Ketika semua larut dalam lelap. Hayal dan mimpi adalah keinginan yang merasuk. Anak-
anak bermain dalam tidurnya, berharap bangun dengan ceria. Terdengar bunyi gamelan
berpadu mengiringi Langkah seorang tua yang disebut ‘ibu Peri’. Ia berjalan lembut perlahan,
mengitari seluruh ruang mengisyaratkan anak-anak, menjaga matahari terbit siang. Alunan
Langkah kaki sang ibu seolah menari mengikuti suara seseorang yang entah darimana
datangnya. Suara itu seperti menukik jelas terpapar.
Suara gamelan menjauh menghilang digantikan music ceria. Anak-anak menggeliat, bangun
dan bersiap mengukir cita-cita. Selanjutnya hiruk pikuk suasana ramai Langkah kaki, deru
kendaraan, sapaan dan sebagainya. Siswa yang menyandang tas, bergegas, ada yang menuju
kelas, ada yang duduk-duduk di luar, ada juga yang ke kantin. Guru-gurupun mulai
berdatangan. Tampak penjaga sekolah sibuk berbenah di kantor.
Bu Heni : Mang Uha!
Mang Uha : Ya, ada apa buk Heni?
Bu Heni : Eni mau pesan gorengan Mang.
Mang Uha : Mau berapa?
Bu Heni : 30 aja Mang.
Mang Uha : Mau acara buk Heni?
Bu Heni : Ssst…diam-diam ajo yo Mang, Eni ulang tahun.
Mang Uha : Oo..selamat ya. Jadi mesannya 30 aja.
Bu Heni : Hmm…brapo dak mang? 40 ajo.
Mang Uha : Tanggung atuh, 100 aja.
Bu Heni : Terserah mamang ajola. Tapi dicampur-campur yo Mang. Kelak duitnyo mintak
kek Eni.
Mang Uha : Kapan mau dianternya?
Bu Heni : Istirahat keduo ajo dak.
Mang Uha : Yah amaan, nanti saya anter.
Bu Heni : Makasi yaa Mang.
Di pintu gerbang sekolah terlihat Pak Amril sedang menegur seorang siswa Bernama Viko.
Suasana di kelas berbagai aktifitas, riuh, gelak tawa, ada yang sibuk main hape, makan,
berdandan, dll.
Nabil : (Melempar kedua kali) Woii! Sapo melempar palak ambo!! Kau yo Vico. Pasti
kau…
Vico : (Cuek) Dak e…
Nabil : (Menghampiri) Ngajak begadu kau yo….! Mati kau!
Riuh suasana perkelahian. Terdengar Langkah kaki pak Lindung mendekat. Siswa panik
ketakutan dan kembali ke kursinya masing-masing.
Pak LIndung : (Aksen Batak) Ada apa kalian ini….ribut kali! Mulutnya besar-besar. Suaramu
itu
sampai ke SPBU, bikin pecah aja kuping ini.
Koor siswa : Ado yang belago pak!
Pak LIndung : Apa kau bilang?! Buat malu…… Apa itu masalahnya….
Nabil : Palak kami pak.
Pak LIndung : Yaa ada apa dengan palak kau!
Nabil : Dilempar Viko pak!
Pak Lindung : Itula kalo suka iseng-iseng, kan besar akibatnya. Lagipula mana ada itu. Dari
jaman Belanda sampai jaman jonasi ini mana ada siswa sma lima berantem-
berantem. Sekolah kita ini sekolah unggul, terpaporit, janganlah buat malu.
Orangtua kau suruh sekolah itu buat belajar. Udah payah orangtua kau bayar
mahal-mahal….nakal pulak kau! Apa tak kasihan kau sama orangtuamu itu, tiap
hari banting uang cari tulang……
Koor Siswa : Banting tulang cari uang, pak!!
Pak Lindung : Ya itu maksudnya! Ya udah maapanla kalian itu. Kalian ini generasi muda
harapan
bangsa. Jangan buat malu negara ini. Awas kalo saya dengar kalian apo itu….
belago, belago, suru hadap kepala sekolah kau. Sekarang belajar dengan siapa
kalian?
Koor Siswa : Pak Rizki pak!
Pak Lindung : Ya sudah belajarlah yang betul ya…
Koor Siswa : Ya paaaakk!
Suasana di kantor. Cuma terlihat beberapa orang guru saja. Tiba-tiba masuk seorang ibu-ibu,
wajahnya terlihat tidak mengenakkan.
Mami Vico : Maaf buk, permisi, saya mau bertemu ibu Ice.
Bu Ice : Ya saya sendiri.
Mami Vico : Saya orangtua Arvico buk, kelas XI IPA 11.
Bu Ice : Oyo, silakan duduk buk. Ada perlu apa ya buk?
Mami Vico : Sebelumnya saya minta maaf buk, begini…..saya bukan membela anak saya,
hanya ingin mengemyukakan keberatan saya. Beberapa hari yang lalu saya
dapat laporan dari anak saya katanya dia dipukul ibuk. Terus terang buk,
sebagai
orangtuanya saya tidak terima. Kalau memang anak saya bersalah kan bisa
dinasehati baik-baik….tidak perlu dong dipukul, apalagi dicekek, dibanting
kayak
Lesti Bilar.
Bu Ice : Maaf ya buk… Perasaan saya tidak mukul mungkin ibuk salah informasi….
Mami Vico : Anak saya sendiri lho buk yang cerita.
Buk Ice : Nak! Nak! Tolong panggil vhico ke kantor … kini yo … Sebentar yo buk.
Masuk Vico.
Bu Ice : Anak-ana minta waktunya sebentar…..tidak ada yang keluar ya, semuanya
duduk ditempatnya masing-masing. Tolong dengarkan, kami akan memeriksa
ketertiban kalian, terutama yang putra…rambutnya yaa. Sudah berkali-kali
dibilang, jadi jangan salah kalau nanti rambut kalian dipotong. Nah yang putri
tolong berdiri, ibuk mau periksa tasnya.
Bu Ice memeriksa siswa putri satu persatu. Pak Amril memeriksa kepala siswa laki-laki.Dalam
Razia kali ini banyak sekali penemuan yang aneh-aneh bikin geleng kepala, apalagi kalau
bukan ulah siswa putri yang ternyata dalam tasnya banyak ditemukan peralatan make up.
Ternyata setelah diperiksa banyak siswa putri yang ketahuan memakai pemerah bibir.
Bu Ice : Kau jugo Prety, bukak! Pekla…bukak… Ya Allah! Meranyo bibir kau..
astaghfirullah….
la samo pulo kek bibir buk Lindri. Iko dak sekola apo ndak bejualan?! Apo kerjo
nak
baok idak tentu keruan. Kamuorang sangko sekola ko mol…cak idak punyo
aturan.
Mano buli anak sekola bedandan berlebihan tu…belum jadi mahasiswa lagi. Yak,
ampun nian kamuorang ko nak…nak! Ha dengar, barang-barangko ibuk sita. Kalu
kamuorg ndak ambik…temui ibuk di kantor tapi harus bawa orangtua kalian.
Paham!
Guru-guru Kembali ke kantor. Merasa tidak senang, para siswa saling menyalahkan yang
berujung perkelahian sesama siswa putri. Seorang siswa panik dan berlari kekantor hendak
melapor. Bergegas muncullah Bunda Devi.
Tiba-tiba terdengar suara informasi dari guru piket, bahwa seluruh siswa dan guru agar
berkumpul di lapangan.
Guru piket : Mohon perhatian! Anak-anak semuanya silakan berkumpul di lapangan. Para
guru
juga dimohon hadir, kita akan menyambut dan bersilaturahmi dengan kepala
sekolah kita yang baru. Demikian informasi ini, mohon dilaksanakan, terimakasih.
Setting pindah ke lapangan. Bapak kepala sekolah yang baru tampak semangat memberi kata
sambutan.
Pak Eka : Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Biar tidak tegang,
bapak
ingin membuka dengan sebuah pantun;
Anak gadis pai bejalan
Anak bujang memegang parang
Elok dimulo kito kenalan
Karno tak kenal mangko tak sayang.
Kenalkan, nama saya Eka Saputra, Mpd. Saya punya seorang istri yang kerjanya
sehari-hari mengajar juga, sama-sama guru. Namanya………………….. mengajar
di………………. Anak saya ada……..orang………………………………….. Saya pindah
dari……………………, kepala sekolah disana. Nah di sini banyak teman saya,
contohnya Pak Amril, kami satu kuliah, sama-sama jurusan penjas.
Alhamdulillah bapak senang dipindahkan ke sini. Cuman ada sedikit yang
mengganjal hati saya, membuat saya sedih. Mohon maaf, tadinya saya pikir,
saya yang paling teratas, paling nomor satu, tidak ada duanya. Tapi ternyata,
saya salah. Rupanya banyak Eka-Eka lain selain saya; ada pak Eka……………………
guru……………….., pak Eka……………………, guru BK, Buk Reka……………………., guru
Matematika….
Koor Siswa : Buk Rika paaaak!!
Pak Kepa : Oya maaf. Bapak berjanji, nanti dengan dibantu oleh guru-guru yang lain bapak
akan membuat SMA lima semakin maju, semakin berkualitas. Semoga
kehadiran saya diterima dengan senang hati. Mudah-mudahan semua doa dan
harapan kita dikabulkan yang Maha Kuasa. Hidup SMA negeri lima!! Maju SMA
negeri lima!!