N HAJI &
UMRAH
Kelompok 2 – Kesehatan Matra
KELOMPOK 2
SYIFA AMALIA
FAUZIYAH NURFIANI. R MAHARANTI
1810713057 1810713083 1810713013
02 TUJUAN 05 PENJADWALAN
KEGIATAN KESEHATAN KEGIATAN KESEHATAN
HAJI & UMRAH HAJI & UMRAH
03 LANDASAN 06 INDIKATOR
KEGIATAN KESEHATAN DALAM KESEHATAN
HAJI & UMRAH HAJI & UMRAH
POKOK PEMBAHASAN
PENGENDALIAN
07 PELAYANAN 10 FAKTOR RISIKO
KESEHATAN HAJI & KESEHATAN HAJI & UMRAH
UMRAH
Tingginya aktivitas fisik ibadah haji dan kondisi lingkungan di Arab Saudi,
seperti:
a. suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang rendah
b. perbedaan lingkungan sosial budaya
c. kepadatan populasi jemaah haji pada saat jemaah melakukan ritual
ibadah haji
Hal tersebut berdampak terhadap status kesehatan jemaah haji Indonesia dan
menjadi salah satu faktor risiko tingginya angka kesakitan dan/atau kematian
jemaah haji Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan haji
merupakan hal yang penting untuk diselenggarakan sebagai bentuk
pengendalian, mengurangi atau bahkan meniadakan faktor risiko yang
mempengaruhi kesehatan calon jemaah, agar calon jemaah haji dapat
melaksanakan ibadah dengan baik dan lancar
04
STRATEGI
KEGIATAN KESEHATAN
HAJI & UMRAH
Permenkes No. 9 Tahun 2021
tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Arab
Saudi
a. c.
Penguatan pembinaan kesehatan melalui
upaya promotif dan preventif dengan tetap Penguatan pelayanan kesehatan
meningkatkan pelayanan kuratif dan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina
rehabilitatif
b. d.
Penguatan fungsi pelayanan melalui
mobilisasi Petugas Penyelenggara Ibadah Penguatan sistem komunikasi
Haji Arab Saudi bidang Kesehatan dan dan informasi antar daerah
Tenaga Kesehatan Haji sesuai situasi dan kerja;
kondisi
Permenkes No. 9 Tahun 2021
tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Arab
Saudi
e. f.
Penguatan koordinasi antar Penguatan pelindungan kesehatan
petugas penyelenggara dalam pelayanan bergerak, safari
kesehatan haji melalui wukuf, tanazul jemaah haji sakit, serta
pelaksanaan kegiatan yang pelayanan kesehatan jemaah haji sakit
terintegrasi di Arab Saudi pasca operasional.
Kepmenkes Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009
○ Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan
kesehatan haji yang didukung tenaga
profesional.
o Meningkatkan mutu dan kecukupan
○ Meningkatkan upaya pembinaan, pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan logistik
dan perlindungan kesehatan dengan kesehatan haji.
menekankan pendekatan manajemen risiko
dan kemandirian jemaah haji. o Mengembangkan kajian dan penelitian
serta penerapan teknologi bagi
○ Meningkatkan surveilans epidemiologi, SKD- penyelenggaraan kesehatan haji.
respon KLB dan sistem informasi manajemen
kesehatan haji. o Meningkatkan kerjasama dan kemitraan
lintas program, sektor, pusat dan daerah,
○ Memperkuat kemampuan pencegahan dan bilateral dan multilateral dalam
penanggulangan KLB dan musibah massal penyelenggaraan kesehatan haji.
dengan menekankan pengendalian faktor
risiko, imunisasi dan kesiapsiagaan.
05
PENJADWALAN
KEGIATAN KESEHATAN
HAJI & UMRAH
Berikut Contoh Penjadwalan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Berikut Contoh Penjadwalan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Berikut Contoh Penjadwalan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
06
INDIKATOR
DALAM KESEHATAN
HAJI & UMRAH
Kepmenkes Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009
2. Indikator Pengerahan
1. Indikator Umum Tenaga Kesehatan
● Minimal satu petugas Kloter pernah
Angka kematian jemaah haji
menjadi petugas kesehatan haji 4
< 2/1000 jemaah (jemaah haji wafat tahun terakhir.
adalah jemaah haji yang wafat pada ● Minimal sepertiga jumlah petugas
saat berada di embarkasi, di Arab kesehatan di setiap bidang PPIH, dua
Saudi (selama operasional haji + 14 tahun terakhir pernah bertugas pada
hari), dan di debarkasi sampai bidang tugas yang sama
dengan 14 hari tiba di tanah air ● 100 % petugas kesehatan mengikuti
pelatihan kompetensi teknis
kesehatan dan kompetensi koordinasi
tim di kloter dan PPIH
Kepmenkes Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009
4. Indikator Pelayanan
3. Indikator Bimbingan dan Kesehatan
Penyuluhan ○ Kelengkapan dokumen Buku
Kesehatan Jemaah Haji
● Prosentase kunjungan usia lanjut (BKJH) pada usia 60 tahun
ke pelayanan kesehatan keatas lebih dari 70 %
meningkat
● Angka Kematian jemaah haji di ○ Proporsi kesakitan dan
luar sarana kesehatan < 40 % kematian karena gangguan
fungsi jantung dan pernafasan
turun
Kepmenkes Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009
5. Indikator Pengendalian
Penyakit 6. Indikator Surveilans
7. Indikator Logistik
1 2 3 4
Pelayanan Pelayanan
kesehatan di kesehatan di
embarkasi dan kelompok terbang
debarkasi
• Setiap Jemaah Haji wajib memiliki jaminan perlindungan kesehatan/asuransi
kesehatan sehingga dapat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan
komprehensif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pelayanan Kesehatan Haji di Indonesia diselenggarakan di puskesmas/klinik,
rumah sakit di kabupaten/kota, perjalanan, Embarkasi/Debarkasi, dan rumah
sakit rujukan
Pelayanan Kesehatan di
Daerah
• Perjalanan ibadah haji merupakan
perjalanan dengan kondisi matra haji
yang memerlukan persiapan kesehatan
yang memadai agar ibadah haji dapat
terlaksana dengan baik.
• Oleh karena itu, sebelum keberangkatan
ke tanah suci, jemaah haji memeriksakan
kesehatannya ke unit pelayanan
pemeriksa kesehatan haji di daerah
(pemeriksaan kesehatan sebelum
keberangkatan haji).
Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Keberangkatan
Haji
Pemeriksaan
Pertama Pemeriksaan Kedua
Pemeriksaan dasar di Pemeriksaan rujukan bagi jemaah
Puskesmas bagi semua yang dirujuk oleh puskesma sesuai
jemaah haji dengan status kesehatan setiap
jemaah haji, serta pelaksanaan
imunisasi meningitis bagi jemaah
haji Indonesia
• Berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan
Kesehatan Kedua, Tim Pemeriksa Kesehatan menerbitkan Surat
Keterangan Kesehatan Jemaah Haji dan dicatat dalam Buku Kesehatan
Jemaah Haji.
• Buku Kesehatan Jemaah Haji akan menjadi salah satu dokumen
kesehatan yang akan diperiksa oleh petugas di Embarkasi Haji.
• Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua
dilaksanakan antara waktu sejak selesainya masa Operasional
Penyelenggaraan Haji tahun sebelumnya dan jemaah telah ditetapkan
sebagai jemaah haji yang akan melaksanakan perjalanan ibadah haji pada
tahun berjalan.
• Pemeriksaan kesehatan sudah selesai seluruhnya 1 bulan sebelum
dimulainya Operasional Haji tahun berjalan.
• Mekanisme kerja dan Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama dan Tim
Pemeriksa Kesehatan Kedua ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai peraturan yang ada.
• Kerjasama pelaksanaan pemeriksaan kesehatan jemaah haji antar
Kabupaten/Kota di kordinasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
setempat.
• Jemaah haji baru saja tiba di daerah (14 hari pertama kedatangan) dan
kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas, klinik atau Rumah Sakit
segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat sebagai bagian dari
kewaspadaan kemungkinan adanya penyakit menular yang dibawa
jemaah dari Arab Saudi
Pelayanan Kesehatan di Embarkasi dan
Debarkasi
Contoh artikel
10
PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
KESEHATAN HAJI & UMRAH
IMUNISASI
Imunisasi Meningitis Imunisasi Influenza
Meningokokus tetravalent musiman (seasional)
ACW135Y
Imunisasi meningitis diberikan pada setiap Jumlah jemaah yang sangat padat saat musim
jemaah haji selambat-lambatnya 10 hari haji, serta kondisi ketahanan tubuh menurun,
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Seorang maka penularan penyakit menular langsung,
jemaah yang mendapat imunisasi meningitis, terutama influenza menjadi sangat mudah.
akan memiliki kekebalan terhadap bakteri Imunisasi influenza dapat sekaligus diberikan
meningitis A, C, W135 dan Y (masa kekebalan) bersamaan dengan imunisasi meningitis
selama 3 tahun tetapi diberikannya pada tempat atau
anggota tubuh yang berbeda
11
PENYEHATAN
LINGKUNGAN &
SANITASI
MAKANAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN & SANITASI
MAKANAN
Kegiatan pemeriksaan, pemantauan, kajian, rekomendasi antisipasi, kewaspadaan dan tindakan
penanggulangan serta kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi makanan, penyehatan lingkungan
asrama/pondokan, transportasi, restoran, dan tempat-tempat pelayanan agar jemaah haji dan
petugas bebas dari ancaman terjadinya KLB keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya
gangguan kesehatan lainnya
Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi bertujuan agar tersedia data dan informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dan peningkatan kewaspadaan serta
respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota serta
dalam operasional penyelenggaraan haji.
SUMBER REFRENSI
● Departemen Kesehatan RI. 2017. Penyuluhan Kesehatan Haji. Diakses pada 6 Maret 2021 dari
https://docplayer.info/46118124-Penyuluhan-kesehatan-haji-departemen-kesehatan-republik-indonesia.html
● Fitri, F. A. (2018). MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018 [INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO]. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/5929/2/COVER_ABSTRAK_DAFTAR ISI_BAB
I_BAB V_DAFTRA PUSTAKA.pdf
● Kemenkes RI. 2009. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
442/MENKES/SK/VI/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
INDONESIA. Diakses dari: https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk4422009.pdf
SUMBER REFRENSI
● Kemenkes RI. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (Kkhi) Madinah.
https://puskeshaji.kemkes.go.id/upload/pedoman/files/JUKNIS_KKHI_MADINAH.pdf
● Kemenkes RI. 2021. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9
TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DI ARAB
SAUDI. Diakses dari
https://puskeshaji.kemkes.go.id/upload/peraturan/files/PMK_No__9_Th_2021_ttg_Petunjuk_Teknis_Penyele
nggaraan_Kesehatan_Haji_di_Arab_Saudi-sign.pdf