Anda di halaman 1dari 50

PAUD

Holistik
Integratif

MODUL BIMBINGAN TEKNIS CALON FASILITATOR

PRA LITERASI, PRA NUMERASI


DAN PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021
MODUL BIMBINGAN TEKNIS CALON FASILITATOR
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF (PAUD HI)

PRA LITERASI, PRA NUMERASI,


DAN PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER

DIREKTORAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
2021
Modul Bimbingan Teknis
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif
PRA LITERASI, PRA NUMERASI,
DAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pengarah: Muhammad Hasbi


Penanggung Jawab: Maryana, Muhammad Ngasmawai
Penyusun: Irma Yuliantina, Dedy Wahyudi, Aria Ahmad
Mangunwibawa, Jakino, Widyati Rosita, Sri Wahyuningsih,
Rochaeni Esa Ganesa
Penelaah: Nurfadillah, Syafriani Darnis, Griselda, Titik
Yudaningsih, Dyah Yuniar Setiawati, Maya Raiyan, Elsa
Restriana, Meylina, Adrianto, Agus Wahyu, Deni Wijaya
Utama, Muhammad Roland Zakaria
Penata Letak: Azinar Ismail

Sekretariat: Beryana Evridawati, Dian Septiany Subagio,


Samijah, Amalia Khairati, Robbayanti Ratna Ningrum,
Ina Nurohmah, Mira Kumala Sari

Narahubung:
Surel: paud@kemdikbud.go.id

Jumlah Halaman: 38 hlm + ilustrasi


Ukuran Buku: 176 mm x 250 mm

Modul ini merupakan acuan dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis Bagi


Fasilitator Pendamping Dalam Penyelenggaraan Pengembangan Anak Usia
Dini Holistik Integratif (PAUD HI). Narasumber, fasilitator, dan penyelenggara
dapat mengembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan tanpa
mengurangi esensi

Diterbitkan oleh:

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

@2021 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Hak Cipta dilindungi undang-undang. Diperbolehkan mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku dengan izin tertulis dari penerbit.

ii Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Kata Pengantar

Pendidikan anak usia dini menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan


SDM sepanjang hayat. Usia dini merupakan usia emas tumbuh kembang anak, dan
investasi pada usia ini merupakan investasi yang paling tinggi memberikan rate of
returns dibandingkan dengan investasi di jenjang pendidikan lainnya.
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia
Dini Holistik Integratif (PAUD HI), sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam
menjamin terpenuhinya hak tumbuh kembang anak usia dini dalam hal pendidikan,
kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan
anak.
Pemerintah juga mendorong agar setiap kota/kabupaten memiliki lembaga
pendidikan anak usia dini holistik integratif (PAUD HI), yang bekerja sama dengan
posyandu agar pelayanan kepada anak usia dini memenuhi kebutuhan akan
pendidikan, pengasuhan, perlindungan, kesehatan, dan gizi. Selain itu, PAUD HI
juga dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain seperti Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB)/Bina Keluarga Balita (BKB), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), Puskesmas serta instansi terkait lainnya yang dapat menunjang kebutuhan
esensial dimaksud.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi melaksanakan kerjasama program PAUD HI dengan 50

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter iii


kabupaten/kota, dalam mempersiapkan calon fasilitator maka diperlukan
bimbingan teknis fasilitator PAUD HI. Agar kegiatan dimaksud dapat dilaksanakan
dengan baik, maka perlu disiapkan modul bimbingan teknis yang menjadi acuan
bagi narasumber dan fasilitator dalam melakukan bimbingan teknis di daerah.
Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan modul ini.

Jakarta, September 2020,
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini

Muhammad Hasbi
NIP. 19730623199303100

iv Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................... iii

Daftar Isi ........................................................................................... v

Silabus ........................................................................................... viii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1

1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

2. Tujuan ........................................................................................... 1

3. Hasil yang Diharapkan ................................................................. 2

4. Pembelajaran ................................................................. 2

4.1. Petunjuk Umum ................................................................. 2

4.2. Pertanyaan Kunci ................................................................. 4

4.3. Sumber dan Bahan ................................................................. 4

4.4. Metode ................................................................. 5

4.5. Teknologi dan Komunikasi ................................................................. 5

4.6. Waktu ................................................................. 5

4.7. Ringkasan Sesi ................................................................. 5

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter v


4.8. Langkah-langkah Kegiatan ................................................................. 6

Bab II RIngkasan Materi ................................................................. 11

1. Latar Belakang ................................................................. 11

2. Pra Literasi ................................................................. 12

2.1. Apa Itu Pra Literasi? ................................................................. 12

2.2. Mengapa Pra Literasi Penting? ............................................ 13

2.3. Apa saja pra literasi di Satuan PAUD? ............................................ 13

2.4. Apa Saja contoh-contoh kegiatan yang bisa mengembangkan pra


literasi? (Dalam konteks satuan dan rumah) ...................... 14

2.5. Dukungan orang dewasa (orang tua dan guru) ...................... 14

3. Pra Numerasi ................................................................. 15

3.1. Apa Itu Pra Numerasi? ............................................ 15

3.2. Mengapa Pra Numerasi Penting? ............................................ 15

3.3 Apa saja Pra Numerasi di Satuan PAUD? ............................................ 16

3.4. Apa Saja contoh-contoh kegiatan yang bisa mengembangkan Pra


Numerasi? ............................................ 18

3.5. Dukungan orang dewasa (orang tua dan guru) ....................... 18

4. Pendidikan Karakter di Keluarga ................................................................. 18

5. Pendidikan Karakter di Satuan PAUD .................................................. 19

6. Pendidikan Karakter di Masyarakat .................................................. 20

6.1. Tujuan PPK .................................................................. 20

6.2. Nilai-nilai Utama Karakter .................................................................. 21

7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK ....................... 24

7.1. Konsep-Konsep Dasar PPK ............................................ 24

7.2. Pendekatan PPK Berbasis Budaya Satuan PAUD ....................... 26

7.3. Pendekatan PPK Berbasis Keluarga dan Masyarakat ................ 30

8. Profil Pelajar Pancasila ................................................................. 32

vi Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


9. Elemen Kunci Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila ................................ 33

9.1. Berakhlak Mulia ................................................................. 33

9.2. Berkebinekaan Global ................................................................. 34

9.3. Gotong Royong ................................................................. 35

9.4. Mandiri ................................................................. 36

9.5. Berpikir Kritis ................................................................. 36

9.6. Kreatif ................................................................. 37

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter vii


SILABUS
PRA LITERASI DAN NUMERASI SERTA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
ALAT/BAHAN/
No MATERI TUJUAN INDIKATOR METODE WAKTU
SUMBER
1. Pra literasi dan 1. Mengetahui 1. Adanya 1. Curah 1. Laptop atau 2 JPL
numerasi serta dan memahami pemahaman Pendapat; personal
penguatan pra literasi di tentang pra 2. Diskusi; dan 2. Ringkasan materi
pendidikan satuan PAUD dan literasi dan di
karakter keluarga satuan PAUD dan 3. Ceramah. 3. Daftar pertanyaan
keluarga; kunci
2. Mengetahui
dan memahami 2. Adanya 4. Bahan paparan
pra numerasi di pemahaman 5. Aplikasi rapat
satuan PAUD dan tentang pra virtual
keluarga numerasi di 6. Aplikasi Google
3. Mengetahui satuan PAUD dan Jamboard
dan memahami keluarga
7. Aplikasi Google
penguatan 3. Adanya Slides
pendidikan pemahaman
karakter di tentang 8. Aplikasi Google
satuan PAUD dan penguatan Forms
keluarga. pendidikan
4. Memiliki karakter di
kemampuan satuan PAUD dan
untuk keluarga.
menerapkan 4. Adanya
kegiatan kemampuan
yang bisa untuk
mengembangkan menerapkan
pra literasi, pra kegiatan
numerasi dan yang bisa
penguatan mengembangkan
pendidikan pra literasi, pra
karakter di numerasi dan
satuan PAUD dan penguatan
keluarga pendidikan
karakter di
satuan PAUD dan
keluarga

viii Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Bab I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general
dan mendasar. Kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa serta
matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial,
maupun profesional. Dengan mengukur kompetensi yang bersifat
mendasar (bukan konten kurikulum atau pelajaran). Guru diharapkan
berinovasi mengembangkan kompetensi anak melalui berbagai pelajaran
melalui pengajaran yang berpusat pada anak.

Disamping itu, pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat


penting di dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan
karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada
hakekatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi
cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan
Generasi Emas 2045, pemerintah menguatkan karakter generasi muda
agar memiliki keunggulan dalam persaingan global abad 21. Selain lima
nilai utama karakter, melalui PPK, pemerintah mendorong peningkatan
literasi dasar, kompetensi berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaborasi
generasi muda. Saat ini diharapkan siswa memiliki kemampuan bernalar
menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan
matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.

Modul ini membahas bagaimana upaya satuan PAUD agar dapat


menerapkan program terkait pra literasi dan numerasi serta penguatan
pendidikan karakter.

2. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini para peserta dapat mengetahui dan

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 1


memahami:
a. Pra literasi dan numerasi di satuan PAUD dan keluarga;
b. Program penguatan pendidikan karakter di satuan PAUD dan
keluarga;

c. Menerapkan kegiatan yang bisa mengembangkan pra literasi, pra


numerasi dan penguatan pendidikan karakter di satuan PAUD dan
keluarga.

3. Hasil yang diharapkan


Hasil yang ingin dicapai dari sesi ini adalah :

a. Adanya pemahaman tentang pra literasi dan numerasi di satuan


PAUD dan keluarga;
b. Adanya pemahaman tentang penguatan pendidikan karakter di
satuan PAUD dan keluarga; dan
c. Adanya kemampuan untuk menerapkan kegiatan yang bisa
mengembangkan pra literasi, pra numerasi dan penguatan
pendidikan karakter di satuan PAUD dan keluarga.

4. Pembelajaran
4.1. Petunjuk Umum
Fasilitator berperan memfasilitasi proses bimbingan teknis (bimtek)
dan pendampingan baik secara luar jaringan (luring) dan dalam
jaringan (daring) dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Status zonasi resiko virus corona (covid-19);
b. Norma, standar, kriteria, dan pedoman (NSPK) PAUD HI yang
berlaku;
c. Koordinasi dengan unsur terkait dalam menyiapkan dan
melaksanakan program PAUD HI di daerah;
d. Peserta bimbingan teknis di daerah;
e. Lokasi pelaksanaan bimbingan teknis di daerah;

2 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


f. Modul bimbingan teknis sebagai acuan pelaksanaan
bimbingan teknis di daerah;
g. Sumber dan bahan yang diperlukan;
h. Metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan
Moda bimbingan teknis yang digunakan oleh setiap daerah;
i. Teknologi dan Informasi Komunikasi yang digunakan; dan
j. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pelaksanaan Bimtek Dalam Jaringan (Daring)


a. Memastikan koneksi internet semua pihak yang terlibat
sudah sesuai dengan standar minimal penggunaan aplikasi
rapat virtual.
b. Melakukan pengaturan ruang virtual yang akan digunakan
agar sesuai dengan kebutuhan bimtek.
c. Mempersiapkan ruang virtual yang akan digunakan pada
saat pelaksanaan bimbingan teknis.
d. Memastikan semua fitur aplikasi rapat virtual semua pihak
dapat digunakan dengan baik.
e. Mempersiapkan aplikasi pendukung lainnya (google
jamboard, google slides, google forms).
f. Mempersiapkan tata tertib selama berada di dalam aplikasi
rapat virtual.
g. Mempersiapkan bahan tayang dan media pendukung lainnya.
h. Membagikan tautan ruang virtual kepada semua pihak yang
terlibat maksimal H-1 sebelum pelaksanaan bimbingan teknis.
i. Secara periodik memastikan semua peserta mengikuti
jalannya bimbingan teknis.

Pelaksanaan Bimtek Luar Jaringan (Luring)


a. Berperan aktif untuk menciptakan suasana belajar yang aktif
partisipatif;
b. Bekerja sama dengan co-fasilitator dalam proses belajar

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 3


peserta;
c. Membuat kesepakatan bersama dengan peserta terkait
pelaksanaan bimbingan teknis;
d. Mengatur posisi duduk peserta untuk memaksimalkan diskusi
antar peserta
e. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta
untuk mengungkapkan pendapat;
f. Memberikan umpan balik yang positif kepada peserta;
g. Memperhatikan gestur diri selama proses bimbingan teknis;
dan
h. Mengamati jalannya proses bimbingan teknis.

4.2. Pertanyaan Kunci


Beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dari sesi ini antara
lain:
a. Apa yang dimaksud dengan pra literasi, pra numerasi dan
penguatan pendidikan karakter?
b. Fakta-fakta apakah yang menunjukkan bahwa pra literasi,
pra numerasi dan penguatan pendidikan karakter sudah
dilaksanakan di PAUD?
c. Meliputi apa saja kegiatan yang termasuk pra literasi, pra
numerasi dan penguatan pendidikan karakter?
d. Seperti apa contoh yang tepat dan kurang tepat pelaksanaan
pra literasi, pra numerasi dan penguatan pendidikan karakter
di satuan PAUD?

4.3. Sumber dan Bahan


a. Paparan materi;
b. Ringkasan materi;
c. Daftar pertanyaan kunci;
d. Alat tulis kantor; dan

4 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


e. Alat peraga.
4.4. Metode
a. Curah Pendapat;
b. Diskusi; dan
c. Ceramah.

4.5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

a. Laptop
b. LCD
c. Koneksi Internet
d. Aplikasi rapat virtual
e. Aplikasi Google Jamboard
f. Aplikasi Google Slides
g. Aplikasi Google forms

4.6. Waktu

Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit.


Rincian alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan
sesi.

4.7. Ringkasan Sesi

Pengantar Kegiatan Inti Refleksi dan


10’ 100’ Penguatan
10’

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 5


4.8. Langkah-Langkah Kegiatan

No Kegiatan Daring Luring Waktu


Pengantar 5’
1. Fasilitator menyanpaikan 3’
selamat datang dan doa,
serta kegiatan untuk
membangkitkan motivasi
dan minat peserta melalui
permainan (ice breacking). Pilih yang Pilih yang
sesuai sesuai
Dalam langkah ini juga
dilakukan review materi
sebelumnya dan dihubungkan
dengan materi yang akan
dibahas sekarang
2. Fasilitator menyampaikan latar Presentasi Presentasi 2’
belakang, tujuan, dan hasil menggunakan menggunakan
yang diharapkan dari kegiatan PowerPoints PowerPoints
sesi ini. dengan cara
share screen
Kegiatan Inti 100’
Pengantar Kegiatan 10’
1. Fasilitator membagi peserta Memastikan Memastikan 5’
menjadi beberapa kelompok, semua peserta duduk
menyesuaikan dengan jumlah untuk fokus melingkar
peserta keseluruhan.

2. Mengajak peserta untuk Menuliskan Co-fasilitator 5’


memberikan pertanyaan dalam chat membagikan
kunci mengenai Pra literasi, room kertas post
Pranumerasi dan penguatan it dan kertas
pendidikan karakter dan plano kepada
mencurahkan pendapat seluruh
peserta.

6 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Co-fasilitator
memastikan
dan membantu
seluruh
peserta untuk
menempelkan
kertas plano di
dinding dekat
posisi duduk
kelompok
masing-masing
Kegiatan 1: Pra Literasi 30’
1. Fasilitator meminta seluruh Presentasi Presentasi 5’
peserta menuliskan pengala- menggunakan menggunakan
mannya tentang Pra Literasi PowerPoint PowerPoint
dengan cara
share screen
2. Fasilitator mengajak peserta • Diskusi di Menggunakan 10’
untuk membuat contoh WAG mas- kertas post
kegiatan Pra Literasi dan ing-masing it yang telah
Kab/Kota
kemudian meminta perwakilan diisi di kertas
peserta kelompok untuk • Menuliskan plano yang
mempresentasikan hasil diskusi hasil kerja telah dise-
kelompok diakan
di Google
slides yang
sudah
disiapkan
3. Fasilitator menjelaskan materi Presentasi Menggunakan 15’
Pra Literasi menggunakan PowerPoints
PowerPoints
dengan cara
share screen
Kegiatan 2: Pra Numerasi 30’
1. Fasilitator meminta seluruh Presentasi Presentasi 5’
peserta menuliskan menggunakan menggunakan
pengalamannya tentang Pra PowerPoints PowerPoints
Numerasi dengan cara
share screen

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 7


2. Fasilitator mengajak peserta • Diskusi di Menggunakan 10’
untuk membuat contoh kegia- WAG mas- kertas post
tan Pra Numerasi dan kemudi- ing-masing it yang
Kab/Kota
an meminta perwakilan peserta telah diisi di
kelompok untuk mempresenta- • Menuliskan kertas plano
sikan hasil diskusi hasil kerja yang telah
kelompok disediakan
di Google
slides yang
sudah di-
siapkan
3. Fasilitator menjelaskan materi Presentasi Presentasi 15’
Pra Numerasi menggunakan menggunakan
PowerPoints PowerPoints
dengan cara
share screen

Kegiatan 3: Penguatan Pendidikan Karakter 30’


1. Fasilitator menanyakan Curah pendapat Curah pendapat 5’
beberapa pertanyaan kunci menggunakan menggunakan
fitur raise hand metode meta
terkait pengasuhan sebagai
(angkat tangan) plan
bahan curah pendapat dengan
peserta:
a. Apa yang dimaksud den-
gan penguatan pendidikan
karakter?
b. Mengapa penguatan pen-
didikan karakter penting
diterapkan?
2 Fasilitator menugaskan peser- • Diskusi di WA • Diskusi 10’
ta untuk berdiskusi di dalam Group kelompok
• menuliskan per kab/
kelompok untuk membuat
hasil kerja kota dengan
program penguatan pendidikan format
kelompok di
karakter di satuan PAUD berba- Google slides duduk
sis: yang sudah melingkar

a. Kelas disiapkan • Menuliskan


hasil kerja
b. Budaya Sekolah kelompok di
kertas plano
c. Masyarakat

8 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Peserta mengumpulkan hasil
diskusi kelompok dan kemudi-
an meminta perwakilan peserta
kelompok untuk mempresenta-
sikan hasil diskusi

3. Fasilitator menjelaskan materi Presentasi Presentasi 15’


Penguatan Pendidikan Karakter menggunakan menggunakan
PowerPoints PowerPoints
dengan cara
share screen

Refleksi 15’
1. Fasilitator meminta peserta Menggunakan Refleksi meng- 10’
untuk memberikan pertanyaan fitur raise hand gunakan
reflektif perihal pra literasi, pra (angkat tangan) metode Brain-
storming
numerasi dan penguatan pen-
didikan karakter yang sesuai
dengan prinsip pembelajaran
anak usia dini
PENUTUP Menggunakan Menggunakan 5’
Googleform Googleform
Fasilitator memberikan kesim- umpan balik umpan balik
pulan substansi materi, menu- materi yang telah materi yang
tup sesi, dan meminta peserta disiapkan telah disiapkan
mengisi umpan balik.

TOTAL 120

Catatan : untuk pelaksanaan bimtek di Kab/Kota dapat menggunakan langkah-


langkah kegiatan ini dengan penyesuaian peserta dan moda kegiatan

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 9


10 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter
Bab II
Uraian Materi

1. Latar Belakang

Pada anak usia dini pra literasi dimulai sejak usia satu atau dua
tahun sudah berproses untuk menjadi aksarawan. Hal ini yang harus
ditumbuhkan, yaitu proses untuk menjadi aksarawan, bukan untuk menjadi
anak menjadi pintar calistung. Pra literasi merupakan tatanan fondasi
untuk mengusai kemampuan membaca dan menulis serta berhitung yang
menyenangkan. Keadaan pra literasi ini harus dikembangkan dengan baik
di PAUD dan tidak dialihkan dengan penguasaan keaksaraan konvensional
yang akan melelahkan anak dan menimbulkan pengalaman negatif
terhadap membaca dan menulis. Pra literasi dapat dibangun sejak bayi dan
di usia dini melalui peran serta orang dewasa dalam kegiatan bermakna
yang melibatkan berbicara dan aksara.
Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya
berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi
perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan
keterampilan tersebut. Pengetahuan matematika saja
tidak membuat seseorang memiliki kemampuan
numerasi. Numerasi mencakup
keterampilan mengaplikasikan
konsep dan kaidah
matematika dalam
situasi real sehari-hari,
saat permasalahannya
sering kali tidak
terstruktur memiliki
banyak cara penyelesaian,
atau bahkan tidak ada
penyelesaian yang tuntas,

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 11


serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.
Literasi dan numerasi intinya adalah bagaimana memaknai informasi
yang bermacam-macam. Kalau literasi, informasi dalam bentuk teks. Kalau
numerasi, informasi dalam bentuk angka dan kemudian maknanya seperti
apa, kemudian memproduksi makna seperti apa, fokusnya pada meaning.
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general
dan mendasar. Kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa serta
matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial,
maupun profesional. Dengan mengukur kompetensi yang bersifat mendasar
(bukan konten kurikulum atau pelajaran), pesan yang ingin disampaikan
adalah bahwa guru diharapkan berinovasi mengembangkan kompetensi
siswa melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat pada
siswa.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 87 tahun 2017 memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas
Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan
karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan;
b. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik
yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
dan
c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

2. Pra Literasi

2.1. Apa Itu Pra Literasi?


Untuk meningkatkan daya saing dan daya juang menghadapi
tantangan abad ke-21, manusia Indonesia harus menguasai enam

12 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


literasi dasar: (1) literasi bahasa, (2) literasi numerasi, (3) literasi
sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya
dan kewargaan. Penguasaan keenam literasi ini perlu diimbangi
dengan menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis dalam
pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Tujuan pembelajaran literasi adalah anak mampu
menggunakan kemampuan literasi untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari secara kritis dan kreatif. Selain itu siswa juga
mampu mengkomunikasikan proses dan hasil pemikirannya dengan
menyakinkan.
Ada tiga tahapan dalam berliterasi yaitu kemampuan
mengakses informasi yang bernilai bagi siswa. Kemampuan
memahami informasi dengan kompetensinya dan mampu
menggunakan informasi tersebut secara cerdas untuk meningkatkan
kualitas dirinya dan berkontribusi dalam masyarakatnya. Literasi
bukanlah ilmu Bahasa, literasi bisa lintas disiplin ilmu.

2.2. Mengapa Pra Literasi Penting?


Literasi menjadi dasar bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan fisik, motorik. Emosi dan sosial baik di lingkungan
sekolah, pergaulan dengan teman-teman sebaya dan membangun
sikap mandiri. Sebelum anak belajar membaca dan menulis, mereka
harus mengembangkan unsur-unsur dalam literasi yaitu kemampuan
untuk berbicara, mendengarkan, memahami, mengamati, dan
menggambar. Dan semakin anak bertumbuh besar, mereka harus
mempelajari hubungan antara huruf-huruf baik yang tertera diatas
kertas maupun diucapkan melalui suara.

2.3. Apa saja pra literasi di Satuan PAUD?


Literasi yang paling sering digunakan adalah literasi membaca,
dalam bacaan ada simbol-simbol tulisan yang bisa membuat anak
berfantasi. Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami,
menggunakan, mengevaluasi, merefleksi berbagai jenis teks tertulis

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 13


untuk mengembangkan kapasitas individu.
Pada anak usia dini pra literasi dimulai sejak usia satu atau
dua tahun sudah berproses untuk menjadi aksarawan. Hal ini yang
harus ditumbuhkan, yaitu proses untuk menjadi aksarawan, bukan
untuk menjadi anak menjadi pintar calistung. Pra literasi merupakan
tatanan fondasi untuk mengusai kemampuan membaca dan menulis
serta berhitung yang menyenangkan. Keadaan pra literasi ini harus
dikembangkan dengan baik di PAUD dan tidak dialihkan dengan
penguasaan keaksaraan konvensional yang akan melelahkan anak
dan menimbulkan pengalaman negatif terhadap membaca dan
menulis. Pra literasi dapat dibangun sejak bayi dan di usia dini
melalui peran serta orang dewasa dalam kegiatan bermakna yang
melibatkan berbicara dan aksara.

2.4. Apa saja contoh-contoh kegiatan yang bisa mengembangkan pra


literasi? (Dalam konteks satuan dan rumah)
a. Mengajak anak menyenangi bacaaan (buku, kemasan atu
benda lain yang memiliki huruf);
b. Mengajak anak menyusun huruf;
c. Mengajak anak untuk memberikan nama pada karya yang
telah di buat; dan
d. Menyusun huruf dari benda yang ada.

2.5. Dukungan orang dewasa (orang tua dan guru)


Orang tua dan guru perlu mendampingi anak saat membaca
yang merupakan salah satu upaya untuk dapat membantu
perkembangan literasi anak. Sebenarnya, tidak ada usia pasti bagi
anak untuk diberikan stimulasi dalam membaca. Buku ideal yang
dibacakan pada tahapan tersebut adalah buku yang bergambar,
berwarna, berukuran tulisan besar dengan kalimat yang singkat. Pada
usia tiga hingga enam tahun, anak dapat diberikan stimulasi berupa
pengenalan huruf dan angka. Anak belajar menghubungkan bentuk

14 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


huruf yang dilihatnya dengan bunyi huruf. Pada tahap tersebut, anak
sebaiknya mulai diberikan kesempatan menggunakan berbagai alat
tulis seperti pensil, spidol warna dan krayon untuk mencorat-coret
dan menggambar. Salah satu tanda kesiapan anak untuk membaca
adalah tertarik terhadap buku, senang mendengarkan cerita yang
dibacakan dari buku dan sudah menguasai pengenalan abjad
berupa menghubungkan bentuk dan bunyi huruf.

3. Pra Numerasi

3.1. Apa Itu Pra Numerasi?


Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika.
Keduanya berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan
yang sama, tetapi perbedaannya terletak pada pemberdayaan
pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan matematika
saja tidak membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi.
Numerasi mencakup keterampilan mengaplikasikan konsep
dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari, saat
permasalahannya sering kali tidak terstruktur memiliki banyak cara
penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas,
serta berhubungan dengan faktor non matematis.

3.2. Mengapa Pra Numerasi Penting?

Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai


kemampuan  untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan
keterampilan operasi hitung  di dalam kehidupan sehari-hari
(misalnya, di rumah, pekerjaan, dan  partisipasi dalam kehidupan
masyarakat dan sebagai warga negara) dan  kemampuan untuk
menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling
kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan  terhadap
bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara
praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan
ini  juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang
dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 15


Menurut  Early Years Learning Framework,  numerasi
adalah kapasitas, rasa percaya diri, dan kemampuan alami untuk
menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
bisa menguasai aspek numerasi anak perlu memiliki konsep-
konsep matematika antara lain kesadaran spasial, struktur dan
pola, angka, pembuatan perkiraan dengan data, pemecahan
masalah, dan eksplorasi dunia dan kehidupan sehari-hari secara
matematis.

3.3. Apa saja Pra Numerasi di Satuan PAUD?
Kemampuan numerasi dibangun dari memahami
matematika. Konsep-konsep dalam matematika yang bisa di
kenalkan ke anak sejak usia dini, antara lain adalah:
a) Kesadaran dan pemahaman spasial:
Mengenalkan bentuk dua dimensi (persegi,
segitiga, lingkaran, dll) dan tiga
dimensi (kubus, balok, bola,
tabung, dll), ukuran (kecil, besar),
posisi (di atas, di bawah, dll),
letak (jauh, dekat), dan orientasi/
pergerakan (berputar/diputar,
berguling/digulingkan).
b) Pengukuran: Mengenalkan konsep berat (misalnya
dengan bersama-sama menimbang bahan saat membuat
kue), tinggi (misalnya mengukur tinggi badan), panjang
(misalnya mengukur panjang perabotan di rumah), dan
suhu (misalnya mengukur suhu air mandi atau suhu tubuh)
c) Angka dan operasi hitung: Menyebutkan angka secara
berurutan maju dan mundur, memasangkan nama bilangan
(“satu)” dan lambang bilangan (“1), menghitung (“Mata
ada dua... satuuu... duaaa,,” sambil menunjuk kedua mata),
membandingkan jumlah (“Wortel di piring Mama lebih
banyak daripada wortel di piring Kakak”), menjumlahkan
(“Kakak punya kerupuk dua, Adik punya kerupuk dua,

16 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


kalau semua dimasukkan ke mangkok ini jadi ada empat”),
mengurangkan (“Mama punya ayam goreng dua, kalau
Mama kasih ke Kakak satu jadi ayam goreng Mama tinggal
satu”), membagikan (“Satu bungkus kue ini isinya dua, kita
bagi ya.. Mama satu, Kakak satu”), dan mengalikan (“Wah
kotak kuenya ada tiga ya Kak.. Tiap kotak isi dua, jadi kalau
kita gabungkan isi dari tiga kotak ada enam kue deh..”) 
d) Memilah dan mengelompokkan: Memilah berbagai benda
yang ada di rumah dan mengelompokkannya berdasarkan
warna, ukuran, bentuk, atau lainnya.
e) Struktur dan pola: Mengenalkan hal-hal yang berulang,
bisa dari kejadian sehari-hari seperti menjelaskan “Setiap
pagi matahari terbit, lalu setiap sore dia tenggelam” atau
permainan seperti meronce (setiap roncean bisa diberi
pola yang berbeda, misalnya ada yang maniknya bulat
semua, lalu ada yang warnanya selang-seling, dan lain-
lain).
f) Memperkirakan dengan data: Misalnya, anak bisa diminta
memperkirakan mana di antara dua gelas yang isinya lebih
banyak, ditanya alasannya, lalu dicoba mengisi
kedua gelas dengan air dan membandingkan
jumlahnya. Bisa juga memperkirakan akan lebih
cepat habis makannya kalau pakai sendok yang
mana, dan sebagainya. 
g) Pemecahan masalah: Memberi
kesempatan pada anak untuk mencoba-
coba menemukan solusi, misalnya sesimpel
bermain memasukkan-bentuk-ke-lubang-
yang-sesuai. Biasanya dia akan  trial and
error  sampai akhirnya  ngeh  apa yang
harusnya dilakukan sama mainan itu.
 

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 17


3.4. Apa saja contoh-contoh kegiatan yang bisa mengembangkan Pra
Numerasi?
a. Mengenalkan angka;
b. Mengenalkan bentuk;
c. Mengenalkan pola;
d. Mengenalkan ukuran;
e. Mengenalkan grafik; dan
f. Mengenal satu kesatu.

3.5. Dukungan orang dewasa (orang tua dan guru)


Orang dewasa dan guru memfasilitasi kemampuan mate-
matika anak melalui kehidupan anak sehari-hari. Seluruh stimulasi
untuk numerasi dilakukan dengan cara bermain menggunakan
alat dan bahan yang ada di sekitar lingkungan anak. Kegiatan
main setiap anak bisa dilakukan berbeda tetapi menstimulasi
kemampuan yang sama (literasi dan numerasi).

4. Pendidikan Karakter di Keluarga

Di keluarga, setiap orang tua hampir dipastikan sangat mendambakan


anak yang mandiri, disiplin, dan berperilaku baik lainnya. Namun sangat
mudah sekali ditemui orang tua yang tidak menunjukkan perilaku yang
mampu memberi contoh tentang nilai-nilai itu. Sebagai contoh, banyak
orang tua yang mengantarkan anaknya ke satuan PAUD dengan naik
motor tanpa mengenakan helm. Selain
itu, banyak dari mereka tanpa sadar
menjauhkan anak dari
sifat mandiri dengan
membawakan tas
anak mereka, selalu
menyuapi makan,
dan menuruti yang
diinginkan anak. Selain

18 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


kontradiksi itu, banyak anak usia dini yang tidak terlepas dari masalah
yang dihadapi keluarga saat ini yang sedikit banyak dipengaruhi oleh
perubahan- perubahan global dalam semua sendi kehidupan. Penggunaan
teknologi informasi yang semakin canggih membuat anak-anak sejak usia
dini terpapar banyak hal dari berbagai media. Hal ini berpengaruh pada diri
anak, misalnya anak memperoleh informasi yang terkadang kurang sesuai
dengan kebutuhan dan usia perkembangannya, anak menjadi kurang fokus,
kurang sabar, dan kurang melatih motoriknya.
Pola komunikasi dalam keluarga pun berubah akibat kesibukan orang
tua yang tinggi. Anak menjadi kurang memiliki kelekatan (attachment)
dan kurang merasakan sentuhan. Dampak modernisasi sangat terasa di
keluarga, misalnya orang tua semakin tidak memiliki waktu yang memadai
untuk menemani bermain, membacakan cerita sebelum tidur, serta
membimbing dalam kegiatan sehari- hari seperti sikat gigi, membersihkan
diri, dan makan. Selain itu, orang tua kerap kurang sabar dalam menghadapi
berbagai perilaku anak dan bahkan sebagian melakukan kekerasan pada
mereka.

5. Pendidikan Karakter di Satuan PAUD

Kurikulum 2013 PAUD menuntut guru (di satuan PAUD formal) dan
pendidik (di satuan pendidikan non formal) untuk mampu mengintegrasikan
penanaman dan penumbuhkembangan karakter dalam beragam kegiatan
sesuai dengan tema dan sub tema yang mereka tetapkan. Namun, sumber
daya manusia yang dimiliki PAUD yang sebagian besar diselenggarakan
oleh lembaga di masyarakat, sangat beragam dengan dominasi guru/
pendidik berkompetensi rendah.

Keterbatasan sumber belajar baik untuk guru dan pendidik, orang


tua, dan anak juga merupakan faktor yang menyumbang pendidikan
karakter yang kurang optimal. Selain itu, kemauan orang tua yang tidak
sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran untuk anak usia dini sering
kali dituruti oleh guru atau pendidik karena ketidakmampuan mereka untuk
merespons secara tepat.

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 19


6. Pendidikan Karakter di Masyarakat

Saat ini nilai-nilai dalam masyarakat yang berubah dan semakin


terbuka menyebabkan perubahan dalam diri anak. Secara tidak disadari
anak terpapar oleh berbagai informasi yang belum tentu baik, benar, dan
bermanfaat bagi perkembangan mereka.
Kekerasan, ucapan kasar, dan perundungan (bullying) yang ditonton
di TV, dilihat, atau juga dialami langsung baik di dalam dan luar rumah,
termasuk di satuan PAUD, dapat memberi pesan negatif pada anak. Dengan
mudah mereka meniru dan mengikuti perilaku itu. Ini tidak akan terjadi jika
orang tua dan guru/pendidik menerapkan pola pengasuhan yang melatih
anak untuk mulai mengenal benar dan salah, serta memberi teladan dan
membiasakan perilaku baik.
PPK yang melibatkan kemitraan tri sentra pendidikan menjadi pilihan
yang tidak bisa tidak harus dilakukan mengingat besarnya biaya sosial
yang akan hilang jika itu tidak dilakukan. Seperti yang ditemukan oleh
James Heckman (2012) bahwa menanamkan investasi pada PAUD yang
berkualitas akan berkontribusi pada kesejahteraan yang jauh lebih besar
dibanding investasi pada jenjang pendidikan lainnya.

6.1. Tujuan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sesuai dengan


Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi
emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan
pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika
perubahan di masa depan;
2. mengembangkan platform pendidikan nasional yang
meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan
dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan
jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan

20 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


keberagaman budaya Indonesia; dan
3. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat,
dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

6.2. Nilai-Nilai Utama Karakter

Gerakan PPK menempatkan nilai karakter pada pendidikan


yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan
(guru/pendidik, tenaga kependidikan, keluarga/orang tua, dan
masyarakat).
Terdapat lima nilai utama karakter yang ditekankan pada
gerakan ini (Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018). Masing-masing
dari kelima nilai utama karakter bangsa beserta banyak subnilainya
tidaklah berdiri sendiri tapi saling berkaitan. Berikut ini beberapa
subnilai dari kelima nilai utama itu yang merujuk di antaranya dari
Kompetensi Dasar yang ada pada Permendikbud Nomor 146 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, serta
penerapan dalam Pedoman Penanaman Sikap Pendidikan Anak
Usia Dini Tahun 2018 adalah sebagai berikut.

1. Religiusitas

Nilai religiositas mencerminkan


keberimanan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama
dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,
menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, serta
hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain.

Subnilai religiositas pada

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 21


anak usia dini antara lain, beriman dan bertaqwa, cinta
damai, toleran, menghargai perbedaan, teguh pendirian,
percaya diri, mau bekerja sama, kasih sayang, bersahabat,
tulus, menghargai pendapat orang lain, mencintai
lingkungan, hidup bersih, sehat, dan melindungi yang kecil
dan tersisih.

2. Nasionalisme

Nilai nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap,


dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, serta
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalisme pada anak usia dini antara
lain, cinta tanah air, mengikuti aturan, disiplin, menghormati
keragaman budaya, suku, dan agama menghargai diri sendiri
(contoh: merawat diri agar sehat dan kuat), menghargai
orang lain (termasuk kepada mereka yang berbeda), peduli
lingkungan, bangga pada budaya bangsa sendiri (termasuk
bahasa, pakaian, dan tata krama), rela berkorban (contoh:
bersedia meminjamkan mainan kepada teman), unggul,
dan berprestasi.

22 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


3. Kemandirian

Nilai kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak


bergantung pada orang lain serta mempergunakan segala
tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi, dan cita-cita.
Subnilai kemandirian pada anak usia dini antara lain,
tekun bekerja, sikap tangguh dan daya juang, mengikuti
aturan, mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan
keberanian.

4. Gotong Royong

Nilai gotong royong mencerminkan tindakan


menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu
untuk menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/
pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong pada anak usia dini antara


lain, memiliki sikap peduli, menghargai karya diri dan orang
lain, menghargai kesepakatan bersama, bekerja sama,
membiasakan musyawarah, mufakat, dan diskusi, tolong-
menolong, mengembangkan sikap solidaritas, berempati,
anti diskriminasi, anti kekerasan, kesetiakawanan, dan sikap
kerelawanan.

5. Integritas

Nilai integritas merupakan nilai yang mendasari


perilaku yang berlandaskan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan serta memiliki
komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral).
Subnilai integritas pada anak usia dini antara lain,
tanggung jawab sebagai warga negara, antikorupsi, aktif

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 23


terlibat dalam kehidupan sosial, komitmen moral melalui
konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran, kesabaran dan keteraturan (seperti antre),
kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, memenuhi janji,
keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai
teman, termasuk mereka yang berbeda (misalnya yang
memiliki disabilitas).


7. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

PPK dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-


prinsip sebagai berikut:
1. berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara
menyeluruh dan terpadu;
2. keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-
masing lingkungan pendidikan; dan
3. berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam
kehidupan sehari-hari.

7.1. Konsep-Konsep Dasar PPK

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan


pendidikan di lembaga pendidikan anak usia dini untuk memperkuat
karakter melalui proses pemodelan, pembiasaan, pembentukan,
transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik
dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik)
sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Untuk itu, diperlukan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara satuan PAUD,
keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Strategi implementasi PPK di satuan PAUD dilakukan
terintegrasi di semua kegiatan berikut ini.

24 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


1. Kegiatan harian adalah kegiatan yang dilakukan guru dan
pendidik di satuan PAUD secara teratur dan terjadwal, yang
diikuti oleh setiap anak didik. Program terintegrasi mulai dari
penyambutan, kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup sesuai dengan pendekatan yang dipilih (sentra, area,
sudut, atau kelompok dan lain lain).
2. Kegiatan pendukung adalah kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan secara berkala. Kegiatan pendukung dapat
berupa puncak tema, field trip (kunjungan edukasi), serta
kegiatan kekhasan satuan PAUD yang diprogramkan untuk
seluruh peserta didik seperti bakti sosial.
3. Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang dilaksanakan
oleh satuan PAUD atau orang tua yang ditujukan untuk
pengembangan kompetensi personal dan sosial sesuai
minat dan bakat. Contoh dari kegiatan itu misalnya menari,
mengolah vokal, melukis, menghafal Al-quran, kelompok
sains, dan berenang.

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 25


Pendekatan PPK Berbasis Kelas (Lingkungan Kegiatan)
Pendekatan PPK berbasis kelas atau lingkungan kegiatan dilakukan
di antaranya dengan:
1. mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), termasuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan
mempertimbangkan kondisi daerah, satuan PAUD, dan
karakteristik peserta didik;
2. melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan KTSP yang
disusun dan memastikan pengintegrasian nilai-nilai karakter
dalam tema/subtema pembelajaran;
3. menentukan metode yang tepat, menciptakan suasana
bermain yang kondusif, dan mengatur lingkungan kegiatan
yang aman, nyaman, dan yang merangsang berbagai aspek
perkembangan peserta didik;
4. melibatkan orang tua dan/atau anggota masyarakat lainnya
untuk menginspirasi dan memperkaya pemahaman peserta
didik;
5. memberikan dukungan sesuai karakteristik peserta didik,
termasuk minat, bakat, dan kebutuhan khusus yang dimiliki;
6. melakukan evaluasi pembelajaran.

Agar tidak menghabiskan banyak waktu namun bisa


memberikan gambaran yang utuh tentang cara mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, dokumen KTSP disusun dengan
bahasa yang jelas, sederhana, dan singkat.

7.2. Pendekatan PPK Berbasis Budaya Satuan PAUD


PPK berbasis budaya satuan PAUD dilaksanakan melalui
pengembangan tata kelola satuan PAUD sehingga tercipta iklim
dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
serta karakter anak. Selain itu, PPK berbasis budaya satuan PAUD
merupakan upaya untuk menciptakan iklim dan lingkungan

26 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


bermain/berkegiatan yang mendukung implementasi PPK dengan
melibatkan seluruh warga satuan PAUD.

PPK berbasis budaya satuan PAUD berfokus pada pembiasaan


dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai
utama PPK yang menjadi prioritas satuan PAUD. Satuan PAUD bisa
memfokuskan pada satu nilai utama dalam program PPK. Karena
antar nilai utama saling berkaitan, fokus pada satu nilai utama tidak
akan menghilangkan atau mengabaikan pengembangan nilai-nilai
utama yang lain.
Langkah-langkah pelaksanaan PPK berbasis budaya satuan
PAUD, antara lain dengan cara menyusun dan mengimplementasikan
aturan-aturan (termasuk Prosedur Operasional Standar) yang
mendukung penumbuhkembangan karakter anak. Sebagai contoh,
tanggung jawab, kepedulian, dan kemandirian bisa dibiasakan
dengan peraturan tentang buang sampah, piket kebersihan,
merawat tanaman, dan upaya guru/pendidik tentang penanganan
permasalahan pada anak.

PPK berbasis budaya satuan PAUD dilakukan dengan cara:


a. Pembiasaan untuk menanamkan nilai-nilai karakter melalui
banyak kegiatan seperti contoh berikut.
• membaca doa bersama
• membacakan buku atau dongeng
• menyanyikan lagu lagu nasional dan daerah
• memberi kesempatan pada anak untuk memilih buku
yang akan dibacakan atau ‘dibaca’ sendiri
• melaksanakan upacara bendera
• merapikan mainan yang digunakan
• membersihkan alat dan meja makan
• merayakan hari besar nasional dan keagamaan
• melakukan karya wisata
• melaksanakan pentas seni dan karya anak

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 27


b. Pembiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) setiap hari
• Menerapkan nilai-nilai utama melalui pembiasaan dalam
bentuk 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) setiap hari
dalam interaksi antar pendidik, tenaga kependidikan, dan
peserta didik satuan PAUD
• Mendorong orang tua atau pengasuh yang mengantar jemput
anak untuk juga menerapkan 5S
• Anak mengucapkan salam hormat kepada guru/pendidik
secara bersama sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin
oleh seorang siswa secara bergantian.

c. Penjenamaan (branding) satuan PAUD (citra keunikan, kekhasan


dan keunggulan)
• Penjenamaan satuan PAUD tercermin dari tampilan satuan
PAUD, suasana, dan upaya menumbuhkan prestasi satuan
PAUD. Contoh: PAUD Peduli, kelompok bermain lincah dan
gesit.
• Penjenamaan membangun citra positif satuan PAUD untuk
meningkatkan dukungan orang tua dan masyarakat.

28 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


• Langkah-langkah mendesain penjenamaan sekolah:
1. Merumuskan visi dan misi satuan PAUD.
2. Mengidentifikasi potensi lingkungan satuan PAUD
sebagai sumber pembelajaran.
3. Mengidentifikasi keunikan (ciri khas), keunggulan, dan
kekuatan sekolah yang sudah ada.
4. Mengidentifikasi persepsi positif masyarakat yang
sudah ada terhadap satuan PAUD.
5. Merumuskan penjenamaan satuan PAUD.
6. Menentukan nilai-nilai utama karakter yang
diprioritaskan dalam penjenamaan sekolah sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh satuan PAUD.
7. Menetapkan penjenamaan satuan PAUD.

d. Keteladanan kepala satuan PAUD, guru/pendidik, dan tenaga


kependidikan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari
• Kepala satuan PAUD, guru/pendidik dan tenaga kependidikan
memberikan keteladanan bagi anak untuk menerapkan nilai-
nilai utama PPK
• Perilaku keteladanan dari figur orang dewasa (Kepala satuan
PAUD, guru/ pendidik, tenaga kependidikan, orang tua)
dapat ditiru secara langsung oleh peserta didik

e. Memanfaatkan berbagai media seperti poster, spanduk, laman


(website), buletin, mading, dan media sosial untuk mengampanyekan
gerakan PPK
• Melakukan sosialisasi PPK kepada pemangku kepentingan
pendidikan (guru/pendidik, peserta didik, Komite/Paguyuban
Orang Tua/POMG/ paguyuban orang tua, pengawas/
penilik, dinas pendidikan, dan masyarakat lainnya) dengan
memanfaatkan poster, spanduk, laman, buletin, mading yang
mengampanyekan pembiasaan PPK di satuan PAUD misalnya
tentang standar operasional prosedur (SOP) misalnya SOP

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 29


penyambutan anak, SOP pengaturan kegiatan belajar, dan
SOP kegiatan makan

f. Membangun dan mematuhi norma, peraturan, dan tradisi satuan


PAUD. Salah satu contoh peraturan yang perlu dibangun adalah
peraturan kedisiplinan, peraturan satuan PAUD aman bencana,
kesadaran lalu lintas, dan gerakan hijau.
g. Memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi misalnya literasi
digital, bahasa, sains, sosial finansial, dan matematika.

7.3. Pendekatan PPK Berbasis Keluarga dan Masyarakat

PPK berbasis keluarga dan masyarakat adalah sebuah proses


mengembangkan kegiatan pendidikan karakter di satuan PAUD yang
melibatkan berbagai macam pelaku di luar satuan PAUD. Pelaku itu
dapat berupa individu, lembaga resmi, dan komunitas (lembaga
non-formal) serta organisasi yang ada di dalam masyarakat yang
dapat menjadi mitra satuan PAUD dalam PPK.

Pendekatan PPK berbasis keluarga dan masyarakat dilakukan


dengan:
1. memperkuat peranan orang tua sebagai pemangku
kepentingan utama pendidikan dan Komite/Paguyuban Orang
Tua/POMG sebagai lembaga partisipasi masyarakat yang
menjunjung tinggi prinsip gotong royong;
2. melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai
sumber belajar seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni
dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, komunitas, organisasi,
dunia usaha, dan dunia industri; serta
3. menyinergikan implementasi PPK dengan berbagai program
yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan,
lembaga swadaya masyarakat, komunitas kreatif, dan lembaga
media massa.

30 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Masyarakat memberikan kontribusi yang besar dalam
membantu keluarga maupun pihak satuan PAUD dalam penanaman
nilai-nilai (spiritual, moral, estetika) yang mendukung pembentukan
karakter. Berbagai kondisi di masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi cara berpikir, cara
bersikap, dan berperilaku warga masyarakatnya. Dengan demikian,
para pendidik di lingkup keluarga, satuan PAUD, dan masyarakat
perlu melakukan berbagai upaya untuk mendukung anak agar
memiliki karakter yang sesuai dengan harapan bangsa.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan satuan PAUD untuk


mengembangkan karakter anak didik adalah melalui pelibatan
dan pemberdayaan berbagai lembaga /komunitas/organisasi
seperti lembaga keagamaan, sanggar seni dan budaya, komunitas
kreatif, lembaga pemerintahan (misalnya Puskesmas, gelanggang
olah raga, polsek, BNN, dinas kesehatan, dinas perlindungan
anak, dan BPBD), dan lembaga penyedia sumber pembelajaran
(misalnya perpustakaan, museum, situs budaya, cagar budaya).
Dalam hal ini satuan PAUD dapat berkolaborasi dengan lembaga-
lembaga tersebut, misalnya dalam bentuk pelaksanaan program
pembelajaran terkait, kunjungan ke lembaga maupun kegiatan

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 31


pembuatan materi pembelajaran dalam bentuk cetak maupun non
cetak, penyebaran informasi, dan diskusi dengan pihak lembaga
untuk menambah wawasan guru dan anak didik. Sebagai contoh,
satuan PAUD mendapat kunjungan dari lembaga pemerintah
untuk memberikan informasi pada anak didik tentang simulasi
penyelamatan diri dari bencana, atau sosialisasi peraturan lalu
lintas. Contoh lain adalah satuan PAUD dapat mengembangkan
kompetensi personal dan sosial serta minat dan bakat bersama
komunitas dan organisasi kreatif (komunitas literasi, dongeng,
musik, budaya) serta mengadakan kunjungan ke perpustakaan
untuk memfasilitasi anak didik agar memiliki ketertarikan untuk
membaca.

8. Profil Pelajar Pancasila


“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.”
• Pelajar Indonesia adalah pelajar yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaannya termanifestasi
dalam akhlak yang mulia terhadap diri sendiri, sesama manusia,
alam, dan negaranya. Ia berpikir dan bersikap sesuai dengan nilai-
nilai ketuhanan sebagai panduan untuk memilah dan memilih yang
baik dan benar, serta menjaga integritas dan keadilan.
• Pelajar Indonesia senantiasa berpikir dan bersikap terbuka
terhadap kemajemukan dan perbedaan,
serta secara aktif berkontribusi pada
peningkatan kualitas kehidupan
manusia sebagai bagian dari warga
Indonesia dan dunia. Sebagai bagian
dari bangsa Indonesia, Pelajar
Indonesia memiliki identitas diri selaku
representasi budaya luhur bangsa,
menghargai dan melestarikan
budayanya, sambil berinteraksi
dengan berbagai budaya

32 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


lainnya. Ia peduli pada lingkungannya dan menjadikan kemajemukan
yang ada sebagai kekuatan untuk hidup bergotong royong.

Pelajar Indonesia merupakan pelajar yang mandiri. Ia berinisiatif


dan siap mempelajari hal-hal baru, serta gigih dalam mencapai tujuannya.
Pelajar Indonesia gemar dan mampu bernalar secara kritis dan kreatif.
Ia menganalisis masalah menggunakan kaidah berpikir saintifik dan
mengaplikasikan alternatif solusi secara inovatif. Ia aktif mencari cara untuk
senantiasa meningkatkan kapasitas diri dan bersikap reflektif agar dapat
terus mengembangkan diri dan berkontribusi kepada bangsa, negara, dan
dunia.
Ada enam elemen dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu: berakhlak
mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis,
dan kreatif. Keenam elemen ini dilihat sebagai satu kesatuan yang saling
mendukung dan berkesinambungan satu sama lain.

9. Elemen Kunci Nilai-Nilai Profil Pelajar Pancasila


9.1. Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang
berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Elemen Kunci Berakhlak Mulia:
• Akhlak beragama: Mengenal sifat-sifat Tuhan dan
menghayati bahwa inti
• dari sifat-sifat-Nya adalah kasih dan sayang
• Akhlak pribadi: Menyadari bahwa menjaga dan merawat diri
penting dilakukan bersamaan dengan menjaga dan merawat
orang lain dan lingkungan sekitarnya
• Akhlak kepada manusia: Mengutamakan persamaan
dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai
perbedaan yang ada dengan orang lain
• Akhlak kepada alam: Menyadari pentingnya merawat

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 33


lingkungan sekitarnya sehingga dia tidak merusak atau
menyalahgunakan lingkungan alam, agar alam tetap layak
dihuni oleh seluruh makhluk hidup saat ini maupun generasi
mendatang
• Akhlak bernegara: Memahami serta menunaikan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik serta
menyadari perannya sebagai warga negara

9.2. Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas
dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi
dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai
dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen Kunci Berkebinekaan Global:
• Mengenal dan Menghargai Budaya: mengenali,
mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai macam
kelompok berdasarkan perilaku, cara komunikasi, dan
budayanya, serta mendeskripsikan pembentukan identitas
dirinya dan kelompok, juga menganalisis bagaimana menjadi
anggota kelompok sosial di tingkat lokal, regional, nasional
dan global.
• Kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi
dengan sesama: memperhatikan, memahami, menerima
keberadaan, dan menghargai keunikan masing-masing
budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif sehingga
terbangun kesalingpahaman dan empati terhadap sesama.
• Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebhinekaan: secara reflektif memanfaatkan kesadaran dan
pengalaman kebhinekaannya agar terhindar dari prasangka
dan stereotip terhadap budaya yang berbeda, sehingga dapat
menyelaraskan perbedaan budaya agar tercipta kehidupan
yang harmonis antar sesama; dan kemudian secara aktif-

34 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


partisipatif membangun masyarakat yang damai dan inklusif,
berkeadilan sosial, serta berorientasi pada pembangunan
yang berkelanjutan.

9.3. Gotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama
dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan
lancar, mudah dan ringan.
Elemen Kunci Gotong Royong:
• Kolaborasi: bekerja bersama dengan orang lain disertai
perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain
dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain.
• Kepedulian: memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap
kondisi atau keadaan di lingkungan fisik sosial.
• Berbagi: memberi dan menerima segala hal yang penting
bagi kehidupan pribadi dan bersama, serta mau dan mampu
menjalani kehidupan bersama yang mengedepankan
penggunaan bersama sumber daya dan ruang yang ada di
masyarakat secara sehat.

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 35


9.4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.
Elemen Kunci Mandiri:
• Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi : Melakukan
refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi
dimulai dari memahami emosi dirinya dan kelebihan serta
keterbatasan dirinya, sehingga ia akan mampu mengenali
dan menyadari kebutuhan pengembangan dirinya yang
sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi.
• Regulasi diri: mampu mengatur pikiran, perasaan, dan
perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya.

9.5. Berpikir Kritis


Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi
dan menyimpulkannya.
Elemen Kunci Bernalar Kritis:
• Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan: memiliki
rasa keingintahuan, mengajukan pertanyaan yang relevan,
mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan dan informasi
yang diperoleh, serta mengolah informasi tersebut.
• Menganalisis dan mengevaluasi penalaran: dalam pengambilan
keputusan, menggunakan nalarnya sesuai dengan kaidah
sains dan logika dalam pengambilan keputusan dan tindakan
dengan melakukan analisis serta evaluasi dari gagasan dan
informasi yang ia dapatkan.
• Merefleksi pemikiran dan proses berpikir: melakukan refleksi
terhadap berpikir itu sendiri (metakognisi) dan berpikir
mengenai bagaimana jalannya proses berpikir tersebut
sehingga ia sampai pada suatu simpulan.

36 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


• Mengambil keputusan: mengambil keputusan dengan tepat
berdasarkan informasi yang relevan dari berbagai sumber,
fakta dan data yang mendukung.

9.6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen Kunci Kreatif:
• Menghasilkan gagasan yang orisinal: menghasilkan gagasan
yang terbentuk dari hal paling sederhana, seperti ekspresi
pikiran dan/atau perasaan, sampai dengan gagasan yang
kompleks untuk kemudian mengaplikasikan ide baru
sesuai dengan konteksnya guna mengatasi persoalan dan
memunculkan berbagai alternatif penyelesaian.
• Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal: menghasilkan
karya yang didorong oleh minat dan kesukaannya pada suatu
hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan
dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya.

Keenam karakteristik ini terwujud melalui penumbuhkembangan


nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila, yang adalah fondasi bagi segala
arahan pembangunan nasional. Dengan identitas budaya Indonesia dan
nilai-nilai Pancasila yang berakar dalam, masyarakat Indonesia ke depan
akan menjadi masyarakat terbuka yang berkewargaan global - dapat
menerima dan memanfaatkan keragaman sumber, pengalaman, serta
nilai-nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun sekaligus tidak
kehilangan ciri dan identitas khasnya.

Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter 37


Daftar Pustaka

• Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kemdikbud


2020-2024
• Buku saku PAUD “ Bermain bahasa di rumah” yang dapat diunduh pada laman;
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/buku-saku-paud/
• Buku saku PAUD “Bermain Matematika Yang Menyenangkan di Rumah” yang
dapat diunduh pada laman; https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/
buku-saku-paud/
• Buku Pedoman “ Penguatan Pendidikan karakter Pada Pendidikan Anak Usia
Dini” yang dapat diunduh pada laman: http://anggunpaud.kemdikbud.go.id

38 Pra Literasi, Pra Numerasi dan Penguatan Pendidikan Karakter


Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2021

Anda mungkin juga menyukai