Anda di halaman 1dari 9

Naskah Teater Cendana Hari Guru Nasional 2022

Pada Kakiku Ternganga Jurang


Di atas Diriku Melengkung Langit Terang, Cuaca
Pemain:
1. Ibu Peri
2. Bu Ice
3. Bu Heni
4. Bunda Devi
5. Pak Kepala
6. Pak Amril
7. Pak Rizky
8. Pak Lindung
9. Mang Uha
10. Vico
11. Nabil
12. Mami Vico
13. Siswa-siswi
14. Penjaga Sekolah

Ketika semua larut dalam lelap. Hayal dan mimpi adalah keinginan yang merasuk. Anak-
anak bermain dalam tidurnya, berharap bangun dengan ceria. Terdengar bunyi gamelan
berpadu mengiringi Langkah seorang tua yang disebut ‘ibu Peri’. Ia berjalan lembut perlahan,
mengitari seluruh ruang mengisyaratkan anak-anak, menjaga matahari terbit siang. Alunan
Langkah kaki sang ibu seolah menari mengikuti suara seseorang yang entah darimana
datangnya. Suara itu seperti menukik jelas terpapar.

Sekiranya dapat aku mengecilkan tubuhku, hingga dapat aku masuk ke


dalam sampul surat, pastilah aku turut serta dengan surat ini
mengunjungimu, ibu. Diamlah! Cukuplah! Bukan salahku. Gamelan kaca di
pendopo lebih tau akan hal itu. Gamelan itu menyanyikan lagu kami. Bukan
nyanyian, bukan lagu sebenarnya, hanyalah bunyi dan suara. Tetapi
alangkah rawannya hati, alangkah indahnya! Bukan, bukan suara kaca,
tembaga, kayu, yang naik ke udara, melainkan suara yang keluar dari sukma
manusia, meresap ke dalam hati, kadang-kadang keluh kesah, sebentar lagi
meratap menangis, sekali-sekali gelak tertawa. Dan sukma sayapun
terlayang-layang, naik ke atas, ke dalam udara tipis itu, ke awan kapas, ke
bintang di langit yang bersinar-sinar – suara lembabpun naiklah, suara itu
membimbingku melalui lembah gelap, jurang dalam, melalui hutan rimba,
semak belukar yang tiada terlalui! Sekarang gamelan itu sudah berhenti, tapi
tiada satupun bunyi yang aku ingat, semuanya sudah hilang dari ingatanku,
yang menjadikan aku merasa berbahagia, serta menjadikannya merayu hati.
Aku tidak hendak mendengarkan lagu yang menyayukan hati itu, yang
mengisahkan kepadaku masa yang silam, masa yang seolah-olah
menghembuskan selubung yang menyelubungi segala rahasia yang akan
datang. Gemetar tubuhku, melihat dimasa yang di hadapanku itu, gambaran
yang muram-muram bangkit naik. Aku tiada hendak melihat, tetapi mataku
terbeliak juga, dan pada kakiku ternganga jurang yang dalam sedalam-
dalamnya, tetapi bila aku menengadah, melengkungkan langit yang hijau
terang cuaca di atasku dan sinar matahari keemasan bercumbu-cumbuan,
bersenda gurau dengan awan putih bagai kapas itu; maka dalam hatiku
terbitlah cahaya terang kembali!

Suara gamelan menjauh menghilang digantikan music ceria. Anak-anak menggeliat, bangun
dan bersiap mengukir cita-cita. Selanjutnya hiruk pikuk suasana ramai Langkah kaki, deru
kendaraan, sapaan dan sebagainya. Siswa yang menyandang tas, bergegas, ada yang menuju
kelas, ada yang duduk-duduk di luar, ada juga yang ke kantin. Guru-gurupun mulai
berdatangan. Tampak penjaga sekolah sibuk berbenah di kantor.
Bu Heni : Mang Uha!
Mang Uha : Ya, ada apa buk Heni?
Bu Heni : Eni mau pesan gorengan Mang.
Mang Uha : Mau berapa?
Bu Heni : 30 aja Mang.
Mang Uha : Mau acara buk Heni?
Bu Heni : Ssst…diam-diam ajo yo Mang, Eni ulang tahun.
Mang Uha : Oo..selamat ya. Jadi mesannya 30 aja.
Bu Heni : Hmm…brapo dak mang? 40 ajo.
Mang Uha : Tanggung atuh, 100 aja.
Bu Heni : Terserah mamang ajola. Tapi dicampur-campur yo Mang. Kelak duitnyo mintak
kek Eni.
Mang Uha : Kapan mau dianternya?
Bu Heni : Istirahat keduo ajo dak.
Mang Uha : Yah amaan, nanti saya anter.
Bu Heni : Makasi yaa Mang.

Di pintu gerbang sekolah terlihat Pak Amril sedang menegur seorang siswa Bernama Viko.

Pak Amril : Hei siswa! Kamu sini!!


Viko : Ya pak.
Pak Amril : Coba lihat….sini bapak lihat! Wah, kamu tahukan aturan sekolah? Buka, bukak!
Pakai dalaman hitam lagi….cepat bukak! Besok kalau diulangi lagi, bapak suruh
kamu nggak pakai baju. Nanti pulang sekolah baru boleh diambil kaosnya di
meja
bapak. Ngerti!
Viko : Baik pak.

Suasana di kelas berbagai aktifitas, riuh, gelak tawa, ada yang sibuk main hape, makan,
berdandan, dll.

Nabil : (Seseorang melempar kepalanya) Woiii!! Sapo melempar palak ambo!

Tidak seorangpun yang peduli, seolah tidak tahu menahu.

Nabil : (Melempar kedua kali) Woii! Sapo melempar palak ambo!! Kau yo Vico. Pasti
kau…
Vico : (Cuek) Dak e…
Nabil : (Menghampiri) Ngajak begadu kau yo….! Mati kau!

Riuh suasana perkelahian. Terdengar Langkah kaki pak Lindung mendekat. Siswa panik
ketakutan dan kembali ke kursinya masing-masing.

Pak LIndung : (Aksen Batak) Ada apa kalian ini….ribut kali! Mulutnya besar-besar. Suaramu
itu
sampai ke SPBU, bikin pecah aja kuping ini.
Koor siswa : Ado yang belago pak!
Pak LIndung : Apa kau bilang?! Buat malu…… Apa itu masalahnya….
Nabil : Palak kami pak.
Pak LIndung : Yaa ada apa dengan palak kau!
Nabil : Dilempar Viko pak!
Pak Lindung : Itula kalo suka iseng-iseng, kan besar akibatnya. Lagipula mana ada itu. Dari
jaman Belanda sampai jaman jonasi ini mana ada siswa sma lima berantem-
berantem. Sekolah kita ini sekolah unggul, terpaporit, janganlah buat malu.
Orangtua kau suruh sekolah itu buat belajar. Udah payah orangtua kau bayar
mahal-mahal….nakal pulak kau! Apa tak kasihan kau sama orangtuamu itu, tiap
hari banting uang cari tulang……
Koor Siswa : Banting tulang cari uang, pak!!
Pak Lindung : Ya itu maksudnya! Ya udah maapanla kalian itu. Kalian ini generasi muda
harapan
bangsa. Jangan buat malu negara ini. Awas kalo saya dengar kalian apo itu….
belago, belago, suru hadap kepala sekolah kau. Sekarang belajar dengan siapa
kalian?
Koor Siswa : Pak Rizki pak!
Pak Lindung : Ya sudah belajarlah yang betul ya…
Koor Siswa : Ya paaaakk!

Masuk Pak Rizky, ketua kelas memberi aba-aba sedia.


Pak Rizky : Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Baik anak-anak, seperti
yang
bapak bilang minnggu lalu pertemuan hari ini kita akan mengambil nilai
praktek
shalat jenazah. Bapak ingatkan materi minggu kemarin, bagaiamana niat untuk
mayit laki-laki?
Koor Siswa : Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti…..
Pak Rizky : Bagus. Mayit perempuan…?
Koor Siswa : Ushalli ‘alaa haadzihil mayyitati…
Pak Rizky : Ya bagus. Selain kita praktek individu, kita juga praktek berjamaah. Nanti yang
jadi imamnya bapak tunjuk….kau Nabil.
Nabil : Aiii jangan kami pak…..yang lain ajo.
Pak Rizky : Yo dem, kalu kau nggak jadi imam, kau jadi jenazah. Mano, tinggal pili… Awak
lanang….nggak-nggak tula. Sudah, sekarang kita ke masjid.

Suasana di kantor. Cuma terlihat beberapa orang guru saja. Tiba-tiba masuk seorang ibu-ibu,
wajahnya terlihat tidak mengenakkan.

Mami Vico : Maaf buk, permisi, saya mau bertemu ibu Ice.
Bu Ice : Ya saya sendiri.
Mami Vico : Saya orangtua Arvico buk, kelas XI IPA 11.
Bu Ice : Oyo, silakan duduk buk. Ada perlu apa ya buk?
Mami Vico : Sebelumnya saya minta maaf buk, begini…..saya bukan membela anak saya,
hanya ingin mengemyukakan keberatan saya. Beberapa hari yang lalu saya
dapat laporan dari anak saya katanya dia dipukul ibuk. Terus terang buk,
sebagai
orangtuanya saya tidak terima. Kalau memang anak saya bersalah kan bisa
dinasehati baik-baik….tidak perlu dong dipukul, apalagi dicekek, dibanting
kayak
Lesti Bilar.
Bu Ice : Maaf ya buk… Perasaan saya tidak mukul mungkin ibuk salah informasi….
Mami Vico : Anak saya sendiri lho buk yang cerita.
Buk Ice : Nak! Nak! Tolong panggil vhico ke kantor … kini yo … Sebentar yo buk.

Masuk Vico.

Mami Vico : Sini Sayang ….


Bu Ice : Kau ngecek apo kek mak kau Vico!
Mami Vico : Pokoknya saya tidak terima ya buk, apapun alasannya. Nggak bisa dong sekolah
ini seenaknya aja. Kalau terjadi apa-apa dengan anak saya siapa yang mau
tanggung jawab. Asal ibuk tau ya, anak saya ini dari kecil dimanja lho buk,
nggak
pernah dimarah. Jangankan dipukul, disenggol aja gak pernah.
Bu Ice : Sebentar ya buk, jangan salah paham dulu. Anak ibuk ko sering melanggar
aturan sekolah. Nyoko suko main hape saat guru mengajar. Suda seringkali
diperingati tapi galak buek ula. Lagipulo saya luruskan ajo yo buk …. Sayo idak
mukul. Sayo cuman macam iko ajo… catat ya buk, sayo ulangi sayo cuman cam
iko ajo.
Mami Vico : Gimana sih… kamu nak. Kamu bilang sama mami ditampar. Kok cuma begini
aja.
Bu Ice : Bahkan yo buk. Si Vico ko sering tetangkok cctv, ujian galak nyontek.
Mami Vico : Masa?! Benar Nak?! Bikin malu mami aja kamu. Hehe maaf ya buk… permisi…
Balik kaba!!! Udim, ndik usa sekolah. Nido dengar kicek. Bikin malu indung
bapak.
Mak anjung sekula ni supayo kaba pintar. Kalu lok ini mending kaba stup,
brenti!
Au! Skula ni mahal, ..bayar pakai tanci bukan air liur. Tau bapang kaba…. abis
kaba. Dengar ndik? Mikir kaba tu… luk itu sekolah tu… main main… ndak jadi
apo
kaba?!! Malu ngan jemo ne.. Dem balik! Melipat!!
Suasana di kelas. Beberapa guru terlihat sibuk berkemas hendak melakukan razia.

Bu Ice : Anak-ana minta waktunya sebentar…..tidak ada yang keluar ya, semuanya
duduk ditempatnya masing-masing. Tolong dengarkan, kami akan memeriksa
ketertiban kalian, terutama yang putra…rambutnya yaa. Sudah berkali-kali
dibilang, jadi jangan salah kalau nanti rambut kalian dipotong. Nah yang putri
tolong berdiri, ibuk mau periksa tasnya.

Bu Ice memeriksa siswa putri satu persatu. Pak Amril memeriksa kepala siswa laki-laki.Dalam
Razia kali ini banyak sekali penemuan yang aneh-aneh bikin geleng kepala, apalagi kalau
bukan ulah siswa putri yang ternyata dalam tasnya banyak ditemukan peralatan make up.

Bu Ice : Coba dibuka maskernya.


Siswi : Jangan buk.
Bu Ice : Bukak!! Kau jugo…bukak!

Ternyata setelah diperiksa banyak siswa putri yang ketahuan memakai pemerah bibir.

Bu Ice : Kau jugo Prety, bukak! Pekla…bukak… Ya Allah! Meranyo bibir kau..
astaghfirullah….
la samo pulo kek bibir buk Lindri. Iko dak sekola apo ndak bejualan?! Apo kerjo
nak
baok idak tentu keruan. Kamuorang sangko sekola ko mol…cak idak punyo
aturan.
Mano buli anak sekola bedandan berlebihan tu…belum jadi mahasiswa lagi. Yak,
ampun nian kamuorang ko nak…nak! Ha dengar, barang-barangko ibuk sita. Kalu
kamuorg ndak ambik…temui ibuk di kantor tapi harus bawa orangtua kalian.
Paham!
Guru-guru Kembali ke kantor. Merasa tidak senang, para siswa saling menyalahkan yang
berujung perkelahian sesama siswa putri. Seorang siswa panik dan berlari kekantor hendak
melapor. Bergegas muncullah Bunda Devi.

Bunda Devi : Hee…sudah! Sudah!! Pretty…Bian! Sudah! Astaga….sudah! Apa-apaan kalian,


bikin malu…..cewek lagi. Ayo, sudah!

Tiba-tiba terdengar suara informasi dari guru piket, bahwa seluruh siswa dan guru agar
berkumpul di lapangan.
Guru piket : Mohon perhatian! Anak-anak semuanya silakan berkumpul di lapangan. Para
guru
juga dimohon hadir, kita akan menyambut dan bersilaturahmi dengan kepala
sekolah kita yang baru. Demikian informasi ini, mohon dilaksanakan, terimakasih.
Setting pindah ke lapangan. Bapak kepala sekolah yang baru tampak semangat memberi kata
sambutan.

Pak Eka : Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Biar tidak tegang,
bapak
ingin membuka dengan sebuah pantun;
Anak gadis pai bejalan
Anak bujang memegang parang
Elok dimulo kito kenalan
Karno tak kenal mangko tak sayang.
Kenalkan, nama saya Eka Saputra, Mpd. Saya punya seorang istri yang kerjanya
sehari-hari mengajar juga, sama-sama guru. Namanya………………….. mengajar
di………………. Anak saya ada……..orang………………………………….. Saya pindah
dari……………………, kepala sekolah disana. Nah di sini banyak teman saya,
contohnya Pak Amril, kami satu kuliah, sama-sama jurusan penjas.
Alhamdulillah bapak senang dipindahkan ke sini. Cuman ada sedikit yang
mengganjal hati saya, membuat saya sedih. Mohon maaf, tadinya saya pikir,
saya yang paling teratas, paling nomor satu, tidak ada duanya. Tapi ternyata,
saya salah. Rupanya banyak Eka-Eka lain selain saya; ada pak Eka……………………
guru……………….., pak Eka……………………, guru BK, Buk Reka……………………., guru
Matematika….
Koor Siswa : Buk Rika paaaak!!
Pak Kepa : Oya maaf. Bapak berjanji, nanti dengan dibantu oleh guru-guru yang lain bapak
akan membuat SMA lima semakin maju, semakin berkualitas. Semoga
kehadiran saya diterima dengan senang hati. Mudah-mudahan semua doa dan
harapan kita dikabulkan yang Maha Kuasa. Hidup SMA negeri lima!! Maju SMA
negeri lima!!

Sekian, cerita diakhiri dengan gelak tawa gembira.

Anda mungkin juga menyukai