Anda di halaman 1dari 10

Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ini hari telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama : dr. Emirza Nur Wicaksono
Judul/ topik : Ketuban Pecah Dini
No. ID dan Nama Pendamping : dr. Sri Widayanti
dr. Wido Sutarto
No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. M. Ashari Pemalang

Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping Pendamping

dr. Wido Sutarto dr. Sri Widayanti


No. ID dan Nama Peserta : dr. Emirza Nur W. Presenter : dr. Emirza Nur W
No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. M. Pendamping : dr. Sri Widayanti
Ashari Pemalang dr. Wido Sutarto
TOPIK : KPD
Tanggal (kasus) : 28 April 2018
Nama Pasien : Ny. N No. RM : 303xxx
Tanggal Presentasi : Juli 2018 Pendamping : dr. Sri Widayanti
dr. Wido Sutarto
Tempat Presentasi : RSUD dr. M. Ashari Pemalang
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia √ Bumil
o Deskripsi :
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 28 April 2018 pukul 12.35 WIB di IGD
RSUD M. Ashari Pemalang.
o Tujuan:
1. Menegakkan diagnosis kasus KPD
2. Penatalaksanaan dan edukasi pada pasien KPD

Bahan Bahasan √ Tinjauan Pustaka o Riset √ Kasus o Audit


Cara Membahas o Diskusi √ Presentasi dan o E-mail o Pos
Diskusi
DATA PASIEN Nama : Ny. N No Registrasi : 303xxx
Nama klinik : IGD RSUD Ashari Telp : - Terdaftar sejak : 28 April 18
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnostik/ Gambaran Klinis:
Perempuan, 24 tahun hamil 40 minggu datang ke rumah sakit setelah terbangun dari
tidurnya akibat keluar cairan bening yang mengalir dari kemaluannya sebanyak + 100
cc , perut dan pinggang mulai terasa kencang seperti dililit yang dirasakan jarang.
2. RIwayat Menstruasi
Pasien mestruasi pertama kali pada usia 14 tahun siklus 28 hari teratur. Banyaknya
haid 2-3 pembalut/hari dan nyeri dirasakan 2 – 3 hari pertama menstruasi

HPHT : 10 Juli 2017


TP : 17 April 2018
3. Status Pernikahan
Pasien menikah 1x pada Januari 2017 pada usia 23 tahun dan suami usia 25 tahun

4. Riwayat Obstetri
G1P0A0 Hamil 40 minggu tanpa riwayat persalinan sebelumnya
5. Riwayat Kehamilan
Pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan
Pasien sudah mendapat suntikan TT sebanyak 2x
Kehamilan Muda  Mual (+) , Muntah (-) , Perdarahan(-) , Hipertensi (-)
Kehamilan Tua  Mual (-) , Muntah (-) , Perdarahan (-) , Hipertensi (-)
6. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan KB
7. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah menjalani pengobatan lama sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA:
1. Maslim, Rusdi (ed). 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ – III. FKUI :
Jakarta.
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Penegakan diagnosis pada kasus
2. Penatalaksanaan yang tepat pada kasus
1. SUBJEKTIF
a. Alloanamnesis:
Autoanamnesa
Pasien datang ke Rumah Sakit dirujuk dari Puskesmas Sarwodadi. Pasien mengeluh
keluar cairan berwarna bening yang agak lengket + 100 cc dari jalan lahirnya yang
dirasakan setelah terbangun dari tidurnya 30 menit SMRS. Cairan tidak disertai lendir
ataupun darah. Cairan keluar secara tiba-tiba dan dirasakan merembes terus menerus.
Pasien juga mengeluh perut dan pinggangnya mulai terasa kencang yang dirasakan
nyeri beberapa saat setelah cairan keluar. Pasien mengaku kencang yang dirasakan
kurang lebih dalam satu jam terasa dua hingga tiga kali dan hilang dalam waktu yang
tidak lama.
Pasien tidak mengalami demam , tidak batuk pilek , tidak diare , tidak anyang-
anyangan , tidak ada mual muntah dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. BAB
dan BAK dalam batas normal selama kehamilan.
Pasien merupakan seorang ibu hamil anak pertama (G1P0A0) dengan usa kehamilan
aterm (40 minggu), gerakan janin diarasakan sejak usia kehamilan 24 minggu. Selama
kehamilan pasien rutin memeriksakan diri ke bidan , pasien tidak merokok , tidak
mengonsumsi alkohol dan tidak menonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang.
2. OBJEKTIF
STATUS INTERNIS
 Keadaan Umum : Gelisah, Kesan Gizi Cukup
 Vital sign
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 102x /menit
 Suhu : 36,2º C
 Respirasi : 20x /menit
 Kepala
o Kepala : Normochepal
o Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o THT : Hipertrofi tonsil (-/-), faring hiperemis (-/-)
o Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
 Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II Intensitas Normal, regular, bising (-)
 Abdomen
Pada pemeriksaan Leopold didapatkan hasil bayi 1 hidup intrauterin , janin letak
oblique , bagian terbawah janin belum memasuki PAP , detak jantung jantin
144x/menit , tinggi fundus uteri 31 cm dan tafsiran berat janin 2945 gram.
Kulit : dalam batas normal
 Ekstremitas
o atas : akral hangat (+/+), edema (-/-), petekie (+/-)
o bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-), petekie (-/-)

2. Status Neurologis:
- Fungsi kesadaran : GCS E4V4M6
- Fungsi luhur : baik
- fungsi kognitif : dalam batas normal
- fungsi motorik : dalam batas normal
- fungsi sensorik : dalam batas normal

3. ASSESSMENT
Pada pasien ini Keluhan cairan bening dari jalan lahir yang dirasakan merembes
merupakan gejala awal dari ketuban pecah dini. Perut dan pinggang yang terasa
kencang merupakan gejala penyerta pecahnya ketuban akibat pelepasan oksitosin.
Diagnosa ketubah pecah dini diperkuat dengan pemeriksaan nitrazin yang positif,
dimana ketuban yang bersifat basa akan berekasi dengan kertas lakmus.
Setelah diketahui adanya KPD, maka perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan
janin. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tanda vital yang stabil dan nilai
leukosit yang dibawah nilai normal menggambarkan persalinan tanpa komplikasi
infeksi maternal. Pada pemeriksaan Leopold didapatkan bayi tunggal , hidup , tidak
mengalami fetal distress (DJJ 140 – 160 x/menit) dan bayi viable untuk hidup diluar
rahim (tafsiran berat janin > 2500 gram) yang menggambarkan persalinan dapat
diterminasi. Pemeriksaan Leopold juga menunjukan letak bayi oblique yang
menyulitkan persalinan pervaginam karena tidak dapat dilakukan versi pada usia
kehamilan besar (> 37 minggu). Pemeriksaan dalam (VT) dan pemantauan kontraksi
menggambarkan persalinan belum terjadi (pembukaan belum cukup , his belum
adekuat dan belum ada bloody show) juga mendukung untuk dilakukannya terminasi
perabdominal

I. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneus/ early/ premature rupture of the
membrane (PROM) mempunyai bermacam-macam batasan/ teori/ definisi. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan
preterm dan pada kehamilan aterm. Ketuban pecah dini preterm adalah ketuban yang pecah
sebelum kehamilan 37 minggu dan tidak sedang dalam masa persalinan.1 Ada teori yang
menghitung berapa jam sebelum in partu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran
pecahnya ketuban sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2
cm pada primipara dan pada multipara kurang dari 5 cm. Namun pada prinsipnya adalah
ketuban yang pecah sebelum waktunya.
II. ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum diketahui secara pasti. Ada banyak
teori mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, infeksi, inkompetensi serviks, gemelli,
hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik serta perubahan pada selaput
ketuban baik secara biomekanik dan fisiologik. Pada sebagian besar kasus ternyata
berhubungan dengan infeksi (sampai 65 %).
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban adalah karena hilangnya elastisitas yang
terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan perubahan yang besar. Hilangnya
elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat
terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput
ketuban terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblast serta pada korion di
daerah lapisan retikuler dan trofoblas, dimana sebagian besar jaringan kolagen terdapat pada
lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion). Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 dan
prostaglandin. Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi
mengeluarkan enzim protease dan mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin.
Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah spontan.
Selain itu mediator tersebut membuat uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur
akibat tarikan saat uterus berkontraksi.
Taylor,dkk telah menyelidiki bahwa ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-
hal sebagai berikut
 Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat
bersama-sama dengan motilitas rahim.
 Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
 Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
 Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi,
cervix incompten, dll.
 Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
Amnion
Cairan amnion normalnya jernih dan menumpuk didalam rongga amnion akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Pada kehamilan aterm rata-
rata terdapat 1000ml cairan amnion, walaupun jumlah ini bervariasi dari beberapa mililiter
sampai pada beberapa liter pada keadaaan abormal (oligohidramnion, polihidramnion atau
hidramnion)
Normalnya ketuban pecah secara spontan pada waktu proses persalinan yaitu pada
akhir kala I atau awal kala II, diakibatkan oleh kontraksi uterus yang berulang-ulang. 1,4 Pada
banyak kasus obstetrik, pecahnya ketuban secara dini pada kehamilan dini merupakan
penyebab tersering pelahiran preterm. Secara umum air ketuban mempunyai fungsi 1)
melindungi janin terhadap trauma dari luar, 2 )memungkinkan janin bergerak dengan bebas, 3)
melindungi suhu tubuh janin, 4) meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga
serviks membuka, dan 5)membersihkan jalan lahir- jika ketuban pecah dengan cairan yang
steril, dan mempengaruhi keadaan dalam vagina sehingga bayi kurang mengalami infeksi.
Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta
mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Mempunyai berat jenis 1.008, terdiri dari
80% air, dan sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan organic, protein 2,6% sebagian
besar albumin.

Patofisiologi
1. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara
ruang intraamnion dengan dunia luar
2. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion
3. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal)
4. Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli
(gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).

III. FAKTOR PREDISPOSISI


 Kehamilan multiple : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
 Riwayat persalinan preterm sebelumnya : resiko 2-4x
 Terdapat riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
 Tindakan senggama : tidak berpengaruh terhadap resiko, kecuali jika higiene buruk,
predisposisi terhadap infeksi.
 Kekurangan vitamin dan mineral, merokok
 Perdarahan pervaginam : trimester pertama (resiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x)
 Bakteriuria : resiko 2x (prevalensi 7%)
 pH vagina di atas 4.5 : resiko 32%
 Serviks tipis/kurang dari 39 mm : resiko 25%
 Flora vagina abnormal : resiko 2-3x
 Fibronectin > 50 ng/ml : resiko 83%
 Kadar CRH (corticotrophin releasing hormone) maternal tinggi, misalnya pada stress
psikolologis dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis harus ditegakkan secara tepat dan efisien. Pemeriksaan yang berulang pada
vagina, baik itu pemeriksan dalam ataupun inspekulum tidak boleh terlalu sering dilakukan
untuk mengurangi terjadinya infeksi.
A. Gejala subjektif
Pasien dengan ketuban pecah dini mengeluh adanya keluar air ketuban warna putih
keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Kebocoran
cairan jernih dari vagina merupakan gejala yang khas. Dapat disertai demam jika sudah ada
infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan. Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus.
Riwayat haid pasien, umur kehamilan pasien diperkirakan dari hari haid terakhir dan
umur kehamilan lebih dari 20 minggu.

B. Pemeriksaan Fisik
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan apakah ketuban sudah pecah atau belum,
terutama bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
 Pemeriksaan umum
Suhu nomal kecuali bila disertai infeksi suhu ibu dapat mencapai >3 8 ̊C, dan dapat juga
disertai takikardi.
 Pemeriksaan abdomen :
Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingakan dengan
tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan
perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi.
 Pemeriksaan pelvis
 Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum. Verniks kaseosa, rambut, lanugo,
atau bila telah terinfeksi dan berbau.
 Inspekulo: Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk memeriksa adanya
cairan amnion dalam vagina. Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar
dari ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput ketuban yang sudah pecah.
Gunakan kertas lakmus: bila menjadi biru (basa) adalah air ketuban, bila merah adalah
urin. Karena cairan alkali amnion mengubah pH asam normal vagina, kertas nitrazin
dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrazin menjadi biru bila ada cairan
alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti, adanya lanugo, atau bentuk kristal daun pakis
cairan amnion kering (ferning) dapat membantu.Bila kehamilan belum cukup bulan,
penentuan rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi
kematangan paru janin. Bila ada kecurigaan infeksi, apusan diambil dari kanalis
servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap streptokokus beta grup B,
klamidia, dan gonorea (pada populasi tertentu).
 Pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan
vagina juga mengidentifikasi bagian presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan
prolaps tali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam
masa persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan.
 Pemeriksaan pH forniks posterior adalah basa.
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten = LP =
lag period. Makin muda umur kehamilan, makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya
persalinan lebih pendek, yaitu primi 10 jam dan multi 6 jam.
Jika pasien mengalami infeksi intraamnion, dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu
maternal >38 0 C, takikardi fetal, nyeri pada fundus, discharge vagina yang purulen, takikardi
maternal.

C. Pemeriksaan penunjang
1. Tes lakmus (tes nitrazine)
PH normal vagina 4,5-5,5, cairan amnion bersifat basa yaitu pH antara 7,0-7,5, maka
kertas lakmus merah berubah menjadi biru. Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
mendekati 90%. False dapat terjadi apabila ada : larutan antiseptic, darah, urine, atau
infeksi pada vagina.
2. 2. Tes fern/Pakis
Kristalisasi dari cairan amnion yang sering membentuk gambaran daun pakis,
terdapat lanugo dan skuama anukleat. Perdarahan pervaginum dapat menyebabkan
gambaran ini sulit terlihat.
3. Tes evaporasi
Diambil sample dari endoserviks kemudian dipanaskan sampai menguap, bila cairan
putih yang tertinggal maka tes (+), bila warna cokelat maka membrane masih intak.
4. USG
Pemeriksaan ini sebenarnya tidak terlalu diperlukan, tetapi dapat digunakan untuk
mengukuran diameter biparietal, sirkumferensia tubuh janin, dan panjangnya femur
untuk memberikan perkiraan umur kehamilan, posisi janin, lokasi plasenta,
memperkirakan berat janin, menghitung indeks cairan amnion, gradasi plasenta serta
jumlah air ketuban.
5. Amniosintesis
Digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin dan fosfotidigliserol yang
berguna untuk mengevaluasi kematangan janin.
6. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan awal korioamnionitis.
7. Laboratorium
Hitung darah lengkap dengan apusan darah: Leukositosis >15000/mm3 dengan
peningkatan bentuk batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
8. Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop Laenec atau dengan fetal phone atau
CTG. Bila ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, bunyi jantung janin akan
meningkat.

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan
2. Stress inkontinensia

VI. KOMPLIKASI
Komplikasi pada Posterm KPD :
Infeksi pada fetus dan neonatal
Infeksi maternal
Prolaps/kompressi tali pusat
Respiratory Distress Syndrome
Chorioamnionitis
Abruptio Plasenta
Kematian fetus antepartum

Komplikasi pada Preterm KPD :


Persalinan preterm
Infeksi fetus dan neonatus
Infeksi maternal
Chorioamnionitis
Prolaps/kompressi tali pusat
Deformasi pada fetus
Hypoplasia pada pulmonary (dengan early, severe oligohydramnion)
Penanganan
o Rawat rumah sakit.
o Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta.
o Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik:
 Ampisilin 2 gr I.V./6 jam, ditambah dengan gentamisin 5 mg/kgBB I.V./24 jam
 Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan.
 Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan
metronidazol 500 mg I.V./8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.

o Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:


 Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, yaitu ampisilin
4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg/oral 3 kali per hari
selama 7 hari.
 Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin.
Berikan betametason 12 mg I.M. dalam 2 dosis/12 jam atau deksametason 6
mg I.M. dalam 4 dosis/6 jam. (Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi).
 Lakukan persalinan pada kehamilan 37 mg.
 Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.

o Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
 Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B. Berikan ampisilin 2 gr I.V./6
jam, atau penisilin G 2 juta unit I.V./6 jam sampai persalinan, jika tidak ada
infeksi pasca persalinan hentikan antibiotika.
 Nilai serviks. Jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin. Jika belum, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau
lahirkan dengan seksio sesarea.

o Jika terdapat infeksi dan umur kehamilan < 37 minggu :


Komplikasi tersering yang timbul pada pasien masa ini adalah khorioamnionitis.
Induksi dengan oxitocyn harus dilakukan bila serviks telah matang. Namun biasanya
serviks belum matang dan induksi biasanya berakhir dengan seksio. Oleh karena itu
lebih baik dilakukan penatalaksanaan menunggu yang dikombinasikan dengan terapi
antibiotika. Hal tersebut dapat menurunkan angka mortalitas perinatal, morbiditas
infeksi neonatal dan insiden HMD (Hyalin Membran Disease). Antibiotika yang
dipergunakan Ampicillin sulbactam 2x1,5 gr i.v, per 6 jam

4. PLAN
Diagnosis:
G1 P0 A0 H39 minggu Janin tungal hidup intrauterin Letak Oblique , Belum inpartu
Ketuban Pecah Dini (H+30 Menit)
Pengobatan:
Pemasangan IV Line
Pemberian Antibiotik Profilaksis
Pemantauan His dan DJJ setiap 1 jam
Pendidikan: Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien dan berbagai
penyulit dalam kehamilannya, serta meminta bekerjasama dengan dokter dalam proses
persalinan.
Konsultasi: Konsultasi dengan dokter spesialis obsgyn untuk rencana terminasi
kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai