Anda di halaman 1dari 7

Mencari Asy - Syifa

Saat itu, Hari Kamis 26 Juli 2018. Hari dimana lagi viral – viralnya si cantik Nashwa
Zahira dan hari dimana Hasil Seleksi Perwira TNI AD 2018 telah keluar. Tentu saja itu bukan
yang aku tunggu-tunggu. Ya karena aku enggak lagi daftar saat itu. Lebih tepatnya belum daftar.
Yak, aku memang bercita-cita menjadi anggota Perwira TNI AD. Dan yang harus digaris
bawahi, hari itu tepat 18 tahun diriku menginjakkan kaki bumi ini. Sejak saat itulah, aku
diingatkan, bahwa waktu untuk berjuang ke langkah selanjutnya sudah dekat.
Kriiiingg….. kriiiiinggg….. kriiinggg…..
Bel pulang sekolah berbunyi dengan kerasnya, sekeras semangat anak-anak sekolah yang
riang mendengarnya. Senda gurau mereka lakukan sembari berjalan pulang meninggalkan
sementara tempatnya menuntut ilmu. Namun, masih ada beberapa murid yang masih tinggal
karena kegiatan ekstrakulikuler. Semakin lama, senja semakin dekat dengan tugasnya
menggantikan siang. Aku seorang siswa kelas XI yang penat sedang berjalan pulang menuju
parkiran, tempat dimana motorku menunggu. Hari itu berbeda dengan hari – hari yang biasanya.
Atau mungkin tidak. Atau mungkin hanya aku yang merasa demikian. Hari dimana tugas mulai
memberatkan bahuku. Jadi, ketika hendak berpapasan dengan guru mapel yang tugasnya belum
aku selesaikan, aku langsung ambil beda arah. Jauh tak apa. Yang penting enggak papasan.
Begitu kata hatiku yang gemetaran. Ditambah lagi, aku adalah seorang Ketua Dewan Ambalan di
sekolah. Semacam korps kepramukaan. Aku sendiri heran, orang yang pendiam dan suka
mengeluh seperti aku dipilih untuk memimpin organisasi yang dituntut memiliki sikap dasar
disiplin.
BERAT !!! Tapi ya sudahlah.
Menjadi sorang pemimpin aku harus unggul di segala aspek, secara umum agar bisa
dijadikan contoh dan tentunya bisa nyetir organisasi. Hal inilah yang mungkin harus bertanggung
jawab atas peristiwa itu.
“Dafiq…. !!! Kamu kemarin nggak masuk kemana aja ??!! “ Tanya Bu Sutarti.
“Saya ada event Ambalan itu, Bu. Kemarin juga sudah ada surat izinnya di meja, Bu.”
“Meski begitu, apa kamu nggak menghargai Ibu sebagai guru ?! Kamu juga sering izin
kan??!!” Ketus Bu Sutarti.
Perasaan ,dari kelas 10, aku baru izin sekali ini deh.
“Bukan begitu, Buu… Saa… saya… “ Ucapku terpotong
“Sudahlah…., pokonya saya nggak mau lihat kamu nggak hadir lagi pas pelajaran saya”
Bu Sutarti langsung pergi.
Yahh…, inilah yang mengerutkan semagatku. Ditambah lagi bayangan Bu Sutarti serasa
masih ada di depanku. Membekas. Pikiranku mulai bercabang. Memang itu guru yang kata
temen-temen, salah satu “Guru Tersayang”. Guru yang amat sangat perlu diperhatikan. Soalnya,
walaupun kami beralasan benar sekalipun, itu pasti selalu salah di matanya. Iya, itu salah
satunya. Artinya? Masih banyak guru seperti itu.
SEBEL GUA !!!!
Makin hari, pundak ini serasa mau aku copot aja deh. Tugas, masalah. Tugas, masalah.
Ditambah lagi saat aku mengisi public speaking di depan anggota-anggota Ambalan.
Pembicaraanku mengarah pada kerja bakti di sekolah. Aku menyuruh mereka untuk bersama-
sama kerja bakti. Tapiii… Lagi – lagi masalah. Anggotaku enggak ada yang bener kerjanya.
Sementara aku ketuanya malah udah capek kerja bakti. Ngeliat mereka pada bercanda, aku
semakin males jadi ketua. Ini enggak hanya sekali dua kali. Berkali-kali !!!
MALES KUADRAT !!!
Di samping itu, aku punya waktu untuk melampiaskan itu semua. Aku bergabung dengan
salah satu Perguruan Pencak Silat di sekolahku. Di situlah aku bisa melampaiskan semua
amarahku. Dengan pukulan, tendangan keras hingga sabung. Sabung termasuk bagian yang
paling aku sukai. Di situ, dua petarung silat dipertemukan untuk mengadu kekuatan. Yak, dengan
kata lain, DUEL !!!
TENDANG, TANGKIS, GUNTINGAN
Semua amarah yang mengganjal, seketika lepas. Ditambah lagi, dengan latihan fisik
seperti itu, tentunya tubuhku menjadi kuat. Proporsi tubuhku lumayan sempurna. Bajuku yang
dulu longgar, kini ketat terisi otot-otot hasil latihan. Harapanku ini bisa menjadi bekal di saat aku
mendaftarkan diri bergabung dengan satuan TNI AD.
SEMANGAT !!!
Organisasi, ngerjain tugas, ngurusin event dan latihan. Pulang larut malam sudah biasa
bagiku. Naik motor mau pulang sendirian di jalan yang panjang dan gelap. Udah biasa. Aku sih
udah biasa dan nggak apa-apa. Tapi, bapak sama ibukku yang nggak biasa.
Sruuuugghh…. Ruuughhh… dhaarrr….. suara teriakan gerbang yang aku buka.
“Jam segini baru pulang ??!! Ngapain aja kamu ??!!!” Bapakku muncul dari balik pintu.
“Ada kegiatan sekolah tadi, Pak. Jadi pulangnya agak lama.” Jawabku sambil
menyembunyikan aktivitas silat ku di sekolah.
“Udah dibilang jangan pulang lebih dari Maghrib. Mulai berani membantah kamu ya ?!!
“Bukan begitu, Pa…”ucapku terpotong
“Kamu masih mau sekolah nggak ?!! Kalau masih ikutin kata-kata Bapak !!! Ngerti ?!!!”
“Iya, Pak.” Jawabku lirih
HUUHFT….. .
Tambah lagi suatu hal yang sangat berhasil menjerat kakiku untuk melangkah. Mata yang
gelap walaupun lampu terang benderang. Hati yang hampa mewarnai gelapnya mata ini dengan
warna hitam. Perasaan macam apa ini ?? Aku hanya berharap bisa mengambil semua
pembelajaran berharga di setiap kegiatan maupun organisasi yang aku ikuti. Aku tak tahu apa
yang berharga itu. Aku selalu ingin sesuatu yang gaib tersebut, bisa muncul saat kubutuhkan.
Memang rasanya mustahil. Mengharapkan sesuatu yang belum tentu bisa aku dapat. Tapi,
kepercayaan diri ini sudah melambung tinggi. Dengan doktrin yang aku konsumsi tersebut, aku
buta akan semuanya. Seiring berjalannya waktu aku buta akan lingkungan sekitar. Setiap ingin
berpikir jernih dan meninggalkan pikiran yang membutakan hatiku’, aku selalu dibelokkan
kembali seperti girodinamika. Menutup segala kemungkinan perubahan yang lebih baik. Yang
ada hanya terpaku dengan kegiatan organisasi, lalu timbul masalah. Latihan silat hingga larut
malam, lalu timbul masalah. Aku tahu akan hal itu. Aku tahu apa yang salah dalam diriku. Tapi,
kenapa tubuh ini tidak sinkron dengan harapanku. Otak yang berumur 18 tahun ini mulai lelah.
Apa yang terjadi denganku ??
PENYAKIT APA INI ??!!!
Lambat laun, bapakku mulai mengorek-orek informasi tentang kegiatanku di sekolah.
Semua terbongkar. Bapakku bertanya-tanya kepada teman-temanku. Bertanya kepada guru. Dan
akhirnya, aku melihat penjara. Bukan, ini Neraka. Neraka yang menyiksa hati kecilku ini. Aku
sebenarnya pernah berpikir tentang kemungkinan terburuk seperti itu. Memikirkan tentang posisi
diriku ketika ketahuan lebih sibuk dengan urusan organisasi dan silat dari pada belajar.
Memikirkan apa yang akan terjadi padaku membuat pikiranku tak mau pulang. Tapi tubuh ini
berkata seolah aku harus pulang secepatnya. Dan perang batin dimulai. Bapakku memulainya
dengan sengaja menungguku di depan gerbang, yang membuatku otomatis tidak bisa masuk
sebelum meladeninya.
“Dari mana kamu ?!! Sebenarnya kamu denger nggak, pesenku kemarin ??!! Kalau kamu
masih ingin sekolah, turuti kata-kata bapak. Kalo nggak ya sudah, nggak usah sekolah !!!”
Aku hanya bisa terdiam, terpaku mendengar amarah yang membara. Aku masih heran
dengan diriku ini. Tubuhku serasa bersalah dengan perbuatanku ini. Tapi, pikiranku berkata
kalau aku tidak perlu memperhatikan ocehan bapakku. Hanya perlu tunggu dia capek mengoceh
saja. Tidur selalu larut malam sudah biasa bagiku. Siapa yang peduli dengan ocehannya. Dia
tidak berpikir bagaimana perasaanku lelah mengerjakan semua tugas di sekolah.
Sesekali aku berpikir, apa ada efek samping mengenai pola hidupku ini. Aku mencoba searching,
apa efek samping dari beberapa aktivitasku belakangan ini. Dan hasilnya, jreeng… Sudah jelas
banyak sekali efek samping yang akan timbul, jika aku terus – menerus tidak memperhatikan
pola hidupku. Otakku sulit untuk dikendalikan. Seperti ada benalu yang hinggap di kepalaku.
Mencuri semua nutrisi serta akal sehatku. Ini sangat menggangguku. Aku benci posisi seperti ini.
AKU BERPENYAKIT !!!
Di sekolah,aku memiliki budaya sendiri. Budaya yang tidak semua anak bisa. Ya, karena
itu bukan budaya yang diharapkan para siswa. TERLAMBAT. Sebagai ketua di salah satu
organisasi, aku tidak layak menjadi contoh. Tapi, siapa peduli. Mereka saja ketika aku perintah
tidak bekerja dengan benar. Ditambah lagi, ini hidupku. Kalau nggak ada yang bisa dicontoh
dariku, contoh saja yang lain. Apa yang aku lakukan hanya akan berimbas kepadaku, juga
sebaliknya. Jadi sudah jelas, aku tidak perlu memperhatikan elektabilitasku terhadap mereka.
Mereka semua di dunia ini. Mengingat pemikiranku tadi, aku kembali merenung. Lalu apa yang
sudahaku persiapkan untuk masadepanku nanti ?? Hari berganti hari. Dan aku masih belum
peduli dengan masa depanku. Menganggap masih ada banyak waktu. Jadi tidak perlu khawatir.
Setelah aku pulang sekolah. Untung saja aku pulang sebelum maghrib. Aku tidak
mendapati motor bapakku di garasi. Syukur deh. Aku bertemu ibuku yang tengah masak buat
makan malam. Sekilas aku melihat ibuku yang tengah batuk-batuk dan kurang sehat. Ditambah
lagi, mengingat umurnya tidak muda lagi.
“Sudah pulang ?? Ganti baju, terus makan malam, ya .” Dia menyadari kedatanganku.
Aku tidak menjawabnya, dan meneruskan langkahku. Setelah makan malam, aku belajar
sebentar. Lalu, aku bersiap untuk tidur. Pikiran ini lelah. Bagitu juga dengan tubuhku ini. Tapi
kenapa mata ini tidak bisa mengatup ?? Satu jam berlalu. Mungkin sedikit membuat diriku lelah
bisa menyelesaikan masalah ini. Aku olahraga sedikit. Menggerakkan jurus-jurus yang aku
pelajari di perguruan. Setelah ini pasti aku bisa tidur, pikirku. Namun, sama saja. Tidak, ini
malah tambah tidak bisa tidur. Padahal kepala ini mulai terasa berat. Sangat berat. Jarum jam
sudah menunjuk ke angka 12 malam. Tapi kelopak mata ini masih sulit untuk menutup.
Kuputuskan saja sekalian. Tidak usah tidur sekalian. Lagipun apa yang akan terjadi, bila
aku tidak tidur ?? Tidak akan berpengaruh. Oh iya, aku lupa kalau tadi aku searching tentang
efek samping pola hii… dup… ti…
Duughh …. Jduuughhh…..dhuughhh….
SUARA APA ITU ??!! HANTU ??
Lamunanku terhenti, oleh suara misterius yang mengagetkanku. Dengan pelan-pelan, aku
mengikuti asal suara tersebut. Aku mendapati bayangan hitam yang bergerak-gerak. Aku
memberanikan hati untuk mendekatinya. Namun, kakiku tidak cukup berani untuk melangkah.
Yang ada hanya gemeteran,penasaran apa yang ada di depannya. Bergerak lagi. Tapi, masa iya,
aku takut sama yang begituan. Nggak keren sama sekali. Lagi pula ini rumahku, ngapain takut ??
Tiba – tiba lampu menyala. Karena kaget, aku seketika mengerutkan kedua mataku
karena ketakutan. Namun, tidak bisa menutup karena penasaran. Ternyata itu ibuku. Apa yang
dilakukannya malam-malam buta begini ?? Ternyata dia memasak dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Bersih-bersih dan cuci piring dan lain-lain. Tapi, kenapa ibu buru-buru sekali
menyaipkan semuanya ?? Apa ibu mau ada acara pagi-pagi ?? Apa ibu memang menyiapkan
segala kebutuhan rumah serajin ini ?? Walaupun tidak seharusnya aku sembunyi, tapi mungkin
posisi inilah yang bisa melihat apa yang dilakukan ibuku selama ini. Tak terasa waktu sudah
mendekati subuh. Aku bergegas kembali ke tempat tidurku, karena sepertinya ibuku hendak
beranjak ke kamar mandi yang letaknya di belakang tempat aku bersembunyi. Aku pura-pura
tertidur di kamar. Setelah itu, ibuku menghampiriku di kamar. Dia membangunkanku.
“ Dafiq…, bangun nak. Ayo ke masjid, sholat shubuh.” Ajak ibu sambil
membangunkanku.
“I..iya, sebentar.” Aku berpura-pura agar terlihat seperti orang yang bangun tidur.
Ibuku langsung pergi ke masjid untuk sholat shubuh. Aku kembali penasaran dengan
ibuku. Selama ini, aku sering dibangunkan oleh ibuku untuk bangun pagi, tapi aku tak
menghiraukannya karena aku sering kelelahan sepulang dari sekolah. Jadi, aku biasanya
melanjutkan tidurku di kamar. Setelah ibu pulang dari masjid, dia kembali melanjutkan
pekerjaan rumah dan menyiapkan sarapan. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan mandi,
mengingat aku sering terlambat ke sekolah. Kukira tak akan keren jika aku akan terlambat lagi.
Tapi masih ada pikiran yang mengganjal dibenakku. Ibuku serajin itu karena mau pergi, atau
memangsetiap hari ibuku selalu bangun pagi ketika semua terlelap stiap harinya ?? Ditambah
lagi ibuku akhir-akhir ini sering sakit-sakitan. Aku kira semua itu telah tersusun dengan jelas.
LALU APA YANG KURAGUKAN ??
Tiada hari tanpa memikirkan ibuku. Di sekolahpun aku tidak fokus belajar karennanya.
Setelah pulang sekolah, aku bergegas untuk pulang, dan tak menghiraukan undangan rapat
organisasi dan latihan silat. Entah kenapa hati ini, ingin cepat melihat ibuku. Sesampainya di
rumah, aku segera menemui ibuku.
“Kamu sudah pulang ??” kata ibuku.
“Sudah.” Aku menjawab dengan singkat dan jutek.
“Ganti baju dan makan, nak.” Sahut ibuku.
“Iya.” Aku kembali jutek terhadapnya.
Aku melihat ibuku tidak sedang bepergian kemana-mana, itu artinya dia memang serajin
ini setiap hari. Di samping itu, ibuku juga sedang kelelahan dan sakit. Berarti inilah yang selama
ini tidak aku lihat di rumah, karena aku hanya sibuk dengan kegiatan organisasi danlatihan
pencak silat di sekolah. Pantas saja, bapak sebegitu marahnya denganku, ketika melihat aku
pulang terlambat. Setelah ganti baju dan makan, aku basa-basi dengan ibuku untuk memecah
suasana canggung karena kejutekanku.
“Bu, bapak belu pulang ya ??” tanyaku basa-basi
“Belum, bapak biasanya pulang jam 3 sore dari kantor.” jawabnya.
“Ibu… A.. apa ibu selalu bangun pagi-pagi buta ?? Dan untuk apa??” tanyaku agak
gugup.
“Ya, jelaslah. Ibu selalu tidur lebih awal setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah
itu bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan segala keperluan keluarga. Kenapa, hmm ??”
“Nggak apa.”
“Itu sudah kewajiban ibu sebagai ibu rumah tangga. Kamu nanti akan merasakan juga
nanti kalau kamu berumah tangga, tapi sebagai bapak dari keluargamu. Masing-masing orang
memiliki kewajiban masing-masing. Tapi tetap saja manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain.” Jelas ibu.
Aku terkejut dengan jawaban ibuku. Dengan keadaan ibuku yang sakit-sakitan, namun ia
masih menganggap kalau itu memangsuatu kewajiban yang harus ia lakukan untuk keluarga.
Dan tidak pernah terpikir olehnya bahwa, ia sakit karena tidak ada yang membantu. Dalam hal
ini aku. Akulah anak yang seharusnya membantu ibuku mengurus rumah. Karena akulahsatu-
satunya anaknya. Aku tak akan menganggap diriku sebagai anaknya, jika aku sendiri saja tidak
membuat diriku penting di mata orang tuaku. Satu-satunya cara untuk membahagiakan orang
tuaku adalah dengan memperlihatkan diriku hidup disiplin, memperoleh nilai yang memuaskan,
kuatdan yang paling penting keren.
ITU DIA !!!!
Setelah menyadari hal yang bahkan tak terpikirkan olehku ini, aku merasa kembali
tersadar mengenai diriku yang sebelumnya. Menjadi manusia yang sehat. Ya, sehat dari penyakit
yang entah apa itu namanya. Tapi yang jelas aku sudah menemukan penawarnya. Penawar
penyakit yang bahkan di ilmu kesehatanpun tidak aku temukan. TIDAK. Ini belum selesai. Aku
akan merubah hidupku mulai dari sekarang. Merenung mengenai kegagalan yang pernah terjadi,
itu tidak perlu dilakukan. Hanya buang – buang waktu saja.
AKU HARUS BERGERAK !!!
Hari berganti hari, tak terasa sekarang aku sudah memasuki kelas XII. Banyak tugas dan
ulangan. Aku belajar dan terus belajar. Jika semangatku turun, aku hanya perlu melihat apa
impianku dan bagaimana orang tua ku berjuang mati-matian untuk menyekolahkanku hingga
sukses. Tak perlu lagi ku mengingat masa kelam dulu. Segala bentuk kebencian dulu aku cabut
hingga ke akar-akarnya, agar tak tumbuh lagi. Tak lama lagi Ujian Nasional. Apakah aku siap ??
Apa yang kurang ?? Aku rasa ini sudah cukup. Tapi menutup ban bocor itu harus dilakukan, agar
bisa dipakai. Ujian Nasional tiba. Seperti biasa, aku menenangkan ketegangan. Mengerjakan soal
satuper satu. Hari ke hari aku lewati. Tak terasa, karirku di SMA sudah di penghujung acara.
Pengumuman UNBK 2019 tiba. Yang ada dipikiranku hanya, dimana namaku ?? Dan berapa
nilaiku ?? Sangat tidak bisa aku percaya. Aku memperoleh rata-rata UNBK 9,00. Itu dia
impianku. BUKAN. Maksudku hamper menuju impianku untuk dapat 10,0. Tapi itu masih
tergolong bagus, kan. Alhamdulillah.
Pendaftaran Universitas sudah dibuka dimana-mana. Jelas saja, aku tidak berminat. Yang
ingin aku masuki adalah sekolah kemiliteran Akademi Militer. Aku langsung mendaftarkan diri
ke sana dan mengumpulkan administrasi yang dibutuhkan. Akan kutunjukkan latihanku selama
ini. Beberapa tes akan aku lewati.
TES AKADEMIK…., TES MENTAL….aku kira tidak perlu diragukan, TES FISIK,
bukan suatu hal yang sulit. Namun, doktrin meremehkan seperti itu jangan sampai masuk ke
otakku. Akhirnya semua tes sudah aku lewati. Tinggal menunggu pengumuman.
“ PENGUMUMAN CATAR AKADEMI MILITER 2019, yaitu :
1. Adam Perdana Kusuma
2. Bardadi Sanjaya
3. Dafiq Tetuko Pramono
4. Vidam Dharma Kusuma
5. …. “
Setelah mendengar namaku berada di antara calon yang lolos seleksi, aku terdiam
bahagia. Aku tidak mendengarkan daftar anak yang lolos selanjutnya. Aku ternganga bahagia.
Akhirnya, segala usaha yang aku tempuh untuk mendapatkan apa yang aku impikan selama ini
TERKABULKAN. Aku sadar semua ini berkatdo’a dan restu orang tua ku. Aku jadi teringat
kata-kata Ust. Syihabuddin waktu Kajian Ahad Pagi di Masjid Agung, “ Surga, ada di telapak
kaki Ibu.” Mengingat hal yang sangat penting tersebut, membuatku segera ingin pulang. Aku
langsung menemui orang tuaku, terutama Ibuku. Aku sadar karenanya. Dialah obat yang kucari-
cari selama ini. AKU SANGAT SENANG.
Dengan membawa perlengkapan pendidikan aku mengucapkan selamat tinggal kepada
orang tuaku. Aku aka selalu mengingat kedua orang tua di setiap langkahku. Selamat tinggal
semua. Selamat tinggal Ibuu….

Anda mungkin juga menyukai