Anda di halaman 1dari 10

BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP

Pelayanan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Kegiatan Vaksinasi Dasar atau Bias (Pasien 1)

Tanggal Kegiatan 05 – 12 – 2022

Judul Laporan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) / Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Kegiatan

Identitas Pasien An. HA (06 Tahun)

Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit khususnya pada balita yang
mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit. Tujuan jangka pendek
diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit secara perorangan dan kelompok sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi suatu penyakit.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha memberikan perlindungan
terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus Neonatal bisa dicegah dengan mengimunisasi
Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar kehamilan, yang akan memproteksi ibu
dan bayi melalui transfer antibody tetanus ke bayi (Proverawati, 2010). Berdasarkan laporan Analisis
Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015 yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang
bekerja sama dengan Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab
utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang
lebih tinggi dibandingkan Negara maju (Suryati, 2015).

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko
kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi
Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi
lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.
Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan
atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup (Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8%
(18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus
Toksoid yang rendah (Depkes RI, 2016).

Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
yang merupakan salah satu program dari puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap penyakit Tetanus Toksoid
Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih banyak ibu hamil yang
belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi yang dikandungnya dan berapa
kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Suryati, 2015).

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap
penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini
disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat
kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan
imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya
MUHAMMAD RIZKI RAMADANA
serentak di Indonesia dengan nama Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS
ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu
pada himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan operasional dari
imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan
sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di
seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak
Rubella  untuk anak kelas 1 SD atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Difteri (TD) pada
anak kelas 2 dan kelas 5  SD atau sederajat (MI/SDLB). 

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini merupakan
komitmen pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu, berdasarkan Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indionesia Nomor 12 Tahun 2017  tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui
pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan
sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai
penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberitahuan kepada orang tua murid dan guru di SD Negeri 2 Lut Tawar di Kecamatan Lut Tawar
akan ada pelaksanaan kegiatan imunisasi TT (BIAS).

Screening dan pemeriksaan suhu sebagai syarat dilakukan imunisasi MR, apabila syarat sudah
terpenuhi maka peserta dapat disuntik secara Intramuskular di lengan atas sebelah kiri.

Pelaksanaan

Nama : An. HA.


Gambaran
Usia : 06 Tahun.
Pelaksanaan
Jenis Kelamin : Laki – Laki.
Jenis Vaksin : TT

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan dilaksanakan dengan lancar dan kondusif, namun ada beberapa murid yang menolak di
lakukan Vaksinasi TT dengan alasan tidak memiliki izin dari orang tua, sehingga sebagai evaluasi
perlu di adakan sosialisasi ulang kepada orang tua, murid, dan guru mengenai vaksinasi TT dan
BIAS sebelum dilakukan kegiatan Vaksinasi.

Pelayanan Pelayanan Pencegahan Penyakit MenularKegiatan Vaksinasi Dasar atau Bias (Pasien 2)

Tanggal Kegiatan 05 – 12 – 2022

Judul Laporan Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) / Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

MUHAMMAD RIZKI RAMADANA


Identitas Pasien An. Z (06 Tahun)

Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit
secara perorangan dan kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi
suatu penyakit.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha
memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus Neonatal bisa
dicegah dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar
kehamilan, yang akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibody tetanus ke bayi
(Proverawati, 2010). Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015
yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan
Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju (Suryati, 2015).

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis
dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup (Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (Depkes RI,
2016).

Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan


morbiditas yang merupakan salah satu program dari puskesmas. Bila ibu hamil tidak
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap
penyakit Tetanus Toksoid Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat
masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri
dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara
pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Suryati, 2015).

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi
terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia
anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.
Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah
dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan
UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1
MUHAMMAD RIZKI RAMADANA
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan
tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri
adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas
ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan
berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak Rubella  untuk anak kelas 1 SD
atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Difteri (TD) pada anak kelas 2 dan kelas 5
SD atau sederajat (MI/SDLB). 

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini
merupakan komitmen pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indionesia Nomor 12 Tahun
2017  tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus
dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberitahuan kepada orang tua murid dan guru di SD Negeri 2 Lut Tawar di Kecamatan
Lut Tawar akan ada pelaksanaan kegiatan imunisasi TT (BIAS).

Screening dan pemeriksaan suhu sebagai syarat dilakukan imunisasi MR, apabila syarat
sudah terpenuhi maka peserta dapat disuntik secara Intramuskular di lengan atas sebelah
kiri.

Pelaksanaan

Nama : An. Z.
Gambaran Pelaksanaan
Usia : 06 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki – Laki.
Jenis Vaksin : TT

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan dilaksanakan dengan lancar dan kondusif, namun ada beberapa murid yang
menolak di lakukan Vaksinasi TT dengan alasan tidak memiliki izin dari orang tua,
sehingga sebagai evaluasi perlu di adakan sosialisasi ulang kepada orang tua, murid, dan
guru mengenai vaksinasi TT dan BIAS sebelum dilakukan kegiatan Vaksinasi.

Kegiatan Vaksinasi Dasar atau Bias (Pasien 3)

Tanggal Kegiatan 05 – 12 – 2022

Judul Laporan Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) / Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Identitas Pasien An. R (07 Tahun)

Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
MUHAMMAD RIZKI RAMADANA
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit
secara perorangan dan kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi
suatu penyakit.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha
memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus Neonatal bisa
dicegah dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar
kehamilan, yang akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibody tetanus ke bayi
(Proverawati, 2010). Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015
yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan
Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju (Suryati, 2015).

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis
dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup (Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (Depkes RI,
2016).

Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan


morbiditas yang merupakan salah satu program dari puskesmas. Bila ibu hamil tidak
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap
penyakit Tetanus Toksoid Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat
masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri
dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara
pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Suryati, 2015).

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi
terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia
anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.
Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah
dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan
UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan

MUHAMMAD RIZKI RAMADANA


tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri
adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas
ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan
berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak Rubella  untuk anak kelas 1 SD
atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Difteri (TD) pada anak kelas 2 dan kelas 5
SD atau sederajat (MI/SDLB). 

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini
merupakan komitmen pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indionesia Nomor 12 Tahun
2017  tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus
dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberitahuan kepada orang tua murid dan guru di SD Negeri 2 Lut Tawar di Kecamatan
Lut Tawar akan ada pelaksanaan kegiatan imunisasi TT (BIAS).

Screening dan pemeriksaan suhu sebagai syarat dilakukan imunisasi MR, apabila syarat
sudah terpenuhi maka peserta dapat disuntik secara Intramuskular di lengan atas sebelah
kiri.

Pelaksanaan

Nama : An. R.
Gambaran Pelaksanaan
Usia : 07 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki – Laki.
Jenis Vaksin : TT

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan dilaksanakan dengan lancar dan kondusif, namun ada beberapa murid yang
menolak di lakukan Vaksinasi TT dengan alasan tidak memiliki izin dari orang tua,
sehingga sebagai evaluasi perlu di adakan sosialisasi ulang kepada orang tua, murid, dan
guru mengenai vaksinasi TT dan BIAS sebelum dilakukan kegiatan Vaksinasi.

Kegiatan Vaksinasi Dasar atau Bias (Pasien 4)

Tanggal Kegiatan 05 – 12 – 2022

Judul Laporan Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) / Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Identitas Pasien An. HK (07 Tahun)

Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
MUHAMMAD RIZKI RAMADANA
suatu penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit
secara perorangan dan kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi
suatu penyakit.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha
memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus Neonatal bisa
dicegah dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar
kehamilan, yang akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibody tetanus ke bayi
(Proverawati, 2010). Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015
yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan
Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju (Suryati, 2015).

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis
dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup (Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (Depkes RI,
2016).

Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan


morbiditas yang merupakan salah satu program dari puskesmas. Bila ibu hamil tidak
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap
penyakit Tetanus Toksoid Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat
masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri
dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara
pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Suryati, 2015).

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi
terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia
anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.
Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah
dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan
UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan
tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri

MUHAMMAD RIZKI RAMADANA


adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas
ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan
berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak Rubella  untuk anak kelas 1 SD
atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Difteri (TD) pada anak kelas 2 dan kelas 5
SD atau sederajat (MI/SDLB). 

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini
merupakan komitmen pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indionesia Nomor 12 Tahun
2017  tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus
dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberitahuan kepada orang tua murid dan guru di SD Negeri 2 Lut Tawar di Kecamatan
Lut Tawar akan ada pelaksanaan kegiatan imunisasi TT (BIAS).

Screening dan pemeriksaan suhu sebagai syarat dilakukan imunisasi MR, apabila syarat
sudah terpenuhi maka peserta dapat disuntik secara Intramuskular di lengan atas sebelah
kiri.

Pelaksanaan

Nama : An. HK.


Gambaran Pelaksanaan
Usia : 07 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Jenis Vaksin : TT

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan dilaksanakan dengan lancar dan kondusif, namun ada beberapa murid yang
menolak di lakukan Vaksinasi TT dengan alasan tidak memiliki izin dari orang tua,
sehingga sebagai evaluasi perlu di adakan sosialisasi ulang kepada orang tua, murid, dan
guru mengenai vaksinasi TT dan BIAS sebelum dilakukan kegiatan Vaksinasi.

Kegiatan Vaksinasi Dasar atau Bias (Pasien 5)

Tanggal Kegiatan 05 – 12 – 2022

Judul Laporan Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) / Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Identitas Pasien An. S (07 Tahun)

Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit
secara perorangan dan kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi
MUHAMMAD RIZKI RAMADANA
suatu penyakit.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai usaha
memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus (Rinaldi, 2016). Tetanus Neonatal bisa
dicegah dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil maupun diluar
kehamilan, yang akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibody tetanus ke bayi
(Proverawati, 2010). Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015
yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan
Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju (Suryati, 2015).

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis
dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup (Depkes RI, 2016). Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah (Depkes RI,
2016).

Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan


morbiditas yang merupakan salah satu program dari puskesmas. Bila ibu hamil tidak
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap
penyakit Tetanus Toksoid Neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat
masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri
dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara
pemberian imunisasi TT1 dan TT2 (Suryati, 2015).

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi
terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia
anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.
Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah
dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan
UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan
tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 5 di seluruh Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri
adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas
ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan

MUHAMMAD RIZKI RAMADANA


berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak Rubella  untuk anak kelas 1 SD
atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Difteri (TD) pada anak kelas 2 dan kelas 5
SD atau sederajat (MI/SDLB). 

Pemberian imunisasi bagi para anak usia SD atau sederajat (MI/SDLB) ini
merupakan komitmen pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Selain itu, berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indionesia Nomor 12 Tahun
2017  tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi bahwa imunisasi sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus
dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga
mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberitahuan kepada orang tua murid dan guru di SD Negeri 2 Lut Tawar di Kecamatan
Lut Tawar akan ada pelaksanaan kegiatan imunisasi TT (BIAS).

Screening dan pemeriksaan suhu sebagai syarat dilakukan imunisasi MR, apabila syarat
sudah terpenuhi maka peserta dapat disuntik secara Intramuskular di lengan atas sebelah
kiri.

Pelaksanaan

Nama : An. S.
Gambaran Pelaksanaan
Usia : 07 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Jenis Vaksin : TT

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan dilaksanakan dengan lancar dan kondusif, namun ada beberapa murid yang
menolak di lakukan Vaksinasi TT dengan alasan tidak memiliki izin dari orang tua,
sehingga sebagai evaluasi perlu di adakan sosialisasi ulang kepada orang tua, murid, dan
guru mengenai vaksinasi TT dan BIAS sebelum dilakukan kegiatan Vaksinasi.

MUHAMMAD RIZKI RAMADANA

Anda mungkin juga menyukai