Anda di halaman 1dari 5

LITERASI di SEKOLAHKU

Akhir-akhir ini, sering kita rasakan, saksikan, anak-anak yang ulahnya


….astagfirullah. Tawuran, cangkrukan di café hingga dini hari, vapour, narkoba,
malas-malasan, potong rambut ala ‘qoza’, hilang rasa kesopananya, hilang
rasa malunya, mengambil foto bugilnya dan dengan bangganya ngeshare ke
teman atau pacarnya, buka situs porno, bahkan pada saat masih di sekolah,
….astagfirullah….mana rasa malu kalian duhai anak-anak ku, mana rasa
takutmu sama sang penciptamu?? Tidakkah terbersit dipikiran kalian,
bagaimana orang tuamu banting tulang untuk mencari nafkah buat kalian, buat
bayar sekolah kalian…tapi….apa balasan yang kalian berikan??? Walaupun
orang tua tidak pernah mengharapkan secuilpun balasan dari anak-anaknya,
hanya balasan kasih, perhatian, sikap manis dan menurut kalian, rasanya
sudah cukup buat orang tua untuk menghilangkan kepenatanya. Ya Allah…
kenapa, fenomena ini sekarang menjadi biasa, wajar, dan bukan sesuatu yang
mencengangkan lagi? Duhaiii….generasi penerus
bangsa….sadarlah….bangkitlah…kalianlah yang akan menggantikan posisi
kami 20 tahun kedepan. Akan kalian bawa kemana negeri ini, jika kalian hanya
sibuk dengan gadget, main game sepanjang malam, berinstagram sampai lupa
panggilan adzan, chatting whatsup hingga larut malam, lupa solat, lupa ngaji,
apalagi sekedar mengerjakan pekerjaan rumah…

Semua berawal dari keprihatinanku pada keadaan anak-anak jaman now


tersebut, alkhamdulillah, gayung bersambut. Menteri pendidikan dan
kebudayaan, Anies Baswedan ( yang sekarang sudah menjadi Gubernur
Jakarta ), pada tahun 2015 meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah “Bahasa
Penumbuh Budi Pekerti”. Gerakan Literasi Sekolah ini dikembangkan
berdasarkan Permendikbud No. 21 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti, sebuah upaya untuk menumbuhkan budi pekerti anak. Gerakan ini juga
bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan
menulis guna menumbuhkan budi pekerti.

Untuk mendukung program pemerintah tersebut, banyak sekali yang bisa


kita lakukan di sekolah. Di sekolah saya sendiri, SMPN I Kalitidu, walaupun
bukan sekolah yang ada di pusat kota Bojonegoro, juga mulai berbenah.
Berikhtiar untuk mengembalikan atau setidaknya menanamkan dan
menumbuhkan kembali budi pekerti yang sudah mulai luntur. Beberapa
kegiatan yang dilakukan antara lain: memulai pelajaran dengan membaca Doa,
menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, membaca Al qur’an lima belas
menit sebelum pelajaran dimulai, kajian Quran setiap Jumat, infaq, Sabtu
bersih, solat Dukha, solat Dhuhur berjamaah, Bakti sosial, bersalaman dengan
Bapak dan Ibu guru dipintu gerbang sekolah, peringata hari-hari keagamaan,
upacara bendera, yang semuanya ini dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah
diagendakan. Juga ada kegiatan yang bersifat insidental, seperti menjenguk
teman yang sakit, takziah, berbela sungkawa pada orang tua teman yang
meninggal dan masih banyak lagi kegiatan yang lain.

Baiklah, dengan menceritakan kegiatan di sekolah q, mungkin atau


semoga bisa menginspirasi teman-teman yang lain.

Aku mulai dengan kegiatan membaca Alqur’an sebelum mulai pelajaran.


Dikelas ku, yang tentu saja berbeda dengan kelas yang lain, kegiatan
membaca Alqur’an ini aku kembangkan. Limabelas menit sebelum waktu usai,
q minta satu anak untuk membaca terjemahan dari surat yang selesai mereka
baca. Setelah itu, aku beri ulasan terkait terjemahan tersebut. Sebagai guru,
aku tidak hanya berkewajiban untuk menyampaikan materi, tetapi lebih jauh
lagi, aku harus bisa menjadi teladan bagi murid-murid ku. Alkhamdulillah setiap
Ahad pagi, aku rutin mengikuti kajian Ahad Pagi di masjid At-Taqwa Bojonegoro,
yang aku rasakan sangat membantu pemahaman ku tentang bagaimana
berakhlak yang baik, bakti pada orang tua, masalah hukum Islam, dan banyak
lagi yang lainya. Dengan bahasa q yang sederhana, aku sampaikan kepada
anak-anak. Aku nasehati mereka agar jangan pernah meninggalkan solat wajib,
aku ajak mereka untuk puasa Senin Kamis, aku sarankan untuk rajin solat
dukha dan istiqamah dalam menjalankan solat tahajud agar Allah selalu
memberikan kemudahan dalam segala urusanya, mengabulkan apa yang
menjadi cita-citanya. Berkali-kali aku meminta maaf pada mereka, karena tidak
jarang waktunya habis untuk ‘tausiah’ saja, sementara target materi pelajaran
sering terabaikan. Karena bagiku sendiri, karakter, jauh lebih urgent untuk
kehidupan yang dunia akhirat.
Terkadang, pada saat membahas surat yang terkait dengan cerita,
seperti kisah nabi Yusuf, Nabi Nuh, Nabi Ismail, naluri sebagai guru bahasa ku
menggeliat. Aku minta anak-anak untuk mengutip terjemahan kisah tersebut,
kemudian aku minta mereka untuk menceritakan moral value apa yang bisa
mereka pelajari dari kisah tersebut. Hasil karya mereka aku jilid menjadi
portofolio. Tetapi, lebih jauh lagi, aku benar-benar berharap, suatu saat nanti
hati mereka akan terketuk melalui tulisan yang mereka torehkan, melalui kisah
yang mereka teladani.

Agenda yang berikutnya adalah Kajian Alquran, atau kami lebih sering
menyebutnya Jumat berkah. Karena keterbatasan musola kami, maka acara ini
dilakukan secara bergiliran. Minggu pertama untuk siswa kelas 7, minggu
kedua kelas 8 dan ketiga untuk kelas Sembilan. Minggu berikutnya kembali ke
kelas tujuh lagi. Pemateri atau kami sebut ustadz/ustadzah nya pun juga
bergantian. Memang guru agamanya pegang peranan utama, awalnya hanya
guru agama, tapi pada minggu berikutnya, semua guru yang ‘siap’ juga
diberikan kesempatan. Termasuk diriku…hm..hm…Pada mulanya aku enggan
untuk menerima tawaran itu. Merasa diriku belum pantas atau belum layak
untuk memberikan tausiah. Tapi teman-teman terus memberikan dorongan.
Akhirnya aku ingat nasehat, sampaikanlah, walau satu ayat. Bismillah,…
akhirnya kuberanikan diri untuk belajar. Alkhamdulillah, sambutan anak-anak
membuat hatiku puas. Mereka antusias mendengarkan nasehatku, mencatat
bagian yang penting dan menjawab pertanyaan yang aku lemparkan.
Alkhamdulillah, yang lebih penting, tema yang aku sampaikan tentang Solat
yang Khusuk bisa diterapkan pada kehidupan mereka sehari-hari. Untuk
menciptakan insan yang cerdas dan berkualitas.

Setiap tiga minggu sekali, agenda Kajian Alqur’an ini kami lanjutkan
dengan aksi ‘nyata’, Bakti Sosial. Dana dari Bakti Sosial ini kami galang dari
infaq Bapak Ibu Guru. Alkhamdulillah, walaupaun tidak terlalu besar,
setidaknya, aksi kami ini bisa kami jadikan tauladan bagi anak-anak. Tidak
hanya siswa yang dianjurkan berinfaq setiap hari Sabtu, tetapi guru-gurunya
juga. Dana ini kami sumbangkan pada abang becak dipasar Kalitidu, berupa
sembako. Bulan berikutnya kami salurkan pada anak yatim di lingkungan
sekolah kami, berikutnya kami sumbangkan pada jamaah solat Jumat di masjid
Baitur Rahman Kalitidu, berupa minuman botol, dan yang paling akhir kami
berikan pada siswa yatim di sekolah kami pada acara Doa bersama. Ya Allah….
Semoga Panjenengan terima semua amal kami. Kalaulah kami menceritakan
pengalaman kami, semoga tidak mengurangi esensi nilai ibadah kami, tapi,
setidaknya malah bisa menginspirasi dan motivasi buat sekolah-sekolah yang
lain. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin…

Demikian, sekelumit rangkaian kegiatan Literasi di sekolah kami, SMP


Negeri I Kalitidu. Semoga semua amal kebaikan kami diterima Allah SWT.
Diampuni dosa-dosa kami, dimudahkan semua urusan kami, dijadikan anak-
anak kami, anak-anak yang solih solikhah, penerus bangsa Indonesia. Aamiin.

Semoga, Gerakan Literasi yang dicanangkan oleh pemerintah ini tidak


hanya sekedar menjadi sebuah ‘program’, tapi benar-benar bisa kita terapkan
dalam kehidupan kita untuk menciptakan anak-anak yang Berkarakter.
Harapan dan pesan ku lewat tulisan ini : membaca itu bagaikan
metamorphosis, tinggal menunggu datanglah kebaikan setelah
mengamalkanya…

And I believe that: Teaching is a very noble profesion that shapes the
character,caliber, and future of an individual. If the people remember
me as a good teacher, that will be the biggest honour for me. (A.P.J.
Abdul Kalam)

Semoga bermanfaat …..

My Profile
My name is Eny Yuliati. I was born at July 18th 1971. My beloved father is an elementary
school teacher and so is my mother. Born as the only daughter with six brothers in my family makes
me feels as if I live amongst Princes. All of them really love and care for me.

I graduated from SMPN 2 Bojonegoro, SMAN 2, then continued my study in IKIP Malang,
English Department. I took my S1 degree in IKIP PGRI Bojonegoro, then I continued my study at
UNS Surakarta.

Right after I graduated from my Diploma Degree in IKIP Malang, I got my decree as a Civil
Servant and had to teach in a very remote school, SMPN 2 Kalipare, Southern Malang. I taught in
this school for four and half years and because mercy of Allah I could enjoy my life with my family
again I could move to SMPN I Kalitidu Bojonegoro. My hometown.

I married at 1993 with a man, my mother’s choice, H. Moch Andik Bakhari. And
Alhamdulillah Allah gave me two children, M. Naufal Afif Bakhari and Vania Nabila Putri Bakhari.
Right now, my first son takes his S2 degree in Brawijaya University and my daughter is studying in
MAN 2 Kota Malang.

My motto is “with patience and sincere, Allah will always give us more than just we
need...”

Anda mungkin juga menyukai