Agenda yang berikutnya adalah Kajian Alquran, atau kami lebih sering
menyebutnya Jumat berkah. Karena keterbatasan musola kami, maka acara ini
dilakukan secara bergiliran. Minggu pertama untuk siswa kelas 7, minggu
kedua kelas 8 dan ketiga untuk kelas Sembilan. Minggu berikutnya kembali ke
kelas tujuh lagi. Pemateri atau kami sebut ustadz/ustadzah nya pun juga
bergantian. Memang guru agamanya pegang peranan utama, awalnya hanya
guru agama, tapi pada minggu berikutnya, semua guru yang ‘siap’ juga
diberikan kesempatan. Termasuk diriku…hm..hm…Pada mulanya aku enggan
untuk menerima tawaran itu. Merasa diriku belum pantas atau belum layak
untuk memberikan tausiah. Tapi teman-teman terus memberikan dorongan.
Akhirnya aku ingat nasehat, sampaikanlah, walau satu ayat. Bismillah,…
akhirnya kuberanikan diri untuk belajar. Alkhamdulillah, sambutan anak-anak
membuat hatiku puas. Mereka antusias mendengarkan nasehatku, mencatat
bagian yang penting dan menjawab pertanyaan yang aku lemparkan.
Alkhamdulillah, yang lebih penting, tema yang aku sampaikan tentang Solat
yang Khusuk bisa diterapkan pada kehidupan mereka sehari-hari. Untuk
menciptakan insan yang cerdas dan berkualitas.
Setiap tiga minggu sekali, agenda Kajian Alqur’an ini kami lanjutkan
dengan aksi ‘nyata’, Bakti Sosial. Dana dari Bakti Sosial ini kami galang dari
infaq Bapak Ibu Guru. Alkhamdulillah, walaupaun tidak terlalu besar,
setidaknya, aksi kami ini bisa kami jadikan tauladan bagi anak-anak. Tidak
hanya siswa yang dianjurkan berinfaq setiap hari Sabtu, tetapi guru-gurunya
juga. Dana ini kami sumbangkan pada abang becak dipasar Kalitidu, berupa
sembako. Bulan berikutnya kami salurkan pada anak yatim di lingkungan
sekolah kami, berikutnya kami sumbangkan pada jamaah solat Jumat di masjid
Baitur Rahman Kalitidu, berupa minuman botol, dan yang paling akhir kami
berikan pada siswa yatim di sekolah kami pada acara Doa bersama. Ya Allah….
Semoga Panjenengan terima semua amal kami. Kalaulah kami menceritakan
pengalaman kami, semoga tidak mengurangi esensi nilai ibadah kami, tapi,
setidaknya malah bisa menginspirasi dan motivasi buat sekolah-sekolah yang
lain. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin…
And I believe that: Teaching is a very noble profesion that shapes the
character,caliber, and future of an individual. If the people remember
me as a good teacher, that will be the biggest honour for me. (A.P.J.
Abdul Kalam)
My Profile
My name is Eny Yuliati. I was born at July 18th 1971. My beloved father is an elementary
school teacher and so is my mother. Born as the only daughter with six brothers in my family makes
me feels as if I live amongst Princes. All of them really love and care for me.
I graduated from SMPN 2 Bojonegoro, SMAN 2, then continued my study in IKIP Malang,
English Department. I took my S1 degree in IKIP PGRI Bojonegoro, then I continued my study at
UNS Surakarta.
Right after I graduated from my Diploma Degree in IKIP Malang, I got my decree as a Civil
Servant and had to teach in a very remote school, SMPN 2 Kalipare, Southern Malang. I taught in
this school for four and half years and because mercy of Allah I could enjoy my life with my family
again I could move to SMPN I Kalitidu Bojonegoro. My hometown.
I married at 1993 with a man, my mother’s choice, H. Moch Andik Bakhari. And
Alhamdulillah Allah gave me two children, M. Naufal Afif Bakhari and Vania Nabila Putri Bakhari.
Right now, my first son takes his S2 degree in Brawijaya University and my daughter is studying in
MAN 2 Kota Malang.
My motto is “with patience and sincere, Allah will always give us more than just we
need...”