Anda di halaman 1dari 6

1.

Kode Kegiatan : F2
Tanggal Kegiatan : 15 Juli 2021
Judul Laporan: Upaya peningkatan taraf Kesehatan lingkungan dengan penggunan jamban
sehat
Latar Belakang

Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene,
dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang
air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37% penduduk pedesaan
mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program.
Menurut World Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005, Buruknya
kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah 3 tahun yaitu
sebesar 19% hatau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan
kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto. Kondisi seperti
ini dapat dikendal ikan melalui intervensi terpadu melalu pendekatan sanitasi total. Hal ini
dibuktikan melalui hasil WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan
perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke
air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat untuk menambah
perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitme pemerintah
dalam mencapai target Millenium Development Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh
dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban disebut sehat untuk
daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak mengotori permukaan
tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak dapat
terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah
digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima pemakainya.
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu
berbeda dengan di perkotaan, oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan harus
memenuhi persyaratan jamban sehat seperti yang tersebut diatas. Terdapat dua jenis jamban
yang sering kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis cemplung dan leher angsa.
Disebut cemplung karena kotoran yang masuk langsung menuju ke tempat penampungan
kotoran tanpa melewati penghalang dari udara luar, hal itu memungkinkan hewan seperti
lalat dan kecoa dan keluar masuk dari penampungan kotoran. Jenis leher angsa merupakan
jenis yang paling direkomendasikan, karena pada jenis ini terdapat genangan air yang
berfungsi untuk mencegah hewan masuk dan keluar dan penampungan kotoran.

PERMASALAHAN
a. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
c. Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat
d. Sosial ekonomi sangat mempengaruhi kepemilikan jamban sehat

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang jamban sehat melalui penyuluhan terhadap
masyarakat yang akan dilakukan vaksinasi tahap 1 di Puskesmas Rangkasbitung.

Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi tentang jamban sehat kepada masyarakat di Puskesmas
Rangkasbitung tentang definisi jamban sehat, syarat jamban sehat, dan dampak jika tidak menggunakan
jamban sehat.

Evaluasi dan monitoring

Penyuluhan dilaksanakan dengan baik. Masyarakat yang datang mendengarkan dengan antusias.
Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kode Kegiatan : F2
Tanggal Kegiatan : 2 Juli 2021
Judul Laporan: Pengelolaan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Rangkasbitung
Latar Belakang

Lingkungan hidup yang bersih dan sehat merupakan dambaan bagi setiap warga masyarakat.
Lingkungan bersih dan sehat juga merupakan salah satu modal dasar penting bagi pembangunan manusia
Indonesia karena kualitas lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat. Oleh karena
itu pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus berupaya untuk menciptakan lingkungan menjadi
bersih dan sehat.

Banyak aktivitas manusia yang berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan, misalnya pengelolaan
sampah dan limbah yang kurang baik, meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang tidak mampu
didegradasi oleh alam, meningkatnya jumlah dan penggunaan kendaraan pribadi dan kendaraan yang tidak
layak jalan, dan operasi industri yang berpengelolaan buruk.

Permasalahan

Kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan semakin
memperparah kondisi lingkungan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai atau
selokan yang dapat menyebabkan meluapnya air sungai atau banjir yang tidak terduga. Bahkan banyak
berdiri bangunan yang tidak memikirkan saluran air pembuangan sehingga air tidak mengalir normal atau
sistem drainase yang tidak berjalan karena banyaknya penyumbatan. Rendahnya kualitas lingkungan akan
berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Lingkungan yang tidak terawat, kumuh dan kotor akan
menjadi tempat berkembangnya berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit dan organisme
vektor pembawa penyakit. Akibatnya masyarakat menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Kondisi ini jelas akan menghambat pembangunan yang sedang dijalankan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang akan dilakukan Vaksinasi
tahap 2 di puskesmas rangkasbitung tentang arti penting kesehatan lingkungan, hubungan kesehatan dan
lingkungan, dan teknik menjaga kebersihan lingkungan.

Pelaksanaan

Penyuluhan materi dilakukan kepada 25 masyarakat di Puskesmas Rangkasbitung

Evaluasi dan monitoring

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan masyarakat terlihat antusias dengan materi yang disampaikan.
Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik.
3. Kode Kegiatan : F2
Tanggal Kegiatan : 10 Juli 2021
Judul Laporan: Upaya Kesehatan Masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di
Puskesmas Rangkasbitung
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupkan infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya
berkembang biak di daerah berpendudukan tinggi seperti kota-kota besar yang beriklim
hangat dan lembap. Masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang menimbulkan
dampak sosial maupun ekonomi, sering menimbulkan keresahan masyarakat karena
perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD sebab virus
penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di seluruh Indonesia.

Permasalahan

Lebak termasuk daerah endemis DBB, yang setiap tahunnya selalu terjadi kasus DBD
terutama di akhir dan awal tahun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kondisi
cuaca yang tidak menentu dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pencegahan DBD

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Mengingat sangat berbahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya pemberantasan yang
komprehensi dari penyakit tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN 3M-Plus) untuk menanggulangi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama
yang dianggap efektif, efisien, dan ekonomis untuk memberantas vector penular DBD, mengingat
obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum ditemukan. Pemberantasan vector dapat dilakukan
terhadap nyamuk dewasa maupun jentiknya.
Pelaksanaan
Bersamaan dengan dilakukannya vaksinasi tahap 2 di Puskesmas Rangkasbitung, kita sebagai
tenaga medis tidak akan bosan mengingatkan melalui penyuluhan kepada masyarakat mengenai
Upaya Kesehatan Masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Monitoring dan Evaluasi

Masih terdapat beberapa tempat yang memudahkan jentik nyamuk Aedes aegypthi berkembang
biak, baik itu berupa tempat penampungan air yang tidak tertutup, tempat pembuangan sampah,
barang bekas, dan limbah pohon yang terletak di belakang rumah, saling bertumpukan dengan
sampah dari rumah warga lainnya.
Kegiatan PHN kali ini cukup mendapatkan apresiasi dari warga yang dikunjungi. Namun tetap perlu
diberikan pemahaman berkelanjutan dan bertahap kepada masyarakat mengenai pentingnya PHN,
terutama PHN mandiri dan kontinu agar nyamuk tidak berkembang biak di sekitaran rumah warga.
4. Kode Kegiatan : F2
Tanggal Kegiatan : 2 Agustus 2021
Judul Laporan: Penyuluhan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Puskesmas
Rangkasbitung
Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu
permasalahan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah masalah kesehatan lingkungan.

Permasalahan kesehatan lingkungan yang mendominasi adalah masalah sanitasi. Tantangan pembangunan
sanitasi di Indonesia adalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan
lainnya.

Permasalahan

Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2019
poin 7c, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh
dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. Data dari BPS dan KemenPU tahun 2012
menyebutkan bahwa capaian akses sanitasi layak masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 57,35%
dengan target MDG’s 2019 sebesar 62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi masyarakat kita yang
masih menjadi perhatian pemerintah sampai tahun 2019.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan bersamaan dengan dilakukannya vaksinasi tahap
1 di Puskesmas Rangkasbitung mengenai 5 pilar STBM yang mencakup : Stop Buang air besar
Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga,
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.

Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan kepada lebih dari 20 orang di puskesmas Rangkasbitung.

Monitoring dan evaluasi

Penyuluhan terlaksana dengan baik. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dapat
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai