Anda di halaman 1dari 3

PRESTASIKU, DAN ROKOK TEMAN-TEMANKU

Desy Kurniawati (FK Universitas Islam Sultan Agung 2014)

Namaku Bagus, aku adalah mahasiswa semester lima fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi
swasta di Kota Semarang. Akupun juga memiliki Geng yang berjumlah 4 orang yaitu Arga, Rudi dan
Bagus yang duduk di semester lima sedangkan Aziz duduk di semester tiga. Kami berempat sangat
akrab, kamipun juga bersama dalam sebuah organisasi kemahasiswaan, tepatnya kami aktif di
Lembaga Pers Mahasiswa di kampus.

Setiap geng kami berkumpul di kantin belakang kampus, semua anggota teman-temanku saling
berbagi rokok, kecuali aku, ya karena aku satu-satunya yang tidak merokok di geng kami. “Kok kamu
diam ajah,sih, Gus?” tanya Arga. “Iyah,nih… kak Bagus, kok diam-diam ajah sih?” tanya Aziz. “Nggak
kok, aku baik-baik saja.” jawabku dengan senyuman. “Oh, ya mungkin kamu diam, karena nggak
kebagian rokok,kan ? Nih tak kasih satu !” kata Rudi sambil memberikan rokoknya. “Hmmm… Nggak
usah, makasih!” tolakku. “Ah.. cemen kamu, jangan munafik to!” seru Arga kesal. “Iya, ah banci
kamu.. masak kamu kalah sama Aziz, dia baru semester tiga tapi dia udah merokok! Kamu nggak
keren,nih!” ejek Rudi. "Ah.. dasar anak mami kamu Gus.." Kata Arga sambil menepuk pundakku.
"Maaf ya teman-teman, saya tidak merokok" Jawabku. Karena tidak mau dipaksa merokok,
akupunpergi meninggalkan mereka.

Waktu di jam tangan sudah menunjukan pukul 08.25 WIB. Saatnya, aku, dan mahasiswa kedokteran
semester limapun masuk laboratorium Anatomi. Sebelum masuk, seperti biasa, ada inspeksi dari
asisten, dan kemudian dilanjutkan dengan Pre Test. Pre test kali ini bisa di bilang berbeda dari
biasanya. Tidak biasanya asisten anatomi memberikan pertanyaan kepada setiap praktikan. Tapi,
dari sekian banyak praktikan, Alhamdulillah, hanya aku yang dapat menjawab pertanyaan asisten.
“Bagus kamu, Gus!” kata mbak kiki memujiku. Tapi aku hanya tersenyum. Sebelum praktikum
berakhir, asisten memberikan tugas kepada praktikan mengenai anatomi klinis sistem urogenitalia.
Adapun tugas tersebut dikerjakan berkelompok, dan setiap kelompok SGD mendapatkan topik yang
berbeda.

Praktikumpun berakhir, jam menunjukan pukul 11.30 WIB, Aku dan teman-temanpun kembali
tongkrongan di kantin belakang kampus. Tapi seperti biasanya hanya aku yang tidak merokok.
Disela-sela mereka merokok, Rudi bertanya pada teman-temannya. “Hmmm… Kan tadi ada
tugas,tuh suruh buat ppt penjelasan sama gambar mengenai Undencencus Testiculorum. Btw tugas
kelompok kita itu nanti kita kerjain di mana?” tanya Rudi. “ehhh,,, gimana kalau di rumahku aja,
mumpung bapak ibuku lagi keluar kota!” usul Arga. “Iyah,,, aku setuju. Kalau kamu, Gus?” tanya Rudi
kepadaku. “Kalau aku sih, terserah kalian saja, kemanapun aku manut.” jawabku. Kamipun sepakat
bekerja kelompok di rumah Arga.

Malamnya di rumah Arga, “Uh, akhirnya tugas kita selesai juga. Aku cabut dulu,yah!” Kataku sambil
berpamitan dengan teman-teman. “Kok, kamu balik duluan sih?” tanya Arga. “Iyah,nih! Kita
rokokan,yuk! Mumpung orang tua Arga lagi pergi.” ujar Rudi sambil memberikan rokok kepada Arga.
“Kita di sinikan bukan buat ngerokok! tapi kerjain tugas!” jawabku sambil berjalan keluar dari rumah
Arga sambil menunggu ojek. “Tunggu dulu,! Ah nggak keren,nih! Ayo, ambil rokok ini, entar aku
ajarin caranya.” kata Arga sambil terus membujuk. “Nggak,,, aku mau pulang!” jawabku tegas. “Itu
ada ojek! Aku pergi dulu,yah!” kata Bagus lau berpamitan pada teman-temannya.

Besoknya di kampus, Rudi melihat poster dikampus mengenai pekan ilmiah yang diadakan oleh BEM
FK, salah satu cabang yang dilombakan adalah membuat poster dan slogan kesehatan. Tak lama
kemudian aku dan Arga datang. "Wah bagus nih.. ikutan yuk! mumpung gratis, hadiahnya juga
lumayan." kataku sambil melihat posternya. “Hmmm… kita enaknya buat poster apa,yah?” tanya
Rudi kepada aku dan Arga. “Aku mau buat poster tentang bahaya rokok, deh!” jawabku. “Eh,,, lagian
kita bertiga kan merokok, terus rokokkan juga membuat kita keren, Gus.” ujar Arga. “Itu menurut
kalian! Yang jelas aku ingin buat itu!” jawabku.

Waktu terus berjalan, dan tibalah saat-saat pengumuman pekan ilmiah dalam malam puncak Milad
FK, poster buatanku Alhamdulillah sebagai juara 1. “Wah,,, kamu memang kreatif, Semangat ya!”
ujar pak dekan kepadaku ketika pemberian ucapan selamat. “Ciee…!” seru teman-temanku
membuat aku tersipu malu saat turun dari panggung.

Tak terasa malam semakin larut, semua teman-teman bergegas menuju parkiran untuk segera
pulang. Akupun juga ingin pulang tapi,“Gus tolong besok temui saya di ruangan ya.” kata dokter
Anik, wakil dekan bidang kemahasiswaan kepadaku. “oh nggih dok, besok pagi saya ke ruangan
dokter” jawabku

Esok paginya, aku segera menemui dokter Anik di ruangannya sebelum Skill Lab. “Silahkan duduk,
Gus!” kata dokter Anik. “Maaf dok, ada apa,yah,dok memanggil saya?” tanyaku bingung, karena
tidak biasanya dokter Anik ingin mengajaknya bicara. “Tadikan slogan kamu juara nih. Apakah kamu
ingin mengikuti Temu Ilmiah Nasional, nanti kamu ikut cabang poster ilmiah aja, deadlineenya bulan
depan, sainganmu nanti mahasiswa kesehatan Se Indonesia, soalnya sebelum-sebelumnya, kampus
kita ndak ngirim, gimana?” tanya dokter Anik. Mendengar tawaran tadi, aku senang bukan main.
“Iy…iya, dok! Saya mau.” jawabku senang. “Okey mulai besok, kamu sudah harus sudah membuat
poster,yah!” kata dokter Anik. “Okey, dok, nggih, makasih banyak!” jawabku. “Baiklah,,, kamu sudah
boleh keluar sekarang.” kata dokter Anik.

Saat keluar dari ruangan, kemudian aku masuk ruang skill lab. “Eh, kenapa tadi kamu di panggil
dokter Anik ,sih?” tanya Nurul teman satu angkatanku. “Hmmm… Mau tau aja apa mau tau banget?”
jawabku. “Cieee…! pasti ada sesuatu, ehm ehm.” kata Nurul. “Kepooo..” sahutku. Tak terasa karena
asyiknya mereka mengobrol, dokter Hamid pun datang dan skill lab dimulai.

Hari-hari telah berlalu, tak terasa hari itupun tiba, aku kemudian pergi ke Jogja untuk mengikuti
Temu Ilmiah Nasional. Aku berada di sana selama lima jam untuk presentasi mengenai poster.
Ketika aku telah menyelesaikan presentasi perlombaan, akupun kembali ke Semarang. Aku harus
mengikuti seleksi hari Jumat, untuk bisa maju ke Indonesian Medical Olympiad (IMO) di Jakarta
November nanti. Disana, aku harus mengerjakan soal sebanyak 100 soal untuk cabang Neuropsikiatri
dan, Alhamdulillah, aku lolos menjadi salah satu peserta IMO mewakili kampus. Aku sangat senang.
Beberapa bulan kedepan, aku akan dibimbing oleh beberapa dokter untuk persiapan IMO November
nanti.

Jam dinding menunjukan pukul 13.00 WIB, tidak ada SGD, Kuliah pakar, ataupun skill lab. Akupun
mulai di bimbing dokter Edy untuk persiapanku di IMO nanti. Ditengah bimbingan dengan dokter
Edy, tiba-tiba dokter Anik datang dan memberitahukan kepadaku bahwa aku mendapat juara 1
lomba poster di Temu Ilmiah Nasional di Jogja lalu. “Alhamdulillah…” jawabku senang. “Kamu juga
harus menang di IMO ini,yah Gus.” kata dokter Edy. “Insya Allah dok.. Saya akan berusaha
semaksimal mungkin” jawabku.

Hari-haripun berlalu dengan cepat. Tak terasa bulan Novemberpun datang, dan aku harus berjuang
di IMO kali ini untuk membawa nama baik kampus. Aku bertolak ke Jakarta dengan mantap bersama
teman-teman delegasi lainnya dan didampingi dokter Yanto. Keesokan harinya, setelah Welcoming
Party IMO, akupun masuk ke kelas perlombaan dengan tenang, dan mengerjakan soal dengan teliti
dan cermat.

Tahap demi tahap aku lalui sampai perlombaan selesai, tibalah saat yang ditunggu, Farrewell Party
dan pengumunan pemenang IMO, Alhamdulillah, aku mendapatkan medali perak dalam cabang
Neuropsikiatri. Akupun menjadi satu-satunya perwakilan kampus yang mendapatkan juara. Aku
hanya bisa tersenyum bangga ketika naik ke panggung dan prosesi penerimaan hadiah dan serasa
tak percaya atas keberhasilanku itu.

IMO selesai, aku harus kembali ke Semarang. Semua teman-teman memberikan selamat ketika aku
tiba di kampus. “Selamat,yah, Gus!” kata Rudi kepadaku. “Iyah! Hmmm… ngomong-ngomong Arga
tidak datang ke sekolah,yah?” tanyaku. “Hmmm…iyah,nih. Dia lagi sakit.” jawab Rudi. “Ngomong-
ngomong dia sakit apa,yah?” tanyaku lagi. “PPOK sih Kata dokter ya, tau sendirilah PPOK kan karena
rokok.” jawab Rudi sambil menunduk. “Nanti siang abis kuliah pakar, kita jenguk dia, yuk, kasian loh
ya.” usulku.

Kuliah pakarpun selesai. Aku dan teman-teman hendak menjenguk Arga. Saat kami berjalan, kami
mendengar bisik-bisik adik tingkat, “Itu yang kemaren menang IMO…,kan?”. “Wah,,, kamu keren!
Semua orang tau kamu.” ujar Rudi. “Hahaha… Betulkan?” kataku. “Apanya yang betul?” tanya Rudi
bigung. “Loh iya to, Betulkan, keren tu tidak perlu rokok, bahkan rokok malah buat kita sakit. Kita tuh
bisa jadi keren sama prestasi kita, dan itu sama sekali gak merugikan, malah kita jadi untung!” kataku
sambil tersenyum. “Yayayaya...yang menang IMO” kata Rudi tersipu malu. “Makanya jangan
ngerokok..” ejekku. Kemudian kamipun saling merangkul. Sejak saat itu Arga, Rudi dan Aziz berhenti
merokok dan mereka juga semakin aktif dalam kegiatan kampus dan sering membuat tulisan
mengenai bahaya merokok. Akupun bersyukur dengan perubahan tiga temaku itu. Semoga mereka
berubah, menjadi lebih baik kedepannya. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai