Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH
Modul 2. Pembelajaran di Sekolah Dasar
Modul 3. Model-model Belajar dan Rumpun Model Mengajar

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di SD

Kelompok 1 :
1. Anisaa Salsabil (836684832)
2. Dyah Ayu Nurwiyanti (836685794)
3. Febriani Nurcahyati (836685146)
4. Jaryati (836684255)
5. Subur (836687229)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT SEMARANG
2019
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar lebih baik.
Kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kurangnya pengalaman. Oleh kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pati, 29 Maret 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran di Sekolah Dasar (Modul 2) 3
B. Model-Model dan Rumpun Pembelajaran (Modul 3) 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
20
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang guru dituntut harus mampu memahami tugas dan peranannya dalam kegiatan
mengajar dengan baik yaitu berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator, narasumber maupun
motivator bagi para siswanya agar proses belajar dapat berjalan secara efektif. Tugas utama
seorang guru pada dasarnya adalah mengajar. Dimana mengajar pada hakikatnya adalah
membelajarkan siswa, seorang guru berperan aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa
untuk belajar. Dalam proses pembelajaran digunakan sebuah strategi-strategi pengajaran yang
tepat agar siswa mau untuk belajar.
Maka dari itu, untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam proses
pembelajaran nantinya, seorang guru harus memahami betul hakikat serta karakteristik
belajar itu sendiri. Selain itu juga perlu mengetahui bagaimana perkembangan psikologi
siswanya sehingga dapat menghadapi siswanya dengan tepat.
Sudah bertahun-tahun para ahli meneliti dan menciptakan berbagai macam
pendekatan mengajar. Salah satunya dikembangkan oleh para ahli di bidang pembelajaran,
menelaah bagaimana pengaruh tingkah laku mengajar tertentu terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce dan Weil (1996) dan Joyce, Weil, dan
Shower (1992), setiap pendekatan yang ditelitinya dinamakan model pembelajaran, meskipun
salah satu dari beberapa istilah lain digunakan seperti strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, atau prinsip pembelajaran.
Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada
ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar pembelajaran lainnya
berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik daripada model
pembelajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan lingkungan
belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai sepenuhnya model-model
pembelajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar sepanjang hayat.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian belajar?
2. Apakah hakikat belajar?
3. Bagaimana karakteristik belajar di SD?
4. Apa yang dimaksud dengan model belajar itu dan apa saja tipe model belajar?
5. Apakah yang dimaksud dengan rumpun model mengajar?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini di susun dengan tujuan agar
mahasiswa :
1. Dapat menjelaskan pengertian belajar
2. Dapat menjelaskan hakikat belajar
3. Dapat mengidentifikasi karakteristik belajar di SD
4. Mengatahui apa itu model belajar dan tipe model belajar.
5. Mengetahui apa itu rumpun model mengajar dan bagaimana penerapannya.
6

BAB II
PEMBAHASAN

C. Pembelajaran di Sekolah Dasar (Modul 2)


Dalam Modul ini, Anda akan mempelajari karakteristik belajar siswa Sekolah Dasar.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu :
1. Menjelaskan pengertian belajar;
2. Menjelaskan hakikat belajar;
3. Mengidentifikasi karakteristik belajar di Sekolah Dasar;
4. Menjelaskan tahapan perkembangan anak Sekolah Dasar;
5. Menjelaskan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
Agar proses belajar efektif, guru harus memahami bahwa tugas dan peranannya
dalam mengajar harus berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator, dan nara sumber atau
pemberi informasi. Proses belajar bergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar,
karena semua aktivitas siswa dalam belajar selalu berdasarkan skenario yang dikembangkan
oleh guru. Pandangan guru terhadap belajar selalu berkaitan dengan makna dan
operasionalisasi tugas mengajar. Pandangan mengajar yang dianggap paling sesuai dengan
kebutuhan dan hakikat belajar saat ini adalah mengajar merupakan suatu proses
membimbing, memberikan informasi dan mengatur lingkungan sehingga terjadi proses
belajar yang efektif.
Untuk membantu Anda mendapatkan semua kemampuan tersebut, dalam modul ini
akan disajikan pembahasan dan contoh mengenai :
1) Pengertian belajar;
2) Karakteristik belajar di Sekolah Dasar;
3) Tahapan perkembangan anak Sekolah Dasar;
4) Kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar
7

1. Pengertian Belajar (Kegiatan Belajar 1)


Untuk mencapai target kurikulum yang telah ditetapkan, guru harus berupaya
menerapkan kurikulum secara maksimal dan efektif. Kegiatan yang paling menentukan dalam
keberhasilan penerapan kurikulum adalah proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Belajar
merupakan suatu proses yang harus ditempuh siswa, tetapi esensi dan hakikatnya harus
dipahami oleh guru agar dalam pelaksanaannya guru dapat mengelola dan membimbing
proses pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah belajar yang efektif. Di samping itu, guru
akan dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang optimal dalam rangka mendukung
proses guna mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, guru perlu belajar
memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan ciri-ciri
perubahan yang disebabkan oleh belajar.

a. Pengertian belajar
Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku (a change in behavior). Ernest R. Hilgard (1948)
menyatakan bahwa learning is the process by which an activity or is changed through
training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from changes by factors not atrisutable to training. Jadi, belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu
disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan
terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengalaman
(learning is experience), artinya belajar itu suatu proses interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi prose mental, intelektual, dan emosional
yang pada akhirnya menjadi suatu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dimilikinya.
Contohnya adalah seseorang yang belajar badminton. Ia akan melakukan latihan
mengayunkan raket dengan cara memegang yang benar, menepuk bola, backhand dan
forehand yang merupakan pengalaman belajar.
Pengalaman belajar lainnya meliputi :
1) Bagaimana cara-cara ia menentukan arah pukulan? Dalam hal ini ia (yang
dilatih) harus berpikir, berkonsentrasi, dan memvisualisasikan diri ke dalam
perbuatan dan mencobakannya ke dalam bentuk latihan.
2) Bagaimana cara-cara ia belajar menerima kritikan atas kesalahan-kesalahan
yang dilakukannya? Ia akan mengontrol perasaan, dan kemudian melakukan
perbaikan-perbaikan sesuai isi kritik yang diberikan padanya.
3) Bagaimana ia memperoleh pemahaman prinsip dan sikap yang dibutuhkan? Ia
akan mengalami peristiwa-peristiwa dalam situasi yang tidak dapat diramalkan
8

sebelumnya dan dari situ ia memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan


(bersifat reaktif) yang dibutuhkannya.
4) Bagaimana ia belajar membina kekkompakan dalam kelompok? Tentunya ia
akan berdiskusi dengan teman dan kelompoknya, menempatkan posisi,
melakukan tugas, dan tanggung jawab.
Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa belajar merupakan
suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku
yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Hakikat belajar
Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu :
1) Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam
belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat
mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami substansi materi yang
dipelajarinya.
2) Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target dalam belajar
adalah proses melakukan atau proses berbuat. Dalam hal ini siswa harus
mengerjakan, menerapkan, menyelesaikan persoalan, melakukan eksperimen,
penyelidikan, penemuan, pengamatan, simulasi dan sejenisnya.
3) Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi
target dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama
atau mampu hidup dalam kelompok.
4) Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target belajar adalah
mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat,
minat dan kemampuannya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut dalam dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa
sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).
1) Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,
kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Setiap individu memiliki
kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat
dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar; yakni sangat cepat, sedang dan
lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan
kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara
perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat / media.
9

2) Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah
lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti
riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan
manajer atau sutradara dalam kelas.

2. Karakteristik Proses Belajar dan Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar


(Kegiatan Belajar 2)
Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar dalam belajar, esensinya
adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah prilaku yang
dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Proses belajar mengajar di
sekolah sangat dipengaruhi oleh desain pelajaran maupun strategi yang diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran.
Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses
belajar adalah pebelajar (siswa) itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus
sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Berdasarkan teori
perkembangan setiap siswa memiliki tahapan perkembangan sesuai dengan tingkat usianya.
Artinya setiap proses belajar yang ditempuh siswa harus berdasarkan pada fase
perkembangannya.
Seperti telah dikemukakan, bahwa proses belajar merupakan rangkaian aktivitas
siswa melalui pengalaman belajar (learning experience) untuk membentuk perilaku siswa.

a. Karakteristik proses belajar di sekolah dasar


Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif, keterampilan dan sikap.
Pebelajar (siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui
pengalaman, latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses
untuk mengubah perilaku.
1) Teori belajar
Ada beberapa belajar yang dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan proses belajar di Sekolah Dasar.
a) Teori Belajar Displin Mental
Karakteristik teori belajar ini menganut prinsip bahwa manusia memiliki
sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat,
berpikir dan sebagainya yang dapat dilatih dan didisplinkan. Proses belajar berpikir,
mengamati dan mengingat dapat dilakukan siswa SD kelas rendah, yang meliputi a)
belajar mengidentifikasi ciri-ciri karakteristik suatu benda atau kejadian, misalnya;
10

“menguraikan atau menjelaskan ciri-ciri tumbuhan hijau”. b) menyebutkan kembali


nama-nama ibu kota provinsi di Indonesia. Belajar itu sendiri merupakan upaya
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu. Potensi-potensi yang
dimiliki individu dapat dikembangkan secara optimal melalui kegiatan belajar.
b) Teori Belajar Asosiasi
Rumpun teori belajar ini identik dengan teori behaviorisme yang biasa
disebut S-R Bond. Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada perubahan tingkah
laku yang menekankan pola perilaku baru yang diulang-ulang sehingga menjadi
aktivitas yang otomatis. Dalam teori ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-
respons yang membetuk kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol. Hukuman
(punishment) dan ganjaran (reward) merupakan penguatan (reinforcement) yang
dipakai. Pelopor aliran ini diantaranya Edward L. Thorndike.
c) Teori Insight
Menurut teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa. Perubahan
ini akan terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu proses
yang bersifat eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yaitu berpikir tinggi.
d) Teori belajar Gestalt
Menurut teori belajar ini siswa merupakan individu yang utuh. Oleh
karenanya, belajar lebih mengutamakan keseluruhan, kemudia melihat bagian-
bagiannya yang mengandung makna dan hubungan. Pembelajaran selalu diberikan
dalam bentuk problematik, aktual dan nyata (sedang terjadi saat ini maupun saat
yang akan datang). Siswa belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving),
melakukan penyelidikan (inquiry), melakukan penemuan (discovery) dan kajian
(investigation). Dalam prakteknya penerapan teori belajar tersebut digunakan
bercampur, tidak murni satu per satu.

2) Tipe belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal kita perlu mengenal
beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne ada 8 tipe belajar
yang dapat dilakukan siswa, yaitu :
a) Signal learning (belajar melalui isyarat)
Belajar isyarat merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk
perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi respons
yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan emosional.
b) Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan tindak balas).
Belajar stimulus-respons merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui pengkondisian stimulus untuk menghasilkan suatu
tindak-balas (respons).
11

c) Chaining learning (belajar melalui perangkaian)


Belajar chaining merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk
perilaku melalui beberapa stimulus-respons (S-R) yang berangkai; dalam bahasa
contohnya “Ibu-Bapak”, “kampung-halaman”. Chaining contoh; dari pulang tugas
mengajar, buka sepatu, menyimpan tas, ganti baju, makan dan seterusnya.
d) Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal)
Belajar verbal association merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui perkaitan verbal. Perkaitan ini bisa dimulai dari yang
sederhana.
e) Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui proses membeda-bedakan
objek yang abstrak maupun konkret. Sesuatu yang berkaitan dengan ruang, bentuk,
peristiwa, gambar dan lambang.
f) Concept learning (belajar melalui konsep)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui pemahaman terhadap
sesuatu benda, peristiwa, kategori, golongan dan suatu kelompok. Yang dimaksud
konsep itu sendiri adalah karakteristik, atribut atau definisi sesuatu objek. Konsep
yang konkret dapat ditunjukkan bendanya sedangkan konsep yang abstrak adalah
konsep menurut definisi.
g) Rule learning (belajar melalui aturan-aturan)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui aturan. Belajar melalui
aturan merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya
memahami aturan-aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui aturan berarti
belajar melalui dalil-dalil, rumus-rumus, dan ketentuan.
h) Problem solving learning (belajar melalui pemecahan masalah)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui kegiatan pemecahan
masalah. Tipe belajar ini merupakan belajar yang dapat membentuk siswa berpikir
ilmiah dan kritis yang termasuk pada belajar yang menggunakan pemikiran atau
intelektual tinggi.

3) Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar. Kulminasi akan selalui diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa
yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku
harus menyeluruh secara komperhensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku
seperti contoh di atas.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis
dan ilmiah pada siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan :
12

a) kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau
diinformasikan;
b) kemampuan mengindentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan
berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar;
c) kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut
persamaan dan perbedaan;
d) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.

b. Tahapan perkembangan siswa sekolah dasar


Siswa Sekolah Dasar merupakan individu unik yang memiliki karakteristik
tertentu, bersifat khas dan spesifik. Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang
berkembang. Perkembangan siswa akan dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran
sampai akhir hayat. Dalam hal ini pendidikan maupun pembelajaran sangat dominan
memberikan kontribusi untuk membantu dan mengarahkan perkembangan siswa supaya
menjadi positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan perkembangan
yang berbeda-beda dan bersifat individual.
Perkembangan siswa Sekolah Dasar usia 6 – 12 tahun yang termasuk pada
perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase yang unik dalam
perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang
bersangkutan. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan
berikut :
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan
perkembangan motorik. Siswa pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan motoriknya
mulai lebih halus dan terarah (refined motor skills), tetapi berat badan siswa laki-laki
lebih ramping daripada siswa perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat
daripada laki-laki.
2) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada
pemisahan kelompok jenis kelamin (separation of the sexs) sehingga dalam
pengelompokkan, siswa lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal
kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan belajar.
3) Perkembangan Bahasa
Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus berlangsung secara dinamis.
Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu
menggunakan bahasa yang halus dan kompleks.
4) Perkembangan Kognitif
Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara-cara
belajar baik yang berorientasi pada peningkatan berpikir logis maupun kemampuan
13

manipulatif. Siswa dapat melihat beberapa faktor dan mengkombinasikannya dengan


berbagai cara untuk mecapai hasil yang sama. Perkembangan kognitif pada siswa
Sekolah Dasar berlangsung secara dinamis. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan
kognitif dalam fase konkret operasional pada siswa Sekolah Dasar, acuannya adalah
terbentuknya hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
Piaget mengemukakan bahwa pada usia Sekolah Dasar siswa akan memiliki kemampuan
berpikir operasional konkret (concrete operation) yang disebut sebagai masa performing
operation.
5) Perkembangan Moral
Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah
kemampuan bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi
pada orang lain yang dianggap berbuat baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan
yang baik apabila orang lain merasa senang.
6) Perkembangan Eksresif
Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan
ungkapan bermain dan kegiatan seni (art). Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan
dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya.
7) Aspek-aspek Intelegensi
Dalam psikologi, teori Gardner (Utami Munandar, 1999; 265) membedakan
jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari itu tidak berfungsi dalam bentuk murni
tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari ketujuh intelegensi tersebut.
Aspek-aspek intelegensi tersebut dapat ditumbuhkembangkan pada setiap siswa. Aspek
intelegensi tersebut diantaranya adalah :
a) Intelegensi linguistik, yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan bahasa,
termasuk kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan kegunaan
fungsi-fungsi bahasa.
b) Intelegensi logis-matematis, yaitu kemampuan untuk menjajaki pola-pola,
kategori, dan hubungan-hubungan dengan manipulasi objek-objek atau simbol-
simbol, dan kepekaan kemampuan berpikir logis.
c) Intelegensi spasial, yaitu kemampuan untuk mengamati secara mental,
memanipulasi bentuk dan objek; atau kemampuan mempersepsi dunia ruang
visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.
d) Intelegensi musik, yaitu kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan atau
mengubah musik termasuk kemampuan menghasilkan dan mengekpresikan
ritme nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
e) Intelegensi fisik-kinestetik, yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan
motorik halus dan kasar dan halus dalam olah raga seni dan produk-produk seni
14

pertunjukan serta keterampilan meliputi kemampuan mengontrol gerakan tubuh


dan menangani objek-objek secara terampil.
f) Intelegensi intrapribadi, yaitu kemampuan untuk memperoleh akses terhadap
pemahaman perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri, dan memahami
kekuatan maupun kelemahan diri sendiri.
g) Intelegensi interpribadi, yaitu suatu kemampuan untuk mengamati dan
merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain, serta memahami
hubungan dengan orang lain.
8. Aspek Kebutuhan Siswa
Selain aspek perkembangan siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu
dipertimbangkan aspek kebutuhan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
materi apa yang akan dipelajari siswa. Secara umum ada dua kebutuhan siswa :
a) psiko-biologis yang dinyatakan dalam keinginan, minat, tujuan, harapan dan
masalahnya;
b) sosial yang berkaitan dengan tuntutan lingkungan masyarakat, biasanya menurut
pandangan orang dewasa.
15

D. Model-Model dan Rumpun Pembelajaran (Modul 3)


1. Model-model Belajar (Kegiatan Belajar 1)
a. Belajar kolaboratif (collaborative learning)
1) Hakikat belajar kolaboratif
Dua orang atau lebih bekerja bersama , memecahkan bersama untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini terdapat 2 unsur terpenting yaitu
a) Adanya tujuan yang sama
Orang yang bekerja bersama harusnya memiliki tujuan yang sama.
Setiap orang mengemukakan ide dan saling menanggapi, yang pada akhirnya
dapat mengembangkan pengetahuan bersama maupun pengetahuan masing-
masing individu.
b) Ketergantungan yang positif
Setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan apabila
seluruh anggota bekerja sama, sehingga ketergantungan individu sangat tinggi.

Untuk meminimalis ketergantungan individu dapat dibantu dengan


sejumlah cara, antara lain :
a) Beri peran khusus setiap anggota kelompok, untuk memainkan peran sebagai
pengamat, pengklarifikasi, perekam dan pendorong. Sehingga setiap anggota
berkontribusi.
b) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas. Kemudian hasilnya diputuskan bersama oleh semua anggota
kelompok

Dalam menerapkan belajar kolaboratif, prinsip-prinsip belajar sebagai


berikut.
a) Mengajarkan keterampilan kerja sama
b) Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif
c) Setiap individu diberi tanggung jawab dalam kegiatan belajar

2) Manfaat belajar kolaboratif


a) Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok (karena adanya interaksi).
b) Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok
c) Memupuk rasa kebersamaan, tiap individu tidak dapat lepas dari kelompoknya,
mereka harus mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan mampu mengolahnya
d) Meningkatkan keberanian memunculkan idea atau pendapat apabila ada teman
yang kurang memahami permasalahan untuk membantunya atau
mengajarkannya
16

e) Memupuk rasa tanggung jawab individu


f) Setiap anggota, merasa bahwa dirinya adalah milik kelompok, sehingga
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelompok

b. Belajar kuantum (quantum leaning)


1) Hakikat belajar kuantum
Menurut Agus Nggermanto (2002), quantum learning ialah cara belajar yan
efektif sehingga mendapat hasil yang sama dengan kecepatan cahaya. Dalam
pembelajaran quantum, guru menciptakan kegiatan belajar yang bergairah dan
menyenangkan. Unsur yang ada dalam kuantum (kebebasan, santai, menakjubkan,
menyenangkan dan menggairahkan). Prinsipnya sugesti (positif ataupun negatif) dapat
mempengaruhi hasil belajar. Teknik untuk memberikan sugesti positif adalah sebagai
berikut.
a) Mendudukkan siswa secara nyaman
b) Memasang musik latar didalam kelas
c) Meningkatkan partisipasi individu
d) Menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan
informasi
e) Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti

2) Prinsip-prinsip utama pembelajaran kuantum


Prinsip-prinsip dari pembelajaran kuantum, yaitu:
a) Segalanya berbicara
b) Segalanya bertujuan
c) Berangkat dari pengalaman(siswa mengalami sebelum memberi nama untuk
sesuatu yang dipelajari)
d) Akui/hargai setiap usaha, Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.
Setiap keberhasilan perlu dirayakan (tepuk tangan, berteriak hore, catatan
pribadi, jempol, pujian dll)

3) Manfaat belajar kuantum


Manfaat belajar kuantum adalah sebagai berikut.
a) Suasana kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa belajar lebih
bergairah
b) Siswa dapat memanfaat segala sesuatu yang ada disekitarnya sebagai pendorong
belajar
c) Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing
d) Usaha apapun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai
17

c. Belajar kooperatif (cooperative learning)


1) Hakikat belajar kooperatif
Dalam kooperatif, seseorang mencari hasil yang saling menguntungkan
bagi dirinya dan menguntungkan pula bagi seluruh anggota kelompok. Belajar
kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa
bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota
lainnya.

2) Prinsip utama belajar kooperatif


Prinsip utama belajar kooperatif, antara lain :
a) Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok bembuat kegiatan
belajar lebih kooperatif.
b) Ketergantungan yang positif
Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan
hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja bersama. Ketergantungan antara
individu dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: (1) Beri anggota
kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat, penjelas dan
perekam, sehingga setiap individu berkontribusi dalam melengkapi keberhasilan
tugas, (2) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas kemudian sub tugas dibagi antar
individu, (3) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-
individu, (4) Membuat struktur tujuan kooperatif dan kompetitif, (5)
Menciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerjasama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.

Perbedaan belajar kooperatif dan belajar kelompok


Kooperatif Kelompok

Memiliki beragam model dan teknik Hanya memiliki satu model yaitu
beberapa siswa tergabung dalam satu
kelompok

Memiliki struktur, jumlah dan teknik Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan
tertentu tugas tertentu bersama-sama

Mengaktifkan semua anggota Menimbulkan gejala ketergantungan


kelompok untuk berperan serta dalam antar anggota kelompok
penyelesaian tugas tertentu

Menggalang potensi sosialisasi Sangat tergantung dari niat baik setiap


18

diantara anggotanya anggota kelompok

3) Manfaat belajar kooperatif


Manfaat belajar kooperatif adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan hasil belajar
b) Meningkatkan hubungan antar kelompok (interaksi dan adaptasi)
c) Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi dalam belajar
d) Menumbuhkan realisasi kebutuhan untuk belajar lebih kritis (materi rumit,
kajian proyek dan latihan memecahkan masalah)
e) Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
f) Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
g) Relatif murah

4) Keterbatasan pembelajaran kooperatif


a) Memerlukan waktu yang cukup
b) Memerlukan latihan
c) Model yang digunakan harus sesuai dengan materi ajar
d) Memerlukan format penilaian yang berbeda
e) Memerlukan kemampuan khusus guru untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan belajar kooperatif

d. Belajar tematik
1) Hakikat belajar tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui
tema sebagai pemersatu, melibatkan beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan
tema dan sebagai pusat perhatian yang dipergunakan untuk memahami gejala dan
konsep.
2) Prinsip belajar tematik
Belajar tematik menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang
berlangsung. Mengkombinasikan struktur, urutan, dan strategi yang diorganisasikan
dengan baik. (Meinbach 1996)
3) Karakteristik pembelajan tematik
Kegiatan belajar tematik lebih banyak dilakukan melalui pengalaman
langsung.
a) Memberikan pengalaman langsung
b) Berpusat pada anak (anak yang aktif), guru sebagai fasilitator
c) Menggali minat-minat umum siswa
d) Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak
19

e) Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM


f) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dg minat dan kebutuhan anak

4) Perlunya belajar secara tematik,


a) pada dasarnya siswa SD kelas awal dalam mahami suatu konsep itu secara utuh,
semakin meningkat dan terperinci serta spesifik pemahamannya terhadap
konsep tertentu dan mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif
(dengan kemampuan menangkap/menerima)
b) Kenyataan hidup menampilkan fakta yang utuh dan tematis
c) Ada konteksnya
d) Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah jika mengajarkannya secara
utuh/tidak terpisah

5) Manfaat belajar tematik


a) Ada perubahan peran guru dari seorang pemimpin menjadi sebagai fasilitatator,
pembimbing dan mengarahkan
b) Siswa belajar berdasarkan pengalaman, sehingga ingatan siswa akan lebih
melekat.
c) Meningkatkan kecerdasan logika, estetika, etika dan kinestetika serta life skill
(personal, social, academic, thinking dan vocational skill)

2. Rumpun Model Mengajar (Kegiatan Belajar 2)


a. Rumpun model sosial
1) Partner dalam Belajar
Membantu pelajar bekerja secara efektif, dan membuat pelajar belajar secara
lintas bidang studi dalam suatu kurikulum, mengembangkan rasa solidaritas serta untuk
memperoleh informasi dan keterampilan melalui inkuiri dari suatu akademik.
2) Investigasi kelompok
Investigasi kelompok menekankan rencana pada pengaturan kelas umum atau
konvensional. Rencana tersebut meliputi pendalaman materi terpadu secara kelompok,
diskusi, dan perencanaan proyek.
3) Bermain peran
Bermain peran itu adalah guru mengajak siswa untuk memahami prilaku sosial,
peranannya dalam interaksi sosial dengan cara-cara yang lebih efektif atau membuat
pelajar menorganisasikan informasi isu-isu sosial.
4) Inkuiri yurispedensi
Inkuiri Yurispedensi ini mengajak pelajar berpikir atas isu-isu sosial mengenai
masyarakat suatu Negara, di tingkat nasional maupun internasional. Tujuan model ini
20

untuk mempelajari kasus – kasus yang ada kemudian dikaitkan dengan kebijakan-
kebijakan publik.
5) Kepribadian dan Gaya Belajar
Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pebelajar dan seorang guru
harus yakin bahwa semua dapat dikembangkan, perkembangan dapat terjadi secara
optimal apabila lingkungan menyediakan cara kerja secara konseptual.
6) Inkuiri sosial
Model ini dirancang untuk mengajarkan informasi, konsep-konsep, cara berfikir,
studi tentang nilai-nilai sosial dengan menghubungkan aspek konitif dan social

b. Rumpun model pemrosesan informasi


1) Berpikir induktif
Model ini adalah cara belajar untuk mendapatkan dan mengorganisasikan
informasi serta menciptakan dan menguji hipotesis yang mendiskripsikan hubungan di
antara serangkaian data.
2) Pencapaian konsep
Model ini adalah cara berpikir yang efektif untuk penyajian informasi yang
terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas kepada pebelajar pada setiap tahap
perkembangan.
3) Inkuiri ilmiah
Model belajar yang membawa pebelajar ke proses ilmiah dan dibantu
mengumpulkan dan menganalisis data, meengecek hipotesis dan teori serta
mencerminkan hakikat pembentukan pengetahuan.
4) Latihan inkuiri
Yaitu model yang memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar
menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam
mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.
5) Mnemonik
Merupakan strategi untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.
6) Sinektika
Yaitu model yang dirancang untuk membantu pebelajar memecahkan masalah
dan menulis kegiatan-kegiatan serta menambahkan pandangan-pandangan baru pada
topik-topik dari suat bidang ilmu yang luas.
21

7) Pengorganisasi awal
Model yang dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar
untuk memahami materi melalui kuliah, membaca, dan media yang lain.
8) Penyesuaian dengan pebelajar
Yaitu model yang membantu menyesuaikan pembelajaran pada suat tahap
kematangan pebelajar secara individual dan merancang serta meningkatkan
perkembangan pebelajar.

c. Rumpun model personal


1) Pengajaran nondirektif, yaitu model yang menekankan kerja sama antara guru dan
murid.
2) Peningkatan harga diri, yaitu model yang digunakan untuk membimbing suat
program dalam hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri.

d. Rumpun model sistem perilaku


1) Belajar tuntas dan pembelajaran terprogram, yaitu suat model pembelajaran yang
mempelajari materi yang dipecah menjadi unit-unit dari yang sederhana hingga ke
yang kompleks. Materi tersebut dipelajari hingga tuntas.
2) Pembelajaran langsung, yaitu suat model pembelajaran yang disusun dari studi
tentang perbedaan antara guru mengajar yang lebih efektif dan kurang efektif serta
dari teori belajar sosial.
3) Belajar melalui simulasi : latihan dan latihan mandiri, yaitu model pembelajaran
yang menggabungkan informasi tentang keterampilan dengan demonstrasi, praktik,
balikan, dan latihan sampai suatu keterampilan dikuasa
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru
terhadap hakikat belajar. Fungsi pemahaman guru terhadap hakikat belajar adalah supaya
dalam pelaksanaannya guru dapat mengelola dan membimbing proses pembelajaran sesuai
dengan kaidah-kaidah belajar belajar serta dapat memberikan tindak lanjut dalam kegiatan
belajar. Teori belajar yang dianut guru dalam implementasi proses belajar, akan
mempengaruhi bahan yang dipelajari, proses belajar sangat dipengaruhi oleh pendekatan atau
strategi belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang dituntut
dalam kurikulum saat ini adalah proses pembelajaran yang dapat mengoptimalkan seluruh
aktivitas siswa berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Belajar kolaboratif tidak sama dengan kerja kelompok. Kerja kelompok menekankan
pada adanya pembagian kerja untuk menyelesaikan suatu tugas. Belajar kolaboratif ada
ketergantungan antar anggota untuk keberhasilan tugas kelompok dalam berkompetensi
dengan kelompok lain. Belajar quantum intinya adalah belajar yang menyenangkan. Belajar
kooperatif pebelajar saling bekerja sama dalam hal yang saling bantu untuk menyelesaikan
tugas masing-masing . Belajar tematik menggabungkan beberapa mata pelajaran Rumpun
model belajar ada 4 yaitu : model sosial, pemrosesan informasi, personal dan model sistem
perilaku. Model sosial dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk
studi tentang nilai-nilai sosial, kebijakan publik dan memecahkan konflik tujuannya untuk
membentuk masyarakat yang belajar.
Dalam proses belajar terdapat bermacam-macam model belajar, sesuai dengan
materi yang akan disampaikan inilah yang perlu diketahui oleh pendidik, dalam hal ini
seorang guru untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar.

B. Saran
Model belajar dan rumpun model pengajaran sangatlah penting dalaam dunia
pendidikan karena ini menyangkut berhasil atau tidaknya pembelajaran yang disampaikan.
Oleh karena itu bagi calon pendidik ataupun yang sudah memiliki anak didik perlu
mengetahui serta mempraktekannya dalam proses belajar.
23

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W., Sri dkk. 2014. Strategi  Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka
http://balamjaya2.blogspot.com/2015/04/pdgk4105-strategi-pembelajaran-di-sd_89.html
https://www.slideshare.net/fitriechubbey/model-belajar-dan-prosedur-pembelajaran-modul-3-
dan-4

Anda mungkin juga menyukai