Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN MATRA

KESEHATAN HAJI DAN UMROH

Dosen Pengampu: Ns. Ronny Basirun Simatupang, S.Kep., M.Si(Han)

Disusun oleh:

Hopipah Indah Nursobah 1710711053

Nurul Fatihah 1710711076

Husna Maharani 1710711078

Riski Dwiana 1710711080

Ghina Regiana 1710711082

Niasa Lora Rimar 1710711130

Kelas Matra C

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Kesehatan Haji dan Umroh” ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan
dosen mata kuliah Keperawatan Matra.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik
itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Depok, 26 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Haji dan Umrah tahunan adalah salah satu pertemuan massal agama terbesar yang
berulang di seluruh dunia yang dilaksanakan di Mekkah dan madinah, Saudi Arabia.
Ibadah ini menarik Jemaah lebih dari 185 negara. Jumlah jemaah dari masing-masing
negara ditentukan berdasarkan jumlah Muslim di setiap negara dan didasarkan pada rasio
satu peziarah per seribu Muslim di negara itu. (Memish ZA, Al-Tawfiq JA)
Haji adalah sistem dinamis yang menyiratkan pergerakan dan perjalanan. Berjalan
Jarak haji: dari Ka'bah ke Mina: 8 km, dari Mina keArafat: 13 km, Arafat ke Muzdalifah:
13 km, Muzdalifah ke Mina: 2 km, Mina ke Jamarat Akabah: 3,8 km. Mekah ke Madinah
450 km. Pada saat kedatangan, para Jemaah harus mengenakan Ihram dan mengelilingi
Ka'bah tujuh kali dan juga nanti melakukan tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah,
yang total berjarak 3,5 km. Kepadatan kerumunan bisa meningkat menjadi 7% selama
haji. Kepadatan adalah salah satunya masalah besar karena area terbatas dan jumlahnya
meningkat setiap tahun. Daerah ibadah haji adalah berpasir lembah yang diapit oleh
pegunungan yang terbakar matahari. Di Mekah,terutama selama bulan-bulan panas Mei
hingga September suhu berkisar antara 38 ° C dan 50 ° C dengan kelembaban 25%
hingga 50%. (M Khogali dalam Al Masud)
Lingkungan yang panas seperti ini dengan radiasi panas yang tinggi mendukung
perkembangan penyakit panas misalnya kelelahan, heat stroke, cedera fisik tidak
disengaja, dan penyakit pernapasan, dehidrasi non penyakit atau masalah menular.
(Ghaznawi dalam Al Masud)
Proses ibadah haji menimbulkan tantangan kesehatan global dan keselamatan
umatn dengan terekposnya risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh variabilitas musiman
ketika haji terjadi selama bulan-bulan musim panas. Secara khusus jamaah haji yang
berkunjung ke Arab Saudi mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit akibat panas,
cedera dan kelelahan serta berdesak-desakan yang saat itu suhunya bisa mencapai
48,70C. Dilaporkan pada musim haji 2015 dilakukan 2.200 tindakan dialisis ginjal, 27
operasi jantung terbuka, 688 operasi kateterisas jantung dan tujuh Persalinan. Penyakit
menular sangat berpotensi mudah menyebar pada situasi pertemuan massal yang sangat
padat, terutama dari Negara endemik ke seluruh dunia. (Aminuzzab dan Anggraini)
Menurut temuan, penyakit pernapasan termasuk pneumonia, influenza, dan asma
73,33% adalah yang utama masalah kesehatan yang dihadapi oleh jamaah haji diikuti
oleh serangan panas / serangan efek sinar matahari 16,67%, diabetes mellitus 13,33%.
Penyakit kardiovaskular, penyakit jantung 10%, hipertensi 6,67%, dehidrasi
6,67%,muskuloskeletal 6,67%, masalah saluran kemih 3,33%,penyakit meningokokus
3,33%, diare dan ikterus 3,33%, kecelakaan lalu lintas dan trauma 3,33%. Menurut studi,
para jemaah ditemukan dengan 62,5% penyakit tidak menular dan masalah bersama
dengan 37,5% menular penyakit selama haji. (Al Masud,S.M.R; Bakar, A. Abu; dan
Yussof)
Untuk menentukan kesehatan umum masalah misalnya penyakit dan insiden
darurat yang dihadapi oleh Jemaah selama haji adalah tujuan utama penulisan makalah
ini. Karenanya, hasil dari penulisan ini dapat bermanfaat dalam memulai, merencanakan
dan merancang layanan kesehatan yang sesuai sistem untuk mencegah penyakit dan
situasi darurat ditemui oleh jamaah haji.

I.2 Rumusan Masalah


1. Pemeriksaan kesehatan Haji dan Umroh
2. Kasus Kesehatan Haji dan Umroh
3. Penanganan Darurat saat ibadah Haji dan Umroh
4. Kegiatan Tim Kesehatan di Mekkah dan Madinah

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan kesehatan untuk Haji dan Umroh
2. Mahasiswa dapat memahami kasus kesehatan yang biasanya terjadi saat Haji dan
Umroh
3. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penanganan darurat saat ibadah Haji dan
Umroh
4. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan Tim Kesehatan di Mekkah dan Madinah
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pemeriksaan Haji dan Umroh


1. Pengertian
Haji adalah salah satu rukun utama Islam dan merupakan bagian penting
iman dan praktik Muslim, di mana Muslim dari setiap etnis kelompok, warna kulit,
status sosial, dan budaya berkumpul bersama di Makkah memuji allah (Allah)
bersama. Acara tahunan ini berlangsung di bulan terakhir dari kalender Islam dan
dirancang untuk mempromosikan ikatan persaudaraan Islam dengan menunjukkan
bahwa setiap orang sama di mata Allah. (Alfaraidy, dkk)
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali
seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Jemaah Haji
adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri
untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan
Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah Haji.
Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji,
pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB,
penanggulangan KLB dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen
penyelenggaraan kesehatan haji. (Pedoman Kesehatan Haji Indonesia)

2. Landasan Hukum Kesehatan Haji


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2016
Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
Landasan Hukum mengenai pemeriksaan kesehatan haji tercantum pada bab 2
pasal 7 ayat 2, pasal 12 dan pasal 13 yang berbunyi :

Pada pasal 7 ayat 2 :


Status Kesehatan Risiko Tinggi bagi Jemaah Haji dengan kriteria:
a. berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau
b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial
menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji.
Pasal 12.
Jemaah Haji yang ditetapkan tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan
haji untuk sementara dengan kriteria:
a. Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah
b. Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh, antara lain
Tuberkulosis sputum BTA Positif, Tuberculosis Multi Drug Resistance,
Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, Hipertiroid, HIV-AIDS dengan Diare
Kronik, Stroke Akut, Perdarahan Saluran Cerna, Anemia Gravis;
c. Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi wabah;
d. Psikosis Akut;
e. Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi;
f. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis; atau
g. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang
dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu.
Pasal 13
Jemaah Haji yang ditetapkan Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan
Haji merupakan Jemaah Haji dengan kriteria:
a. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa, antara lain Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV, Gagal Jantung Stadium IV, Chronic
Kidney Disease Stadium IV dengan peritoneal dialysis/hemodialisis
reguler, AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik, Stroke
Haemorhagic luas;
b. Gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia berat, dimensia berat, dan
retardasi mental berat;
c. Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, antara
lain keganasan stadium akhir, Tuberculosis Totaly Drugs Resistance
(TDR), sirosis atau hepatoma decompensate
Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan,


pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi jemaah haji dalam mendukung penyelenggaraan haji
pada masa persiapan di Indonesia dan pada masa operasional di Arab Saudi.

i. Pembinaan
Pembinaan kesehatan haji diselenggarakan secara terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur
melalui serangkaian kegiatan promotif dan preventif yang dimulai pada saat jemaah haji
mendaftar sampai kembali ke indonesia.

ii. Pelayanan
Pelayanan kesehatan haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk kuratif dan rehabilitatif,
dilakukan kepada jemaah haji pada seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji.

iii. Perlindungan
Perlindungan kesehatan haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk tanggap cepat dan
perlindungan spesifik untuk melindungi keselamatan jemaah haji pada seluruh tahapan
penyelenggaraan ibadah haji.

3. Tujuan Kesehatan Haji (Kemenkes, 2016)


a. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji seblum keberangkatan.
b. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah,
sampai tiba kembali di tanah air.
c. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa
keluar / masuk oleh jemaah haji.

4. Proses Pemeriksaan Haji


Proses Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Permenkes No 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Haji
5. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Penyehatan Lingkungan Dan Surveilans
a. Imunisaasi/Vaksin
Setiap tahun Kementerian Kesehatan Saudi menerbitkan persyaratan Haji
dan Umrah dengan penekanan pada vaksinasi yang diperlukan. Ini pedoman
diperbarui setiap tahun untuk mencerminkan perubahan dalam epidemiologi
penyakit menular. Persyaratan vaksinasi selama haji dan umrah berbeda vided
menjadi: vaksinasi wajib (vaksinasi Meningokokus, Vaksin Poliomyelitis, dan
Vaksin Demam Kuning); direkomendasikan vaksin cination (Influenza), dan
imunisasi lain terhadap vaksin penyakit yang dapat menyebar (difteri, tetanus,
pertusis, polio, campak dan penyakit gondok). (Memish ZA, Al-Tawfiq JA, &
Gautret, Philippe)
1) Vaksin Meningokokus
Dalam sebuah studi baru-baru ini, 3,4% dari 1055 jemaah yang
tiba diidentifikasi sebagai pembawa nasofaring N. meningitides. 66,7% di
antaranya punya serogroup B.
Persyaratan vaksinasi meningokokustion untuk Jemaah mulai
berlaku pada tahun 1987 setelah terjadinya wabah meningokokal. Vaksin
awalnya adalah bivalen A dan C vaksin meningokokus dan kemudian
diperluas ke kuadrivalen vaksin (A, C, Y, W135) pada Mei 2001.
Perluasan vaksin ini dihasilkan dari terjadinya dua wabah meningokokus
dengan serogroup W135 pada 2000 dan 2001 . Jumlah rata-rata Kasus
penyakit meningokokus invasif terkait haji menurun dari 13 menjadi
2 kasus per tahun pada 1995 dibandingkan dengan 2011 . Persyaratan
vaksin meningokokus kuadrivalen mencakup semua jemaah dari Negara
manapun.
Dalam studi sebelumnya, tingkat pengangkutan N. meningitidis
setelah dosis tunggal ciprofloxacin adalah 5,2% sebelum dan 4,6% setelah
haji (P = 0,65) bervariasi dari 0% hingga 0,6% dan dengan demikian
ciprofloxacin tidak diadopsi sebagai strategi pasca haji. Tingkat kepatuhan
dengan yang direkomendasikan vaksinasi meningokokus di antara para
peziarah internasional yang tiba adalah 97–100% .
Dalam satu penelitian, 1055 peziarah tiba di Raja Abdul Aziz
Bandara Internasional, 98% dari para peziarah memiliki polri quadrivalen
vaksin sakarida dan 2% memiliki konting meningokokus kuadrivalen
vaksin jugate (MCV4) . Baru-baru ini, serogroup B meningitidis N. adalah
menjadi penyebab penting meningitis meningokokus di Eropa, Australia,
dan Amerika Utara dan dapat menyebabkan wabah. saat ini, vaksin
tersedia untuk serogrup B meningitidis N. dan tidak ada data yang
memadai untuk merekomendasikan penambahan vaksin ini. bergantung
pada vaksin haji yang dibutuhkan . Vaksin meningokokus yang ideal akan
berisi 4 serogrup yang saat ini tersedia selain layanan. (Memish ZA, Al-
Tawfiq JA, & Gautret, Philippe)
Imunisasi meningitis diberikan pada setiap jemaah haji selambat-
lambatnya 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Apabila
imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sebelum keberangkatan, jemaah
harus diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensisitif terhadap
Neisseria meningitidis
Imunisasi meningitis dilaksanakan di Puskesmas atau Rumah Sakit
pada masing-masing kabupaten/kota tempat tinggal jemaah haji,
bersamaan pelayanan kesehatan di daerah. Jemaah yang belum mendapat
imunisasi meningitis di daerah, akan mendapat imunisasi meningitis di
Embarkasi, tetapi peluang tertular meningitis pada saat tiba di Arab Saudi
menjadi sangat tinggi karena kekebalan (antibodi) terhadap bakteri
meningitis belum terbentuk.
Setiap jemaah yang mendapat imunisasi meningitis, harus
mendapat Surat Keterangan Imunisasi Meningitis dari unit pelayanan yang
memberikan imunisasi. Pada saat keberangkatan haji, surat ini dibawa
sebagai salah satu dokumen pemeriksan kesehatan di Embarkasi.
Berdasarkan Surat Keterangan Imunisasai Meningitis tersebut KKP dapat
menerbitkan International Certificate of Vaccination (ICV) bagi jemaah
haji bersangkutan.
Jemaah yang tidak tahan vaksin meningitis, harus mendapat Surat
Keterangan Imunisasi Meningitis yang berisi alasan mengapa vaksinasi
tidak diberikan pada jemaah haji bersangkutan. (Kemenkes, 2016)

2) Vaksin Poliomyelitis
Ada banyak negara yang menampung pasien yang terinfeksi Wild
Virus Polio 1 atau memiliki Vaksin Virus Polio yang Turun seperti:
Afghanistan, Nigeria dan Pakistan. Ada juga negara yang rawan untuk
memiliki infeksi ulang pada pasien seperti: Kamerun, Afrika Tengah
Republik, Chad, Guinea, Republik Demokratik Rakyat Laos, Madagascar,
Myanmar, Niger, dan Ukraina.
Ada negara-negara yang terbuka untuk memiliki Poliomyelitis:
Republik Demokratik Kongo, Guinea Ekuatorial, Etiopia, Irak, Kenya,
Liberia, Sierra Leone, Somalia, Sudan Selatan, Republik Arab Suriah dan
Yaman.
Dalam studi terbaru tentang kepatuhan vaksinasi di antara peziarah
menunjukkan bahwa 99,5% peziarah datang dari negara-negara yang
berisiko: Pakistan, India, Nigeria, atau Afghanistan yang memiliki
vaksinasi poliomyelitis. (Memish ZA, Al-Tawfiq JA, & Gautret, Philippe)
Berdasarkan data dari penelitian di atas, maka vaksin poliomyelitis
sangat dianjurkan sebagai proteksi untuk para jeemah haji agar tidak
tertular setelah ibadah haji.

3) Vaksin Demam Kuning


Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) memerlukan dokumentasi
vaksin demam kuning untuk pelancong dari daerah berisiko demam
kuning transmisi. Meskipun demikian, vaksinasi demam kuning
dipertimbangkan berlaku selama 10 tahun, (WHO : IHR)
Majelis Kesehatan Dunia WHO mengadopsi sebuah resolusi
bahwa vaksinasi demam kuning akan cukup selama masa hidup orang
yang divaksinasi mulai 11 Juli, 2017. Pedoman baru ini berlaku untuk
sertifikat yang ada dan baru dan validitas dimulai 10 hari setelah tanggal
vaksinasi. (WHO, 2016)
Perjalanan dan kesehatan internasional yang diperbarui
menyebutkan negara-negara berikut sebagai berisiko demam kuning :
Afrika (Angola, Benin, Burkina Faso, Burundi, Kamerun, Republik Afrika
Tengah, Chad, Kongo, Republik Demokratik Kongo, Guinea Khatulistiwa,
Ethiopia, Gabon, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Kenya, Liberia,
Mali, Mauritiusitania, Niger, Nigeria, Senegal, Sierra Leone, Soudan
Selatan, Sudan, Togo dan Uganda), dan Benua Amerika (Argentina,
Republik Bolivarian dari Spanyol) Venezuela, Brasil, Kolombia, Ekuador,
Guyana Prancis, Guyana, Panama, Paraguay, Peru, Negara Plurinasional
Bolivia, Suriname dan Trinidad dan Tobago). (WHO,2016)

4) Vaksin Influenza
Jumlah jemaah yang sangat padat saat musim haji, serta kondisi
ketahanan tubuh menurun, maka penularan penyakit menular langsung,
terutama influenza menjadi sangat mudah. Penularan pada jemaah usia
lanjut, dan jemaah berisiko tinggi lainnya, rentan menjadi sakit dan dapat
cepat memburuk
Vaksin Influenza musiman akan rusak bila terpapar suhu di luar
kulkas, atau pada suhu beku.
Jemaah rentan influenza, antara lain, jemaah haji usia lanjut (60
tahun atau lebih), menderita penyakit kronis, paru, asma, jantung, kencing
manis, penyakit ginjal dan lain sebagainya, dianjurkan meminta dilakukan
imunisasi influenza. Petugas haji ke Arab Saudi diprioritaskan mendapat
imunisasi influenza sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi
Jenis vaksin influenza yang digunakan mengikuti pola
perkembangan virus influenza diseluruh dunia, biasanya berganti 1 tipe
virus influenza setiap 6 bulan.
Imunisasi influenza dapat sekaligus diberikan bersamaan dengan
imunisasi meningitis, tetapi diberikannya pada tempat atau anggota tubuh
yang berbeda. (Kemenkes, 2016)

b. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan (Permenkes, 2016)


Hal ini merupakan kegiatan pemeriksaan, pemantauan, kajian,
rekomendasi antisipasi, kewaspadaan dan tindakan penanggulangan serta
kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi makanan, penyehatan lingkungan
asrama/pondokan, transportasi, restoran, dan tempat-tempat pelayanan agar
jemaah haji dan petugas bebas dari ancaman terjadinya KLB keracunan dan
penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya, .
Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat
massal di asrama embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab Saudi, perawatan
sakit dan dalam perjalanan.
Prioritas penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular
penyakit, penyediaan kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama
embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab Saudi, dan di tempat-tempat pelayanan
jemaah haji.
Penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan dilaksanakan
sebelum/persiapan dan selama operasional haji, baik di Tanah Air, di Pesawat
dan di Saudi Arabia, dengan sasaran kegiatan sesuai kebutuhan yang antara
lain meliputi:
1) Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Tanah Air
Sasaran kegiatan adalah Asrama haji transit, asrama haji
embarkasi/debarkasi dan jasaboga haji Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2
tahap, yaitu Pemeriksaan dan Penilaian Awal, dan Kegiatan Selama
Operasional
Pemeriksaan dan Penilaian Awal Asrama Haji Transit dan
Embarkasi/Debarkasi
a) Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh tim penilai
b) pemeriksaan dan penilaian awal asrama haji transit/embarkasi/
debarkasi untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan asrama
dan sanitasi makanan.
c) Obyek pemeriksaan dan penilaian awal asrama adalah meliputi :
umum, ruang bangunan, kamar tidur jemaah, penyediaan air
bersih, dapur, pengelolaan limbah dan pengendalian vector
Pemeriksan dan penilaian asrama berdasar pada standar asrama, standar
kualitas udara dan pencahayaan di asrama, standar kepadatan ruang tidur,
standar pembuangan sampah sesuai dengan standar yang berlaku.

Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Asrama


Transit/Embarkasi/Debarkasi Selama Operasional Haji
a) Melaksanakan pemantauan kesehatan lingkungan pada lokasi
penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota, provinsi dan
pelabuhan embarkasi/debarkasi haji.
b) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan (personal
higiene) jemaah haji di puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan
embarkasi/debarkasi haji.
c) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah makan dan
restoran maupun jasaboga lainnya yang menyediakan makanan dan
minuman bagi jemaah haji dalam perjalanan dari daerah asal ke asrama
embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait.
d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang
menyediakan makanan dan minuman bagi calon jemaah haji selama
berada di asrama embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait
e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang
menyediakan makanan dan minuman bagi calon jemaah haji selama
berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju Saudi Arabia dan
sebaliknya sesuai peraturna terkait.
f) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan minuman yang
disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji baik yang melayani dalam
perjalanan dari dan ke daerah asal, selama di embarkasi/debarkasi haji
maupun dalam penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya.
Sampel disatukan pada bank sampel dan disimpan pada suhu dan waktu
yang tepat.
g) Pengendalian vektor dilakukan satu hari sebelum operasional haji dan
secara teratur selama operasional haji. Pengendalian vektor
berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas
Kesehatan setempat di embarkasi/ debarkasi haji.

2) Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi Makanan Kegiatannya


Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi Makanan selama
operasional haji adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat
b) Pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga, serta
rekomendasi dan kerjasama dalam hapus serangga
c) Kapal laut disamping dilakukan pengamatan dan pemantauan
kehidupan vektor serangga yaitu hapus serangga juga harus bebas dari
kehidupan tikus dengan menujunkan sertifikat bebas hapus tikus
(Deratting Exemption Certificate/DEC)
d) Pengawasan higiene dan sanitasi makanan-minuman di pesawat
sebelum keberangkatan pesawat, dan pengambilan sample setiap jenis
makanan yang disajikan. Sample makanan dikelola sesuai dengan
standar Jasaboga pesawat

3) Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan Selama Operasional di Saudi


Arabia
Sasaran kegiatan adalah pondokan jemaah haji; pondokan petugas haji;
lingkungan Kantor Daerah Kerja dan Sektor di Jeddah, Makkah dan Madinah;
lingkungan BPHI Daerah Kerja dan BPHI Sektor; Catering Air Port Jeddah
dan Madinah dan Catering jemaah haji dan petugas haji di Daker Jeddah,
Makkah dan Madinah Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2 tahap, yaitu
Kegiatan Persiapan dan Kegiatan Selama Operasional
a. Kegiatan Persiapan
Setiap tahun, terjadi perubahan perumahan dan peraturan di Arab
Saudi selama masa operasional haji. Oleh karena itu, secara teratur perlu
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Penetapan standar Pondokan Jemaah Haji dan Petugas, Kantor dan
Tempat-tempat Pelayanan Umum serta Standar Jasaboga bersama
dengan unit terkait dan sektor.
b) Penyesuaian Cara-cara Pemeriksaan dan Pemantauan Pondokan
Jemaah Haji dan Petugas, Kantor dan Tempat-tempat Pelayanan
Umum serta Pemeriksaan dan Pemantauan Jasaboga
c) Pemeriksaan dan Penilaian Awal Pondokan Jemaah Haji dan
Petugas, Kantor PPIH Daerah Kerja dan Sektor serta Tempat-
tempat Pelayanan Umum (BPHI dan sebagainya)
d) Pemeriksaan dan penilaian Awal Jasaboga di Arab Saudi
b. Kegiatan Selama Operasional Haji.
a) Melaksanakan pemeriksan dan pemantauan kesehatan lingkungan
Kantor PPIH Daerah Kerja, Sektor, dan Pelayanan Umum, terutama
BPHI menjelang dan selama operasional haji
b) Melaksanakan pemeriksaan dan pemantauan kesehatan lingkungan
pada Pondokan Jemaah Haji menjelang jemaah datang dan selama
operasional haji.
c) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan
(personal higiene) jemaah haji selama di Pondokan Jemaah Haji.
d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah makan dan
restoran maupun jasaboga lainnya yang menyediakan makanan dan
minuman bagi jemaah haji selama di Arab Saudi sesuai peraturan
terkait.
e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang
menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji selama
berada di asrama embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait
f) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang
menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji selama
berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju Saudi Arabia dan
sebaliknya sesuai peraturan terkait
g) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan minuman yang
disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji baik yang melayani
dalam perjalanan dari dan ke daerah asal, selama di
embarkasi/debarkasi haji maupun dalam penerbangan menuju Saudi
Arabia dan sebaliknya. Sampel disatukan pada bank sampel dan
disimpan pada suhu dan waktu yang tepat.
h) Pengendalian vektor dilakukan satu hari sebelum operasional haji
dan secara teratur selama operasional haji. Pengendalian vektor di
embarkasi/debarkasi berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) dan Dinas Kesehatan setempat di embarkasi/
debarkasi haji.

II.2 Kasus Kesehatan saat Haji dan Umroh


Ibadah haji dilaksanakan kaum muslim dan muslimah dari seluruh penjuru dunia
yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa.Jamaah haji memiliki latar belakang
penyakit endemis dan epidemi masing – masing, sehingga memiliki risiko terjadi
penularan penyakit antar jamaah haji terutama penyakit menular. Penyakit yang
berisiko menular antara lain meningitis, TBC, hepatitis, diare, kholera, influenza, dan
lain lain. Penyakit baru yang perlu di waspadai menular pada saat melakukan ibadah
haji yaitu MERS–CoV dan virus ebola.
1. Infeksi Saluran Pernapasan
Infeksi saluran pernapasan dianggap sebagai kasus kesehatan yang
mendominan yang dihadapi oleh jamaah haji. Kasus ini masih menjadi beban
meningkatnya penyakit diantara jamaah haji. Penyebab umum masuk rumah
sakit (52,5%) selama haji,
Dengan masalah pneumonia menjadi alasan utama rawat inap. Dari 30
studi yang dipilih, 22 artikel telah menyimpulkan bahwa penyakit pernapasan
termasuk pneumonia, influenza dan asma 73,33% adalah yang utama masalah
kesehatan yang dihadapi oleh jamaah haji.

2. Meningitis
Lingkungan yang penuh dengan kelembaban tinggi dan polusi udara
padat adalah alasan utama penyakit meningokokus yang didefinisikan sebagai
infeksi setinggi 3,33% di antara semua penyakit yang dihadapi oleh jamaah
selama haji.

3. Infeksi Kulit
Infeksi kulit bakteri adalah salah satunya masalah kesehatan jemaah
haji di mana Mekah adalah salah satu yang terpanas tempat di dunia dengan
kisaran suhu 38 hingga 42°C selama haji. Studi mengungkapkan bahwa
dermatitis 23,6% dan 11,2% pasien pioderma dilaporkan selama haji. Antara
80 kasus pioderma, 52,5% adalah pioderma primer di mana impetigo adalah
penyebab utama pioderma primer. Sedangkan, 47,5% adalah pioderma
sekunder yang dipimpin oleh Staphylococcus aureus bertanggung jawab
sebagai agen penyebab utama dan diikuti oleh Streptococcus pyogenes.

4. Cedera Panas Lingkungan


Kelelahan dan panas heatstroke adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas selama haji, khususnya di musim panas. Temperatur di Mekah bisa
naik lebih tinggi dari 45ºC. Kurangnya aklimatisasi, ritual fisik yang sulit, dan
ruang terbuka dengan keterbatasan atau tanpa naungan, menghasilkan sengatan
panas pada jemaah. Melakukan perlindungan dan pencegahan di malam hari,
dapat menggunakan payung, mencari tempat teduh, dan memakai krim tabir
surya SPF tinggi semuanya disarankan dan diizinkan selama haji.

5. Penyakit Kardiovaskular
Selama beberapa tahun terakhir, penelitian mengungkapkan penyakit
kardiovaskular dengan hipertensi adalah satu tentang penyebab penting unit
perawatan intensif jamaah-ICU masuk dengan tingkat kematian yang tinggi.
Selama tahun 2002, persentase penyakit kardiovaskular pada jemaah haji
sebesar 45,8%.

6. Infeksi Gastrointerstinal
Gastroenteritis merupakan wabah yang ditularkan melalui makanan dengan
angka kematian yang tinggi sering terjadi saat festival keagamaan, termasuk haji.

7. Penyakit yang Ditularkan melalui Darah


Jemaah wajib untuk mencukur rambut kepala selama haji, hal ini dapat
mengarah ke penularan penyakit melalui darah termasuk hepatitis B, C, dan HIV.
Di Saudi masih terdapat banyak tukang cukur ilegal yang tidak memiliki
izin.maka dari itu Depkes menyarakan untuk melakukan vaksinasi hepatitisme B
sebelum melakukan perjalanan haji.

8. Malaria
Meskipun WHO mengklasifikasikan Arab Saudi sebagai yang terendah,
tetapi risiko selama haji masih ada. Tahun 2011 pada musim haji terdapat 19
kasus malaria P vivax dilaporkan di mana 75% kasus-kasus semacam itu
ditemukan di antara jamaah India dan Ethiopia. Di 2012, 48 kasus malaria tercatat
di Mekah dan 78 kasus tercatat di antara Madinah, Pakistan, Nigeria, Guinea,
India, Mouritania, Chad, Mali, Afghanistan, Somalia, Ethiopia, Yaman dan Pantai
Gading.
9. Risiko Trauma
Selama haji trauma adalah salah satu yang utama penyebab morbiditas dan
mortalitas. Dalam studi prospektif 713 pasien trauma, saat melakukan haji yang
terluka datang ke ruang gawat darurat, sebanyak 248 (35%) dirawat ke
departemen bedah dan perawatan intensif. Yang paling umum presentasi bedah
adalah ortopedi dan bedah saraf.

II.3 Penanganan Darurat saat Haji dan Umroh (Permenkes, 2016)


1. Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu. Pada umumnya penyebab KLB adalah
penyakit menular atau keracunan.
Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan merupakan salah
kegiatan dari keseluruhan Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan KLB Penyakit
Menular Dan Keracunan. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit
Menular dan Keracunan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya suatu KLB penyakit menular dan keracunan, dan apabila
terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi dini dan diikuti dengan respon
penanggulangan KLB sehingga jumlah penderita dan kematian minimal serta KLB
dapat ditanggulangi.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan
Keracunan bagi Jemaah Haji terdiri dari :
a. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB
b. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan imunisasi dan
peningkatan daya tahan jemaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan
dan perilaku jemaah haji
c. Penanggulangan KLB

2. Tatacara Penanggulangan KLB


Upaya penanggulangan KLB meliputi penyelidikan epidemiologis,
pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit,
penanganan jenazah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan
lainnya. Upaya penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas disesuaikan
dengan kebutuhan berdasarkan jenis dan perkembangan penyakit.

3. Penanggulangan Musibah Massal


Penanggulangan Musibah Massal bidang kesehatan pada perjalanan ibadah
haji, terutama selama di Arab Saudi, lebih diprioritaskan pada penanggulangan
korban sebagai akibat adanya musibah massal.
Penanggulangan korban pada musibah massal pada umumnya merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang sistematik terdiri dari pencegahan, penanganan
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Penanggulangan Musibah Massal, terutama pada penanganan tanggap darurat,
membutuhkan sistem penanggulangan secara terpadu pelayanan gawat darurat,
baik di lapangan maupun pelayanan gawat darurat rumah sakit, dengan didukung
sistem komunikasi (radio medik) dan evakuasi medik (pengelolaan transpotasi
ambulans), yang sangat terkait dengan penetapan tatacara mobilisasi sumber daya,
penatalaksanaan korban di lapangan dan penerimaan serta penatalaksanaan di
Rumah Sakit.

4. Cardiac Mortality (Alfaraidy et al)


Dalam penelitian, kematian jantung terjadi sekitar 52% dari semua
kematian di rumah sakit sebelum adanya program multikomponen untuk
menanganinya pada tahun 2009. Hal ini menurun secara signifikan menjadi 43,3%,
32,5%, dan 19,7% pada tahun 2009, 2010, dan 2011 secara berurutan setelah
program ini berjalan efektif menjadi kesatuan intervensi untuk menangani
kematian jantung.
Satuan intervensi dalam penelitian tersebut adalah upaya atau metode yang
digunakan untuk mengurangi kematian jantung selama musim haji, intervensi
dirancang untuk menjadi bukti berbasiskan program multikomponen yang terdiri
dari:
a. Perekrutan tim jantung yang dimulai 3 bulan sebelumnya haji dan terdiri dari
ahli jantung umum, intervensi ahli jantung, asisten dokter ahli jantung
kardiologi, perawat dan teknisi kardiologi, pekerja kesehatan sekutu, dan
mahasiswa kedokteran
b. Memperkenalkan laboratorium kateterisasi 24/7 didirikan secara khusus di
dalam wilayah haji
c. Pembentukan kantor koordinasi jantung yang menyediakan layanan
dukungan 24 jam sehari ke semua 13 rumah sakit setempat yang melayani
jamaah haji
d. Pengenalan jalur perawatan jantung standar dan pelatihan anggota tim
e. Pendirian sebuah sistem transportasi pasien yang efektif.

II.4 Kegiatan Tim Kesehatan di Mekkah dan Madinah

Uraian Tugas Petugas Kesehatan Yang Menyertai Jamaah Haji Di Madinah , Makkah,
Arafah Dan Mina
1. Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)
a. Saat tiba di Madinah
1) Melapor kepada majmu'ah untuk mendapatkan tempat/ruang pelayanan
kesehatan jamaah haji bersama TPHI dan petugas Sektor;
2) Melaporkan kondisi kesehatan jamaah haji kepada Sektor yang mewilayahi;
3) Menerima kembali sisa obat ringan yang dibawa oleh Karom.

b. Selama berada di Madinah


1) Membuat jadwal pembagian tugas untuk pelayanan kesehatan;
2) Melakukan pertolongan pertama/darurat dan selanjutnya merujuk pasien-
pasien ke BPHI/RSAS;
3) Mengadakan kunjungan berkala ke kamar-kamar (pemondokan) jamaah haji
untuk pemantauan kondisi kesehatan jamaah haji;
4) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang musim dingin, frosblite,
makanan bergizi, minum, kesehatan lingkungan dan menjaga kondisi
kesehatan;
5) Menyampaikan laporan harian ke Sektor;
6) Mengajukan permohonan untuk mendapatkan formulir laporan obat-obatan
ke Sektor;
7) Mengisi data kegiatan harian ke dalam buku laporan pelaksanaan tugas
sebelum laporan dikirim ke Sektor;
8) Mengadakan pengamatan penyakit pada jamaah haji dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap KLB;
9) Membuat surat kematian (COD) apabila ada jamaah haji meninggal di
pemondokan;

c. Pada saat berangkat ke Makkah (Gelombang I)


1) Mengecek kesehatan jamaah haji;
2) Mengecek kelengkapan kesehatan dan obat obatan;
3) Memberikan pelayanan kesehatan kepada jamaah haji yang sakit ringan.
d. Di Bir Ali
1) Memantau kondisi kesehatan jamaah haji;
2) Mengadakan penyuluhan kesehatan terutama menjaga kondisi kesehatan
jamaah haji.

e. Di Madinah bagi gelombang II


1) Melaporkan tentang kondisi jamaah haji ke Sektor;
2) Menyampaikan laporan dan meminta obat-obatan ke Sektor;
3) Merujuk jamaah haji sakit yang tidak bisa di atasi di kloter ke BPHI/ RSAS;
4) Mencatat jamaah haji sakit yang akan dipulangkan lebih awal;
5) Memantau kesehatan jamaah haji;
6) Mengobati jamaah haji sakit dan melakukan pencatatan serta membuat
laporan harian;
7) Memberikan penyuluhan kesehatan;
8) Membuat surat kematian/Certificate of Date (COD) apabila terjadi jamaah
haji meninggal di pemondokan;

f. Di Makkah sebelum Wukuf


1) Pada saat tiba di Makkah
a) Bersama TPHI meminta kepada maktab untuk mendapatkan
tempat/ruangan pelayanan kesehatan jamaah haji;
b) Mengadakan koordinasi dengan petugas TKHI Kloter lain yang dalam
satu Sektor tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan;
c) Melaporkan kondisi jamaah haji kepada Sektor.
2) Selama berada di Makkah
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada jamaah haji;
b) Mengadakan kunjungan berkala ke kamar-kamar jamaah haji guna
memantau kondisi kesehatan jamaah haji;
c) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang heat stroke, gizi, kesehatan
lingkungan dan menjaga kondisi kesehatan;
d) Merujuk jamaah haji sakit yang tidak dapat ditangani di kloter ke
BPHI/RSAS;
e) Menyampaikan laporan harian ke Sektor;
f) Mengecek dan melengkapi formulir pencatatan pelaporan dan obat-
obatan/alat- alat kesehatan;
g) Membuat COD apabila ada jamaah haji yang meninggal dunia di
pemondokan.
3) Saat akan berangkat ke Arafah.
a) Mendata jamaah haji sakit yang akan disafari wukufkan;
b) Melaporkan jamaah haji sakit yang akan disafari wukufkan ke Sektor 3
hari sebelum berangkat ke Arafah;
c) Meningkatkan pemantauan dan penyuluhan kesehatan kepada jamaah
haji;
d) Menyiapkan obat-obatan/alat kesehatan untuk kebutuhan di Arafah dan
Mina;
e) Mengadakan peninjauan ke Arafah 3 (tiga) hari sebelum wukuf bersama
petugas kloter yang lain termasuk Karu/Karom;

g. Di Arafah
1) Melapor kepada Petugas Arafah tentang kondisi kesehatan jamaah haji;
2) Mengobati jamaah haji yang sakit;
3) Merujuk jamaah haji sakit yang tidak bisa di atasi sendiri ke BPHI, Mobile
Hospital Arab Saudi atau RSAS;
4) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang heat stroke dan
pencegahannya;
5) Membekali obat-obatan ringan kepada ketua rombongan untuk kebutuhan
jamaah haji selama dalam perjalanan menuju Mina;
6) Membuat surat kematian (COD) jamaah haji yang meninggal di kemah dan
melaporkan ke BPHI Arafah untuk dibuatkan surat pemakamannya;
7) Membuat laporan harian dan diserahkan ke Petugas PPIH Arab Saudi di
Arafah;
8) Mengingatkan kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa (KLB).
h. Di Muzdalifah
1) Memantau kesehatan jamaah haji;
2) Memberikan obat-obatan/mengobati jamaah haji yang sakit.

i. Di Mina
1) Pada saat tiba
a) Melapor kepada Petugas PPIH Arab Saudi di Mina tentang kondisi
kesehatan jamaah haji;
b) Mengobati atau merujuk jamaah haji sakit ke BPHI/RSAS;
c) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang heat stroke dan
pencegahannya;
d) Membuat surat kematian (COD) jamaah haji yang meninggal di kemah
dan melaporkan ke BPHI Mina untuk dibuatkan surat pemakamannya;
e) Meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa (KLB).
2) Berangkat ke Makkah
a) Mengatur jamaah haji untuk kembali ke Makkah setelah selesai
kegiatan di Mina baik nafar awal maupun nafar tsani bersama petugas
kloter;
b) Mengawasi jamaah haji supaya tidak ada yang tertinggal dari
rombongan.

j. Di Makkah Sesudah Wukuf


1) Melapor tentang kondisi jamaah haji ke Sektor;
2) Mencatat pemakaian obat-obatan dan melaporkan ke Sektor;
3) Minta obat-obatan ke Sektor atau langsung ke BPHI;
4) Merujuk ke BPHI/RSAS apabila ada penderita yang tidak dapat diatasi di
kloter;
5) Memantau kondisi kesehatan jamaah haji dan membuat laporan harian
penderita;
6) Mengirim laporan harian ke Sektor;
7) Mengobati penderita dan memantau keadaan jamaah haji mengenai
kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB);
8) Mengadakan penyuluhan kesehatan;
9) Melaporkan jamaah haji yang perlu dipulangkan lebih dini karena sakit.

k. Keberangkatan ke Jeddah / Madinah


1) Pengecekan kesehatan jamaah haji melalui ketua regu/ketua rombongan;
2) Pengecekan alat kesehatan dan obat-obatan;
3) Memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah haji yang sakit;
4) Melaporkan jamaah haji yang masih dirawat di RSAS dan BPHI ke Sektor.
BAB III

PENUTUP

III.1 Simpulan

Kegiatan Ibadah Haji adalah suatu kegiatan yang laksanakan oleh umat islam di
seluruh dunia dan berkumpul di Mekkah dan Madinah sebagai tempat untuk
melaksanakannya. Akibat banyaknya pendatang dari seluruh dunia maka tidak dapat
dipungkiri kegiatan ini juga bisa menjadikan media penularan penyakit atau kejadian
luar biasa yang menimpa para Jemaah. Oleh karena itu, penyelenggaraan kesehatan
Haji sangat penting untuk menunjang keberhasilan ibadah bagi setiap Jemaah.

III.2 Saran

Penyelenggaraan kesehtan haji ini sebaiknya terus diperkuat supaya kesehatan


para Jemaah tetap terjaga dan tidak menghambat kegiatan ibadah. Selain itu, dalam
menyelenggarakan ini harus selalu memantau trend dan issue epiemiologi terbaru yang
dapat mengancam ksehatan para Jemaah saat melaksanakan ibadah haji supaya dapat
disiapkan untuk mengatasi atau meminimalisir resiko.
Daftar Pustaka
Memish ZA, Al-Tawfiq JA. The Hajj in the time of an ebola outbreak in west Africa. Travel Med
Infect Dis 2014;12:415–7. http://dx.doi.org/10.1016/j.tmaid.2014.09.003.
Memish ZA, Al-Tawfiq JA, & Gautret, Philippe. Expected immunizations and health protection
for Hajj and Umrah 2018. Travel Medicine and Infectious Disease 2017. ISSN : 1477-
8939. http://dx.doi.org/10.1016/j.tmaid.2017.10.005
Al Masud,S.M.R; Bakar, A. Abu; dan Yussof. Determining the Types of Diseases and
Emergency Issues in Pilgrims During Hajj. (IJACSA) International Journal of
Advanced Computer Science and Applications. 2016 : Vol. 7, No. 10.
Permenkes. No. 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Haji
WHO | International Health Regulations (IHR) n.d.
World Health Organization. New yellow fever vaccination requirements for travellers. WHO;
2016
World Health Organization. Countries with risk of yellow fever transmission and countries
requiring yellow fever vaccination. 2016
Murtaza, S., Abu, A. & Yussof, S. Determining the Types of Diseases and Emergency Issues in
Pilgrims During Hajj: A Literature Review. Int. J. Adv. Comput. Sci. Appl. 7, 86–94
(2016).

Jayanti, K. D. Pelaksanaan Sistem Surveilans Kesehatan Haji Di Dinas Kesehatan Kota


Surabaya. Ikesma 13, (2017).

Istiqomah, I. N., Abdillah, A. & Azizah, L. Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang


Pencegahan Heat Stroke Pada Calon Jamaah Haji. J. Pengabdi. Masy. Kesehat. 4, 11–14
(2018).

Direktorat penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2017, Modul 1 uraian tugas petugas yang
menyertai jamaah haji (petugas kloter), Jakarta : Kementrian Agama RI

Alfaraidy et al. A Tailored, Bundle Care Intervention Strategy to Reduce Cardiac Mortality
During the Hajj: A Population-Based, Before and After Study. 2019. DOI:
10.1177/000331971882263
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai