Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam Universitas Islam Negeri
Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Pendidikan Management Haji dan Umroh
Oleh:
NIM: 2011170047
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Jamaah Haji
Dalam Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Tahun
2022 dapat penulis selesaikan, ini merupakan buah pikiran penulis setelah dilakukan konsultasi
dan bimbingan dengan para dosen sesuai dengan prosedur di UIN Fatmawati Bengkulu. Atas
dasar kontribusi-kontribusi dari berbagai pihak dalam penyelesaian. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan semua pihak
yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas, maka pada kesempatan ini penulis ingin
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
penulis khususnya. Kritik dan saran sangat dinantikan demi kesempurnaan tulisan di masa
mendatang. Semoga Allah Swt. memberikan balasan terbaik bagi hamba-hamba yang
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................8
D. Tinjauan Pustaka............................................................................................................10
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR.....................................................................13
A. kajian teori......................................................................................................................13
B. Pelayanan Kesehatan......................................................................................................14
C. Jamaah Haji....................................................................................................................17
BAB III......................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN...........................................................................................................21
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.....................................................................................21
B. Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................................................21
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sample.....................................................................21
D. Variable dan Definisi Operasional..................................................................................22
E. Teknik Analisa data........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi
setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan
fisik dan ataupun keuangan. Setiap tahun lebih 2 juta penduduk dunia yang
berasal dari berbagai negara, dan dengan warna kulit dan jenis kelamin yang
berbeda, menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Satu dari sepuluh
persiapan dari aspek tuntunan agama tapi juga kesiapan fisik yang merupakan
jemaah haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama
perjalanan Indonesia-Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji
haji agar sehat mandiri. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut Menteri
maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar
berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama
serta Jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga
diperoleh haji mabrur. Sejalan dengan dukungan kebijakan yang ada, upaya
jumlah calon jemaah haji dari berbagai keragaman etnis dan tingkat pendidikan,
masalah masih selalu muncul dan semakin kompleks, seperti yang dilaporkan
1
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-
yankesbinluh-progkesji.pdf
bahwa angka kesakitan jemaah haji Indonesia 3,3 kali episode. Angka kematian
jemaah haji setiap tahunnya rata-rata 2 orang perseribu jemaah, dengan proporsi
masalah lingkungan di Arab Saudi yaitu suhu udara yang sangat dingin serta
kelembaban udara yang sangat rendah yang merupakan faktor risiko yang
lain karena pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan jemaah haji yang masih
jemaah haji.2
permasalahan kesehatan pada saat melakukan ibadah haji yaitu TKHI kelompok
Sampai pada saat ini, tenaga kesehatan dituntut agar semua haji di kloter yang
2
rtikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-
dewa89s-bahan-bacaan-pes...
mengalami gangguan pada kesehatan harus ditangani dengan maksimal dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri yang terdiri dari 1 (satu) orang Dokter
dan 2 (dua) paramedis di tiap kloter. Sarana yang menjadi tempat tinggal dalam
tiap kloter tidak dapat cukup menampung jamaah haji yang sakit maka sebagian
dari jamaah haji bergabung dengan kloter lain untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.3
mencari jamaah yang bergabung dengan kloter lain. Tempat tidur perawatan
sementara di sektor hanya terdapat 1 (satu) tempat tidur pemeriksaan dan 3 (tiga)
tempat tidur untuk rawat inap sedangkan jamaah haji yang harus
sehingga mengalami kesulitan ketika jamaah haji hendak dirujuk ke rumah sakit
terdekat dari maktab dan mengambil kebutuhan obat-obatan atau alat-alat medis
yang kurang di setiap kloter. Tenaga kesehatan juga membawa alat-alat dan
obat-obatan dari lokasi satu ke lokasi lain sesuai dengan urutan kegiatan haji
sedangkan dalam hal seperti ini dibutuhkan tenaga khusus untuk membawa
3
Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dari dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-
dewa89s-bahan-bacaan-pes...
peralatan dan alat-alat kesehatan guna memaksimalkan pelayanan kesehatan
Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian ini dalam rangka melihat
respon jamaaah haji yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ RESPON
B. Rumusan Masalah
Dari banyaknya masalah yang terdapat pada pembatasan masalah yang
a) Bagaimana respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif, dan konatif
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di atas,
4
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-
yankesbinluh-progkesji.pdf
a) Untuk mengetahui respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif,
2013
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terbagi dua yaitu sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
haji di Indonesia.
b. Kegunaan Praktis
pengamatan lapangan.
2. TKHI (Tenaga Kerja Haji Indonesia) Penelitian ini dapat menjadi
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai patokan dari sumber terdahulu agar terciptanya keakuratan data
Pondok Gede Pada Musim Haji tahun 2011”. Kesimpulan dari skripsi ini ialah
Asrama Haji Jakarta Pondok Gede dan objeknya Manajemen Pelayanan pada
Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede. Sedangkan pada skripsi yang
Kabupaten Bekasi.
Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Kesimpulan dari skripsi ini
pemerikasaan penunjang yaitu test darah, urin, test kehamilan dan EKG,
subjeknya kepala seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian
haji/staf haji serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota
kesehatan pada jamaah haji. Sedangkan penulis hanya melihat respon jamaah
2. Samsul Arif. “ Respon Warga Binaan Terhadap Dakwah Yayasan Media Amal Islami
skripsi ini yaitu dakwah yang dilakukan Yayasan Media Amal Islami mengandung efek
dakwah yang baik dalam memberikan informasi atau wawasan Agama Islam sehingga
warga binaan mampu memahami dan mengetahui tentang ajaran islam. Sedangkan
penulis mengkaji tentang respon pelayanan kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan
tahun 2013.
Dari penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas, penulis dengan ini menegaskan
bahwa dalam pembuatan penelitian yang dibuat sangat berbeda dari skripsi sebelumnya.
Dalam hal ini, Skripsi yang penulis buat 13 berjudul Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah
Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013 berbeda dengan judul
kuantitatif dengan jenis penelitian pendekatan deskriptif dari segi metodologi berbeda
A. kajian teori
1. Respon
sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi, dalam komunikasi
terdapat komponen-komponen yang meliputi :
a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan;
b. Pesan : pernyataan yang di dukung oleh lambang;
c. Komunikan : orang yang menerima pesan;
d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya;
e. Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.5
Efek ini yang terpenting, dalam suatu komunikasi agar pesan yang disampaikan
komunikator dapat menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak
ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dampak kognitif, yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi
tahu atau meningkat intelektualnya.
2) Dampak afektif, afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif bukan
hanya sekedar tahu tetapi menimbulkan perasaan tertentu.
3) Dampak behavior, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan. Mengenai ruang lingkup teori respon,
mengutip teori Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo menyatakan bahwa
perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons sehingga
teori ini
disebut dengan Teori “S-O-R”.6 Teori ini memberikan asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. 7
Selanjutnya teori ini menekankan pada perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan dapat meyakinkan organisme.8 Organisme adalah 1. Sebarang makhluk
hidup yang melakukan fungsi hidup, antara lain ialah melaksanakan metabolism,
pernafasan, pencernaan, pengeluaran kotoran badan, dan reproduksi. Pembagian
umum yang paling besar dari organisme ini ialah dalam kelompok tanaman dan
5
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-5, h.
6.
6
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h.
7
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni, edisi revisi 2011 (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2011), cet. Ke-2, h. 154.
8
Ibid, h. 155.
binatang. Apabila istilah tersebut dipakai tanpa spesifikasi dalam penulisan
psikologis, hal tersebut menunjuk pada binatang. 2. Secara metaforis, berarti
kelompok sosial.9
RESPON PENUTUP
STIMULUS ORGANISME pengetahuan sikap
RESPON TERTUTUP
Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat praktik tindakan menjadi
dikelompokan
dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat
diamati orang lain dari luar.
Dalam teori Skiner dalam Soedikjo Notoatmodjo, respon terbagi dua jenis
respons, yaitu :
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eleciting stimuli,
karena menimbulkan responsresponyang relative tetap dan respondent respons
juga mencakup perilaku emosional.
b. Operant respons atau instrumental respon, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena
berfungsi untuk memperkuat respons.10
Dengan demikian, proses untuk menerima suatu pesan yang diberitakan
oleh pembawa berita kepada penerima pesan tergantung terhadap stimulus dan
rangsangan dari penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik.
9
0 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, h. 344
10
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43-45
B. Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah 1. Perihal atau
cara melayani; 2. Servis, jasa; 3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan
jual beli barang atau jasa. 11 Pelayanan adalah sebuah cara untuk melayani dalam
bidang jual beli sebuah barang ataupun yang dilakukan hanya menggunakan jasa.
Untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
mengutip pendapatnya Philip kottler dalam Dzul Kifli menyatakan bahwa faktor
penentu peningkatan mutu pelayanan, sebagai berikut :
1) Akses Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai
pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.
2) Komunikasi Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien.
3) Kompetensi Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan.
4) Kesopanan Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan
penuh perhatian.
5) Kredibilitas Instansi atau pegawai harus bisa dipercaya dan memahami
keinginan utama yang diharapkan klien.
6) Reabilitas Pelayanan harus dilaksanakan secara konsisten dan cermat.
7) Cepat tanggap
Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas permintaan
dan masalah klien.
8) Kepastian
Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang meragukan.
9) Hal-hal yang berwujud
Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan cermat
memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.
10) Memahami atau mengenali masyarakat
Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau klien dengan
memberikan perhatian secara individu.12
b. Pengertian Kesehatan
Kesehatan asal kata dari sehat yang artinya keadaan (hal) sehat; kebaikan
keadaan (badan dsb).13 Mengutip dari Juli Soemirat Slamet istilah kesehatan itu
sendiri di dalam Undang-Undang no.9 Tahun 1960, tentang pokok-pokok, Bab I
Pasal 2 didefinisikan sebagai berikut :
“yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-Undang ini ialah
keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan” Istilah ini telah
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 504.
12
Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 15-16.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 794
sedikit berubah dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut :
“kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi”
Definisi kesehatan dalam Undang-Undang no. 9 tahun 1960 tersebut sangat
mirip dengan definisi yang dianut oleh organisasi kesehatan sedunia sebagai berikut
:
“health is defined as a state of complete physical, mental, and social
wellbeing and not morely the absence of disease or infirmity” 14 artinya adalah
kesehatan didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
secara lebih lengkap dan tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Menurut Dr. Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro problem
kesehatan adalah problem kesehatan yang menyangkut keadaan jasmani, jiwa dan
sosial.15 Menurut pandangan Islam, kesehatan yaitu bahwa orang yang paling mulia
di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. 16 Kesehatan dan kemampuan fisik
prima (kebugaran), merupakan prasyarat mutlak untuk mampu melaksanakan
kegiatan ibadah haji dengan baik dan sempurna. Pengertian sehat adalah sehat
jasmani, mental dan sosial, jadi bukan hanya bebas dari penyakit dan cacat semata. 17
Jadi kesehatan dapat disimpulkan yang artinya terbebas dari penyakit dan
cacat yang membuat jasmani, rohani dan sosial bugar karena mendapatkan nikmat
mulia dari Allah swt.
c. Pengertian Pelayanan Kesehatan Dalam ekonomi
kesehatan mengutip dari Mill yang diterjemahkan kedalam pengertian
kesehatan dan pelayanan kesehatan, bahwa kesehatan hanya memiliki value in use
dan bukannya value in excharge. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjual belikan
(not tradeable). Dengan demikian berarti kesehatan bukanlah suatu komoditi
sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu komoditi. 18 Sedangkan menurut
Soekidjo Notoatmodjo, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 19 Sedangkan dalam Buku
Acuan Nasional, pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan/ataupun
masyarakat.20
14
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), cet. Ke-
1, h. 4.
15
Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan : Sumbangan Islam
Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), cet. Ke-1, h.158
16
Ibid, h.162.
17
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet. Ke-1, h. 42.
18
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), cet.
Ke-1, h. 7
19
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 5.
20
Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional; Pelayanan Kesehatan maternal
dan Neonatal, edisi pertama (Jakarta: JNPKKR-POGI, 2002), cet. Ke-3, h. 17.
Untuk mengadakan pelayanan ada yang dinamakan pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk
menentukan keadaan kesehtan seseorang.21
21
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah, h. 26.
22
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 36.
23
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, h. 286.
24
5 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 21
25
Ibid, h. 20.
2. Unsur lingkungan Keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Unsur lingkungan yang terpenting adalah kebijakan,
organisasi dan manajemen untuk suatu institusi kesehatan.
3. Unsur proses Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Tindakan dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam
yaitu tindakan medis dan tindakan non-medis.
4. Unsur keluaran Menunjukan pada penampilan (performance) pelayanan
kesehatan. Penampilan dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan aspek
medis pelayanan kesehatan dan penampilan aspek non-medis pelayanan
kesehatan.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan mempunyai arti memberikan
kegiatan yang pantas diberikan kepada seseorang guna membantu agar dapat pulih
dari masalah ataupun gangguan kesehatan. Setelah pulih dari masalah itu,
sebaiknya dijaga dan dirawat agar sehat seterusnya.
C. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang secara bersama-
sama dalam satu ikatan yang bertujuan mengerjakan amal kebajikan. 26
Haji adalah salah satu rukun islam yang kelima ditujukan kepada
muslim yang mampu (fisik dan materi), bila seorang muslim mampu untuk
mengerjakan haji tetapi dia melaksanakan haji selama hidupnya maka islamnya
tidak sempurna. Menurut Thalal bin Ahmad Al-‘Aqil dalam bukunya
menyatakan haji adalah salah satu rukun dari rukun islam, tidak sempurna
islamnya seseorang yang mampu menunaikan haji sampai ia berhaji. 27
Haji dalam pengertian bahasa, mempunyai arti adalah menyengaja atau
menuju dan mengunjungi.28
Menurut Sahlan Asnawi, haji merupakan puncak ibadah bagi ummat
Islam, oleh karena itu haji merupakan lambing setinggitingginya bagi seorang
hamba kepada Rabbnya.29 Menurut Gus Arifin, menyatakan bahwa menunaikan
ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan bagi umat Islam
sedunia yang mampu (secara materiil, fisik) serta aman dalam perjalanan
menuju haramain (dua tempat haram) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapakegiatan di beberapa tempat pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji.30
26
Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Hari Kiamat Kubra,
(Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25.
27
Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn., t.t.). h. 7.
28
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktis Menjalankan Ibadah Haji
dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi revisi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2013), cet. Ke-6, h. 17
29
Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press, 2001), cet. Ke-1, h. 17.
30
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, h. 17
Dari semua pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa haji adalah
proses ibadah yang dikerjakan oleh umat muslim yang mampu secara materi
maupun fisik agar dapat melaksanakan rukun islam kelima, dikerjakan pada
waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh Al- Qur’an dan Hadist. Adapun
sejarah dimulainya haji itu saat terunnya Nabi Adam ke bumi, dan alloh
mendirikan bangunan pertama kali yaitu baitullah. Sesuai dengan surat Ali
Imron ayat 96 yang berbunyi :
َاس لَلَّ ِذيْ بِبَ َّكةَ ُم ٰب َر ًكا َّوهُدًى لِّ ْل ٰعلَ ِم ْي ۚن
ِ َّض َع لِلن ٍ اِ َّن اَ َّو َل بَ ْي
ِ ت ُّو
Artinya :“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibangun untuk tempat
beribadah, itulah rumah yang di Ka’bah yang diberkati dan yang menjadi
petunjuk bagi segenap manusia” (QS: Ali Imron;96)
Ka’bah merupakan rumah yang mula-mula ada dibangun dipermukaan
bumi sekaligus merupakan tempat menyembah Allah subhanahu wata’ala,
namun mengingat karena tuanya maka menjadi rapuh dan setelah terkena banjir
(zaman Nabi Nuh) maka Ka’bah menjadi rusak. Pada masa Nabi Ibrahim, Allah
memerintahakn kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun
kemabali Ka’bah yang rusak. Ketika Ka’bah selesai di bangun, Allah kembali
memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar dipakai dan dikunjungi
untuk tempat ibadah. Sesuai dengan FirmanNya dalam Kitab Al-Qur’an yang
berbunyi :
ۖ صلًّى
َ وا ِمن َّمقَ ِام ِإ ْب ٰ َر ِهۦ َم ُم ۟ َو ْذ َج َع ْلنَا ْٱلبَيْتَ مثَابَةً لِّلنَّاس َوَأ ْمنًا َوٱتَّ ِخ ُذ
ِ َ ِإ
يل َأن طَهِّ َرا بَ ْيتِ َى لِلطَّٓاِئفِينَ َو ْٱل ٰ َع ِكفِينَ َوٱلرُّ َّك ِع َ َو َع ِه••• ْدنَٓا ِإلَ ٰ ٓى ِإبْ••• ٰ َر ِهۦ َم َوِإ ْس••• ٰ َم ِع
ٱل ُّسجُو ِد
Artinya : “Dan Kami telah perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail;
Sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang bertawaf,, yang beri’tikaf,
orang-orang yang ruku’ dan sujud” (QS: Al-Baqarah; 125)
Mengutip pendapat Jumhur Ulama dalam Sahlan Asnawi, ibadah haji
difardhukan pada tahun ke 6 Hijriyah. Namun, ketika pada saat itu di Mekah
dan sekitar Ka’bah orang-orang Jahiliyah masih berthawaf dengan telanjang
maka Nabi memerintahkan Abu Bakar untuk membenahi dan menyempurnakan
syariat haji sesuai perintah Allah. Maka kaum muslimin mengerjakan haji pada
tahun ke 9 Hijriyah disusul dengan Ali sahabat Rasullah. 31
2. Syarat-Syarat Haji
Ada beberapa syarat-syarat haji, antara lain : 32
a. Islam
b. Baligh (dewasa)
c. Berakal sehat
d. Merdeka (bukan budak)
e. Istitha’ah (mampu) :
1) Jasmani & rohani
2) Ekonomi
31
3 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, h. 41-44.
32
Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.
3) Keamanan
Penulis hanya membahas syarat haji tentang istitha’ah jasmani& rohani,
ekonomi dan keamanan. Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam
beberapa hal, antara lain :33
a. Istithâ’ah harta
Yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik Haji (ONH) pergi
dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal, makanan dan minuman yang
cukup. Orang yang berangkat haji dengan cara meminta-minta dan mengajukan
proposal untuk mendapatkan ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah
atau dari instansi tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka.
Namun demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain,
hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Berangkat haji dengan pemberian atau hadiah orang lain boleh diterima,
namun tidak wajib menerimanya apalagi bila diketahui bahwa biaya yang
diberikan bersumber dari yang haram, misalnya seorang koruptor menghajikan
karyawannya atau hasil dari perjudian dan minuman keras atau hasil pajak judi
dan perzinahan dan lain-lain, maka sebaiknya dia tidak menerima pemberian
tersebut dan tidak boleh berangkat dengan uang yang haram. Oleh sebab itu
seorang koruptor tidak wajib melaksanakan haji sebelum dia mengembalikan
harta hasil korupsinya kepada pemiliknya, karena haqqul ibadah (hak manusia)
berdasarkan pada perjanjian (kompromi) sedangkan haji adalah hak Allah Swt
berdasarkan pada toleransi.
Oleh sebab itu hendaklah mendahulukan hak manusia dari hak Allah karena
Alah Maha Mulia lagi Maha Pemaaf. Diriwayatkan dalam beberapa hadis bahwa
ketika orang yang berangkat haji dengan harta yang halal berkata Labbaik
Allahumma labbaik (Ya Allah kami datang menjawab panggilan Mu, maka
Allah menjawab : Allah menerima permohonan-Mu dan Allah memuliakan-Mu.
Sedangkan ketika orang yang berhaji dengan harta yang haram ketika berteriak
dengan ucapan Labbaik Allahumma labbaik, Allah berkata kepadanya : Allah
tidak menjawab permohonanmu dan tidak pula memuliakanmu dan hajimu
dikembalikan kepadamu, kembalilah dengan membawa dosa dan tanpa pahala.
b. Istithâ’ah dalam kesehatan.
Kemampuan fisik salah satu syarat wajib mengerjakan haji karena pekerjaan
ibadah haji berkaitan dengan kemampuan badaniah, hampir semua rukun dan
wajib haji berkaitan erat dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun
qalbi). Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih) atau
idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib haji baginya ada
pemandu atau penuntun yang membimbing pelaksanaan hajinya.
Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai kemampuan
untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di perjalanan, boleh mewakilkan
hajinya kepada orang lain. Diriwayatkan dalam hadis shahih dari Jamaah dari
33
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:p olri-dan-kpk-
join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
Ibnu Abbas ra. bahwa ada seorang perempuan dari Khatsam berkata : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ayahku punya kemampuan harta untuk mengerjakan
haji, namun dia sudah tua renta, tidak mampu duduk lama di dalam kendaraan
(di atas unta), maka Rasulullah Saw bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa itu
ditanyakan kepada Rasulullah pada Haji Wada’.
Berdasarkan hadis ini, kemampuan fisik sangat menentukan dan tidak
melihat kepada umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan Arab Saudi untuk
memberlakukan batas umur 65 tahun tidak boleh haji, belum layak untuk
diberlakukan, karena ada sebagian orang meskipun umur sudah lebih 65 tahun,
akan tetapi masih mempunyai kemampuan fisik untuk berhaji.
c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat transportasi
sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya merupakan syarat wajib haji.
Jika seseorang sudah mendapatkan visa haji akan tetapi tidak ada tiket
pesawat reguler atau carter yang membawanya ke haji, maka kewajibannya telah
gugur, dan demikian pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa
muhrim/mahram, maka belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw
bersabda : Wanita tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani
suami atau mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini,
Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut dan
berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa haji dan
umrah.
Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat terlaksananya
semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan, semakin tinggi pula
tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang kemampuan, berkurang pula
tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt tidak membebankan seseorang
melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari semua itu agar ibadah terlaksana
dengan ikhlas.
BAB III
METODE PENELITIAN
34
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), cet.
Ke-2, h.
35
bid, h. 33.
36
3 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi 2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12.
37
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124
1. Jamaah haji yang melakukan ibadah haji pada tahun 2021.
2. Jamaah haji yang berasal dari Kabupaten Rejang Lebong.
Sesuai dengan karakteristik yang dipaparkan di atas, karena jumlah populasi
jamaah haji yang cukup banyak maka penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling ialah sampling dimana pemilihan elemen populasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga setiap elemen tersebut mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih.38 Untuk menentukan sampel menggunakan rumus slovin diantaranya
sebagai berikut39:
n= N
1 + Ne2
keterangannya :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir
Maka dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut: Diketahui:
N = 2122
e = 15% = 0,15
Ditanyakan: nilai n
Jawab: n = 2122 = 2122
1 + 2122 (0,15)2 1 + 2122 (0,0225)
n = 2122
48.745
= 43.53267 maka mendekati angka 44
Jadi, sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden tetapi penulis
menggenapkan menjadi 45 responden agar lebih mudah menghitungnya.
38
J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24.
39
Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh
Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003)
cet. Ke-2, h. 141-142.
Kabupaten Rejang Lebong yang berangkat pada tahun 2021 untuk menanyakan
tentang pelayanan kesehatan.
c. Dokumentasi Mengutip Meleong dan Parsudi dalam dokumentasi adalah
catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis untuk
keperluan pengujian berguna bagi sumber data dan bukti.
Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2010), h. 15-16.
Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan :
Sumbangan Islam Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1986), cet. Ke-1, h.158
Ibid, h.162.
Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet.
Ke-1, h. 42.
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), cet. Ke-1, h. 7
Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Hari
Kiamat Kubra, (Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25.
Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn.,
t.t.). h. 7.
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktis
Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi
revisi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), cet. Ke-6, h. 17
Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press,
2001), cet. Ke-1, h. 17.
Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:p
olri-dan-kpk-join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2011), cet. Ke-2, h.
bid, h. 33.
3 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12.
J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24.
Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset
Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta:
PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003) cet. Ke-2, h. 141-142.