Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sekar Wahyu Putri K.

Kelas : XI OTP 3

No.absen : 24

Berlibur dan Belajar Melestarikan Budaya

Liburan semester,hal yang paling dinantikan hampir seluruh siswa. Pasalnya hiruk pikuk
tumpukan tugas dan ujian-ujian tidak akan terdengar beberapa minggu kedepan. Dan liburan kali
ini, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Nenek, daripada di rumah aku hanya menghabiskan
waktu untuk main gadget, kalau bukan untuk “sosmed”-an dan main game. Setidaknya kalau aku
pergi ker rumah Nenek, aku bisa mencari udara segar meskipun aku tahu aku tidak pernah bisa
lepas dengan gadget milikku. Dan aku sangat rindu Nenekku juga teman-temanku yang disana.
Dulu,aku sempat tinggal di rumah Nenekku dan pindah ketika aku lulus SMP. Namaku Alena,
tapi keluarga dan teman-teman lebih suka memanggilku Alen. Aku siswa sekolah menengah
pertama.

Sabtu pagi,sekitar jam 05.00 alarm ku berbunyi (kringgg kringggg…). Terdengar suara ketukan
pintu kamarku,dan itu adalah ibuku yang mencoba membangunkanku. “Alen, bangun nak,sudah
jam 05.00 cepat sholat,mandi, dan sarapan. Kita pergi pagi-pagi”.Akupun terbangun dan
bergegas mengambil air wudhu kemudian sholat.Setelah itu, aku mandi dan sarapan pagi. Sekitar
jam 06.30 aku dan orang tuaku segera berangkat ke rumah Nenek agar tidak terkena macet.
Kebetulan, rumah Nenekku tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang.

Dua jam kemudian, aku sampai di rumah Nenekku. “Ohh cucuku sayang, akhirnya kau kesini
juga.Nenek sangat rindu”.Kata Nenek dengan gembira.“Neneeeeekkkkk…Alen juga rindu,
Nenek apa kabar?” tanyaku. “Alhamdulillah cucuku,Nenek sehat.” ucap Nenek. Betapa
bahagianya aku melihat Nenekku,dan Nenekku pun memelukku dengan hangatnya. Sayang
sekali, aku hanya bisa melihat Nenek, tidak lagi Kakekku karena beliau sudah meninggal sekitar
3 tahun lalu.Nenekku tinggal dengan anak keduanya yaitu Om Fajar, adik Ibuku.Dia adalah
seorang guru olahraga di SD Cendrawasih dekat rumah Nenek.Kami tidak melihat sama sekali
Om Fajar di rumah itu. Ayahku pun bertanya kepada Nenek.“Nek, Fajar kemana ya, kok dari
tadi saya tidak melihatnya”. “Iya Bu,kemana dia?” sahut Ibuku.Nenekku pun menjawab “Oh,
mungkin dia pergi jogging”. “Oalahhhh…” sahut Ibuku. Kemudian aku dan Ibuku membantu
Nenekku memasak, sedangkan Ayahku ke depan mencuci mobil.

Hari mulai siang, matahari terlihat memancar degan teriknya.Beberapa menit kemudian, Om
Fajar datang. “Wahhh ada ponakan Om nih,akhirnya kesini juga. Apa kabar Len?” “Iya Om,
Alen liburan disini. Alhamdulillah Om,baik. Om sendiri gimana?” Tanya Alen balik.
“Alhamdulillah sehat wal’afiat dong.” Jawab Om Fajar. Om Fajar pun pergi mandi lalu
berbincang-bincang dengan Ayah di depan TV. Aku, Ibu, dan Nenekku mempersiapkan masakan
di ruang makan. Kemudian kami pun makan siang bersama. Nenek pun memanggil Ayah dan
Om Fajar untuk makan siang. Kemudian kami pun makan siang bersama.“Wahhhh sudah lama
nggak makan masakan Nenek nih” ucap Ayah. “Iya Yah, Alen juga. Kelihatnya sangat enak
hahaha” sahut Alen.“Iya dong, masakan Nenek kamu nomor satu” sahut Om Fajar.“Sudah sudah,
ayo kita makan”.Kemudian kita pun makan dengan lahap.

Lalu kami pun sholat berjamaah dan setelah itu aku ke kamar untuk istirahat. Sedangkan Ibu,
Ayah, Nenek, dan Om Fajar mengobrol sambil menonton TV. Sebelum tidur siang, aku tidak
lupa dengan gadgetku.Aku membuka gadgetku untuk mendengarkan musik, dan aku membuka
WhatsApp untuk ngasih tau Chika dan Isna kalau aku sudah berada di rumah Nenekku.Mereka
adalah sahabatku saat SMP. Kami pun video-call an. Kita sangat rindu satu sama lain. “Hayy
Chik, hay Is, aku kangen kalian. Kalian apa kabar?” Tanya Alen. “Heyy Alen, aku juga nih
kangen banget sama kamu,kabar aku baik Len” jawab Isna. “Apalagi aku,kangen berat sama
kamu Len. Aku juga Alhamdulillah baik Len” sahut Chika.Saat video-call kami mempunyai
rencana besok untuk sepedaan di pagi hari.Sudah lama kita tidak bersepeda bersama, biasanya
hampir setiap hari libur kami bermain sepeda menyusuri kebun teh.Karena, rumah Nenekku
berada di daerah pegunungan.Jadi, cocok banget buat sepedaan.Pastinya sejuk dan indah
sekali.Selesai video-call an, aku bermain game sebentar.Tiba-tiba Nenekku datang.“Lho katanya
mau tidur kok malah main game”. “Iya Nek,bentar nihhh mau nge game bentar, seru nih kurang
dikit naik level” jawab Alen sambil main game. “Hadehh dasar anak jaman now,yaudah jangan
lama-lama. Istirahat yang cukup.” ucap Nenek kepada Alen.“Asiiappp Nek” sahut Alen.Setelah
puas main game Alen pun tidur siang.
Malam pun tiba, Alen dan keluarganya pun makan malam setelah sholat berjamaah. Lalu,
mereka berkumpul di depan TV dan berbincang - bincang. Disaat itu, Om Fajar menghampiriku.
“Lennn….”.Aku sangat terkejut karena aku sedang asik dengan gadget ku.“Hadehh Om ini
ngagetin aku aja”. “Nggak bosen Len main hp mulu?” tanya Om Fajar kepadaku. Akupun
menjawab “Iya ntar kalo kelamaan juga bosen sendiri Om”.“Hahaha nggak bisa banget ya lepas
dari gadget, dasar bocah” kata Om Fajar sambil ketawa.“Ya begitulah Om, serasa oksigen, nggak
bisa hidup tanpa gadget hehe” ucap Alen.“Ya begitulah dia, jangan heran kamu Jar” sahut
Ibu.“Hahaa paham betul, boleh main gadget tapi juga ada batasnnya Len” ucap Om Fajar.“Nah
tuh, dengerin Om Fajar” sahut Ayah.Aku pun menjawab “Iya Iya Iyaa, Alen tau kok”.“Oh Iya,
besok Senin kamu ikut Om ya” ucap Om Fajar kepadaku.“Kemana Om?” jawabku.“Adadehh
kepo ya” jawab Om Fajar dengan santai.“Ahh gini nih bikin penasaran, okelah siap” ucap Alen.

Tidak terasa mereka berbincang - bincang sampai larut malam. Alen pun mengantuk “Huaahhh
ngantuk, mau tidur ah”.“Ehh jangan dulu kita belom sholat Isya lohh” sahut Nenek. “Oh iya,
yaudah ayo kita sholat” ucap Ibu. Akhirnya merka beranjak dari kursi dan berwudhu.Lalu seperti
biasanya, mereka sholat berjamaah.Selesai sholat, Alen dan anggota keluarganya segera ke
kamar masing – masing untuk tidur.“Lenn ini sudah malam, langsung saja tidur. Nggak usah
main gadget” ucap Ayah kepadaku. Aku pun menjawab “Iya yah” biar nggak ribet.Tetapi dalam
hatiku berkata, Nggak mungkin aku bisa tidur sebelum membuka gadgetku karena bagi Alen itu
adalah hal yang wajib.Alen pun ke kamar, tiduran sambil memegang gadgetnya.15 menit
kemudian, di pun tidur.

Keesokan harinya, Alen, Ibu, Ayah, dan Om Fajar terkejut.Di meja makan sudah tersedia
makanan yang kelihatan enak sekali, Dan ternyata itu adalah masakan Nenek yang dibuat special
untuk mereka.“Wahhh pagi - pagi udah siap bener, tumben Bu” kata Alen kepada ibunya.“Lho
Ibu nggak masak ini kok, Ibu juga terkejut melihat ini” jawab Ibu.“Selamat pagiiii… itu semua
Nenek yang buat, spesial buat kalian”sahut Nenek yang berjalan dari dapur membawa
minuman.”Kok ga kedengeran ya Nenek masak” ucap Ayah.“Udahh, mari kita makan” sahut
Nenek.

Satu jam kemudian Alen sudah siap dengan sepedanya. Beberapa menit kemudian Chika dan
Isna sampai di rumah Alen.Mereka pun segera berpamita dengan Ibu Alen. “Bu, Alen sepedaan
dulu ya sama teman -teman” ucap Alen. “Iya, hati - hati ya di jalan”.“Siiaaapppp” ucap mereka
serentak.Kukayuh sepeda menyusuri jalanan setapak demi setapak sambil memandangi
pemandangan yang indah, ditemani suara burung - burung saling bersiulan.“Wahh sejuk banget,
makin indah aja sekarang”.Kata Alen dengan senangnya.“Hehe iya dong Len” sahut Isna dan
Chika.Kali ini, kita beradu dengan tanjakan yang menguras tenaga.Tapi, itu tidak sia - sia,
pemandangan di ujung tanjakan tidak kalah indah dengan pemandangan yang kulihat sepanjang
jalan tadi.Dari ketinggian terlihat hamparan kebun teh yang hijau dan luas serta para petani teh
yang sedang memetik daun.Alen pun tidak ketinggalan untuk mengambil foto itu, apalagi
pemdangan indah dari atas.“Chik, fotoin dong, abis itu kita fotbar bertiga” ucap Alen.“Ok”
jawab Chika. Selesai berfoto tantangan yang seru berikutnya adalah meluncur dari atas
bukit.Wuih, benar serasa terbang.

Saat menuju jalan arah lapangan, Alen mendengar bunyi irama.Kami tak mengerti dari mana
bunyi itu dihasilkan.Ketika aku menoleh dan melihatnya terlihat bapak - bapak yang sedang
memainkan barongan.Kupikir tak ada lagi orang yang mau memainkan benda itu.Tapi, bapak –
baapak ini, mereka memainkannya.Alen, Isna dan Chika pun penasaran.Lalu kami
menghampirinya.Seketika bapak – bapak melihat kami bertiga.Wajahnya terlihat ramah. “Kalian
sedang apa disini nak?” tanya salah seorangnya. “Kami penasaran dengan bapak, kalau tidak
salah ini barongan ya?” ucap Alen.“Benar, kami ingin latihan untuk besok”.Jawab bapak tadi
dengan ramah. “Apa bapak selalu bermain ini, apa tidak bosan?” tanya Alen lagi. “Tidak, kami
sebagai bangsa Indonesia harus tetap melestarikan kebudayaan kita.Kalian bermain petak umpet
saja sudah termasuk melestarikan budaya” jawab bapak yang memakai topi.“Kalian bisa
melestarikannya tidak harus dengan melakukan latihan khusus.Kalian bermain petak umpet saja
sudah termasuk melestarikan budaya” sahut bapak yang tadi.“Kenapa bisa pak?” ucap mereka
bertiga. “Kalian tahu kan, kalau permainan seperti petak umpet sendiri itu adalah permainan asli
dari Indonesia? Permainan itu adalah pengaruh dari agama Hidu-Budha, jadi bukankah wajib
kalau kita harus melestarikannya?”Malah kebanyakan anak sekarang asik dengan gadgetnnya”
ucap bapak bertopi.Kami mengangguk tanda jelas. Jadi, memang benar apa yang dikatakan Ibu
waktu itu. “Begitu ya pak, kalau begitu terima kasih atas informasinya.Kami pamit dulu.Ucap
Alen dengan sopan.Alen pun berkata kepada teman - temannya.“Aku jadi malu sama bapak tadi,
dia yang tua masih berjuang melestarikan, lahh kita?”“Hehe iya sih, yaudah kita kurangin main
gadget, coba beralih ke egrang” ucap Chika.“Nah iya, seperti waktu kita kecil dulu.Ingat kan?”
sahut Isna. “Yasudah lain kali kita main egrang ajak teman - teman yang lain dan ngasih tau
mereka akan pentingnya budaya agar tidak direbut bangsa lain” ucap Alen. Mereka pun akhirnya
pulang ke rumah masing – masing.

Hari Senin pun tiba.Om Fajar pun tidak lupa dengan janjinya untuk mengajakku.“Alen, udah
siap?Ayo kita pergi” ucap Om Fajar kepadaku.“Siapp Om”jawabku.Alen masih bingung mau
diajak kemana karena Om Fajar merahasiakan itu.Kemudian, sampailah mereka di suatu
tempat.Tempat itu, ramai sekali.Ternyata Om Fajar mengajakku ke tempat hiburan.Kebetulan,
Om Fajar ketua dari organisasi angklung. Mereka akan tampil di acara itu. Om Fajar berniat
mengajariku angklung karena merka masih mempersiapkan untuk tampil.“Ini nih Len, Om Fajar
pengen mengenalkanmu dan mengajarimu bermain angklung, kebetulan kita masih tampil nanti”
kata Om Fajar.“Ooohhh gitu Om, oke deh Alen mau” jawab Alen dengan senang. Om Fajar pun
menjelaskan cara menggunakannya, dan Alen pun memperhatikan dengan teliti. “Om liat anak
sekarang pada kecanduan gadget dan lupa akan budaya sendiri, apalagi kamu Len” ucap Om
Fajar.“Hehe iya Om” jawab Alen tersipu malu.“Nahh abis acara ini selesai kamu ikut Om ke
markas ya, nanti Om dan teman - teman bakal ajari kamu. Ajak teman - temanmu sekalian.Kalo
bukan generasi kalian, siapa lagi yang meneruskan dan melestarikannya” kata Om
Fajar.“Aasiiyaap” ucap Alen penuh semangat.

Dari kejauhan, Alen melihat bapak - bapak pemain barongan kemarin. Ternyata mererka juga
akan tampildi acara ini. Alen pun menghampiri bapak - bapak itu.“Hayy pak, ternyata mau
tampil di sini ya?” ucap Alen.“Hay nak, iya nih bentar lagi kita tampil”.Ucap bapak bertopi
kemarin dengan tampilan berbeda. “Wah kebetulan kamu nonton, selain seru dan menghibur,
kamu bisa belajar banyak di sini” ucap salah seorang bapak. “Iya pak, kebetulan Om saya
mengajak saya ke sini, dia juga nanti akan tampil” ucap Alen. “Tampil apa nak?” tanya bapak
tadi. “Angklung pak” jawab Alen dengan sopan.

Tidak lama kemudian gerombolan bapak - bapak tersebut pamit akan naik panggung. Alen pun
kembali ke stand angklung Om Fajar dan menyaksikan acara itu.Alen terkagum melihatnya dan
dia sangat senang sekali.

Anda mungkin juga menyukai