Anda di halaman 1dari 6

“Maria” Ya, teman-temanku biasa menyapaku dengan sebutan itu.

Aku adalah remaja yang


baru saja menginjak umur 17 tahun. Dimana umur 17 tahun adalah umur yang dapat dibilang
memiliki keistimewaan. Keistimewaan ini karena saat umur 17 tahun para remaja Indonesia
sudah berhak atas kepemilikan KTP, SIM, dan tentunya hak pilih suara pada Pemilu serta
mendapatkan serangkaian hak dan kewajiban lainnya. Dengan segala tanggung jawab usia 17
tahun memang mengharuskan kita untuk bertindak lebih dewasa. Jadi, jangan sampai salah
kaprah apabila kalian berpikir kalau umur 17 tahun adalah umur yang seharusnya dihabiskan
dengan kebebasan. Tidak seperti itu, justru kita harus lebih ekstra menjaga diri disaat masa
muda kita. Hal yang terpenting menurutku disaat usia 17 tahun adalah pengendalian diri,
jangan sampai terbawa oleh arus dunia ini.

Disaat usia 17 tahun inilah Aku diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran sidi (katekisasi
sidi). Jadi singkatnya katekisasi sidi adalah sebuah proses pembelajaran tentang Agama
Kristen yang diberikan oleh pengajar (katekese) kepada pelajar katekisasi sidi (katekumen)
yang pada umumnya diberikan secara sistematis dan mendasar kepada Alkitab yang
terkandung dalam perangkat gereja, sebelum menyaksikan iman percayanya. Mengapa diusia
17 tahun harus diikut sertakan dalam pembelajaran sidi? karena Sidi penting untuk
menunjukkan kedewasaan seseorang dalam persekutuan gereja, yang artinya dia sudah dapat
diakui sebagai anggota gereja yang dewasa dan bertanggung jawab penuh.

Pada 25 Juli 2018, Aku mendaftarkan diri sebagai katekumen (pelajar sidi) di Gereja HKBP
Kramat Jati. Setelah melewati beberapa tahap proses pendaftaran, akhirnya Aku diresmikan
menjadi Pelajar Sidi Tahun Ajaran 2018/2019. Pembelajaran sidi di gerejaku diadakan setiap
1 kali dalam seminggu yaitu hanya di hari Minggu saja, jadi setelah aku selesai melaksanakan
Ibadah Remaja di pagi hari barulah diadakan kelas belajar Sidi. Pertama kali Aku mengikuti
kelas Sidi, aku merasa gugup karena aku merasa tidak tahu apa-apa mengenai Pembelajaran
Sidi ini. Saat kelas Sidi yang pertama kali dimulai, Ada 4 orang Pendeta yang mengenalkan
dirinya masing-masing dan masing-masing dari Pendeta itu memberitahu bidang apa yang
akan mereka ajarkan, jadi setiap Pendeta mempunyai pengajaran yang fokus pada bidang
tertentu, sama halnya seperti guru di sekolah. Ada 4 pendeta yang akan menjadi Guru atau
Team Pengajar kami, yang pertama bernama Pdt. Aris Panjaitan dan mengajar di bidang
Perjanjian Lama dalam Alkitab, yang kedua bernama Pdt. Ertinius Napitupulu dengan
mengajar di bidang Sejarah Batak, yang ketiga bernama Biv. Silvana Hutauruk dengan
mengajar di bidang Perjanjian Baru dalam Alkitab, dan yang terakhir bernama Pdt. Samuel
Sitompul dengan mengajar di bidang Sejarah Gereja HKBP dan keempat dari pengajar itu
menekankan kepada kami semua bahwa pelajaran sidi bukanlah masa belajar untuk
memperoleh sertifikat lepas tanggung jawab dari orangtua melainkan adalah masa pembinaan
bagi remaja gereja supaya dapat menjadi pribadi yang dewasa dalam iman. Dewasa dalam
iman artinya mampu melakukan kewajiban sebagai seorang Kristen dan dapat membedakan
yang baik dan yang tidak baik sesuai dengan Firman Alkitab.

Salah satu inti pokok dalam pembelajaran sidi adalah pengenalan terhadap Tuhan yang
disembah orang Kristen, pengajaran tentang kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga
jemaat Kristen, pengajaran tentang cara mengasihi Tuhan dan sesama manusia, dan
Pengajaran tentang dosa, dengan pengetahuan tentang dosa inilah kami dapat diarahkan untuk
bertobat dan memohon keampunan dari Tuhan. Sepertinya terlihat rumit, tetapi menurutku
tidak serumit itu apabila kita menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Dalam 1 bulan
sekali diadakan ulangan harian, biasanya materi ulangannya mengenai pembelajaran yang
terakhir diajarkan. Ada suatu saat dimana para pengajar memberi ulangan dadakan dan
kebetulan disaat itu Aku tidak belajar sama sekali tetapi syukurnya Aku masih mengingat
beberapa inti materi yang terakhir diajarkan, walaupun Aku tidak yakin akan mendapat nilai
bagus saat itu.

Minggu demi minggu pun terlewati, dan semakin lama semakin sering pula ulangan dadakan
yang diadakan para pengajar. Aku bukanlah tipe orang yang selalu mempersiapkan diri saat
ulangan, mungkin sistem belajarku dapat dikatakan sistem kebut semalam. Ya, aku seringkali
menerapkan hal itu juga dalam ujian disekolah, Aku tahu ini tidak baik tetapi aku masih
merasa sulit mengatur waktu belajar dirumah karena keadaan keluarga dirumah yang
menurutku sedikit berantakan sehingga membuatku tidak nyaman dan masih banyak kegiatan
lainnya diluar sekolah yang harus Aku ikuti. Satu hal yang membuatku terheran adalah ketika
semua nilai ulangan itu dibagikan, Aku pun mendapat nilai dengan rata-rata 8. Mungkin nilai
8 bisa dibilang biasa saja tetapi jika dibandingkan dengan kebanyakan teman-temanku yang
mendapat nilai 6, 4, bahkan 2, nilai 8 tentunya sangat berarti bagiku. Aku pun tidak
menyangka dapat meraih nilai itu, karena aku hanya menjawab dengan kemampuanku yang
menurutku terbatas / biasa-biasa saja ditambah Aku tidak pernah belajar saat ulangan, Aku
pun menjadi bingung dan menyangka apakah ini hanya sebuah keberuntungan saja?

Singkatnya, pembelajaran sidi pun sudah selesai. Kami tinggal melaksanakan 2 tahap lagi
yaitu Pembasuhan kaki orangtua dan Ret-reat sidi. Pembasuhan kaki orangtua dilaksanakan
satu minggu sebelum ret-reat. Kegiatan itu dinamakan Pembasuhan kaki orangtua karena
dalam kegiatan itu kami diperuntukkan untuk membasuh kaki orangtua sebagai tanda
menghormati orangtua dan tanda untuk menerima restu dari orangtua menuju Peneguhan sidi.
Pada bagian ini aku sangat haru dan senang, karena aku dapat memeluk kedua orangtuaku
dan mereka pun menyampaikan nasihat-nasihatnya untukku. Ayah dan Ibuku berkata bahwa
Aku adalah anak yang membanggakan, karena mereka memandangku sebagai anak yang
selalu bekerja keras, meskipun hasilnya tidak begitu besar tetapi mereka sangat menghargai
perjuanganku. Aku menangis haru saat kedua orangtuaku mengatakannya, dan Aku percaya
bahwa diriku bisa menjadi pribadi yang lebih membanggakan orang-orang yang ku cintai.

Setelah pembasuhan kaki orangtua, tibalah hari yang ku tunggu-tunggu selama masa
pembelajaran sidi ini yaitu tanggal 25 Mei 2019 hari itu adalah ret-reat Pelajar sidi. Ret-reat
dilaksanakan di Hotel PP Puncak, Aku merasa sangat tidak sabar karena saat ret-reat Aku
akan menginap bersama teman-teman Sidi ku, Aku mendapat kesempatan untuk menjalin
keakraban antara satu sama lain. Aku bersama dengan orang yang tidak ku kenal dikamarku,
awalnya Aku merasa sedih dan tidak betah karena harus terpisahkan oleh teman-teman
dekatku tetapi karena terpaksa akhirnya Aku menetap di kamar itu. Seiring berjalannya waktu
pun Aku berkenalan dengan kawan sekamarku bernama Patrice dan Martha, awalnya Aku
mengira mereka sangat cuek tetapi tidak seperti yang ku bayangkan, mereka malah sangat
humoris dan obrolan kami sangat nyambung, dari jam 9 sampai jam 11 malam kami pun
masih lanjut menggosipkan para cowok tampan di Angkatan Sidi kami, maklum namanya
juga remaja.

Keesokan paginya, Aku mendengar ketukan keras dari pintu kamarku bersamaan suara ibu-
ibu yang menyuruh kami agar kami segera bangun dan ternyata itu adalah ibu panitia ret-reat,
jadi merekalah yang mengawasi kami selama kegiatan ret-reat ini berjalan. Setelah
mendengar ketukan keras itu Aku pun langsung terbangun dan membangunkan teman seisi
kamarku lalu bergegas mandi karena setelah ini akan ada ibadah pagi yang akan dilaksanakan
di ruang auditorium hotel. Kami semua pun sudah selesai mandi dan akhirnya kami langsung
menuju ruang ibadah, aku pun terkejut karena pembicara dalam Ibadah Pagi tersebut adalah
Raditya Oloan, beliau adalah seorang Senior Pastor dan motivator terkenal, beliau memiliki
channel Youtube yang kontennya berisi tentang kesaksian hidupnya. Aku sangat senang bisa
bertemu dengan orang yang ku kagumi. Akhirnya setelah ibadah pagi selesai Aku dan teman-
temanku langsung menghampirinya untuk meminta berfoto selfie bersamanya. Ps. Raditya
sangat ramah dan rendah hati. Setelah ibadah selesai kami pun bergegas menuju resto hotel
untuk makan siang karena saat itu sudah menunjukkan jam 12, saat kami makan bersama
tiba-tiba datanglah seorang ibu panitia yang menghampiri meja makan kami semua dan ibu
itu mengumumkan sesuatu “Adik..adik.. adakah dari kalian yang menemukan uang Melvin
sebesar Rp100.000? karena uang teman kalian ini hilang sejak pagi tadi dan terakhir kali
Melvin menaruh uangnya ditasnya yang tertutup rapat, sekarang tasnya pun dalam keadaan
terbuka” . Sontak kami semua pun kaget, dan Aku dan teman-teman lain menjawab “Kami
tidak ada yang menemukannya bu..” . Mendengar jawaban kami yang tidak tahu menahu soal
kehilangan uang itu, Ibu panitia itu pun heran dan kebingungan karena tidak habis pikir
dalam kegiatan kerohanian seperti ini masa masih ada saja yang memanfaatkan kesempatan
untuk hal yang tidak baik.

Melvin, teman kami yang kehilangan uang pun menangis karena Melvin merasa sedih
padahal uang Rp100.000 itu rencananya akan digunakan untuk membeli oleh-oleh ketika
kami akan mampir di Cimory nanti, lalu semua panitia pun panik dan langsung menelpon
orangtua dari Melvin. Setelah itu kami pun dihimbau panitia agar apabila disepanjang jalan
menemukan uang langsung saja diberitahukan kepada panitia. Ketika Aku ingin kembali
menuju kamar, aku pun dengan jeli memerhatikan sekitar dengan tujuan ingin membantu
Melvin yang kehilangan uangnya tetapi sayangnya saat disepanjang hotel itu, Aku tidak
menemukan uang sedikitpun.

Sudah 3 hari 2 malam kami menginap di hotel, akhirnya pada tanggal 28 Mei 2019 jam 13.00
WIB kami pun membereskan barang-barang kami karena kami akan kembali ke Jakarta.
Selama diperjalanan, bus kami mampir ke beberapa tempat pembelian oleh-oleh salah
satunya Cimory dan Kartika Sari. Saat itu semua orang hampir turun membeli oleh-oleh dan
Aku melihat hanya Melvin yang duduk terdiam didalam bus, Aku merasa kasihan melihat
raut wajahnya yang tampak muram dan akhirnya Aku memberanikan diri untuk
menghampirinya, aku menghampirinya dengan tujuan untuk menawarkan uang pinjaman
untuknya apabila ia ingin membeli oleh-oleh saat itu, tetapi Melvin pun meresponku dengan
cuek dan menggelengkan kepala saja. Ya, Aku tahu sepertinya ia tidak ingin diganggu dan
hanya butuh waktu sendiri untuk meratapi nasib malangnya.

Saat sudah tiba di Jakarta, Aku pun pulang kerumahku dan sesampainya dirumah, mamaku
langsung bertanya soal anak yang kehilangan uang. Sebenarnya Aku bingung mengapai tiba-
tiba informasi ini bisa sampai pada mamaku, ternyata orangtua dari Melvin sendiri
memberitahukannya di grup Whatsapp khusus orangtua pelajar sidi. Aku membaca pesan dari
orangtua Melvin yang mengatakan bahwa ia kecewa dengan ret-reat ini karena menurutnya
anak-anak pelajar Sidi masih belum bisa jujur didalam kehidupan sehari-harinya. Orangtua
dari Melvin pun tidak setuju bahwa kami akan diluluskan Sidi pada satu minggu yang akan
datang nanti, ia mengatakan bahwa kami (pelajar sidi) belum pantas mengaku iman kami
dihadapan gereja, jemaat, dan orangtua karena kami saja masih melakukan hal-hal yang tidak
seonoh pada saat ret-reat. Dari situlah timbul banyak perdebatan antara orangtua, ada
orangtua yang setuju dengan apa yang dikatakan orangtua dari Melvin bahwa kelulusan sidi
kami seharusnya diundur karena kami masih belum dapat mempraktikkan firman Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari, buktinya saja dalam kegiatan ret-reat yang seharusnya menjadi
kegiatan yang dapat meneguhkan iman kami malah ternodai dengan pencurian uang yang
dilakukan salah satu oknum pelajar sidi. Ada pula orangtua yang kontra dengan hal tersebut,
mereka tidak setuju karena mereka berpendapat mengapa imbasnya menjadi kepada
kelulusan sidi para anak. Kasihan anak yang benar-benar tidak tahu menahu malah terikut
campur dalam hal itu.

Akhirnya para Pendeta kami pun angkat bicara mengenai hal ini, dan Pendeta memutuskan
untuk melakukan pengecekan CCTV di kamar Melvin agar kami semua bisa mengetahui
siapa pelakunya. Dan kami semua pun setuju dengan keputusan Pendeta, setelah 3 hari
melalui Whatsapp akhirnya Pendeta memberikan sepotong video dari CCTV di kamar
Melvin saat kejadian itu berlangsung, kami pun kaget karena melihat teman kami yang
bernama Sando yang ternyata melakukan pencurian tersebut. Sando dan orangtuanya pun
dipanggil untuk menemui orangtua Melvin dan para Pendeta. Setelah itu aku pun mendengar
kabar dari salah satu temanku bahwa ternyata Sando tidak akan diluluskan Sidi tahun ini
karena sudah melakukan pelanggaran berat.

Akhirnya masalah pencurian pun sudah selesai, Sekarang sudah tinggal 2 hari lagi menuju
Peneguhan/Pelepasan Sidi. Aku pun merasa lega karena awalnya Aku sempat merasa kesal
dan kecewa apabila kami semua harus menerima imbasnya. Aku pun mencoba melupakan hal
itu sejenak dan berusaha fokus untuk Peneguhan Sidi ku dihari Minggu nanti, Aku bergegas
menjemput baju gaun putihku yang sudah dijahitkan oleh Mba Netty dan Aku membeli
sepatu dan sarung tangan putih yang akan ku kenakan disaat Peneguhan Sidi nanti.

Puncaknya terjadi pada tanggal 3 Juni 2019. Aku pun melakukan Peneguhan Sidi dan
menyaksikan imanku dihadapan gereja, jemaat, dan orangtua ku. Ada beberapa saudara dan
teman-teman SMA ku yang menghadiri acara Peneguhan Sidi kala itu. Saat itu namaku
dipanggil untuk maju pertama bersama temanku, Febby. Kami pun maju kedepan untuk
didoakan dan diberikan surat kelulusan sidi. Pada surat kelulusan sidi terdapat Ayat emas
Alkitab yang sudah didoakan oleh para Pendeta, jadi Ayat emas itu adalah pesan yang Tuhan
sampaikan untuk kita, Aku mendapat Ayat emas di Filipi 4:5 “Hendaklah kebaikan hatimu
diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat” Aku terharu membaca ayat emas itu, dan Aku
berjanji pada diriku sendiri untuk bersungguh-sungguh menanamkan firman Tuhan didalam
hatiku. Saat semua pelajar sidi sudah maju bergiliran untuk didoakan, Kami pun disuruh
bangkit berdiri untuk Mengatakan Pengakuan Iman Rasuli atau dalam bahasa batak disebut
Hata Haporseaon, setelah selesai Pendeta pun akhirnya menanyakan kami semua didepan
seluruh jemaat Gereja “Apakah kau bersungguh-sungguh akan mengikut Tuhan sampai
selamanya dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidupmu?” kami pun serentak
menjawab “Ya, dengan segenap hati kami.” Setelah selesai mengaku iman kami pun
mempersembahkan lagu pujian berjudul “KepadaMu ya Tuhanku”. Jujur saat menyanyikan
lagu itu aku sangat merinding, disatu sisi aku bersyukur bahwa Tuhan sudah mengizinkan
aku untuk melepas Sidi ini tetapi disisi lain aku sedikit khawatir karena aku tahu setelah ini
aku akan mengemban sebuah tanggung jawab yang besar sebagai seorang Kristen.

Banyak hal yang dapat aku pelajari dalam masa belajar Sidi, yaitu salah satunya aku dapat
menyadari panggilan Tuhan dalam hidupku, Aku menyadari aku harus menghidupi Firman
Tuhan agar aku tidak mudah goyah oleh kenikmatan dunia, dan dapat menghasilkan
pertumbuhan rohani yang terus bertumbuh dalam pengabdian kepada Tuhan melalui tindakan
nyata kepada sesama.

Anda mungkin juga menyukai