Anda di halaman 1dari 28

RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

KESEHATAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2022

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam Universitas Islam Negeri

Fatmawati Sukarno Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Pendidikan Management Haji dan Umroh

Oleh:

DINA APRIL DEPIANA

NIM: 2011170047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Jamaah Haji

Dalam Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Tahun

2022 dapat penulis selesaikan, ini merupakan buah pikiran penulis setelah dilakukan konsultasi

dan bimbingan dengan para dosen sesuai dengan prosedur di UIN Fatmawati Bengkulu. Atas

dasar kontribusi-kontribusi dari berbagai pihak dalam penyelesaian. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan semua pihak

yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas, maka pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi

penulis khususnya. Kritik dan saran sangat dinantikan demi kesempurnaan tulisan di masa

mendatang. Semoga Allah Swt. memberikan balasan terbaik bagi hamba-hamba yang

bersungguh-sungguh dalam berilmu di jalan-Nya. Aamiin.

Bengkulu, Januari 2022

DINA APRIL DEPIANA


NIM : 2011170047
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................8
D. Tinjauan Pustaka............................................................................................................10
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR.....................................................................13
A. kajian teori......................................................................................................................13
B. Pelayanan Kesehatan......................................................................................................14
C. Jamaah Haji....................................................................................................................17
BAB III......................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN...........................................................................................................21
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.....................................................................................21
B. Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................................................21
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sample.....................................................................21
D. Variable dan Definisi Operasional..................................................................................22
E. Teknik Analisa data........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi

setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan

fisik dan ataupun keuangan. Setiap tahun lebih 2 juta penduduk dunia yang

berasal dari berbagai negara, dan dengan warna kulit dan jenis kelamin yang

berbeda, menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Satu dari sepuluh

jemaah yang hadir di Mekkah berasal dari Indonesia.

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang tidak saja memerlukan

persiapan dari aspek tuntunan agama tapi juga kesiapan fisik yang merupakan

suatu persyaratan (istitho’ah. Untuk memenuhi ketentuan syar’i dimaksud,

diperlukan upaya bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan pada jemaah

haji. Bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan

rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan

kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan

kesehatan dilaksanakan secara bertahap danberkesinambungan sejak dari

puskesmas, pemeriksaan, bimbingan, dan penyuluhan kesehatan di unit

pelayanan di kabupaten/kota, bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan

jemaah haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama
perjalanan Indonesia-Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji

debarkasi, sampai dengan empat belas hari pertama sekembalinya ke Indonesia.1

Hal ini sesuai dengan fungsi Departemen Kesehatan untuk

mempersiapkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan jemaah

haji agar sehat mandiri. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut Menteri

Kesehatan RI telah menerbitkan Keputusan Nomor 1394/Menkes/SK/XI/2002

tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.

Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi

kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian peribadatan menjadi tidak

maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar

memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya

Penyelenggaraan Ibadah Haji yang bertujuan untuk memberikan

pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan

manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat

berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama

serta Jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga

diperoleh haji mabrur. Sejalan dengan dukungan kebijakan yang ada, upaya

penyelenggaraan ibadah haji termasuk upaya kesehatan dari waktu.

kewaktu selalu ditingkatkan. Namun dengan makin meningkatnya

jumlah calon jemaah haji dari berbagai keragaman etnis dan tingkat pendidikan,

masalah masih selalu muncul dan semakin kompleks, seperti yang dilaporkan

1
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-
yankesbinluh-progkesji.pdf
bahwa angka kesakitan jemaah haji Indonesia 3,3 kali episode. Angka kematian

jemaah haji setiap tahunnya rata-rata 2 orang perseribu jemaah, dengan proporsi

sebab kematian terbanyak dikarenakan penyakit jantung dan penyakit paru-paru.

Penyelenggaraan haji tahun 2004 melaporkan bahwa 45% jemaah haji

meninggal dipondokan. Masalah kesehatan tersebut diatas diperburuk dengan

masalah lingkungan di Arab Saudi yaitu suhu udara yang sangat dingin serta

kelembaban udara yang sangat rendah yang merupakan faktor risiko yang

memberatkan kesehatan Jemaah haji. Penyebab masalah kesehatan di atas antara

lain karena pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan jemaah haji yang masih

rendah, serta kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam pemberdayaan

jemaah haji.2

Dalam menyikapi kasus penyakit yang menjangkit jamaah haji,

pemerintah Indonesia sendiri sudah membentuk tim untuk menangani

permasalahan kesehatan pada saat melakukan ibadah haji yaitu TKHI kelompok

terbang (kloter). Tugas TKHI adalah memberikan pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan kesehatan terhadap jamaah kelompok terbang serta tugas-tugas

administrasi di Asrama Embarkasi, selama perjalanan, selama di Arab Saudi

sampai di Asrama Debarkasi.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh TKHI (Tim Kesehatan Haji

Indonesia) sebagai penunjang dalam kesehatan para jamaah haji di kloter.

Sampai pada saat ini, tenaga kesehatan dituntut agar semua haji di kloter yang

2
rtikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-
dewa89s-bahan-bacaan-pes...
mengalami gangguan pada kesehatan harus ditangani dengan maksimal dan

profesional. Pada kenyataannya, untuk menangani jamaah yang sakit tenaga

medis harus mempersiapkan tempat dan lokasi pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri yang terdiri dari 1 (satu) orang Dokter

dan 2 (dua) paramedis di tiap kloter. Sarana yang menjadi tempat tinggal dalam

tiap kloter tidak dapat cukup menampung jamaah haji yang sakit maka sebagian

dari jamaah haji bergabung dengan kloter lain untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.3

sehingga dalam kunjungan pelayanan kesehatan dan penyuluhan harus

mencari jamaah yang bergabung dengan kloter lain. Tempat tidur perawatan

sementara di sektor hanya terdapat 1 (satu) tempat tidur pemeriksaan dan 3 (tiga)

tempat tidur untuk rawat inap sedangkan jamaah haji yang harus

dirawat/dilayani melebihi kapasitas dikarenakan kurangnya sarana untuk

menunjang pelayanan kesehatan.

Tiap-tiap kloter dan sektor (membawahi tiap kloter) jaraknya berjauhan

sehingga mengalami kesulitan ketika jamaah haji hendak dirujuk ke rumah sakit

terdekat dari maktab dan mengambil kebutuhan obat-obatan atau alat-alat medis

yang kurang di setiap kloter. Tenaga kesehatan juga membawa alat-alat dan

obat-obatan dari lokasi satu ke lokasi lain sesuai dengan urutan kegiatan haji

sedangkan dalam hal seperti ini dibutuhkan tenaga khusus untuk membawa

3
Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-
dewa89s-bahan-bacaan-pes...
peralatan dan alat-alat kesehatan guna memaksimalkan pelayanan kesehatan

terhadap jamaah haji di kloter.4

Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian ini dalam rangka melihat

respon jamaaah haji yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ RESPON

JAMAAH HAJI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

KESEHATAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2022”

B. Rumusan Masalah
Dari banyaknya masalah yang terdapat pada pembatasan masalah yang

dipaparkan di atas maka peneliti mempersempit masalahnya menjadi rumusan

masalah. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif, dan konatif

kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Rejang Lebong?

b) Apakah perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas

pelayanan kesehatan haji?

c) Apakah tingkat pendidikan jamaah haji berpengaruh terhadap respon

kualitas pelayanan kesehatan haji?

d) Apakah jenis kelamin jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas

pelayanan kesehatan haji?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

4
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-
yankesbinluh-progkesji.pdf
a) Untuk mengetahui respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif,

dan konatif kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun

2013

b) Mengetahui perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap respon

kualitas pelayanan kesehatan haji.

c) Mengetahui perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji berpengaruh

terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji.

d) Mengetahui perbedaan jenis kelamin jamaah haji berpengaruh terhadap

respon kualitas pelayanan kesehatan haji.

C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terbagi dua yaitu sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penelitian

selanjutnya agar lebi akurat, menambah referensi pustaka dalam rangka

mengembangkan keilmuan manajemen haji dan umroh dan sebagai tolak

ukur pemerintah khususnya dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan

haji di Indonesia.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktisi, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penulis, Penulis dapat menambah wawasan pengetahuan dari

pengamatan lapangan.
2. TKHI (Tenaga Kerja Haji Indonesia) Penelitian ini dapat menjadi

bahan acuan agar TKHI lebih cekatan dalam menangani pelayanan

kesehatan haji dengan lebih maksimal.

D. Tinjauan Pustaka
Sebagai patokan dari sumber terdahulu agar terciptanya keakuratan data

yang akan dihasilkan dan supaya terhindar dari :

1. Rohayati Khosidah. “Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta

Pondok Gede Pada Musim Haji tahun 2011”. Kesimpulan dari skripsi ini ialah

memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji, dikarenakan dalam

memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji pihak BPAH bekerja sama

dengan instansi terkait seperti panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH)

bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk pelayanan keamanan, pelayanan

keimigrasian bekerja sama dengan pihak imigrasi dan pelayanan

makan/konsumsi bekerja sama dengan perusahaan katering. Metodologi

penelitiannya menggunakan kualiatatif. Subjeknya adalah Badan Pengelola

Asrama Haji Jakarta Pondok Gede dan objeknya Manajemen Pelayanan pada

Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede. Sedangkan pada skripsi yang

peneliti tulis menganai respon pelayanan kesehatan jamaah haji di daerah

Kabupaten Bekasi.

Isnaini S. “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Kesimpulan dari skripsi ini

yaitu penerapan manajemen di dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan


jamaah haji berdasarkan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan dari 12

penyelenggaraan kesehatan jamaah haji yang bersifat kontinum dan

komprehensif dengan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan,

pemeliharaan sesuai standar agar jamaah menjalankan haji dengan baik.

Pemeriksaan fisik yaitu General check up (dari kepala hingga perut),

pemerikasaan penunjang yaitu test darah, urin, test kehamilan dan EKG,

vaksinasi Imunisasi meningitis dan influenza. Metodologi deskriptif kualitatif,

subjeknya kepala seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian

haji/staf haji serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota

Tangerang dan objeknya adalah manajemen yang digunakan dalam pelayanan

kesehatan pada jamaah haji. Sedangkan penulis hanya melihat respon jamaah

haji terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi.

2. Samsul Arif. “ Respon Warga Binaan Terhadap Dakwah Yayasan Media Amal Islami

Dalam Membina Keluarga Pemulung Di Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Kesimpulan

skripsi ini yaitu dakwah yang dilakukan Yayasan Media Amal Islami mengandung efek

dakwah yang baik dalam memberikan informasi atau wawasan Agama Islam sehingga

warga binaan mampu memahami dan mengetahui tentang ajaran islam. Sedangkan

penulis mengkaji tentang respon pelayanan kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan

tahun 2013.

Dari penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas, penulis dengan ini menegaskan

bahwa dalam pembuatan penelitian yang dibuat sangat berbeda dari skripsi sebelumnya.

Dalam hal ini, Skripsi yang penulis buat 13 berjudul Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah
Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013 berbeda dengan judul

penelitian sebelumnya, dari segi metodologi menggunakan penelitian pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian pendekatan deskriptif dari segi metodologi berbeda

dengan penelitian sebelumnya


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. kajian teori
1. Respon
sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi, dalam komunikasi
terdapat komponen-komponen yang meliputi :
a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan;
b. Pesan : pernyataan yang di dukung oleh lambang;
c. Komunikan : orang yang menerima pesan;
d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya;
e. Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.5
Efek ini yang terpenting, dalam suatu komunikasi agar pesan yang disampaikan
komunikator dapat menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak
ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dampak kognitif, yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi
tahu atau meningkat intelektualnya.
2) Dampak afektif, afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif bukan
hanya sekedar tahu tetapi menimbulkan perasaan tertentu.
3) Dampak behavior, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan. Mengenai ruang lingkup teori respon,
mengutip teori Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo menyatakan bahwa
perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons sehingga
teori ini
disebut dengan Teori “S-O-R”.6 Teori ini memberikan asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. 7
Selanjutnya teori ini menekankan pada perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan dapat meyakinkan organisme.8 Organisme adalah 1. Sebarang makhluk
hidup yang melakukan fungsi hidup, antara lain ialah melaksanakan metabolism,
pernafasan, pencernaan, pengeluaran kotoran badan, dan reproduksi. Pembagian
umum yang paling besar dari organisme ini ialah dalam kelompok tanaman dan
5
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-5, h.
6.
6
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h.
7
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni, edisi revisi 2011 (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2011), cet. Ke-2, h. 154.
8
Ibid, h. 155.
binatang. Apabila istilah tersebut dipakai tanpa spesifikasi dalam penulisan
psikologis, hal tersebut menunjuk pada binatang. 2. Secara metaforis, berarti
kelompok sosial.9

Model teori S-O-R dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons)


Sumber : Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi

RESPON PENUTUP
STIMULUS ORGANISME pengetahuan sikap

RESPON TERTUTUP
Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat praktik tindakan menjadi
dikelompokan
dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat
diamati orang lain dari luar.
Dalam teori Skiner dalam Soedikjo Notoatmodjo, respon terbagi dua jenis
respons, yaitu :
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eleciting stimuli,
karena menimbulkan responsresponyang relative tetap dan respondent respons
juga mencakup perilaku emosional.
b. Operant respons atau instrumental respon, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena
berfungsi untuk memperkuat respons.10
Dengan demikian, proses untuk menerima suatu pesan yang diberitakan
oleh pembawa berita kepada penerima pesan tergantung terhadap stimulus dan
rangsangan dari penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik.

9
0 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, h. 344
10
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43-45
B. Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah 1. Perihal atau
cara melayani; 2. Servis, jasa; 3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan
jual beli barang atau jasa. 11 Pelayanan adalah sebuah cara untuk melayani dalam
bidang jual beli sebuah barang ataupun yang dilakukan hanya menggunakan jasa.
Untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
mengutip pendapatnya Philip kottler dalam Dzul Kifli menyatakan bahwa faktor
penentu peningkatan mutu pelayanan, sebagai berikut :
1) Akses Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai
pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.
2) Komunikasi Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien.
3) Kompetensi Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan.
4) Kesopanan Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan
penuh perhatian.
5) Kredibilitas Instansi atau pegawai harus bisa dipercaya dan memahami
keinginan utama yang diharapkan klien.
6) Reabilitas Pelayanan harus dilaksanakan secara konsisten dan cermat.
7) Cepat tanggap
Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas permintaan
dan masalah klien.
8) Kepastian
Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang meragukan.
9) Hal-hal yang berwujud
Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan cermat
memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.
10) Memahami atau mengenali masyarakat
Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau klien dengan
memberikan perhatian secara individu.12
b. Pengertian Kesehatan
Kesehatan asal kata dari sehat yang artinya keadaan (hal) sehat; kebaikan
keadaan (badan dsb).13 Mengutip dari Juli Soemirat Slamet istilah kesehatan itu
sendiri di dalam Undang-Undang no.9 Tahun 1960, tentang pokok-pokok, Bab I
Pasal 2 didefinisikan sebagai berikut :
“yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-Undang ini ialah
keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan” Istilah ini telah

11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 504.
12
Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 15-16.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 794
sedikit berubah dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut :
“kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi”
Definisi kesehatan dalam Undang-Undang no. 9 tahun 1960 tersebut sangat
mirip dengan definisi yang dianut oleh organisasi kesehatan sedunia sebagai berikut
:
“health is defined as a state of complete physical, mental, and social
wellbeing and not morely the absence of disease or infirmity” 14 artinya adalah
kesehatan didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
secara lebih lengkap dan tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Menurut Dr. Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro problem
kesehatan adalah problem kesehatan yang menyangkut keadaan jasmani, jiwa dan
sosial.15 Menurut pandangan Islam, kesehatan yaitu bahwa orang yang paling mulia
di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. 16 Kesehatan dan kemampuan fisik
prima (kebugaran), merupakan prasyarat mutlak untuk mampu melaksanakan
kegiatan ibadah haji dengan baik dan sempurna. Pengertian sehat adalah sehat
jasmani, mental dan sosial, jadi bukan hanya bebas dari penyakit dan cacat semata. 17
Jadi kesehatan dapat disimpulkan yang artinya terbebas dari penyakit dan
cacat yang membuat jasmani, rohani dan sosial bugar karena mendapatkan nikmat
mulia dari Allah swt.
c. Pengertian Pelayanan Kesehatan Dalam ekonomi
kesehatan mengutip dari Mill yang diterjemahkan kedalam pengertian
kesehatan dan pelayanan kesehatan, bahwa kesehatan hanya memiliki value in use
dan bukannya value in excharge. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjual belikan
(not tradeable). Dengan demikian berarti kesehatan bukanlah suatu komoditi
sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu komoditi. 18 Sedangkan menurut
Soekidjo Notoatmodjo, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 19 Sedangkan dalam Buku
Acuan Nasional, pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan/ataupun
masyarakat.20

14
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), cet. Ke-
1, h. 4.
15
Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan : Sumbangan Islam
Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), cet. Ke-1, h.158
16
Ibid, h.162.
17
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet. Ke-1, h. 42.
18
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), cet.
Ke-1, h. 7
19
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 5.
20
Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional; Pelayanan Kesehatan maternal
dan Neonatal, edisi pertama (Jakarta: JNPKKR-POGI, 2002), cet. Ke-3, h. 17.
Untuk mengadakan pelayanan ada yang dinamakan pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk
menentukan keadaan kesehtan seseorang.21

d. Jenis Pelayanan Kesehatan


Setelah menjabarkan pengertian dari pelayanan kesehatan, menurut Soekidjo
Notoatmodjo pelayanan kesehatan dibagi atas 2 jenis, yaitu :
a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat
yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkatkan status
kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompok profesi
kesehatan masyarakat.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat
yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih
kesehatannya. Pada prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan oleh kelompok
profesi kedokteran22
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan mutu
pelayanan rumah-rumah sakit, lemabaga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat
kesehatan masyarakat serta lembaga-lembaga kesehatan lainnya, perlu juga
pemerataan tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya serta penyedian
obat yang semakin merata dan terjangkau oleh rakyat. 23 Mengutip dari Robert dan
Prevost dalam YBP.SP menyatakan bahwa mutu pelayanan memiliki perbedaan
dimensi, yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait
pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas
dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita
oleh pasien.
b. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan,
dan atau kemampuan menekan beban biaya penyandang dana. 24
Adapun unsur-unsur pelayanan kesehatan yang saling berkaitan dan
mempengaruhi yaitu sebagai berikut :25
1. Unsur masukan Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan. Dan unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana
dan sarana.

21
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah, h. 26.
22
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 36.
23
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, h. 286.
24
5 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 21
25
Ibid, h. 20.
2. Unsur lingkungan Keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Unsur lingkungan yang terpenting adalah kebijakan,
organisasi dan manajemen untuk suatu institusi kesehatan.
3. Unsur proses Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Tindakan dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam
yaitu tindakan medis dan tindakan non-medis.
4. Unsur keluaran Menunjukan pada penampilan (performance) pelayanan
kesehatan. Penampilan dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan aspek
medis pelayanan kesehatan dan penampilan aspek non-medis pelayanan
kesehatan.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan mempunyai arti memberikan
kegiatan yang pantas diberikan kepada seseorang guna membantu agar dapat pulih
dari masalah ataupun gangguan kesehatan. Setelah pulih dari masalah itu,
sebaiknya dijaga dan dirawat agar sehat seterusnya.

C. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang secara bersama-
sama dalam satu ikatan yang bertujuan mengerjakan amal kebajikan. 26
Haji adalah salah satu rukun islam yang kelima ditujukan kepada
muslim yang mampu (fisik dan materi), bila seorang muslim mampu untuk
mengerjakan haji tetapi dia melaksanakan haji selama hidupnya maka islamnya
tidak sempurna. Menurut Thalal bin Ahmad Al-‘Aqil dalam bukunya
menyatakan haji adalah salah satu rukun dari rukun islam, tidak sempurna
islamnya seseorang yang mampu menunaikan haji sampai ia berhaji. 27
Haji dalam pengertian bahasa, mempunyai arti adalah menyengaja atau
menuju dan mengunjungi.28
Menurut Sahlan Asnawi, haji merupakan puncak ibadah bagi ummat
Islam, oleh karena itu haji merupakan lambing setinggitingginya bagi seorang
hamba kepada Rabbnya.29 Menurut Gus Arifin, menyatakan bahwa menunaikan
ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan bagi umat Islam
sedunia yang mampu (secara materiil, fisik) serta aman dalam perjalanan
menuju haramain (dua tempat haram) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapakegiatan di beberapa tempat pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji.30

26
Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Hari Kiamat Kubra,
(Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25.
27
Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn., t.t.). h. 7.
28
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktis Menjalankan Ibadah Haji
dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi revisi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2013), cet. Ke-6, h. 17
29
Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press, 2001), cet. Ke-1, h. 17.
30
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, h. 17
Dari semua pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa haji adalah
proses ibadah yang dikerjakan oleh umat muslim yang mampu secara materi
maupun fisik agar dapat melaksanakan rukun islam kelima, dikerjakan pada
waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh Al- Qur’an dan Hadist. Adapun
sejarah dimulainya haji itu saat terunnya Nabi Adam ke bumi, dan alloh
mendirikan bangunan pertama kali yaitu baitullah. Sesuai dengan surat Ali
Imron ayat 96 yang berbunyi :
َ‫اس لَلَّ ِذيْ بِبَ َّكةَ ُم ٰب َر ًكا َّوهُدًى لِّ ْل ٰعلَ ِم ْي ۚن‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫اِ َّن اَ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُّو‬
Artinya :“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibangun untuk tempat
beribadah, itulah rumah yang di Ka’bah yang diberkati dan yang menjadi
petunjuk bagi segenap manusia” (QS: Ali Imron;96)
Ka’bah merupakan rumah yang mula-mula ada dibangun dipermukaan
bumi sekaligus merupakan tempat menyembah Allah subhanahu wata’ala,
namun mengingat karena tuanya maka menjadi rapuh dan setelah terkena banjir
(zaman Nabi Nuh) maka Ka’bah menjadi rusak. Pada masa Nabi Ibrahim, Allah
memerintahakn kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun
kemabali Ka’bah yang rusak. Ketika Ka’bah selesai di bangun, Allah kembali
memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar dipakai dan dikunjungi
untuk tempat ibadah. Sesuai dengan FirmanNya dalam Kitab Al-Qur’an yang
berbunyi :
ۖ ‫صلًّى‬
َ ‫وا ِمن َّمقَ ِام ِإ ْب ٰ َر ِهۦ َم ُم‬ ۟ ‫َو ْذ َج َع ْلنَا ْٱلبَيْتَ مثَابَةً لِّلنَّاس َوَأ ْمنًا َوٱتَّ ِخ ُذ‬
ِ َ ‫ِإ‬
‫يل َأن طَهِّ َرا بَ ْيتِ َى لِلطَّٓاِئفِينَ َو ْٱل ٰ َع ِكفِينَ َوٱلرُّ َّك ِع‬ َ ‫َو َع ِه••• ْدنَٓا ِإلَ ٰ ٓى ِإبْ••• ٰ َر ِهۦ َم َوِإ ْس••• ٰ َم ِع‬
‫ٱل ُّسجُو ِد‬
Artinya : “Dan Kami telah perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail;
Sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang bertawaf,, yang beri’tikaf,
orang-orang yang ruku’ dan sujud” (QS: Al-Baqarah; 125)
Mengutip pendapat Jumhur Ulama dalam Sahlan Asnawi, ibadah haji
difardhukan pada tahun ke 6 Hijriyah. Namun, ketika pada saat itu di Mekah
dan sekitar Ka’bah orang-orang Jahiliyah masih berthawaf dengan telanjang
maka Nabi memerintahkan Abu Bakar untuk membenahi dan menyempurnakan
syariat haji sesuai perintah Allah. Maka kaum muslimin mengerjakan haji pada
tahun ke 9 Hijriyah disusul dengan Ali sahabat Rasullah. 31
2. Syarat-Syarat Haji
Ada beberapa syarat-syarat haji, antara lain : 32
a. Islam
b. Baligh (dewasa)
c. Berakal sehat
d. Merdeka (bukan budak)
e. Istitha’ah (mampu) :
1) Jasmani & rohani
2) Ekonomi
31
3 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, h. 41-44.
32
Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.
3) Keamanan
Penulis hanya membahas syarat haji tentang istitha’ah jasmani& rohani,
ekonomi dan keamanan. Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam
beberapa hal, antara lain :33

a. Istithâ’ah harta
Yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik Haji (ONH) pergi
dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal, makanan dan minuman yang
cukup. Orang yang berangkat haji dengan cara meminta-minta dan mengajukan
proposal untuk mendapatkan ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah
atau dari instansi tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka.
Namun demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain,
hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Berangkat haji dengan pemberian atau hadiah orang lain boleh diterima,
namun tidak wajib menerimanya apalagi bila diketahui bahwa biaya yang
diberikan bersumber dari yang haram, misalnya seorang koruptor menghajikan
karyawannya atau hasil dari perjudian dan minuman keras atau hasil pajak judi
dan perzinahan dan lain-lain, maka sebaiknya dia tidak menerima pemberian
tersebut dan tidak boleh berangkat dengan uang yang haram. Oleh sebab itu
seorang koruptor tidak wajib melaksanakan haji sebelum dia mengembalikan
harta hasil korupsinya kepada pemiliknya, karena haqqul ibadah (hak manusia)
berdasarkan pada perjanjian (kompromi) sedangkan haji adalah hak Allah Swt
berdasarkan pada toleransi.
Oleh sebab itu hendaklah mendahulukan hak manusia dari hak Allah karena
Alah Maha Mulia lagi Maha Pemaaf. Diriwayatkan dalam beberapa hadis bahwa
ketika orang yang berangkat haji dengan harta yang halal berkata Labbaik
Allahumma labbaik (Ya Allah kami datang menjawab panggilan Mu, maka
Allah menjawab : Allah menerima permohonan-Mu dan Allah memuliakan-Mu.
Sedangkan ketika orang yang berhaji dengan harta yang haram ketika berteriak
dengan ucapan Labbaik Allahumma labbaik, Allah berkata kepadanya : Allah
tidak menjawab permohonanmu dan tidak pula memuliakanmu dan hajimu
dikembalikan kepadamu, kembalilah dengan membawa dosa dan tanpa pahala.
b. Istithâ’ah dalam kesehatan.
Kemampuan fisik salah satu syarat wajib mengerjakan haji karena pekerjaan
ibadah haji berkaitan dengan kemampuan badaniah, hampir semua rukun dan
wajib haji berkaitan erat dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun
qalbi). Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih) atau
idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib haji baginya ada
pemandu atau penuntun yang membimbing pelaksanaan hajinya.
Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai kemampuan
untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di perjalanan, boleh mewakilkan
hajinya kepada orang lain. Diriwayatkan dalam hadis shahih dari Jamaah dari

33
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:p olri-dan-kpk-
join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
Ibnu Abbas ra. bahwa ada seorang perempuan dari Khatsam berkata : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ayahku punya kemampuan harta untuk mengerjakan
haji, namun dia sudah tua renta, tidak mampu duduk lama di dalam kendaraan
(di atas unta), maka Rasulullah Saw bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa itu
ditanyakan kepada Rasulullah pada Haji Wada’.
Berdasarkan hadis ini, kemampuan fisik sangat menentukan dan tidak
melihat kepada umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan Arab Saudi untuk
memberlakukan batas umur 65 tahun tidak boleh haji, belum layak untuk
diberlakukan, karena ada sebagian orang meskipun umur sudah lebih 65 tahun,
akan tetapi masih mempunyai kemampuan fisik untuk berhaji.
c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat transportasi
sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya merupakan syarat wajib haji.
Jika seseorang sudah mendapatkan visa haji akan tetapi tidak ada tiket
pesawat reguler atau carter yang membawanya ke haji, maka kewajibannya telah
gugur, dan demikian pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa
muhrim/mahram, maka belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw
bersabda : Wanita tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani
suami atau mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini,
Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut dan
berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa haji dan
umrah.
Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat terlaksananya
semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan, semakin tinggi pula
tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang kemampuan, berkurang pula
tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt tidak membebankan seseorang
melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari semua itu agar ibadah terlaksana
dengan ikhlas.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pada pendekatan
kuantitatif dapat diukur dan hitung sehingga penelitian ini menjadi lebih teliti untuk
mendapatkan hasil yang akurat. penelitian/metode kuantitatif adalah suatu
penelitian/metode yang didasari oleh falsafah positivism yaitu ilmu yang valid, ilmu
yang dibangun dari empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan
membuat generalisasi atas rerata.34
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Penelitian/metode
deskriptif adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa
sekarang dengan interprestasi yang tepat. 35

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang
Lebong yang beralamat di Simpang Nangka, kec. Selupu Rejang, Kab Rejang Lebong.
Dan yang menjadi alasan lokasi penelitian adalah sebagai berikut.
1. Lokasi penelitian cukup terjangkau dari tempat tinggal peneliti sehingga penelitian
mudah untuk dikerjakan.
a. Orang tua (Bapak maupun Ibu) peneliti menyarankan untuk dilakukannya
penelitian ini, karena Orang tua pernah menjadi Tenaga Kesehatan Haji
Indonesia (TKHI) pada tahun 2020 dan 2021.
Terdapat keterbatasan waktu dan tenaga sehingga peneliti memilih penelitian
ini.
Adapun waktu penelitian skripsi ini diawali pada bulan oktober 2021.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sample


Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang- orang,
benda-benda, dan ukuran lain dari objek yang menjadi perhatian 36. Dalam penelitian ini,
populasi adalah Jamaah Haji di Kabupaten Rejang Lebong yaitu sebanyak 2122 orang.
Sedangkan sempel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari
populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki ileh sampel. 37 Sampel
dalam penelitian ini yaitu Jamaah haji yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

34
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), cet.
Ke-2, h.
35
bid, h. 33.
36
3 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi 2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12.
37
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124
1. Jamaah haji yang melakukan ibadah haji pada tahun 2021.
2. Jamaah haji yang berasal dari Kabupaten Rejang Lebong.
Sesuai dengan karakteristik yang dipaparkan di atas, karena jumlah populasi
jamaah haji yang cukup banyak maka penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling ialah sampling dimana pemilihan elemen populasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga setiap elemen tersebut mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih.38 Untuk menentukan sampel menggunakan rumus slovin diantaranya
sebagai berikut39:
n= N
1 + Ne2
keterangannya :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir
Maka dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut: Diketahui:
N = 2122
e = 15% = 0,15
Ditanyakan: nilai n
Jawab: n = 2122 = 2122
1 + 2122 (0,15)2 1 + 2122 (0,0225)
n = 2122
48.745
= 43.53267 maka mendekati angka 44
Jadi, sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden tetapi penulis
menggenapkan menjadi 45 responden agar lebih mudah menghitungnya.

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah respon pelayanan kesehatan
di Dinas Kesehatan wilayah Kabupaten Rejang Lebong.
1) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut:
a. Observasiatau pengamatan langsung Observasi atau pengamatan langsung
adalah mengadakan penelitian langsung ke lapangan atau di laboratorium
terhadap objek 37 penelitan.7 Penelitian ini mengamati langsung tentang respon
pelayanan kesehatan jamaah haji di Kabupaten Bekasi.
b. Angket Angket adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan
standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap
responden.8 Angket dalam penelitian ini ditujukan kepada jamaah haji di

38
J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24.
39
Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh
Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003)
cet. Ke-2, h. 141-142.
Kabupaten Rejang Lebong yang berangkat pada tahun 2021 untuk menanyakan
tentang pelayanan kesehatan.
c. Dokumentasi Mengutip Meleong dan Parsudi dalam dokumentasi adalah
catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis untuk
keperluan pengujian berguna bagi sumber data dan bukti.

E. Variable dan Definisi Operasional


a. Variabel Penelitian
1. Penelitian ini membagi dua variable penelitian agar lebih spesifik dan tidak
samar untuk dibaca yaitu, sebagai berikut: a. Variabel independen 1. Materi
pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan.
1) Definisi operasi : Wawasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
jamaah haji, mengenai pelayanan kesehatan.
2) Indikator :
a. Materi yang diberikan tentang sikap hidup bersih kepada jamaah.
b. Materi seputar kebersihan lingkungan.
c. Materi tentang makanan yang sehat.
d. Materi membahas tentang berolahraga
e. Materi yang diberikan seputar kebiasaan merokok
2. Metode pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan
a. Definisi operasional: teknik atau usaha yang digunakan oleh tenaga
kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan.
b. Indikator: Penyuluhan langsung kesehatan perorangan.
c. Penyuluhan langsung terhadap kelompok.
d. Peragaan/alat peraga yang mudah dimengerti.
e. Diskusi yang bersifat interaktif/tukar pendapat secara nyaman
3. Media yang digunakan dalam pelayanan kesehatan
1) Definisi operasional: Media yang digunakan oleh tenaga kesehatan dalam
proses pelayanan kesehatan.
2) Indikator: Tenaga kesehatan menyampaikan materi menggunakan
microphone.
3) Tenaga kesehatan menyampaikan materi melalui kaset/tape recorder.
4) Media VCD/DVD dalam rangkaian materi pelayanan kesehatan haji. 35
5) Pemutaran film tentang kesehatan haji.
4. Sikap dari petugas pelayanan kesehatan haji
1) Definisi operasional: pengaruh sikap tenaga kesehatan terhadap jamaah
haji.
2) Indikator: Petugas kesehatan terlihat ramah saat melakukan tindakan
kesehatan.
3) Sopan santun yang diberikan jamaah haji.
4) Petugas pelayanan kesehatan melakukan tugasnya secara professional.
5) Kreatif dan inovatif ketika memberikan penyuluhan kesehatan.
b. Variabel dependen
1. Dampak kognitif
1) Definisi operasional:
2) Indikator:
a) Jamaah haji mengetahui tenaga kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan dengan sopan santun.
b) Jamaah haji mendapat pelayanan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhannya.
c) Jamaah haji tahu pelayanan kesehatan yang memuaskan atau tidak
memuaskan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
d) Jamaah haji mendapatkan pengetahuan tentang pelayanan
kesehatan yang sebelumnya tidak diketahui.
2. Dampak afektif
1) Definisi operasional:
2) Indikator:
a. Jamaah haji berusaha lebih khusu dalam menjalankan ibadah haji.
b. Jamaah haji lebih semangat dalam melaksanakan ibadah sunah di Tanah
Suci.
c. Jamaah haji lebih rajin konsultasi tentang kesehatan kepada petugas
kesehatan.
Jamaah haji memiliki perasaan yang peka terhadap kesehatan diri sendiri
maupun jamaah yang lain.
Jamaah haji lebih sigap dalam menjaga pola hidup sehat.

F. Teknik Analisa data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut:
a. Observasi atau pengamatan langsung
Observasi atau pengamatan langsung adalah mengadakan penelitian langsung
ke lapangan atau di laboratorium terhadap objek 37 penelitan.7 Penelitian ini
mengamati langsung tentang respon pelayanan kesehatan jamaah haji di Kabupaten
Bekasi.
b. Angket
Angket adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar
sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden.8 Angket
dalam penelitian ini ditujukan kepada jamaah haji di Kabupaten Bekasi yang berangkat
pada tahun 2013 untuk menanyakan tentang pelayanan kesehatan.
c. Dokumentasi
Mengutip Meleong dan Parsudi dalam dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya
merupakan setiap pernyataan tertulis untuk keperluan pengujian berguna bagi sumber
data dan bukti.
DAFTAR PUSTAKA

Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari


bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf

rtikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari


dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes...

Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari


dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes...

Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari


bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2002), cet. Ke-5, h. 6.

Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h.


Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni, edisi revisi 2011 (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2011), cet. Ke-2, h. 154.
Ibid, h. 155.

0 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, h. 344

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43-45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 504.

Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2010), h. 15-16.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 794

Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University


Press, 1994), cet. Ke-1, h. 4.

Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan :
Sumbangan Islam Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1986), cet. Ke-1, h.158
Ibid, h.162.
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet.
Ke-1, h. 42.

Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), cet. Ke-1, h. 7

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 5.

Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional; Pelayanan


Kesehatan maternal dan Neonatal, edisi pertama (Jakarta: JNPKKR-POGI, 2002), cet.
Ke-3, h. 17.

Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah, h. 26.

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 36.

Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, h. 286.

5 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 21


Ibid, h. 20.

Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Hari
Kiamat Kubra, (Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25.

Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn.,
t.t.). h. 7.

Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktis
Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi
revisi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), cet. Ke-6, h. 17

Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press,
2001), cet. Ke-1, h. 17.

Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, h. 17

3 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, h. 41-44.

Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:p
olri-dan-kpk-join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2011), cet. Ke-2, h.
bid, h. 33.

3 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12.

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124

J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24.

Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset
Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta:
PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003) cet. Ke-2, h. 141-142.

Anda mungkin juga menyukai