Anda di halaman 1dari 4

Hari itu, aku, Adel, dan Uci sedang membicarakan liburan kami ke

Bandung. Ini bermula saat kami pulang sekolah. Kamu nggak jadi ikut ke
Bandung Na? tanya Uci. Ya sorry banget. Kalian tau sendiri kan, jabatanku
sebagai sekretaris OSIS benar benar membuatku sibuk. Aku harus
membuat laporan ini itu dalam jangka waktu pendek. Sibuk banget deh
pokoknya! jawabku sedih.
Tapi Na, liburan kita semester I kemarin batal, gara gara kakaknya
Adel melahirkan, masa mau dibatalin lagi sich! rengek Uci. Iya Na, ini kan
kesempatan emas kita untuk liburan gratis ke Bandung. Kesempatan seperti
ini nggak akan datang dua kali lo Na! Adel menambahkan.
Ya juga sich, sebenarnya aku juga ingin ikut kalian berdua liburan, tapi
please juga dong, ngertiin posisiku di sini. Aku nggak mungkin kan,
meninggalkan tugas begitu aja buat bersenang senang, sedangkan yang
lainnya masih sibuk di OSIS. Itu namanya lari dari tanggung jawab.
Terus, gimana dong sekarang. Apa dibatalkan saja?. Jangan!
cegahku cepat. Yach terus gimana?. Kasih solusi dong! sahut Adel.
Emm...a begini aja, kalian tetap pergi tanpa aku, jadi antara dua acara yang
bersamaan bisa berlangsung, adil kan?. Yach itu sich sama saja! sahut
Adel. Nggak ada cara lain, Del. Yang penting kalian tetap membawakan
oleh oleh yang banyak untukku, beres kan?. Kata katamu ada
benarnya juga Na, kalau begitu ruginya kan sedikit. Daripada tidak sama
sekali pergi, akan sangat rugi. Uci menimpali. Meski sedikit, tetap saja rugi.
Tapi nggak papa deh. Aku setuju. ujar Adel. Nah, gitu dong. Jadi kalian
bisa membawakan aku oleh oleh yang banyak, oke!. Oke deh! jawab
mereka serempak.
Eh ngomong ngomong Na, kamu kok mau sih ikut jadi panitia OSIS.
Kan sibuk tuh, capek, nggak di gaji lagi. kata Uci. Namanya juga
berorganisasi, Ci. Tentu saja biar lebih banyak pengalaman, tapi selain itu,
aku juga mau balas dendam tuh sama kakak senior yang dulu sudah bentak
bentak kita saat MOS. Tapi yang aku kerjain adik adik yunior kataku.
Apa, jadi Nana masuk OSIS cuma untuk hal itu! Adel membelalak. Yo i,
pembalasan gitu loh jawabku centil. Yah, terserah kamu sih. Tapi ingat lo
Na, harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan pesan Uci.
Sip deh. Eh sudah dulu ya, ini aku ada rapat di ruang OSIS. Ya Na. Good
luck yach!. Ya, thanks, selamat bersenang senang!.
Di ruang rapat OSIS
Saat rapat OSIS dilaksanakan, aku diberikan kesempatan untuk
menyampaikan laporan tentang kegiatan MOS besok. Aku berkata :
Mengenai MOS tersebut, siswa diajar mengenai kedisiplinan, selain itu
siswa diharapkan mempunyai sikap bertanggung jawab, dengan begitu
siswa akan mampu untuk bersikap mandiri.

Demikian laporan dari saya. Apakah ada pertanyaan?. Maaf Saudari


Nana, apakah itu benar benar sudah relevan dengan tujuan MOS? tanya
Dimas wakil ketua OSIS. Saya rasa sudah sepantasnya siswa itu diajari
untuk mandiri, selagi mereka siap, mengapa tidak kita lakukan!.
Baik kita putuskan, laporan Saudari Nana bisa diterima. Tujuannya
bagus dan jelas. Saya merasa bangga terhadap pemikirannya. Saya
ucapkan terima kasih, kata Anan. Sekian rapat pada hari ini. Atas
partisipasi dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih, selamat siang.
Kemudian semua peserta rapat meninggalkan ruang OSIS. Suasana
semakin lengang dan hari semakin sore. Aku sudah tidak sabar menanti hari
Senin.
Senin pagi saat MOS tiba
Nana, bangun ini sudah jam setengah enam, nanti telat, lho! teriak
ibu sambil menggoyang goyangkan kakiku. Apa, jam setengah enam,
wah celaka, bisa telat nih! teriakku kaget. Aku pun segera bangun dan
mandi lalu ganti seragam, sret sret!. Akhirnya jam enam aku siap. Segera
aku ambil kunci sepeda motorku, berpamitan dan berangkat.
Segera aku tancap gas dan melaju di jalan raya. Ketika di perempatan
jalan, tiba tiba ada kucing yang memotong jalan. Aku kaget dan mencoba
mengerem. Namun aku sudah terlanjur ngebut. Aku kehilangan kendali,
sehingga aku menabrak pohon mangga. Aku terjatuh. Tiba tiba kepalaku
pening, pandanganku kabur. Lau semua berwarna gelap. Namun samar
samar aku mendengar ada yang mengatakan Ada kecelakaan, lalu aku
tidak tau apa apa lagi.
Setelah aku sadar, aku sudah berada pada ruangan bercat pink dan
aroma bunga mawar. Dekat dari ruangan itu, ku lihat ayah dan ibuku. Ayah,
apa yang sedang terjadi? tanyaku. Kamu mengalami kecelakaan Na,
untung ada Pak Budi mengetahui peristiwa itu lalu menolongmu dan kamu
di bawa ke sini, jelas ayah.
Ku lihat diriku, ternyata aku masih menggunakan seragam sekolah.
Aku teringat akan kegiatan MOS di sekolah. Sial gara gara mau mengerjai
adik kelas aku ngebut dan mengalami kecelakaan. Gara gara kebutu
terlambat aku jadi nggak konsen mengendarai motor. Ya Tuhan, apa ini
yang dimaksud karma?.
Adel, Uci, cita citaku nggak terkabul. Dan mulai detik ini, aku keluar
dari kepanitiaan OSIS. Masa bodoh dengan tugas dan obsesiku.

Tema

: Harapan yang tidak terkabul.

Amanat

: Sebaiknya kita tidak boleh balas dendam dengan seseorang, karena


akan merugikan diri kita sendiri.

Alur

: Lurus/maju.

Tokoh & Penokohan

Nana

: Setia kawan, bertanggung jawab.

Adel

: Setia kawan, perhatian.

Uci

: Baik, setia kawan.

Anan

: Ramah, bertanggung jawab.

Dimas

: Teliti, peduli, bijaksana.

Ibu Nana

: Baik, bijaksana, sayang pada Nana.

Ayah Nana: Baik, suka menasehati, sayang pada Nana.

Setting/Latar

Tempat

: Di halaman sekolah, di ruang OSIS, di jalan raya.

Waktu

: Siang hari, pada saat pulang sekolah, saat mengendarai sepeda


motor.

Suasana

: Lengang, mendebarkan.

Sudut Pandang

: Pengarang sebagai orang pertama pelaku utama.

Nilai Kehidupan

Nilai Sosial

: Pak Budi menolong Nana, saat ia mengalami kecelakaan.

Nilai Moral

: Nana masuk organisasi OSIS demi membalas dendam karena


kakak kakak seniornya sudah membentak bentak dia saat MOS.

Nilai Pendidikan : Nana bertanggung jawab atas tugas tugas yang diberikan Anan
kepadanya.

Nilai Agama

: Uci mengingatkan Nana untuk selalu berjuang dalam mengerjakan


tugas tugasnya.

Nilai Ekonomi

: Nana menggunakan sepeda motornya untuk berangkat ke sekolah.

Anda mungkin juga menyukai