PENDAHULUAN
komplek dan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu dilakukan usaha
yang berkesinambungan dan terpadu. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas ini, perlu dilakukan sedini mungkin sejak usia bayi atau dalam usia
kehamilan. Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang
mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi tersebut, pencegahan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah pemberian Imunisasi pada bayi dan pada ibu hamil.
individu akan menjadi kebal terhadap penyakit infeksi tertentu. Imunisasi memberikan
penularan penyakit, sehingga anak anak dapat terhindar dari penyakit penyakit
dirasakan sangat penting bagi masyarakat khususnya untuk ibu hamil, bayi baru lahir,
anak sekolah, dan wanita usia subur termasuk calon pengantin. Bayi dan anak anak
merupakan kelompok anak yang sangat rentan terserang penyakit sebab daya tahan
tubuh mereka yang masih rendah. Oleh sebab itu, pemerintah mewajibkan pemberian
imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.
Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi diantaranya
adalah pemberian imunisasi TT (Teetanus Toxoid) kepada calon pengantin wanita dan ibu
hamil. Pada ibu hamil, imunisasi TT ini diberikan selama masa kehamilannya dengan
frekuensi dua kali dan interval waktu minimal empat minggu. Tujuan imunisasi ini adalah
memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus neonatorium kepada bayi yang akan
cakupan imunisasi TT ibu hamil perlu ditingkatkan secara sunguh sungguh dan
menyeluruh.
Departemen Agama : No. 2 tahun 1989 no 162-I/ PD.0304. EI tanggal 6 Maret 1989
tentang imunisasi TT calon pengantin bahwa calon pengantin sudah di imunisasi TT rang
kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di KUA
Imunisasi tetanus toksoid (vaksin tetanus toksoid) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit tetanus. Tetanus adalah penyakit serius
yang disebabkan oleh bakteri Bakteri Clostridium tetani yang tinggal di tanah, debu,
barang berkarat, kotoran hewan, dsb. Imunisasi tetanus toxoid menghadapkan individu
untuk sejumlah kecil bakteri yang menyebabkan tubuh untuk mengembangkan kekebalan
terhadap penyakit.
Tetanus neonatrum masih menjadi salah satu penyebab tersering kematian neonatal
di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu strategi
cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karna itu, Depkes RI mulai mengembangkan
intensifikasi imunisasi TT pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin (Depkes RI,
2008). Namun sampai saat ini program tersebut belum terlaksana dengan baik.
Dari hasil pengamatan dan wawancara pada saat studi pendahuluan yang dilakukan
di KUA Palabuhanratu, penulis mendapatkan informasi bahwa bagi calon pengantin yang
pernikahan dengan kartu imunisasi TT, tetap diberikan surat ijin menikah. Karna program
persyaratan pendukung.
(2010), faktor faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT wanita usia subur
antara lain umur, status perkawinan, pengetahuan, anjuran, sikap, kebutuhan terhadap
layanan kesehatan. Menurut hasil penelitian Sukmara (2013) , variable yang berpengaruh
jarak, dan anjuran. Menurut penelitian Sumartini (2014), faktor yang berhubungan
dengan imunisasi TT pada calon pengantin adalah pendidikan, pengetahuan, jarak, dan
ketersediaan kartu TT. Sedangkah dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada
bahwa faktor faktor yang menyebabkan beberapa calon pengantin wanita tidak
melakukan imunisasi TT antara lain karna tidak mengetahui adanya program imunisasi
bagi calon pengantin, tidak terlalu diwajibkan oleh pihak KUA karna hanya sebagai
persyaratan pendukung, takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja sehingga tidak ada
waktu untuk ke Puskesmas/ klinik, dan jauhnya jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan.
Menurut WHO (2010), angka kejadian infeksi tetanus neonatorum tahun 2009
mencapai 13% dari seluruh jumlah bayi lahir di dunia. Angka kejadian di wilayah Asia
Tenggara tahun 2009 mencapai 13% dan di Indonesia mencapai 15%. Tetanus
20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100
kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit
7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18%
kelompok > 10 tahun, dan sisanya pada bayi <12 bulan. Angka kematian keseluruhan
antara 6,7-30%.4
Menurut data Departemen Kesehatan RI, 75 % kematian bayi terjadi pada masa
perinatal. Kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar
57,1 % (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare) proporsi kematian karena tetanus
neonatorum 9,5 %.
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2007 angka
kematian bayi di jawa barat sebesar 39/1000 kelahiran hidup. Kasus kematian neonatal
memiliki proporsi sebesar 68 % dari kematian bayi 56% disebabkan karena infeksi
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2013 jumlah
kematian bayi yang disebabkan oleh Tetanus Neonatorum berjumlah 2 orang dari 39.373
kelahiran hidup.
Pada tahun 2013, cakupan imunisasi TT di Kabupaten Sukabumi telah mencapai
34,30% untuk pemberian TT1, sedangkan untuk TT2 mencapai 37,73%, untuk TT3
mencapai 13,33%, TT4 mencapai 7,74% dan TT5 mencapai 8,80%. Sedangkan di wilayah
kerja puskesmas Palabuhanratu cakupan imunisasi TT pada tahun 2013 mencapai 72,12
untuk TT1, sedangkan TT2 mencapai 27,57%, TT3 mencapai 14,70%, TT4 mencapai
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
2017
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Faktor Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Calon Pengantin melakukan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2017.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Sukabumi, dan petugas kesehatan terutama Bidan untuk melakukan sosialisasi atau
penyuluhan yang lebih meluas agar seluruh pasangan calon pengantin mengetahui
kartu imunisasi sebagai bukti telah melaksanakan imunisasi tetanus toxoid bagi calon
pengantin menjadi persyaratan wajib demi terlaksananya program imunisasi lengkap
bacaan bagi mahasiswa yang dapat menambah wawasan dan ilmu terutama mengenai
metode penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Tetanus Toxoid
melalui tali pusat selama proses persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses
persalinan yang tidak steril, baik dari peralatan yang terkontaminasi maupun obat
pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril merupakan alas an utama
terjadinya tetanus neonatrum, misalnya pertolongan tali pusat dengan bambu atau
gunting yang tidak steril, setelah tali pusat dipotong dibubuhi dengan abu, tanah
minyak, daun daunan, dan sebaginya (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
2009).
panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron , bersifat gram positif, membentuk
spora, dan hidup obligat anaerob. Kuman ini berbentuk eksotoksin yang disebut
tetanospasmin, suatu neurotoksin (menyerang sistem syaraf) yang kuat. Bakteri ini
dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia, dan juga pada
tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Masa inkubasi dari toksin
tersebut 5-14 hari, tetapi juga bisa lebih pendek (1-3 hari atau beberapa minggu). Ada
tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis: localized tetanus (tetanus local),
cephalic tetanus, dan generalized tetanus (tetanus umum). Selain itu ada juga yang
membagi berupa neonatal tetanus. Karakteristik dari tetanus antara lain kejang
bertambah berat selama tiga hari pertama, dan menetap selama 5-7 hari, setelah 10
hari frekuensi kejang mulai berkurang, setelah dua minggu kejang mulai hilang,
kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus), kejang otot berlanjut ke kaku
kuduk (opistotonus), dan karna kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksisa
dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur columna vertebralis (pada
bidan 20 kasus (24,39 %), dan selebihnya melalui dokter 6 kasus (7,32%). Berat
ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa
jelek jika : umur bayi lebih dari 7 hari, masa inkubasi 7 hari atau kurang, periode
timbulnya gejala kurang dari 18 jam, dijumpai kaku otot (Ritarwan, 2013).
tetanus neonatrum antara lain peningkatan cakupan imunisasi pada wanita usia subur,
persalinan bersih, serta perawatan tali pusat yang bersih, peningkatan kegiatan
surveilans dalam rangka penemuan dini kasus tetanus neonatrum dan penentuan
faktor resiko yang menjadi penyebab, serta pelayanan rujukan baik puskesmas
maupun rumah sakit dengan rawat inap dan penyuluhan melalui kader, tokoh
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Bidan Lia, 2010). Vaksin jerap TT (Tetanus
Toksoid) adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan
terabsorpsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfot. Thimersol 0,1 mg/ml digunakan sebagai
untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi (Depkes RI, 2006).
Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu
hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki
antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan
melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi adalah
memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit tertentu
toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan diberikan melalui
suntikan vaksin tetanus toksoid kepada ibu hamil. Dengan demikian, setiap ibu hamil
telah mendapat perlindungan untuk bayi yang akan dilahirkannya terhadap bahaya
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh) standar yaitu
(1993) dalam Wahab & Julia (2002) TT (tetanus toksoid) adalah vaksin yang sangat
efektif, persentase kegagalannya sangat kecil, efektifitas dua dosis TT (tetanus toksoid)
selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar antara 80-100%. Tetanus
toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah
merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi
tetanus toksoid mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan kekebalan
tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang dikandungnya,
selain itu setelah melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan tersebut melalui air susu
dan semua orang dewasa. Vaksin tetanus memiliki berbagai kemasan seperti preparat
tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,DT, DTwP, DtaP)
Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami luka kotor, diperoleh
dengan memberikan serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog (ATS) atau
Pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang telah mendapatkan
imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon
pengantin, maka imunisasi cukup diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc pada lengan
atas. Bila ibu hamil belum mendapat imunisasi atau ragu, maka perlu diberikan imunisasi
tetanus toksoid sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan jadwal interval
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri,
pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan,
4 bulan, 6 bulan, 15 18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 6) tahun.
Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT (tetanus toksoid)
setiap 10 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan persalinan berisiko
tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya
diberikan 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya
diberikan paling tidak dua minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya
pernah menerima TT dua kali pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan
Menurut BPS (2012), Kemenkes menerapkan program imunisasi pada ibu hamil
diberikan saat kontak pertama dengan petugas medis yaitu dalam kunjungan K1 untuk
mendapatkan pelayanan antenatal yang salah satu programnya adalah imunisasi tetanus
toksoid (TT). Fauziah & Sutejo (2012) menyatakan bahwa TT1 belum memberikan
kekebalan terhadap tetanus, empat minggu kemudian dilanjutkan dengan TT2 untuk
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2010).
a. Kemasan
1) 1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
2) 1 vial berisi 10 dosis.
3) Vaksin TT berbentuk cairan.
b. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4
Puskesmas pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah sakit
swasta, Dokter praktek, dan, Bidan praktek. Laporan imunisasi dibuat sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (dalam buku KIA, rekam medis, dan/atau kohort)
Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat
penyakit. Sistem kekebalan tubuh mengenal mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur
Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena telah
dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan non spesifik dan
kekebalan spesifik. Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena sistem kekebalan
tubuh kita tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing tertentu. Contoh
Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung yang berfungsi
- Interferon pada saat tubuh kita kemasukan virus, maka sel darah putih akan
yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag) akan menangkap,
mikroorganisme, maka sistem kekebalan spesifik akan diaktifkan. Yang dimaksud dengan
sistem kekebalan spesifik adalah cara bekerja sistem kekebalan tubuh secara khusus
dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T dan sel B. Sistem kekebalan spesifik
tidak mengenali seluruh struktur utuh mikroorganisme melainkan sebagian protein saja
yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh. Bagian dari struktur protein
antigen. Adanya antigen akan merangsang diaktifkannya sel T atau sistem kekebalan
selular. Selanjutnya sel T ini akan memacu sel B atau sel humoral untuk mengubah
bentuk dan fungsi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan memproduksi antibodi.
Kelebihan dari sistem kekebalan spesifik adalah dilengkapi dengan sel memori yang
berfungsi untuk mengenali antigen, semakin sering tubuh kontak dengan antigen dari luar
maka semakin tinggi pula peningkatan kadar anti bodi tubuh (Cahyono, 2010).
diberikan pada saat imunisasi. Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat imunisasi
dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang terjadi lebih
Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti kemerahan, pembengkakan
dan rasa nyeri pada tempat suntikan. Tetanus toksoid adalah antigen yang sangat aman
dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau telah digunakan berulang kali dapat
meyebabkan penyakit. Oleh karena itu penggunaan alat harus steril khususnya jarum
B. Calon Pengantin
1. Pengertian
Calon yaitu seseorang yang akan melakukan sesuatu atau kehendak (Kamisa, Kamus
lengkap, Surabaya).
Penganten beeasal dari kata pinanganten. Pinanganten terdiri dari dua buah kata
yaitu pinang dan gaten. Pinang gaten merupakan pepatah jawa yang artinya sama dengan
asam di gunung garam di laut. Pinang atau jambe adalah pohon yang tertinggi. Ganten
terdiri atas sirih dan kapur sirih. Sirih merupakan tanaman merambat di tanah, di tempat
yang rendah. Akhirnya pinang dan gaten ini bertemu dalam satu penguyahan sebagai
ganten atau makanan sirih. Jika makan sirih kinang ramuannya memang terdiri atas sirih,
Pengantin yaitu suatu hubungan, ikatan kasih dalam sebuah pernikahan atau seorang
Jadi calon pengantin yaitu seorang mempelai pria dan mempelai wanita yang akan
adalah:
5) Surat Pernyataan Belum Pernah Menikah atau Surat Pernyataan masih Perjaka/
1) CPP yang hendak menikah dalam kurun waktu kurang dari 10 (sepuluh) hari kerja
masih Perjaka/Perawan (jika tidak ada, surat pernyataan ini bisa dibuat sendiri),
dengan membawa :
a) Fotocopy Kartu Keluarga
b) Fotocopy KTP (2 lembar)
c) Materai 6.000
2) Pemeriksaan kesehatan ke Puskesmas dan imunisasi (TT1, TT2, dll)
3) Ke kantor desa/kelurahan untuk membuat surat-surat yang diperlukan - N1, N2,
N4, N6 (untuk duda cerai mati) & surat pengantar untuk KUA, dengan membawa:
a) Fotocopy Kartu Keluarga (CPP 2 lembar & CPW 1 lembar)
b) Fotocopy KTP (CPP 2 lembar & CPW 1 lembar)
c) Jangan lupa untuk mem-fotocopy dua rangkap surat-surat yang kita peroleh.
4) Berkas-berkas surat pengantar dari desa/kelurahan dibawa ke KUA setempat
5) Bila pernikahan dilakukan di luar wilayah kerja KUA dimana kita tinggal maka
membawa seluruh berkas yang sudah disahkan di Desa/ Kelurahan tersebut di atas
Nikah.
1) CPW yang hendak menikah dalam kurun waktu kurang dari 10 (sepuluh) hari
pernyataan masih Perjaka/Perawan (jika tidak ada surat pernyataan ini bisa dibuat
N4, N6 (untuk duda cerai mati) & surat pengantar untuk KUA + N5 (Surat
Pendaftaran
a) Tempat Pendaftaran dijabat oleh seorang pegawai yang merangkap sebagai
pelaksana;
e) Persyaratan yang telah dilengkapi model NB dimasukkan pada Buku Kendali;
f) Pelaksanaan nikah oleh penghulu;
g) Penulisan Register oleh Staf atau Penghulu;
h) Penulisan Kutipan Akta NIKAH oleh penghulu;
i) Ekspedisi Surat Nikah oleh staf;
j) Arsip oleh staf;
(a s.d. j berdasarkan SOP dari Kemenag - Undang-undang Nomor 32 tahun
1945 tentang Pencatatan Nikah & Keputusan Menteri Agama RI nomor 517
kesehatannya secara detil, apalagi bagi yang tidak melaksanakan general check up rutin
tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah silent
carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi & hereditas dan saat hamil dapat
mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti. Pre-Marital Screening terdiri
atas beberapa kelompok tes untuk pasangan yang akan menikah. Tes-tes ini dirancang
untuk mengidentifikasi adakah masalah kesehatan saat ini / yang akan muncul di
satu syarat untuk mendapatkan izin untuk menikah (by law / secara hukum). Salah satu
contohnya adalah Kementrian Kesehatan Saudi Arabia yang sejak tahun 2004
Hepatitis C dan HIV sebagai syarat wajib pasangan yang akan menikah dan program ini
dinamakan Program of Healthy Marriage. Negara lain yang mengimplementasikan Pre-
Marital Screening ini adalah China, selain itu diadakan pula program konseling /
Selanjutnya akan dipaparkan hal-hal apa saja yang perlu dimasukkan dalam Pre-
Tekanan darah yang normal adalah salah satu kunci kesehatan.Tekanan darah
2) Pemeriksaan darah rutin meliputi kadar hemoglobin (hb), hematokrit, sel darah
Bagi calon Ibu, perlu diketahui kadar hb nya apakah menderita anemia /
tidak, juga agar diketahui apakah calon Ibu mengalami ganguan faktor
pembekuan darah. Dari hasil pemeriksaan darah juga dapat diketahui apakah
gula darah , yang diperiksa sewaktu puasa dan tidak puasa agar diketahui apakah
calon Ibu mengidap diabetes mellitus, atau setidaknya memiliki kelainan yang
macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
adalah salah satu faktor resiko Jaundice/Kuning pada bayi (ABO Incompatibility).
Sementara bila diketahui Janin Rhesus (+) pada ibu Rhesus (-) akan menimbulkan
4) Urinalisis lengkap
Agar diketahui adakah ISK/ infeksi saluran kemih dan adanya darah, protein,
dll yang menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan
beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa kelahiran prematur, berat janin yang
1) Thalasemia
Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini
darah seumur hidup dan beresiko penumpukan zat besi dalam tubuh. Thalasemia
telah menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3- 10% populasi di
Indonesia adalah carrier / pembawa gen Thalasemia beta dan 2,6-11% pembawa
Thalasemia alfa. Saat ini paling tidak tercatat 5.000 pasien Thalasemia di
Indonesia dan diperkirakan angka ini sangat jauh lebih rendah dari penderita
2) Hemofilia
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia
kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan anemia.
Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika, kemudian
Saat ini menurut WHO terdapat 4,1 juta jiwa di dunia terinfeksi HIV, dimana
95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-Sahara Afrika dan Asia
2012 ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 penderita dan jumlah ini jauh
saat ini diperkirakan sebanyak 1,8 milyar manusia dan 350 juta jiwa sudah
Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan cairan
tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi organ
tubuh. Sementara penularan virus Hepatitis B&C rentan terjadi pada pemakai
infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat diam/tidur dalam jangka
waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan pasangan
yang membawa virus-virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon
bayi.
Transmitted Infections)
1) Untuk wanita
mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah sumbatan akibat kista, polip
wanita yang siklus haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang
diperiksa misalnya hormon FSH (Follicle stimulating hormone), LH (Lutenizing
2) Untuk pria
prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan dalam proses
e. Tes alergi
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi adalah sistem kekebalan
tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi (alergen) yang tidak
adalah karena faktor keturunan walaupun tidak selalu orang tua yang memiliki bakat
daftar hal-hal yang memicu alergi dari kedua pasangan terutama bila pasangan ada
Tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), Varisela (cacar air), Influenza, serta
Vaksin-vaksin dewasa lainnya sesuai Jadwal Imunisasi Dewasa yang dikeluarkan oleh
bimbingan/konseling kesehatan serta sikap pro aktif dari pasangan yang akan menikah
untuk mencari informasi mengenai kesehatan. Selain itu pasangan yang akan menikah
diharapkan menjadi konsumen kesehatan cerdas yang menjadi mitra sejajar tenaga
Dan Departemen Agama dan Direktrul Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan
tentang Pelaksanaan Bimbingan Terpadu Program PPM & PLP Melalui Jalur Kegiatan
Agama Islam, perlu dikeluarkan Instruksi bersama tentang Imunisasi Tetanus Toxoid
Calon Pengantin.
Mengingat :
Departemen;
5. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang SUsunan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Agama yang telah diubah dan disempurnakan terakhir dengan
6. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan Nomor 294 Tahun 1986
7. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
1. Hasil Evaluasi Program Imunisasi Tetanus Toxoid Calon Pengantin di Provinsi Jawa
2. Hasil Pelaksanaan Studi kasus Imunisasi Tetanus Toxoid Calon Pengantin di Jawa
terlampir.
daerah masing-masing.
3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi Haji dan Dirjen PPM & PLP
sesuai tugas masing-masing Instruksi Bersama ini mulai berlaku sejak tanggal
Tetanus Toxoid
D. BAB III
METODE PENELITIAN