Anda di halaman 1dari 5

Jauh di Mata Dekat di Do’a

Tema : Pemudi di Hati

Pagi itu suara dering handphone membuyarkan lamunanku. Iyah, aku adalah
seorang gadis yang baru saja lulus sekolah Madrasah Aliyah. Namaku Hafshah, aku
tinggal disebuah desa wisata yang setiap week end pasti kondisinya macet bahkan
keluarga kami yang menjadi masyarakat setempat sekalipun malah menjadi malas
untuk berwisata karena para pendatang lebih semangat untuk berwisata ke desa
kami. Oh iyah, suara handphone yang tadi berdering itu ternyata adalah sebuah
notifikasi dari whatsapp group “PC Pemudi Persis Lembang”. Nah, itu dia aku sudah
menyebutkan nama tempat tinggalku. Tak ada yang tak tau tentang desa wisata
yang aku tinggali hari ini.

Di WAG Pemudi tadi ada pemberitahuan kegiatan. Mulanya aku hanya membaca
notifikasi tersebut. Namun, “Teeh, sini sebentar…” terdengar seruan dari ibu di
tangga. Saat itu aku sedang melamun dikamar dan kamarku ada diruang atas. “Iya
bu, tunggu sebentar…” aku bergegas memakai jilbab dan segera menemui ibu untuk
menanyakan apa yang terjadi. “Teh, ini ada undangan kegiatan loh dari pemudi, di
masjid istiqomah..” kata ibu. Aku hanya mengangguk untuk menjawab
pemberitahuan ibu. “Ini mah itung-itung silaturahmi atuh teeh, biar teteh punya
temen di lembang..” Ohiyah, ketika Aliyah/Muallimien dulu aku mondok. Jadi aku
tinggal di asrama dan hanya pulang sekitar 1 atau 2 minggu sekali. Itupun hanya
pulang satu hari, jadi teman SD dulu sudah jarang bertemu, sekalipun bertemu kami
hanya saling sapa nama dan tidak mengobrol karena cenderung canggung.

“Mau dianter sama ibu kajiannya?” lanjut ibu memberikan tawaran. Aku hanya diam
karena bingung apa yang harus aku katakan pada ibu. Hati ini berkata “huft males
pisan harus ikut kajian, mana ini pemberitahuannya mendadak lagi”. Kali ini ibu
menyenggol tanganku untuk memastikan aku akan berangkat menghadiri kajian itu.
“Huuft, iya atuh bu teteh pergi sendiri aja gak apa apa. Mungkin nanti disana ada
kakak juga, yaudah bu teteh siap-siap dulu yaa...” akhirnya aku memutuskan untuk
pergi meskipun hati terasa berat. Karena aku lebih semangat ketika aku berkegiatan
dengan teman-teman Muallimien (walaupun tempatnya jauh) dibandingkan harus
berkegiatan dengan teteh-teteh pemudi yang sebetulnya aku belum mengenal
mereka (belum semuanya maksudnya).
Setelah sampai dimasjid....

Lihat ke kanan dan ke kiri mencari teman teteh-teteh pemudi yang mau kajian.
“Pada dimana ini ya?” Waktu sudah menunjukan terlambat sekitar 5 menit. Aku
bergegas pergi ke dalam masjid, “tidak ada” dalam hati berpikir lagi “apa mungkin
kajiannya tidak jadi?” akhirnya aku memutuskan untuk bertanya di WAG Pemudi.
Dan ternyata teteh-teteh yang lain masih dalam perjalanan. Baiklah, aku hanya diam
sambil meunggu teteh-teteh yang lain aku putuskan untuk scroll Instagram saja
untuk mengusir rasa jenuh ini.

5 menit, 10 menit, 15 menit kemudian akhirnya ada teteh-teteh yang datang. Dengan
senyum sumringah aku menyambut kedatangannya. “Assalamualaikum...” kata teh
Desi. “Alhamdulillah teh akhirnya.. waalaikumsalam..” sambil menjulurkan tangan
untuk cipika cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri). “Baru sendiri teh hafshah?
Yang lain belum pada dateng ya?” tanya teh Desi selanjutnya. Aku hanya
mengangguk sambil bersamaan berjalan menuju kedalam mesjid untuk menunggu
teteh-teteh yang lain.

Tak lama kemudian teteh-teteh yang lain datang dan kajian pun dimulai. Sambil
negdumel dalam hati “kok yang hadir sedikit sih?”. Diakhir kajian ada beberapa
pengumuman dan katanya diminta saran dari para anggota untuk kemajuan pemudi.
Akhirnya aku mengacungkan tangan, dengan segenap rasa deg-degan karena aku
baru pertama kali menyampaikan pesan didepan forum. Sambil terbata-bata
“Bismillah.. hatur nuhun teteh atas waktunya. Mohon izin memberikan saran untuk
kemajuan pemudi ya teh, kalo bisa pemberitahuan kegiatan itu kayaknya dishare
atau dibagikan 2 atau 3 hari sebelum, nah hari H nya mungkin hanya tinggal
mengingatkan saja. Jadi jangan mendadak. Gitu mungkin teh, hatur nuhun atas
waktunya teh. Hapunteun” setelah berbicara aku berpikir “Nah loh anak bau kencur,
baru juga gabung kajian satu kali udah songong aja nih sarannya”.

Teteh moderator yang waktu itu adalah kakak kelasku yaitu teh Santi mengucapkan
terima kasih sambil menutup kajian. Setelah kajian selesai teteh-teteh yang lain
ngobrol dan saling bertukar kisah tentang segala hal yang biasanya diperbincangkan
oleh para mahasiswa. Luar biasa sekali aku tercengang dengan semua yang
mereka bicarakan. Akhirnya aku pamit pulang terlebih dahulu karena aku pikir
obrolan mereka terlalu tinggi dan aku belum sampai kesitu.
Beberapa bulan kemudian ada undangan untuk melaksanakan Musyawarah
Jamaah, akhirnya dengan penuh semangat karena waktu itu aku mulai mencintai
keberadaanku dipemudi, tiba-tiba saja aku ditunjuk sebagai ketua jamaah. Aku
bingung dengan apa yang harus aku lakukan, bagaimana? Disisi lain aku adalah
tipikal orang yang tidak bisa menolak ajakan, perintah atau tawaran orang lain.
Akhirnya waktu berjalan begitu cepat, tidak ada satupun kegiatan atau terobosan
baru yang aku buat sebagai ketua jamaah. Sampai tiba saatnya untuk musyawarah
cabang, dan aku ditunjuk sebagai moderator/MC yang memipin acara dari awal
musyawarah hingga akhir musyawarah. Awalnya merasa canggung, tapi setelah
dinikmati ternyata menjadi moderator/MC itu lebih mudah dibandikan harus
berbicara menjadi seorang mubaligh yang notabene harus memiliki kecakapan
biacara yang keren.

Musyawarah cabang itu adalah pemilihan ketua ditingkat kecamatan kalau


dipemerintahan. Selanjutnya tibalah pemilihan ketua, dengan penuh semangat tanpa
ada perasaan akan jadi ketua aku ikut-ikutan teteh-teteh yang lain saling tunjuk dan
yah menyenangkan ternyata ada di pemudi itu. Orangnya supel-supel dan pokoknya
sangat menyenangkan sekali, tidak ada penyesalan terjun aktif di organisasi pemudi
ini. Tapi, tanpa disangka tanpa dikira dengan mudahnya teteh-teteh bermusywarah
akhirnya aku ditunjuk sebagai ketua ditingkat cabang/kecamatan. Jadilah saat itu
aku sebagai ketua cabang yang belum memiliki banyak pengalaman dalam
berorganisasi. Baru saja aku aktif terjun dipemudi aku sudah ditunjuk untuk
menjalankan pemudi. Apalah jadinya pemudi ini ditangan bocil yang bau kencur.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dengan penasehat ibuku sendiri aku
akhirnya berusaha melakukan yang terbaik tapi belum bisa menjadi baik. Pemudi
masih sama saja seperti itu, ternyata benar memberikan informasi jauh-jauh hari itu
sangat sulit dan susah dan justru informasi yang tahu bulat itu lebih sering terjadi
ketika aku menjadi ketua. Aku hanya bisa mengelus dada sambil menepuk jidatku
untuk apa yang aku katakan dahulu. Sekali lagi aku katakan, tidak ada penyesalan
menjadi seorang pemudi persis, karena selain banyak kajian yang menyenangkan,
silaturahmi yang terus terjaga dan banyak pengalaman yang sangat luar biasa.

Sampai saat ini, ketika aku bukan seorang anak gadis manja yang apa-apa gimana
ibu. Iya aku sekarang sudah bukan anak gadis lagi karena aku sudah memiliki
seorang bayi cantik jelita yang sangat sholehah. Aku masih menjadi seorang pemudi
persis dan lagi-lagi aku harus berkata bahwa tidak ada penyesalan menjadi anggota
pemudi. Meskipun hari ini kita sedang dilanda wabah yang sangat luar biasa tetap
saja silaturahmi dengan teteh-teteh shalehah itu tetap terjaga meskipun silaturahmi
hanya di dunia maya, tidak ada kopi darat yang ada malah kopi daring. Tapi tetap
saja ini sangat luar biasa. Seiring berkembangnya zaman, berkembang juga
bagaimana cara kita menjadi seorang pemudi persis yang milenial.

Lagi-lagi harus bertemu kata baru yaitu pandemi, iya betul pandemi adalah kata baru
bagiku. Meskipun orang tuaku berpendapat bahwa ini pernah terjadi di beberapa
tahun sebelumnya, tapi kejadian ini baru aku alami saat ini. Ketika aku harus
memberi pelajaran secara daring, iya alhamdulillah hari ini aku adalah seorang
pengajar, kemudian ketika kajian-kajian manis dilanggar masjid menjadi kajian di
google meet dan zoom meeting, dan lagi ketika kegiatan saling bertamu itu sangat-
sangat dibatasi, itu adalah sebuah kesulitan kalau hanya dibayangkan saja. Tapi
betul-betul Allah itu maha bijaksana kami di pemudi diberikan kekuatan berupa Do’a
dan usaha untuk tetap bisa menjaga silaturahmi. Ya inilah yang aku sebut sebagai
“Jauh di Mata dekat di Do’a”

“Teh, kenapa ngelamun?..” suara lembut itu membuat aku kaget sampai sedikit
terlonjak dan berhenti melamun. “Maa Syaa Allah... Teh, kuasa Allah ya teh”.
Jawabku. “Loh ada apa teh?” Teh Santi melanjutkan pertanyaannya sebagai rasa
penasaran. Ternyata lamunan panjang itu terjadi sepanjang perjalanan kajian yang
aku laksanakan secara online. Ketika sedang menerima pemaparan tentang jamiyah
itu indah dari seorang mubaligh yang luar biasa tiba-tiba saja teringat perjuangan itu.

“Eh teh gak apa-apa, Allah emang sangat bijaksana ya teh, dengan mudahnya
membalikan hati seorang manusia. Teteh inget gak dulu aku tuh yang komen pedas
tentang informasi kegiatan?” aku sedikit menjelaskan dan mengingatkan sekalisgus
mengajak teh Santi untuk sama-sama melanjutkan apa yang aku sedang pikirkan.
“O iya inget teh, aku kan yang jadi moderatornya waktu itu, nyesek sih, tapi
sekarang yang teteh rasain gimana?” tanya teh santi.

Sebelum aku menjawab pertanyaan, aku tiba-tiba ingat ternyata teh Santi itu adalah
kakak kelas ku selama Muallimien. Tapi justru di Pemudi persis ini tidak ada kakak
kelas dan tidak ada adik kelas, kami sama sama memajukan jamiyah yang indah ini.
“Hehehe iya teh kerasa banget, emang kayaknya mungkin cocoknya tahu bulat aja
kali ya?” Jawabku sedikit singkat. Oiya kajian jamiyah itu indah yang kami hadiri
memang online tapi aku dan teh Santi bersepakat untuk menghadirinya secara
bersamaan di kantor bersama biar kerasa lebih afdhol aja dan alasan lainnya biar
gak ngantuk gitulah.

Kami lanjutkan lagi untuk mendengarkan pemaparan dari mubaligh tentang jamiyah
itu indah. Sampai akhirnya selesai dan teh Santi mendapat kabar bahwa salah satu
anggota pemudi persis ada yang terpapar virus C19, dengan gesit dan cekatan kami
langsung kontak bidang garapan PPM untuk segera menggalang dana membatu
anggota yang terpapar atau yang sedang melaksanakan ISOMAN. Kemudian kami
juga hubungi Bidgar Kominfo untuk segera membuat pengumuman di WAG. Begitu
banyak do’a yang dipanjatkan untuk anggota pemudi yang terpapar, dan lagi-lagi
aku terpesona dengan kegiatan seperti ini. Dan benar Jamiyah itu indah, lagi-lagi
aku mengiyakan tentang pendapatku sendiri bahwa pemudi itu adalah organisasi
yang Jauh di Mata Dekat di Do’a.

Aku berpikir, mungkin akan berat ketika aku harus meninggalkan pemudi. Tapi aku
yakin apa pun yang terjadi dimanapun aku berpijak dan bagaimanapun keadaanku
pemudi akan tetap dihati. Karena dari pemudi aku mendapatkan banyak
pengalaman yang sangat luar biasa, mungkin tidak akan aku dapatkan ditempat
yang lain. Untuk pada akhirnya aku harus berterima kasih kepada semua pihak
terutama ibu, karena sudah memaksa aku menjadi serang pemudi, sehingga aku
begitu banyak mendapatkan banyak kebaikan didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai