Anda di halaman 1dari 7

Upaya Pemulihan Sanitasi Guna Menunjang Kebutuhan Masyarakat Untuk

Mencapai Tujuan SDGs 30


oleh :
Afiifah Nur Sabrina (2021021100)1 , Salsabila Kunti Januar (202102193)2 ,
Syafira Mawada Tanjung (2021021083)3 , dan
Tri Wahyuningjati (2021021090)4
Mata Kuliah Pembangunan Berkelanjutan
Dosen Pengampu : Prof., Ir. Federik Josep Putuhena, M.Sc., Ph.D.
Program Studi Manajemen Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas
Pembangunan Jaya

Pendahuluan
Kurangnya ketersediaan air bersih adalah salah satu masalah yang dihadapi
oleh mayoritas masyarakat Indonesia. ketersediaan air bersih yang cukup juga
menjadi indikator penting pemicu kesejahteraan masyarakat, Kesehatan masyarakat
juga sebagai kebutuhan pokok yang bisa tidak wajib dimiliki oleh setiap orang di
kalangan apapun. Saat ini, Indonesia memiliki 17.5000 pulau yang berarti tanpa
adanya air bersih manusia tidak bisa melakukian aktifitas apapun di kehidupan
sehari-hari dan dapat mengancam kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Maka
dari itu, air bersih adalah hal wajib untuk menjadikan kesehatan seseorang sebagai
hal utama.
Sanitasi diartikan sebagai bentuk perilaku membudidayakan hidup bersih
yang bermaksud sebagai upaya pencegahan manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran serta bahan – bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Sanitasi yang
layak berkaitan langsung dengan kesehatan manusia dan ketersediaan air bersih.
Tidak hanya perihal ketersedian, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan air
bersih.
Pembahasan
Sanitasi bersih merupakan salah satu kunci hidup sehat. Tetapi sangat
disayangkan bahwa ternyata adanya sanitasi bersih di Indonesia belum merata.
Berdasarkan data yang diupload pada situs FKM UI yang berjudul krisis air bersih,
ternyata di Indonesia hanya 2,2 miliar orang yang memiliki sanitasi air yang layak,
4,2 miliar orang lainnya tidak memiliki akses untuk sanitasi air, dan 3 miliar orang
lainnya sama sekali tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Ketidak merataan
akses sanitasi air ini memiliki dampak yang sangat besar terutama bagi masyarakat.
Permasalahan mengenai sanitasi yang dialami oleh masyarakat Indonesia
tidak bisa hanya pemerintah yang menanganinya, tetapi segenap masyarakat
Indonesia harus ikut berperan. Pengelolaan air bersih bukan hanya sekedar menjaga
keberlangsungan air bersih, tetapi juga berkaitann dengan peningkatan mutu air.
Dilansir oleh laman FKM UI terdapat cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk
mengelola air bersih seperti pembuatan intake, dilanjut dengan prasedimentasi,
kemudian melakukan proses koagulasi, lalu melakukan proses filtrasi, dilanjut
dengan proses disinfeksi, dan terakhir adalah proses reservoir.
Sanitasi yang kurang layak memunculkan berbagai penyakit. Dilansir dari
laman tempo.co dalam artikel berjudul “Dampak Sanitasi Buruk Bukan Hanya
Cacingan, Apa Lagi ?” menjelaskan terdapat beberapa penyakit yang muncul ketika
hidup berdampingan dengan sanitasi yang buruk seperti :
1. Diare dan Cacingan

Figure 1 republica.co.id

Penyakit ini sering dialami oleh masyarakat yang memiliki toilet


kurang bersih. Bakteri dan virus yang terdapat di toilet kurang bersih dapat
masuk ke tubuh manusia hingga menyebabkan penyakit diare dan cacingan.
2. Stunting

Figure 2 republica.co.id

Resiko stunting pada anak akan semakin besar. Ketika anak


terjangkit penyakit diare atau cacingan, maka virus dan bakteri tersebut akan
menyerap semua nutrisi yang terdapat dalam tubuh anak tersebut. Hingga
mengakibatkan anak tersebut dapat terkena stunting atau kurang gizi.
3. Tifus

Figure 3 bali.tribunnews.com

Penyakit tifus ini muncul karena tubuh seseorang yang terjangkit


bakteri salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat hidup pada tinja manusia
selama berminggu - minggu. Sedangkan tanpa kita sadari bahwa barang -
barang yang ada disekitar kita bisa saja mengandung tinja.
4. Hepatitis A

Figure 4 dinkominfo.demakkab.go.id

Penyakit hepatitis A juga kerap menjangkit manusia yang tidak rajin


mencuci tangan dan sering kali makan makanan sembarangan dipinggir
jalan. Makanan dan minuman yang pengolahannya tidak menggunakan
bahan - bahan yang bersih dapat meningkatkan resiko terjangkit hepatitis A.
Dari bahaya penyakit yang muncul ketika manusia tidak membiasakan
menjaga kebersihan dapat diminimalisir dengan upaya pemulihan sanitasi. Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah pemberian penghargaan berjenjang
bagi wilayah di Indonesia yang berhasil melakukan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM).
Selain program STBM yang dijalankan oleh pemerintah, terdapat pula
program sanitasi perkotaan berbasis masyarakat (SPBM). Program sanitasi yang
digagas pemerintah untuk masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Pada laman
ciptakarya dijelaskan bahwa pada program SPBM ini berhasil membuat sebagian
masyarakat memiliki sanitasi yang lebih baik. Program ini dilakukan secara
bertahap oleh 1.350 kelurahan yang terletak pada 34 provinsi yang terdapat di
Indonesia.
Apabila pemerintah sudah mengupayakan perbaikan sanitasi tetapi
masyarakat tidak turun serta mengambil peran dalam perbaikan sanitasi maka
tujuan dari perbaikan sanitasi tidak akan terwujud. Oleh sebab itu diperlukan
adanya sinergi dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga lingkungan
termasuk dalam hal sanitasi. Adapun peran yang harus diamabil oleh masyarakat
untuk menciptakan sanitasi yang baik, diantaranya :
1. Peran masyarakat dalam pengidentifikasian masalah yang berkaitan
dengan sanitasi dan air bersih.
2. Peran masyarakat dalam hal pelaksnaan termasuk menyediakan
sumber daya yang diperlukan.
3. Peran serta masyarakat dalam hal penilaian serta pemantapan
Masyarakat memiliki tanggungjawab penuh atas pengelolaan sanitasi di
sekitar wilayah tempat tinggalnya. Ada hal yang lebih besar yang kerap dihadapi
pemerintah untuk perbaikan sanitasi yaitu minimnya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan terutama mengenai sanitasi dan pengelolaan air bersih. Dilansir oleh
situs CNN pada artikel yang berjudul “Kesadaran Masyarakat Indonesia Akan
Kebersihan Masih Rendah” menjelaskan bahwa hanya 20% masyarakat Indonesia
yang memiliki kesadaran tentang kebersihan atau dapat diartikan hanya sekitar 52
juta jiwa penduduk Indonesia yang memiliki kesadaran.
Bagaimana cara pengoptimalan keikutsertaan masyarakat dalam hal
pengelolaan sanitasi dan air bersih jika masih sedikit masyarakat yang paham,
sadar, dan memiliki kepedulian tentang hal tersebut. Langkah utama untuk
mewujudkan sanitasi yang baik adalah munculnya rasa kepedulian masyarakat
tentang kebersihan. Meski data yang dilampirkan pada laman kementerian
kesehatan dengan judul artikel “Pemerintah Utamakan Perbaikan Sanitasi” bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak ada lagi yang buang air (BAB)
sembarangan atau open defecation free (odf).
Kesimpulan
Salah satu permasalahan terbesar masyarakat di Indonesia adalah hidup
disituasi lingkungan yang masih ada dikategori buruk bagi kesehatan, masyarakat
belum memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. Tentu saja
keadaan ini sangat memprihatinkan, dan menimbulkan ancaman kesehatan
terutama penyakit yang berurusan dengan air dan sanitasi. Kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya pemakaian air bersih dan praktik sanitasi yang
sehat juga buruk juga berpengaruh pada kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia.
Jika pengelolaan air bersih dan sanitasi layak tidak dilakukan secara cepat,
maka akan menimbulkan beberapa penyakit yang akan muncul dan hidup
berdampingan dengan masyarakat. Tidak hanya pemerintah, kita selaku masyarakat
juga harus berpartisipasi dalam menjaga kebersihan sanitasi yang ada di lingkungan
sekitarnya. Masyarakat harus memiliki rasa kepedulian mengenai kebersihan, dan
juga perlu memiliki pemahaman mengenai cara pengoptimalan pengelolaan sanitasi
dan air bersih secara mendasar.
DAFTAR PUSTAKA

Elysia, Vita. 2018. “Air dan Sanitasi : Dimana Posisi Indonesia?”.Universitas


Terbuka.
http://eprints.undip.ac.id/4624/1/dodyTA.pdf,diakses pada 4 September 2022
https://www.diandesa.org/daily-blog-project-news/peran-serta-masyarakat-dalam-
perbaikan-sanitasi/ pada 5 September 2022
https://dinkominfo.demakkab.go.id/berita/detail/penyakit-hepatitis-tidak-ada-
faktor-keturunan pada 5 September 2022
Helmi, R., 2021. Kebutuhan Air Berkelanjutan – ILMU LINGKUNGAN UNS.
[online] Il.mipa.uns.ac.id. Available at: <https://il.mipa.uns.ac.id/kebutuhan-air-
berkelanjutan/> pada 4 September 2022
Ambarwati, R. D. (2014). Manfaat air bagi kehidupan manusia. Artikel Lingkungan
Hidup, 4(2), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai