Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN MATRA
Kesehatan Haji

Disusun Guna Memenuhi Tugas Epidemiologi


Dosen Pengampu : Puji Lestari, S.K.M., M.P.H

Disusun Oleh :
Aisyah Rofifah (1807026032)
Leni Maesenda Abdillah (1807026057)
Mia Agrina (1807026060)
Olifia (1807026062)

Kelompok 10

Kelas Gizi 5B

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM WALISONGO
SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi yang berjudul “Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Haji” tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta salam
juga kami sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nanti-nantikan syafaat nya di hari akhir kelak.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini. Pembuatan
makalah ini juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi kami dan semua pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 15 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Surveilans Epidemiologi Matra Kesehatan Haji.........................................................6
2.2 Pengumpulan Data.........................................................................................................8
2.3 Pengolahan dan Penyajian Data..................................................................................12
2.4 Analisis dan Interpretasi Data....................................................................................12
 Fungsi Analisis Data..................................................................................................13
 Jenis-Jenis Analisis Data...........................................................................................13
 Proses Analisa Data...................................................................................................13
 Teknik Analisis Data.................................................................................................13
 Analisis Data Surveilans............................................................................................14
 Langkah-langkah dalam Analisis Surveilans............................................................14
 Penafsiran data...........................................................................................................16
 Fungsi Interpretasi Data............................................................................................17
 Kajian Penting Interpretasi Data...............................................................................17
 Teknik Interpretasi Data............................................................................................17
 Membuat Interpretasi Yang Sistematik Dari Data Surveilens..................................17
2.5 Laporan dan Diseminasi Surveilans...........................................................................18
2.6 Penanggulangan dan Pencegahan...............................................................................18
BAB III....................................................................................................................................20
KESIMPULAN.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara


menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan
dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan
pemerintah daerah, serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan
penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, di embarkasi dan debarkasi serta
selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman dimaksud telah disusun dan ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Haji, telah dilakukan penyempurnaan dan
penyesuaian dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/
MENKES/ SK/ VI/ 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,


Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta
instansi terkait bekerjasama untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen
penyelenggaraan yang baik supaya pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan
aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama sehingga jamaah
haji Indonesia dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri dan memperoleh
haji yang mabrur.[2] Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 1995 pasal 12 tentang
Penyelenggaraan Urusan Haji, Kementerian Kesehatan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 442/ MENKES/ SK/ VI/ 2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Haji berkomitmen untuk meningkatkan kondisi
kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji dalam
kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di tanah
air dan  mencegah terjadinya transmisi penyakit menularyang mungkin terbawa
keluar / masuk oleh jemaah haji.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaima pengumpulan data jamaah haji?
2. Bagaimana pengolahan dan penyajian datanya?
3. Bagaimana analisis dan interpretasi datanya?
4. Bagaimana pembuatan laporan, rekomendasi tindak lanjut dan diseminasi
informasi?
5. Bagaimana tindakan pencegahan dan penanggulangan nya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengumpulan data jemaah haji
2. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan dan penyajian datanya
3. Untuk mengetahuk bagaimana menganalisis dan interpretasi data nya
4. Untuk Mengetahui pembuatan laporan, rwkomendasi tindak lanjut dan diseminasi
informasi
5. Unuk mengetahui bagaimana tindakan pencegahan dan penaggulangan nya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Surveilans Epidemiologi Matra Kesehatan Haji


Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan untuk meningkatkan kemampuan fisik
dan mental guna adaptasi terhadap kondisi/keadaan matra. Kesehatan Haji
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan
fisik dan mental para calon/jemaah haji dan petugas yang terkait untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna dengan
lingkungan di daerah asal.
Dasar Hukum UU RI no. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
yaitu:
Pasal 6 : Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungann dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji,
akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang
diperlukan oleh jemaah haji.
 Tujuan Surveilans Kesehatan Haji:
1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan
2. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai
tiba kembali di tanah air
3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/
masuk oleh jemaah haji
4. Mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut orang, waktu dan tempat serta
faktor risiko yang terdapat pada calon/jemaah haji
Kebijakan Surveilans Kesehatan Haji :
1) Meningkatkan kemampuan teknis petugas pemeriksa kesehatan calon jemaah haji
ditingkat puskesmas dan rumah sakit
2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit dengan
menerapkan standar pelayanan bagi calon jemaah haji
3) Melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu bagi calon jemaah haji di puskesmas,
rumah sakit dan embarkasi
4) Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi calon jemaah haji resiko
tinggi di tana air
5) Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan profesional secara transparan
6) Memberikan vaksinasi meningitis meningokokus bagi calon jemaah haji dan
petugas kesehatan
7) Melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu, cepat dan terjangkau bagi jemaah
haji selama menunaikan ibadah haji
8) Mengembangkan sistem informasi menajemen kesehatan haji pada setiap jenjang
administrasi kesehatan

6
9) Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana, serta
musibah massal

Surveilans kesehatan haji didalam negeri memerlukan data tentang calon


jemaah haji/CJH (jenis kelamin, umur, asal, embarkasi), data risiko tinggi
penyakit serta data penyakit yang sedang atau pernah di derita.
 Di Arab Saudi, data yang diperlukan adalah:
a.Pola penyakit
b.Kematian : penyebab, karakteristik, asal dan tempat meninggal
c.Logistik dan obat-obatan
d.Status kesehatan
e.Suhu dan iklim
 Kegiatan Surveilans Haji:

1. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi/informasi dataSejak calon


jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di daerah asal, diperjalanan,
selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab Saudi sampai ke daerah asal
selama 14 hari.
2. Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat Di Arab Saudi, di embarkasi/
debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab Saudi.
3. Sumber data SE kesehatan haji meliputi Hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota, laboratorium,
rumah sakit dan unit unit rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di Arab
Saudi.SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net working) sejak
di tanah air sampai dengan di Arab Saudi. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi, dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistem
komputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab Saudi, pusat,
embarkasi/ debarkasi haji dan dinas kesehatan provinsi/kesehatan kota (kab)
4. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau informasi di
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dan dinas kesehatan provinsi yang
belum tersedia jaringan Siskohat bidang kesehatan dilakukan dengan mengirim
laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugas puskesmas
melaksanakan SE paska haji dengan mengamati kondisi kesehatan jemaah haji
secara pasif dan aktif.
6.Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi bersumber pada
biaya PPIH di Arab Saudi.

7
 Sasaran SE meliputi :

a.Penyakit menular sesuai dengan ketentuan Undang-undang Karantina, Undang-


undang Wabah Penyakit Menular, International Health Regulation (IHR)
b. Penyakit tidak menular
c.Keracunan
d.Kesehatan lingkungan.

2.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan tahap mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk menilai kegiatan yang meliputi data pemeriksaan kesehatan jemaah,
pemeriksaan dan pengawasan pemberian vaksinasi meningitis meningokokus pada
jemaah, pemeriksaan dan legalisasi dokumen kesehatan berupa International
Certificate of Vaccination (ICV) serta pengawasan kesehatan jemaah haji setelah
pulang kembali ke daerah masing-masing. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara aktif dan pasif. Jenis data surveilans kesehatan dapat berupa data kesakitan,
kematian, dan faktor resiko. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai
sumber antara lain individu, fasilitias pelayanan kesehatan, unit statistik dan
demografi dan sebagainya. Metode penumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam
melaksanakan pengumpulan data, diperlukan instrumen sebagai alat bantu.
Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan dilakukan dan
memuat semua variabel data yang diperlukan (kemenkes, 2014).
 Sumber data dan Jenis data :
Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota, laboratorium,
rumah sakit dan unit-unit rujukan lainnya, di embarkasi/debarkasi serta data
selama di Arab Saudi
 Jenis data Debarkasi
a. Data jamaah haji yang di rujuk saat debarkasi
b. Data jamaah haji yang diperiksa tes usap nasopharing (pemeriksaan
meningitis)
c. Data jemaah haji dengan demam tinggi diatas 37 derajat celcius (untuk
screening penyakit menular (PHEIC) yang sedang terjadi
d. Data penggantian lembar K3JH pengawasan surveilans pasca haji
e. Data jemaah haji yang meninggal di pesawat dan RS rujukan
f. Pengawasan pasca haji H+14 (kerjasama dengan Dinkesprop, DKK, serta
lintas program/sektor jika ditemukan kasus meningitis/penyakit yang tergolong
PHEIC dll
 Jenis data yang dibutuhkan dalam sistem surveilans kesehatan haji embarkasi ini
antara lain :
1) Data demografi : jenis kelamin, usia, alamat/asal kloter
2) Data individu jemaah haji : jenis penyakit resiko tinggi, jumlah dan pola penyakit
kunjungan poliklinik, jumlah dan pola penyakit rujukan, jumlah dan pola penyakit

8
yang di observasi sementara, jumlah tolak berangkat karena sakit atau ditunda
sementara, jumalah dan pola penyakit kejadian luar biasa.
 Sistem atau Cara Pengumpulan Data:

Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama-sama petugas puskesmas melaksanakan


SE paska haji dengan mengamati kondisi kesehatan jemaah haji secara pasif dan
aktif.
1) SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan K3JH setelah 14 hari setibanya
di daerah asal ke Puskesmas pemeriksaan awal/terdekat.
2) SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi ke rumah jemaah haji
untuk mengetahui kondisi kesehatannya apabila setelah 14 hari jemaah haji tidak
mengirimakn K3JH.
3) Dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab mengkoordinasi pelaksanaan
SE yang dilaksanakan oleh puskesmas
4) Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh dikas kesehatan kabupaten/kota
 Tahapan Pengumpulan Data:
1. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama
Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada saat
jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi.
Pemeriksaan kesehatan tahap pertama dilakukan sesuai standar profesi kedokteran
meliputi pemeriksaan medis dasar;
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Penilaian kebugaran
Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama ditetapkan status kesehatan
Jemaah Haji Risiko Tinggi atau tidak Risiko Tinggi.
a. Identitas Jemaah:
• Nama dgn bin/binti,
• Tempat/Tanggal Lahir
• Alamat tinggal (domisili),
• Pekerjaan,
• Pendidikan,
• Status perkawinan
b. Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas)
• Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita , operasi yg pernah dijalani),
ditulis secara kronologis.
• Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secara genetik)
c. Pemeriksaan fisik :
• Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu )
• Postur tubuh (TB, BB, IMT)
• Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT

9
• Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks
d. Pemeriksaan Kesehatan Jiwa:
• Instrumen sederhana gangguan jiwa,
• Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau
• Protap anjuran dari Profesi.
e. Pemeriksaan Penunjang:
• Laboratorium: Atas Indikasi (kadar gula darah, kolesterol, lipid, ureum creatinin),
Faktor Risiko PTM.
• EKG dan Ro Dada : atas indikasi
f. Pemeriksaan Kebugaran:
Gunakan metode yang sesuai.
2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua
Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada saat
pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan Jemaah Haji pada tahun
berjalan.
Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap kedua itetapkan Istithaah Kesehatan
Jemaah Haji.
a) Identitas Jemaah:
• Nama dgn bin/binti,
• Tempat/Tanggal Lahir
• Alamat tinggal (domisili),
• Pekerjaan,
• Pendidikan,
• Status perkawinan
b) Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang ( penyakit menular ttt, PTM/disabilitas)
• Riwayat Penyakit Dahulu (pykt yg pernah diderita , operasi
yg pernah dijalani), ditulis secara kronologis.
• Riwayat Penyakit Keluarga (berhubungan secara
genetik)
c) Pemeriksaan fisik :
• Tanda vital ( TD, Nadi, Pernapasan, Suhu )
• Postur tubuh (TB, BB, IMT)
• Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, THT
• Paru/Toraks (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Kardiovaskuler (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Abdomen (inspkesi, palpasi, perkusi, auskultasi)
• Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks
d) Pemeriksaan Kesehatan Jiwa:
• Instrumen sederhana gangguan jiwa,

10
• Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa, atau
• Protap anjuran dari Profesi.
e) Pemeriksaan Penunjang:
• Laboratorium Rutin: Darah dan Urin.
• EKG dan Ro Dada : Diatas 40 Tahun dan/atau atindikasi
f) Penilaian Kemandirian:
• Menggunakan Barthel Indeks (1 dan 2).
• Dapat menggunakan metode lain yang direkomeoleh organisasi profesi.
g) Penilaian Kebugaran:
• Gunakan metode yang sesuai.
• Tuliskan metode yang digunakan pada BKJH.
3. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga
 Pemeriksaan Kesehatan tahap ketiga dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang
Kesehatan di embarkasi pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
 Dilakukan untuk menetapkan status kesehatan Jemaah Haji laik atau tidak laik
terbang.
a. Batasan :
adalah upaya penentuan kelaikan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah
haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Ketiga dan Riwayat pemeriksaan sebelumnya. Dilaksanakan oleh Tim
PPIH Embarkasi bidang kesehatan berkoordinasi dengan dokter Penerbangan.
b. Langkah-langkah:
• Seluruh data dikompilasikan.
• Lakukan:
• Pengecekan kelengkapan data.
• Pemeriksaan kesehatan akhir jemaah tertentu oleh PPIH Embarkasi
( WUS,Hb,saturasi oksigen, dsb, penyakit menular)
• Buat Rekomendasi Laik/ tidak laik
• Tidak Laik
• tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional dan/atau
peraturan kesehatan International, hamil usia tertentu, menderita penyakit menular
tertentu
c. Rekomendasi:
• Disampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan.

11
2.3 Pengolahan dan Penyajian Data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih
bentuk (transform) dan pengelompokkan berdasarkan variabel tempat, waktu dan
orang.
Hasil Pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut
variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor
resiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran
epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi)
Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu
penyakit atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil olahan data
dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini akan membantu pengguna
data untuk memahami keadaan yang disajikan (Kemenkes, 2014)
Data dikumpulkan setiap hari selama kegiatan embarkasi dan debarkasi
haji lalu data dikelompokkan secara manual dan menggunakan komputer dengan
program excel dicek apabila ada data yang kurang lalu data diolah sehingga
menghasilkan data embarkasi berupa data kelengkapan vaksin dan buku kesehatan
jamaah haji (BKJH) serta data debarkasi berupa data. Alat yang digunakan untuk
pengumpulan dan pengolahan data berupa komputer/laptop yang memiliki
koneksi internet untuk mengirim laporan SISKOHATKES.
Pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD) yaitu penyajian data
dengan menggunakan entity dan relationship, perancangan basis data meliputi
perancangan fisik dan perancangan model logic. Perancangan model fisik meliputi
penyusunan diagram konteks, data flow diagram, flow chart, normalisasi, relasi
antar tabel, dan penyusunan kamus data. Perancangan model logic meliputi
penyusunan software berbasis web yang dilengkapi dengan buku panduan cara
pengoperasiannya.
2.4 Analisis dan Interpretasi Data

 Pengertian Analisis Data


Analisis data adalah proses menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari
observasi melalui pengorganisasian data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan hipotesa sampai membuat kesimpulan yang dapat
dimengerti oleh pengamat sendiri dan orang lain.Analisis data meliputi kegiatan
mempelajari karakteristik, hubungan, pola atau pengaruh yang sering terdapat
pada suatu fenomena atau gejala yang telah dan akan terjadi. Analisis data
merupakan suatu tahap mengorganisir data sesuai dengan pola, kategori, dan
unit-unit deskriptif tertentu. Analisis data diperlukan untuk menjamin bahwa
sumber data dan proses pengumpulan data adalah kuat

12
  Fungsi Analisis Data

Beberapa fungsi dari analisis data sebagai berikut:


 untuk mengindentifikasi ada tidaknya masalah
 sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan, perencanaan,
pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan, penyusunan statistik, penyusunan
program rutin dan pembangunan, peningkatan program, dll.

  Jenis-Jenis Analisis Data

Dalam rangka analisis dan interpretasi data, perlu dipahami tentang keberadaan
data itu sendiri. Secara garis besar, keberadaan data dapat digolongkan ke dalam
dua jenis, yaitu :
1. Data bermuatan kualitatif
2. Data bermuatan kuantitatif

 Proses Analisa Data

Proses analisa data menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2011) :


 Sebelum observasi : Analisis dilakukan pada data hasil studi pendahuluan yang
akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
 Setelah observasi : pada saat pengumpulan data berlangsung dengan cara
merangkum, memilih hal-hal pokok, fokus pada hal-hal penting, mencari tema
dan polanya yang disebut sebagai reduksi data.

 Teknik Analisis Data

Menurut Geoffrey E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data


sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tema-tema dari data yang dikumpulkan secara induktif dari tema-
tema yang besar menjadi tema yang lebih kecil
2. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode, misalnya kode untuk
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun hasilnya
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: dengan prinsip 5W1H
4. Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk table, grafik dll.
5. Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan dalam penelitian, kemudian
identifikasikan.

13
  Analisis Data Surveilans

Analisis data diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data dan proses
pengumpulan data adalah kuat. Beberapa hal yang penting yang harus
dipertimbangkan dalam analisis data. yaitu ;
a. Analisis data harus relevan. Artinya, data tersebut harus sesuai tujuan, mulai
datri tujuan umum sampai kepada tujuan khusus. Data jelas harus mendukung
relevansi tujuan sampai semakin spesifik. Contohnya : Data surveilan ISPA
harus berdasarkan waktu.
b. Analisis data harus valid. Penggunaan alat ukur yang sama (melalui kalibrasi) di
tempat yang berbeda. Misalnya; untuk mengukur Hb digunakan alat haemocue.
Alat ukur kuesioner juga harus sama. validitas kuesioner minimal responden 30
orang, dengan Pvalue 0,05 atau 0,5% untuk Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Validitas eksternal harus menjawab pertanyaan apakah menggambarkan
komunitas yang diteliti. aliditas ini harus memperhatikan juga segi pembiayaan
dalam surveilan karena rentang waktu surveilan yang lama. Sedangkan untuk
validitas internal perlu memperhatikan
(1) kesalahan random. Semakin besar sampel seharusnya semakin kecil
kesalahan. harus lihat rentngan yang homogen degan melihat metode statistik
distribusi normal.
(2) Bias juga harus diperhatikan. Nias seleksi, bias confounding, bias informasi.
Bias seleksi dicegah dengan jenis studi yang tepat. Case
control untuk Disease dan studi Cohort untuk exposure sehingga bisa dicegah
terjadi penelitian yang tidak berhubungan. Confounding juga diperhatikan
apakah menguatkan ataukah mengurangi hubungan.

c. Analisis Data Harus Reliabel


d. Analisis data harus memperhatikan akurasi data yang tepat waktu dan
kelengkapan data. Kelengkapan data untuk menjawab tujuan umum dan tujuan
khusus.

 Langkah-langkah dalam Analisis Surveilans

Langkah-langkah dalam melakukan analisis Surveilans adalah:


1. Kualitas Data
Langkah pertama dalam menganalisis data surveilans berfokus pada kualitas data.
berbeda dengan proses evaluasi yang memberikan pengetahuan yang mendalam
tentang proses pengumpulan data dan keterbatasan potensi data. Frekuensi
distribusi dari setiap variabel yang melihat, untuk mengidentifikasi nilai-nilai
yang hilang, tarik digit, kesalahan logis seperti tetanus neonatal mempengaruhi
orang dewasa, dan bias yang terkait dengan kurangnya representasi dari data:
o   Kasus dalam sistem pengawasan mungkin lebih parah daripada kasus di
masyarakat karena bias pelaporan

14
o   Kasus dari perkotaan mungkin lebih mewakili kasus dari daerah pedesaan dengan
cakupan miskin fasilitas kesehatan
o   Sumber tertentu pemberitahuan tidak dapat diwakili, seperti dokter umum,
penyedia layanan kesehatan dari sektor swasta.
Cepat melihat data dapat membantu Anda untuk mengidentifikasi keterbatasan
yang Anda perlu memperhitungkan saat meringkas temuan Anda
2. Analisis Deskriptif
Merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil
penelitian berdasarkan satu sample.
ü  Analisis Data Menurut Waktu
Analisis ini membandingkan jumlah kasus yang diterima selama interval
waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama periode waktu sekarang
dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu yang sama dalam periode
waktu tertentu.
Data yang diterima dalam sistem surveilans sering disebut sebagai sinyal.
Tujuan dari analisis deskriptif karakteristik waktu adalah untuk menggambarkan
trend, variasi musiman, dan kecelakaan atau wabah potensial dalam residu.
Tanggal onset adalah yang terbaik satu menggambarkan peristiwa
kesehatan. Namun, karena keterlambatan dalam pelaporan, jumlah kasus dengan
onset pada minggu-minggu paling baru selalu akan berada di bawah perkiraan,
memberikan grafis rasa-salah dari tren menurun. Melihat tanggal pemberitahuan
tidak menyampaikan masalah ini. Namun, wabah terdeteksi mungkin terjadi
beberapa minggu lalu, dan dengan demikian data tidak mewakili gambaran yang
benar dari penyakit di masyarakat. Namun, sebagian besar waktu lebih baik untuk
menggunakan tanggal pemberitahuan karena akan memungkinkan perbandingan
dengan tahun sebelumnya tanpa mengoreksi penundaan. Epidemiologi sering
hanya mampu mendeteksi wabah pemberitahuan bukan wabah penyakit. Ini
menekankan kebutuhan untuk melaporkan tepat waktu ketika mencari sinyal
peringatan dini, tanpa menunggu konfirmasi jika akan memakan waktu, atau
untuk penyelidikan penuh.

ü  Analisis Data Menurut Tempat


Yaitu dengan mengetahui tempat pemajan terjadi, bukan tempat laporan
berasal, mengetahui kemungkinan sumber-sumber pencegahan akan menjadi
sasaran yang efektif, menggunakan computer dan perangkat lunak untuk
pemetaan spasial, memungkinkan analisis yang lebih canggih.
Analisis deskriptif karakteristik tempat mengacu pada kasus pemetaan.
Jika jumlah kasus aktual digunakan, peta dot density paling cocok. Namun,
tingkat sering digunakan untuk menjelaskan populasi yang mungkin berbeda di
seluruh wilayah geografis. Peta ini disebut daerah-peta atau peta choropeth. Setiap
kali struktur penduduk mungkin berbeda di seluruh wilayah geografis, harga
standar perlu digunakan untuk membandingkan pola penyakit.
Sistem Sentinel biasanya tidak dapat diwakili pada batas-batas
administratif. Sebuah teknik pemetaan tertentu digunakan, yang disebut peta

15
isolrate. Peta ini mirip dengan yang digunakan untuk menunjukkan tingkat hujan
di suatu negara, yang diukur melalui stasiun cuaca yang mirip dengan lokasi
sentinel dalam epidemiologi.
Sistem informasi geografis telah semakin banyak digunakan di tahun
terakhir. Mereka menyediakan kemampuan untuk secara tepat menemukan kasus
di peta. Namun, penggunaannya terbatas dalam pengawasan karena kebanyakan
sistem di seluruh dunia tidak merekam informasi ini secara rutin. Koordinat kasus
dapat diekstraksi dari alamat. Proses ini disebut geo-coding.

ü  Analisis Data Menurut Orang


Analisis ini menggunakan data umur, jenis kelamin, rasa tau entitas, status
perkawinan, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan pendidikan. Semua data dari
orang tersebut harus terlengkapi untuk dapat mengetahui sebab kasus terjadi.

 Pengertian Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis


dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari
data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang
sedang diperbaiki.Interpretasi data adalah upaya peneliti memaknai data yang
dapat ditempuh dengan cara meninjau kembali gejala-gejala berdasarkan sudut
pandangnya, perbandingan dengan penelitian yang pernah dilakukan (misanya
oleh peneliti lain). Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi
terhadap analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari
hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada (Barnsley &
Ellis, 1992)
Kajian interpretasi ini melibatkan beberapa hal yang penting dalam sebuah
penelitian yaitu berupa diskusi, kesimpulan, dan implikasi seperti: kilas balik
temuan utama dan bagaimana pertanyaan penelitian terjawab, refleksi peneliti
terhadap makna data, pandangan peneliti yang dikontraskan dengan kajian
literatur (teoretik), batasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Dalam interpretasi dibahas bagaimana cara menemukan makna atau implikasi dari
data yang diperoleh. Hasil interpretasi data digunakan untuk mengevaluasi proses
dan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan.

 Penafsiran data

Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam proses analisis data


penelitian karena kualitas analisis dari suatu peneliti sangat tergantung dari
kualitas penafsiran yang diturunkan oleh peneliti terhadap data. Penafsiran adalah
penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang
dipaparkan. Penafsiran berkehendak untuk membangun suatu konsep yang
bersifat menjelaskan

16
 Fungsi Interpretasi Data

Fungsi interpretasi data adalah untuk mengevaluasi atau merefleksi proses dan
hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan.

 Kajian Penting Interpretasi Data

 Diskusi
 Kesimpulan,dan
 Implikasi

 Teknik Interpretasi Data

Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan:
1. Menghubungkan data dengan pengalaman peneliti,
2. Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait,
3.Memperluas analisis dengan mengajukan pertayaan mengenai penelitian dan
implikasi hasil penelitian, dan/atau
4. Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan.

Meskipun analisis data dan interpretasi data dilakukan sambil berjalan, tetapi
harus dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Para peneliti yang
belum berpengalaman seringkali tergesa-gesa untuk melakukan hal ini. Analisis
dan interpretasi data diperlukan untuk merengkumkan apa yang telah diperoleh,
menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan benar. Analisis
dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberi jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data akhirnya
digfunakan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi
kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan penelitian,
hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam
laporan.

 Membuat Interpretasi Yang Sistematik Dari Data Surveilens

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data


secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan . Data yang telah disusun dan
dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan
arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
Analisis data diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data dan proses
pengumpulan data adalah adekuat. Untuk menganalisis data surveilans kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut:

17
·   Apa keistimewaan atau kekhasan data yang didapat?
·        a.  Memulai dari data yang paling sederhana ke data yang paling kompleks
·        b.  Menyadari bila ketidaktepatan dalam data menghalangi analisis-analisis yang
lebih canggih. Jika ada data yang bias maka data tersebut tidak perlu digunakan.
·         c. Sifat data surveilans
·        d. Perubahan dari waktu ke waktu
·        c.  Beberapa sumber-sumber informasi
·        e.  Masalah kualitas dan kelengkapan
·        f.  Butuh pengetahuan yang mendalam tentang sistem evaluasi.

2.5 Laporan dan Diseminasi Surveilans


Langkah akhir rangkaian kegiatan surveilans gizi adalah membuat laporan dan
mendiseminasikan hasil surveilans gizi kepada pihak yang berkepentingan (stake
holder). Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil
pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga
surveilans gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan
surveilans gizi dari Puskesmas/Kecamatan, rumah sakit dan
masyarakat/media kemudian melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Ada beberapa jenis laporan hasil
pelaksanaan surveilans gizi baik yang bersifat rutin maupun laporan khusus
sesuai dengan situasi dan kondisi, laporan berbasis kinerja, dan diseminasi
laporan.
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat
edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang mudah diakses.Diseminasi informasi dapat juga dilakukan
apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil
analisis.

2.6 Penanggulangan dan Pencegahan

Tindakann pencegahan dan penangulangan


1. Meningkatkan sistem dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji secara
terpadu, menyeluruh baik lintas program maupun lintas sektor dengan pendekatan
epidemiologi. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji dengan
mengoptimalkan kemampuan di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten atau kota,
dibas kesehatan provinsi, embarkasi atau debarkasi haji dan di arab saudi.

18
2. Mengembangkan dan meningkatkan pembinaan kesehatan calon/ jamaah haji
dengan pendekatan manajemen resiko, provesional, terintegrasi lintas program,
lintas sektor terkait dan menyikit sertakan peran masyarakat
3. Mengembangkan dan memperkuat jejaringan surveilans dengan fokus penyakit
potensial wabah terutama meningitis meningokokus, penyakit menular baru dan
penyakit menular yang terjangkit kembal, sistem kewaspadaan dini dan respon
KLB, bencana serta musibah masal.
4. Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat kesehatan haji maupun
distribusinya, menjalin kerjasama lintas program sektoral regional ASEAN
bilateral dengan pemerintah Arab Saudi maupun internasional.
5. Meningkatkan dan memantapkan sistem rekrutmen panitia penyelenggaraan
ibadah haji (PPIH ) di Arab Saudi bidang kesehatan dan petugas yang menyertai
jemaah haji melalui prosedur kriteria, serta cara penyeleksian secara berjenjang
dari dinas kesehatan kabupaten atau kota Dinas Kesehatan Provinsi dan pusat.
6. Meningkatkan kemampuan penggalian sumber daya daerah dan sumber daya yang
berasal dari masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan haji
7. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji sehingga
petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan haji standardisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah
haji.
8. Identifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratorium yang akurat
tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen risiko Sesuai dengan standar
yang berlaku
9. Penggalangan kemitraan dengan badan pengelola Pembiayaan Kesehatan seperti
asuransi kesehatan jaminan, pemeliharaan kesehatan masyarakat dan asuransi
kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan haji
10. Fasilitasi dan asistensi metode teknologi pemeriksaan pembinaan serta
pengukuran kualitas kesehatan haji, pengembangan metode dan materi pelatihan
petugas kesehatan haji yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
11. Seluruh Puskesmas pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji dan Dinas
Kesehatan daerah kabupaten atau kota melakukan pemeriksaan rujukan dan
pembinaan kesehatan Sesuai dengan standar.
12. Cakupan imunisasi meningitis meningokokus tetravalen 100% dengan indeks
pemakaian 9.

19
BAB III

KESIMPULAN

Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara


menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan dalam
pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta
perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah
air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pengumpulan data
merupakan tahap mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk menilai kegiatan yang
meliputi data pemeriksaan kesehatan jemaah, pemeriksaan dan pengawasan pemberian
vaksinasi meningitis meningokokus pada jemaah, pemeriksaan dan legalisasi dokumen
kesehatan berupa International Certificate of Vaccination (ICV) serta pengawasan kesehatan
jemaah haji setelah pulang kembali ke daerah masing-masing. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara aktif dan pasif. Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek
ulang, selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk
(transform) dan pengelompokkan berdasarkan variabel tempat, waktu dan orang. Hasil
Pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis
kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor resiko tertentu. Setiap variabel tersebut
disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi). Analisis
data harus relevan,valid,reliable, dan akurat. Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk
mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kuliah Surveilans lanjut oleh imam abrori, KKP Semarang


2. Siswanto, Hari Basuki Notobroto, dkk. 2019. Pengembangan basis data sistem surveilans
kesehatan haji. Jurnal Wijaya, Vol 6 No.2. Universitas Airlangga, Surabaya.
3. Elvan Virgo Hoesea. 2013. Evaluasi kegiatan surveilans kesehatan haji tahun 2014 di
embarkasi haji antara palangkaraya. Jurnal berkala epidemiologi, Vol 2, No. 2.
Palangkaraya, kalimantan tengah.
4. Riva Noviyanti. 2016. Evaluasi atribut kesederhanaan, ketepatan waktu dan stabilitas
pada surveilans kesehatan haji. Departemen epidemiologi fakultas kesehatan masyarakat
universitas airlanga, Surabaya.
5. 2004. WHO Comprehensive Assessment of the National Disease surveilans in Indonesia.
6. Trisnantoro, L. 2005. Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi
Pemerintah 2001-2003. Gadjah Mada University Press
7. Timmreck, C.T. .2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2, terjemahan oleh Munaya
Fauziah, dkk. EGC.
8. McNabb, S.J., et al., Conceptual Framework of Public Health Survellance and Action
and Its Application in Health Sector Reform. BMC Public Health, 2 (2).
9. 2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control
Priority Project.
10. Akperkapuas.files.worspress.com/2010/04/kesehatan- haji
11. Almazinni, Prima .2001. Buku Kesehatan Jemaah Haji, Jakarta ; grafindo
12.Adningsih, 2003. Tidak Merokok Adalah Investasi, Interaksi Media Promosi Kesehatan
Indonesia No XIV, Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai