Anda di halaman 1dari 3

‫سالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

ّ ‫ال‬
‫ (أ ّما‬.‫ والصّالة والسّالم على أشرف األنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين‬.‫الحمد هلل ربّ العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين‬
)‫بعد‬
Yang saya mulyakan bapak pimpinan Pondok Darul Hijrah, KH. Zarkasyi Hasbi Ba. Lc.
Yang saya hormati direktur Tarbiyyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah, Drs. KH. Muhammad Nasrul Mahmudi
Yang saya hormati kepala Majelis Dewan Guru, Ust. Asnawari Rahman S.Ag
Dan semua asatidz serta pembimbing yang tak bisa saya sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat saya
kepada mereka sedikitpun.

Tak terasa hari yang selalu kita nanti kini telah tiba. Hari dimana kita akan pulang
“Ke Darul Hijrah apa yang kau cari?”, merupakan sebuah pertanyaan yang sering terlintas dalam
benakku ketika awal masuk pondok dulu, aku bingung, mengapa pertanyaaan seperti itu diletakkan di sisi
masjid yang merupakan pusat pembelajaran di pondok ini, seistimewa apa hal tersebut?, aku tidak tahu.
Tepat 1 Juli 2017 merupakan sebuah hari bersejarah bagiku, yang walaupun itu sudah terjadi sekitar 6 tahun
yang lalu tetapi tetap membekas didalam benakku hingga saat ini. Sebuah pepatah pernah berkata
”Perjalanan 1000 mil selalu dimulai dengan langkah pertama”,dan hari itu telah mengawali cerita
kehidupanku yang penuh makna.
Dulu, EXPO dilaksanakan dekat Gedung Al-Amin 5, aku sering mengikuti perlombaan yang
diadakan disana karena daftarnya gratis, dan dengan hadiah yang beragam, aku kecewa karena hanya
dilaksanakan 1 minggu aja. Seiring berjalannya waktu berbagai macam rentetan kegiatan Khutbatu-L-Arsy
muncul, menjadi bulispun menjadi incaran untuk tidak ikut kegiatan, minggu ke minggu berlalu hingga tiba
saatnya acara yang paling dinanti oleh semua santri, Drama Arena dan Panggung Gembira. Tak lama
kemudian malam-malam perayaanpun dilaksanakan, dari awal hingga akhir sangat menyenangkan, para
mudabbir dan mua’llim sama-sama menunjukkan penampilan terbaik mereka.
Mungkin kita hampir tidak saling mengenal, tetapi setidaknya saya tahu kesan pertama anda ketika
mengenal saya karena apa, mungkin karena saya bisa menggambar?, pernah menjadi bagian sekretaris
OSDA?, atau kalian sering melihat saya mengambil gambar ketika ada kegiatan pondok?, atau bahkan
karena saya pernah menjadi ketua Panggung Gembira? Saya tidak tahu, mungkin juga karena anda sering
melihat saya dihukum didepan pengasuhan karena tidak ikut absen. Intinya adalah sabagian besar
kesuksesan yang saya dapatkan dipondok ini tidak lepas daripada para mu’allim, mudabbir dan para asatidz
dan juga pimpinan pondok yang telah menginpirasi, membimbing dan mengajarkan saya banyak hal.
Aku suka menggambar, semua extrakulikuler yang berhubungan dengan seni menggambar aku ikuti,
dan alhamdulillah sering memenangkan lomba-lomba. Semua berjalan seperti layaknya kehidupan santri
normal, Hari demi hari terlewati. Singkat cerita, hampir genap 1 tahun umurku dipondok, bulan Ramadhan
pun tiba, sebelumnya aku mendapatkan peringkat 1 ketika pembagian raport, setelahnya kami pun
melaksanakan perpindah kamar, itu menjadi momen yang menyedihkan bagi kami, mengingat kami akan
berpisah satu sama lain, kamarku terdiri dari 15 kelas 1 dan 15 santri 1 I’Dady.
Masa depanku mulai berubah ketika kelas 2, masa dimana aku mulai mencari jati diriku dipondok,
aku iri melihat para mudabbir dan mu’allim yang mempunyai skill keren dan mampu membuat sebuah acara
yang luar biasa yang hanya segelintir orang bisa, aku ingin seperti mereka, mempunyai suatu hal yang jarang
orang lain bisa lakukan, aku mulai bimbang terhadap tujuanku hidup dipondok ini ingin kearah mana, lalu
sederet kegiatan, ekskul, dan lombapun aku ikuti, seperti archery, silat, anggota dekorasi, akhdar, grafity,
seni rupa, raudatul jannah, English club, puisi, PSC, MTQ, badminton, catur, renang, anggota Pasukan
khusus hingga anggota Tahfidzu-L-Qur’an demi mengetahui bakat dan jati diriku yang mungkin masih
terpendam. Tetapi hanya sebagian hal saja yang dapat kukuasai, dan yang lainnya hanya sebatas pengalaman
dan sekedar untuk pengetahuan, agar dapat ku jadikan cerita dimasa depan, mungkin hampir tidak bisa
dipercaya terhadap apa yang kau baca barusan tetapi itulah kenyataan yang murni dari pengalaman yang
saya rasakan, waktu telah menutupi sebagian dari realita kehidupan yang telahku alami dan terkubur oleh
pencapaian yang telah ku dapatkan sekarang.
Suatu hari aku berkesempatan terpilih menjadi peserta dalam lomba FLS2N Design Poster, dengan
dibimbing oleh Ustadz Ahmad Habibi, maka dari sanalah aku mulai masuk ke dunia editing dan computer,
akupun menjadi juara dalam lomba tersebut, dan jalan angan-anganku mulai terbuka. Disisi lain aku berguru
dengan salah seorang mu”alllim yang hebat menggambar.
Singkat cerita, Genap 4 tahun sudah sejak pertama kali aku masuk ke Darul Hijrah, 3 kali telah
kulalui rentetan Khutbatu-l-Arsy yan panjang dan selalu ikut dalam berbagai penampilan persembahan dan
disisi lain tetap tidak meninggalkan apa yang telah menjadi rutinitas wajibku yaitu ikut membantu dekorasi
tiap malam sampai shubuh. Setelah semuanya selesai lalu kami dihadapkan dengan acara pertama kami
yaitu Ambalan Gembira, aku membuka wawasan baru dengan belajar videografi kepada salah seorang
mu’allim dan menjadi operator pada acara tersebut.
Dimasa awal menjalani kehidupan dikelas 5 aku mulai angkat kamera hampir di setiap kegiatan. Aku
mulai belajar ilmu fotografi dan selalu ikut andil dalam pendokumentasian dengan mengambil gambar di
setiap momen kegiatan kelas 5. Drama Arena masih 2 bulan lagi, dengan beberapa hal yang telah kupelajari
sebelumnya aku pun dihadapkan oleh setumpuk pekerjaan, dari menggambar sketsa background, editing,
hingga ke proses pembuatannya di lapangan, dari pembuatan desain logo hingga berbagai desain lainnya,
hingga membantu lancarnya proses live streaming acara. Aku terlalu memaksakan diri sehingga lupa akan
diri sendiri, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kepada anggotaku jika saat itu aku menjadi
seorang mudabbir, karena sebenarnya aku tidak pernah merasakan rasanya menjadi seorang mudabbir, tetapi
disitulah mungkin hikmahnya.
Aku pun jatuh sakit setelah beberapa hari acara Drama Arena karena kelelahan, batuk yang tidak
sembuh selama 3 bulan, demam yang selalu datang tiba-tiba serta penurunan berat badan yang drastis, aku
pun pulang kerumah setelah selesai melaksanakan KMD. Setelah beberapa bulan didera penyakit yang tak
kunjung berakhir. Aku pun di diagnosa mengidap penyakit TBC dan tipes, pada saat itu aku berada pada
titik terendah dalam hidupku, dokter serta sebagian dari keluargaku menyuruhku untuk berhenti saja dari
pondok dengan alasan lebih baik fokus dulu terhadap pengobatan yang intensif. Pilihan ada ditanganku,
berhenti mondok atau lanjut mondok tetapi harus rutin minum obat setiap hari selama 9 bulan, 1 kali
terlewat maka pengobatan akan diulangi mulai dari awal lagi, mengingat pengeluaran biaya pengobatan
yang sangat mahal disandingkan dengan perjuanganku hidup 5 tahun dipondok aku pun sangat bimbang
dalam memilih, semuanya ada ditanganku. Dan pada saat itu aku menimbang banyak hal dan memerlukan
waktu berpikir yang panjang untuk memutuskan. Dan setelah lama berpikir panjang ternyata secara tidak
sengaja aku mulai menyadari akan 1 hal yang selama ini tidak kusadari dan akhirnya sekarang aku mulai
paham, hal yang membuatku merasa bersalah selama dipondok dan mungkin seumur hidupku, hal yang
membuatku melupakan sementara keku, satu hal yang entah mengapa aku melupakannya.
Ternyata… dibalik semua hal yang telah kulalui dipondok ada sesosok orang tua yang selalu
mendukung, mendo’akan, membiayai, selalu merindukanku, selalu ada ketika aku merasa kesusahan, hilang
harapan, merasa sangat terpukul akan suatu kenyataan, mereka selalu hadir untuk menolong, membantu,
memotivasi. Aku kurang menyadari hal tersebut, dulu aku sempat berfikir semua hal yang telah kulakukan
hingga saat ini ada berkat hasil usaha dan do’aku serta bantuan orang-orang yang ada disekitarku, tetapi itu
salah besar, Akupun mulai merenungi semua hal yang telah kulakukan selama ini, mulai memperbarui niat
dan menata ulang mindsetku terhadap kehidupanku dipondok ini. Lalu akupun teringat lagi dengan kalimat
itu “Ke Darul Hijrah Apa yang Kau Cari?”, maka yang akan kucari sekarang adalah sebuah alasan yang
orang tuaku inginkan dariku ketika aku dimasukkan kepondok ini yaitu agar bisa membuat mereka bahagia
didunia maupun diakhirat kelak.
Dan sekarang ini adalah tahun terakhirku dipondok Darul Hijrah, dan ini adalah rentetan Khutbatu-
L-Arsy tersingkat dan terpadat di 36 tahun pondok berdiri. Diantara sekian banyaknya rentetang kegiatan
Khutbatu-L-Arsy aku diberikan kepercayaan untuk menjadi ketua Panggung Gembira 636. Menjadi ketua
Panggung Gembira adalah keinginanku sejak dulu, aku yang dulu hanya bisa terpaku kagum melihatnya
saja, sekarang Kamilah yang akan mewujudkanya. Dan dengan semangat, kerja keras, dan diiringi dengan
do’a yang selalu mengalir, dengan keeratan tali persahabatan selama 6 tahun dipondok serta dukungan dari
seluruh santri darul hijrah dan tidak lupa ridho dari orang tua maka aku yakin kami pasti bisa.
Ditengah-tengah suasana Khutbatu-L-Arsy yang berkobar membara karena hampir semua santri
berjuang dan bekerja keras dalam bidang dan penampilanya masing-masing semaksimal mungkin, lalu suatu
ketika akupun sengaja melepas sementara beban pikiran dan pekerjaanku untuk sebentar saja meluangkan
waktu untuk memantau sejenak sekitarku, aku berjalan selangkah demi langkah ditengah hingar bingar
kebisingan suasana Khutbatu-L-Arsy, ada yang Latihan campursari, bernyanyi, menari, reog, gemsol, drama
dan lain-lain, lalu aku melihat beberapa santri yang sedang mengecat background, seketika aku teringat
dengan masa laluku yang juga pernah berada diposisi mereka yang hanya mengecat warna putih diatas
sebuah triplek kosong atas perintah seorang mu’allim dan tidak tau untuk apa kegunaannya, tetapi sekarang
aku paham betapa pentingnya arti dari sebuah proses yang mereka semua lakukan tersebut, karena tanpa itu
aku bukan apa-apa dipondok ini.
Dan ini semua hanyalah sebagian dari pengalaman yang pernah ku jalani dipondok ini, akan ada
banyak cerita lagi dan sulit untuk dikisahkan satu persatu, aku bisa menceritakannya lebih lama dari ini
karena masih banyak hal yang menurutku berkesan tetapi aku tau kau sudah bosan membaca ceritaku ini
karena aku percaya kisahmu bisa jadi jauh lebih menyenangkan dari kisahku, menurutku setiap orang akan
jauh lebih memahami sesuatu yang langsung dia alami sendiri ketimbang hanya membaca dan
mendengarkan, maka itulah pentingnya sebuah proses, dengan sebuah proses kita akan tau kemana kita akan
melangkah, dari proses kita akan banyak belajar pengalaman baru, juga dapat melatih mentalmu karena
setiap proses tidak selalu mudah, dan dengan proses pula kita akan paham apa itu kerja keras. Seperti halnya
dipondok ini tidak ada orang yang masuk langsung menjadi pintar karena semuanya membutuhkan proses,
diperlukan tenaga, mental, biaya, waktu, dan pikiran, untuk bertahan hingga akhir, akan selalu ada duka
diantara suka. Akan ada perbedaan rasa yang jauh antara orang yang mencapai sebuah hasil instan dengan
orang yang berusaha mendapatkanya dengan kerja keras. Jangan samakan prosesmu dengan proses orang
lain yang hanya kamu lihat dari luar saja. Karena kamu tidak akan pernah tahu perjuangan apa yang
sebenarnya sudah ia lakukan jauh sebelum dirimu memulai proses itu sendiri. Pada akhirnya, proses yang
baik akan menghasilkan hasil yang baik. Saya mohon kepada kalian agar tetap menjalani proses kalian
dipondok ini baik itu senang maupun susah tetap jalani dengan sepenuh hati serta tetap selalu berdoa kepada
Allah dan meminta ridho kepada orang tua hingga kalian akan bisa bernyanyi bersama-sama dipanggung
khataman kelak. Dan semoga ketika semua itu telah terjadi kamu akan mengerti arti dari “Ke Darul Hijrah
Apa yang kau Cari”, Aamiin….
Salam, Muhammad Arsyad | Expedient Generation 31
#anabahari

‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة هللاِ َو َب َر َكا ُت ُه‬


َّ ‫َوال‬

Anda mungkin juga menyukai