Anda di halaman 1dari 3

1

PENERAPAN HOTS PADA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Higher Order Thinking Skills (HOT Skills) atau keterampilan berpikir


tingkat tinggi adalah tingkatan berpikir secara kognitif dari tingkat yang
rendah ke tingkat yang tinggi pada Taksonomi Bloom. HOT Skills
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 dan telah mengalami
perubahan sejak saat itu. Perubahan tersebut ditujukan supaya teori HOT
Skills lebih sesuai dengan perkembangan pendidikan pada abad ke-21.
Konsep HOT Skills meliputi konsep mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Perkembangan
konsep ini didasarkan pada sifat anak yang cenderung mempunyai daya
ingat dan daya pikir yang kuat. Jika diterapkan dalam mendidik anak,
konsep HOT Skills dipercaya mampu menumbuhkan keterampilan berpikir
kritis. Lebih jelasnya dapat dilihat pada video berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=FZOk3xow0Ts

Bagaimana menerapkan HOTS untuk membentuk anak yang bisa


berpikir kritis? di bawah ini dijelaskan beragam cara bisa ditempuh di
anataranya:
1. Ajak anak untuk mengingat apa yang telah dilakukannya. Cara
pertama yang bisa diterapkan untuk membentuk pola pikir tingkat
tinggi pada anak adalah dengan mengajak anak berdiskusi mengenai
apa yang telah ia lakukan dalam satu hari. Ketika berdiskusi, anak
akan berusaha mengingat segala hal yang ia lakukan. Mengingat
adalah langkah pertama untuk berpikir kritis.
2. Ajak anak untuk memahami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Anak
cenderung banyak bertanya dan banyak melakukan hal yang tak
terduga. Jika ia melakukan suatu hal yang negatif, berikan alasan
yang masuk akal untuk mencegah anak supaya tidak melakukannya
lagi. Selain itu, orang tua perlu memberikan alasan yang tepat ketika
menyuruh anaknya untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh,
2

seorang ibu meminta anaknya untuk merapikan mainan yang


berserakan di lantai. Orang tua bisa memberikan pengertian dengan
kalimat berikut ini, “Dik, yuk kita bersihkan lantainya. Mainannya
ditaruh di kotak mainan, ya. Mainannya harus dirapikan supaya nanti
ayah tidak terpeleset ketika menginjak lantai.” Dengan menggunakan
kalimat ajakan seperti pada contoh, maka anak akan termotivasi untuk
berpikir lebih jauh.
3. Bimbing anak untuk menerapkan ilmu yang telah mereka dapat. Pada
tahap memahami, anak hanya diajak sekadar memahami. Namun,
pada tahap selanjutnya, yaitu tahap menerapkan, seorang anak
dibimbing untuk menerapkan ilmu yang telah ia dapat. Jika anak
sudah mengetahui bahwa mainan yang berserakan di lantai bisa
menyebabkan seseorang terpeleset, ajak ia untuk menerapkan ilmu
yang ia dapat, yaitu ilmu untuk merapikan mainan setelah selesai
bermain.
4. Ajak anak untuk menganalisis sesuatu. Jika anak sudah bisa
menerapkan ilmu, ajaklah anak untuk menganalisis ilmu yang ia
punya. Sebagai contoh, jika seorang anak sudah bisa menerapkan
ilmu merapikan mainan, orang tua bisa mengajak anak untuk
menganalisis apa yang terjadi setelahnya.
5. Ajari anak untuk melakukan evaluasi. Ajaklah anak untuk melakukan
evaluasi atas apa yang telah ia kerjakan. Evaluasi berguna untuk
memberikan pengetahuan akan konsep benar dan salah. Sebagai
contoh, ajaklah anak untuk melihat kembali manfaat merapikan
mainan setelah selesai digunakan.
6. Ajaklah anak untuk menciptakan suatu pikiran baru. Pada tahap
terakhir yaitu tahap mencipta, bimbing anak untuk mengkreasikan
idenya sendiri. Biarkan anak mengembangkan pikirannya dengan
tetap di bawah bimbingan orang tua.
3

Contoh penerapan HOTS pada PAUD dapat dilihat pada video


berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=4siLWv5p4Sc

Anda mungkin juga menyukai