0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas rekomendasi terbaru dari Komite Penasehat tentang Imunisasi Practices (ACIP) mengenai penggunaan vaksin Tdap pada ibu hamil untuk mencegah pertusis pada bayi. ACIP merekomendasikan pemberian vaksin Tdap selama kehamilan untuk menyediakan perlindungan bagi bayi dari pertusis dan melindungi ibu dari pertusis pada saat bersalin.
Dokumen tersebut membahas rekomendasi terbaru dari Komite Penasehat tentang Imunisasi Practices (ACIP) mengenai penggunaan vaksin Tdap pada ibu hamil untuk mencegah pertusis pada bayi. ACIP merekomendasikan pemberian vaksin Tdap selama kehamilan untuk menyediakan perlindungan bagi bayi dari pertusis dan melindungi ibu dari pertusis pada saat bersalin.
Dokumen tersebut membahas rekomendasi terbaru dari Komite Penasehat tentang Imunisasi Practices (ACIP) mengenai penggunaan vaksin Tdap pada ibu hamil untuk mencegah pertusis pada bayi. ACIP merekomendasikan pemberian vaksin Tdap selama kehamilan untuk menyediakan perlindungan bagi bayi dari pertusis dan melindungi ibu dari pertusis pada saat bersalin.
Updated Recommendations for Use of Tetanus Toxoid, Reduced Diphtheria
Toxoid, and Acellular Pertussis Vaccine (Tdap) in Pregnant Women — Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), 2012
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh Clostridium Tetan. Tetanus lebih sering terjadi pada bayi baru lahir atau Tetanus Neonatorum (TN) yang disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang steril. Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun otot mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, kesulitan menelan, susah bernapas, dan kekakuan pada leher serta tubuh.Orangtua terutama ibu perlu memiliki pengetahuan dan kesiapan agar kehamilan dan bayi yang dilahirkannya tetap sehat, karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Penyebab kematian pada ibu dan bayi salah satunya adalah penyakit tetanus. Pada Oktober 2011, dalam upaya untuk mengurangi beban pertussis pada anak yang baru dilahirkan, Komite Penasehat tentang Imunisasi Practices (ACIP) menyarankan agar ibu hamil yang tidak divaksinasi perempuan menerima dosis toksoid tetanus untuk mengurangi difteri toxoid (1). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan peningkatan cakupan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil yang berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. Tujuan khusus dari program imunisasi adalah tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal. Vaksinasi wanita dengan Tdap selama kehamilan diharapkan untuk menyediakan beberapa perlindungan untuk bayi dari pertusis sampai mereka tua cukup untuk divaksinasi sendiri. Tdap diberikan untuk wanita hamil wanit akan merangsang perkembangan antipertussis ibu terhadap antibodi, yang akan melewati plasenta, mungkinmenyediakan bayi yang baru lahir dengan perlindungan terhadap pertusis dikehidupan awal, dan akan melindungi ibu dari pertusis di sekitar waktu persalinan, membuatnya cenderung menjadi terinfeksi dan mengirimkan pertusis ke bayinya. Pada 24 Oktober 2012, ACIP memilih untuk merekomendasikan penggunaan Tdap selama setiap kehamilan, rekomendasi terbaru tentang penggunaan Tdap pada wanita hamil bertujuan untuk mengoptimalkan strategi untuk mencegah pertusis morbiditas dan mortalitas pada bayi, rendahnya hasil cakupan imunisasi TT lengkap pada ibu hamil berarti akan mengurangi keberhasilan program imunisasi dalam melindungi ibu hamil dan bayi dari penyakit tetanus. Banyak faktor yang berhubungan dengan pencapaian cakupan imunisasi TT ibu hamil seperti pelatihan petugas imunisasi, kerjasama lintas program, lintas sektoral, pencatatan dan pelaporan, pemantauan wilayah setempat (PWS), dan penyuluhan. Berdasarkan masalah di atas, pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil agar ibu dan bayi yang dilahirkannya terhindar dari penyakit tetanus, sehingga penggunaan imunisasi TT pada ibu hamil dapat dicapai secara maksimal. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan ibu hamil adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Kegiatan dari pendidikan kesehatan ditujukan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan (1, 2, 3). Pencegahan terhadap penyakit tetanus pada bayi baru lahir, tidak cukup hanya dengan program pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil oleh tenaga kesehatan dari pemerintah yang terdidik dan terlatih serta fasilitas kesehatan yang memadai saja, tetapi sikap dan perilaku masyarakat juga penting. Perilaku sehat oleh keluarga terutama ibu dalam hal ini memberikan kontribusi yang besar terhadap status derajat kesehatan. Perilaku seseorang atau masyarakat termasuk perilaku pemberian imunisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi, yaitu pengetahuan ibu dimana tingkatpengetahuan akan mempengaruhi perilaku individu. Semakin baik pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi maka akan makin tinggi tingkat kesadaran ibu untuk berperan serta dalam kegiatan posyandu atau imunisasi. Program imunisasi TT dapatberhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dari orang yang memilikimanusia dapat terinfeksi oleh kuman difteria, pertusis, dan tetanus, namun pada mereka yang mempunyai kekebalan walaupun terinfeksi namun gejala klinis lebih ringan dengan angka kematian yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mendapat imunisasi (4). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaanya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Sustainable DevelopmentGoals (SGDs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan ini hadir menggantikan Millenium Development Goals (MGDs) yang disepakati oleh 198 negara ditahun 2000. Target rincian telah disusun dalam 17 indikator yang akan dicapai sampai dengan tahun 2030 (5). Pelaksanaan program skrining banyak manfaat yang akan didapat dari pelaksanaanprogram skrining status TT WUS, yaitu selain sebagai upaya deteksi dini terhadap munculnya kasus tetanus (baik maternal maupun neonatal), juga sebagai upaya untuk menjadikan setiap wanita dalam seumur hidupnya agar cukup mendapatkan suntikan TT sebanyak 5-6 kali saja untuk memperoleh status T5. Jadi, tidak perlu diberikan suntikan yang berlebihan. Ada dua alasan ditetapkan demikian, yaitu 1) menurut rekomendasi WHO bahwa cukup dengan perolehan status T5 saja maka akan cukup memberikan kekebalan seumur hidup bagi seseorang terhadap tetanus dengan jadwal dan dosis pemberian imunisasinya sesuai dengan yang telah direkomendasikandan 2) agar pemberian imunisasi TT bisa dilakukan secara efektif (berhasil guna) dan efisien (berdaya guna), terutama dalam penggunaan anggaran negara untuk pembelian vaksin TT (Tetanus Toxoid) tersebut.. Dalam 30 menit pertama setelah imunisasi tidak didapatkan reaksi ikutan yang dilaporkan. Reaksi lokal dan sistemik yang terjadi selama 3 hari pertama setelah imunisasi dapat dilihat pada. Reaksi lokal berupa nyeri terdapat pada 65% subjek setelah imunisasi ke-1 dan berkurang setelah imunisasi ke-2 dan ke-3, penurunan ini secara statistik tidak bermakna (p =0,012). Namun, untuk keluhan lokal lainnya, yaitu kemerahan, bengkak dan penebalan terjadi penurunan secara bermakna setelah imunisasi yang ke-2 dan ke- 3. Reaksi sistemik demam setelah imunisasi pertama terjadi pada 63% subjek dan berkurang setelah imunisas ke-2 dan ke-3, namun secara statisitik tidak bermakna (p =0,021). Untuk keluhan sistemik lainnya berupa iritabilitas terjadi penurunan dari 58% setelah imunisasi ke-1, menjadi 28% setelah imunisasi ke-3, dan perbedaan ini secara statistik bermakna (p <0,001). Selama penelitian tidak ditemukan reaksi ikutan berat, sebagian besar kejadian lokal dan sistimik yang dapat dikategorikan mempunyai derajat ringan yang dalampemantauan selanjutnya hilang tanpa meninggalkan gejala sisa (6). Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda dan analisa data yang berbeda. Meningkatkan perSebagian besar petugas memiliki kapasitas yang meliputi pengetahuan dan pelatihan dengan tingkat yang sedang (59%), motivasi instrinsik (pekerjaan itu sendiri, prestasi, tanggung jawab, pengakuan, dan pengembangan diri) dengan tingkat yang tinggi (71%), dan motivasi ekstrinsik (kondisi kerja,Pelatihan merupakan suatu proses aplikasi yang diberikan untuk membantu para tenaga kerja dalam memperoleh efektivitas kerja, baik dalam masa sekarang maupun dalam masa yang akan datang.. Dari hasil penelitian terhadap pengetahuan dan pelatihan yang pernah diikuti responden, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki kapasitas dengan tingkat yang sedang (59%). Jadi, supervisi, dan keamanan dengan tingkat yang tinggi (53%). Pelaksanaan proan petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai pentingnya imunisasi TTyang dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum. Mengadakan pelatihan atau kaderisasi sehingga cakupan pemberian informasi dapat meluas (7). DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. Morbidity and mortality weekly Report. Updated recommendations
for use of tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and Acellular Pertussis Vaccine (Tdap) in pregnant women — Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), 2012.MMWR 2013; 62(07): 131-135.
2. Syamson MM, Fadriyanto. Faktor yang berhubungan dengan pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil diwilayah kerja puskesms Rappang Kabupaten Sidrap Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 2018; 12(02): 117-181.
3. Manutu J1, Berthina HK, Ellen P. Hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi tetanus toxoid di puskesmas rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Bidan 2013; 01(01): 31-36.
4. Yuliana A, Mursudarinah. Hubungan tingkat pengetahuan dengan status
imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil trimester 3 di pkb bidan desa Ngasinan Bulu Sukoharjo. Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 2017; 04(02): 1-13.
5. Aprida S, Sri UW, Yesi H. Efektifitas Pendidikan kesehetan tentang
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) terhadap pengetahuan ibu hamil tentang imunisasiTT. Health education, knowledge, tetanus toxoid immunization.1-9.
6. Khoiri A, Dewi R, Ahmad F. Evaluasi program skiring status tetanus
toxoid pada wanita usia subur di Jember tahun 2010. Jurnal kebijakan kesehatan Indonesia 2012; 01(01): 2-6.