penjernihan
air gambut dengan swadaya masyarakat.
8) Inisiatif masyarakat sangat tinggi untuk inovasi teknologi ini, sehingga
sangat mudah memberdayakan masyarakat untuk melakukan penjernihan
air gambut.
2.6 Faktor Penghambat Program
1. Tingkat pengetahuan yang minim warga masih butuh di dampingi dan
dibimbing untuk melakukan kegiatan ini
2. Selama ini mitra kelompok tani tidak pernah mengetahui tentang cara
koagulasi, baik dengan menggunakan tawas ataupun dengan cara yang lain.
2.7 Upaya Pelestarian dan Ketersediaan Air
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, mengemukakan bahwa
persediaan air bersih di Indonesia tergolong rendah, yang ditandai dengan layanan
air bersih di perkotaan yang hanya mampu memenuhi kurang dari 50% kebutuhan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain :
1) Keadaan daerah aliran sungai.
2) Keadaan sumber daya air.
3) Luas dan daya tampung sungai baik alami maupun buatan.
4) Pengaruh iklim.
5) Pengelolaan air itu sendiri.
Dengan perbedaan tersebut, menyebabkan adanya perbedaan ketersediaan
debit air di suatu daerah dengan daerah lain tidak sama. Oleh karena itu, terdapat
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk pelestarian hutan dan air diantaranya :
1) Melestarikan konservasi hutan.
2) Melakukan konservasi tanah.
3) Membuat sumur resapan.
4) Mengatur buangan air limbah
5) Merencanakan tata guna lahan yang baik.
6) Melakukan saluran irigasi hemat air
7) Melakukan sistem waduk berukuran kecil
8) Melakukan teknologi bendungan air sawah
9) Melakukan teknologi pengairan rawa dan pantai
10) Melakukan daerah pasang surut
11) Melakukan teknologi hujan buatan
12) Melakukan teknologi dan aplikasi pengairan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah

Dari berbagai upaya tersebut, terdapat salah satu upaya konkret yang dapat
dilakukan, yakni menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
pelestarian hutan, tanah, dan air.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inti dari pemberdayaan meliputi 3 hal yaitu pengembangan (enabling),
memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian.
Dalam pemberdayaan masyarakat ini menggunakan metode RRA dan PRA. Nama
program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air adalah SD2PK
( Sosialisasi, Diskusi dan Demonstrasi Pengolahan Air dengan Biji Kelor) yang
bertujuan untuk meningkatkan sisi pengetahuan masyarakat dalam menjernihkan
dan mengolah air untuk layak menjadi air bersih dengan memanfaatkan biji kelor
yang sudah ada di lingkungan masyarakat dengan cara sederhana.
Dalam pelaksaan program terdapat faktor pendukung maupun faktor
penghambat. Faktor pendukung antara lain sumber daya dengan mudah didapat
oleh masyarakat, program ini dapat dikatakan efisien waktu dan efisien biaya serta
masyarakat sasaran dapat menerima program dengan baik sehingga menjadikan
masyarakat memiliki inisiatif tinggi terhadap inovasi teknologi. Tetapi masih
terdapat beberapa hambatan yang perlu dievaluasi untuk kedepannya yaitu
masyarakat masih membutuhkan bimbingan serta mitra kelompok tani tidak
pernah mengetahui tentang cara koagulasi.
3.2 Saran
Pengembangkan program dalam upaya pengelolaan dan penyediaan air dapat
dilakukan dengan adanya sinergi yang baik. Sinergitas masyarakat dan pemerintah
dengan memanfaatkan potensi sumber daya dan mengatasi faktor penghambat
melalui penyediaan fasilitas maupun teknologi tepat guna. Diperlukan peranan
aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dalam hal
pengelolaan dan penyediaan air. Peran aktif tersebut dapat didorong dengan
adanya upaya pembelajaran bersama, pendampingan dan pelatihan dari kalangan
pendidikan seperti mahasiswa maupun lembaga masyarakat, dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Penjernihan Air dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera). Available at
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/SaringKelor/SaringKelor.html,
Access on 14 March 23:49

Beebe, James. 1995 “Basic Concepts and Techniques of Rapid Appraisal”. Human
Organization, vol. 54, No. 1, Spring.

Saputro, Thomas. Metode Pemberdayaan Masyarakat (RRA dan PRA). Avaiable at


http://www.ilmuternak.com/2015/02/metode-pemberdayaan-masyarakat-rra-
pra.html Accesed on 14 Maret 2018

Pranaka, A.M.W., 1996, Globalisasi, Pemberdayaan dan Demokratisasi


Pemberayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi

Winarni, Tri 1998, Memahami Pemberdayaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam


Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa Menyongsong Abad 21: Menuju
Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat, Aditya Media, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai