Anda di halaman 1dari 14

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MATRA

SURVEILANS KESEHATAN HAJI

KELOMPOK 5

1. Thamami Dwi Julianti (N1A119013)


2. Andi Rafika Radiah Arief (N1A119074)
3. Lisa Afrilia (N1A119078)
4. Sarah SoldiaOktavia (N1A119171)
5. Elni Febriany (N1A119185)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JAMBI

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Matra ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang surveilans kesehatan matra, teritama
surveilans kesehatan haji bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepad Ibu Helmi Suryani Nasution, SKM,
M.Epid. selaku dosen mata kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 28 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.................................................................................1

1.2. Rumusan masalah...........................................................................2

1.3. Tujuan.............................................................................................2

1.4. Manfaat...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.......................................3

2.2 Surveilans Kesehatan Haji................................................................5

2.2.1 Pengertian umum kesehatan haji.............................................5

2.2.2 Visi dan Misi............................................................................6

2.2.3 Tujuan pemeriksaan kesehatan haji.........................................6

2.2.4 Kegiatan surveilans kesehatan haji..........................................7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.......................................................................................10
3.2 Saran .................................................................................................10

Daftar Pustaka..........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Jamaah haji memiliki latar belakang penyakit endemis dan epidemi
masingmasing,sehinggamemiliki risiko terjadi penularan penyakit antar jamaah haji
terutama penyakit menular. Penyakit yang berisiko menular antara lain meningitis, TBC,
hepatitis, diare, kholera, influenza, dan lain lain. 1Penyakit baru yang perlu di Waspadai
menular pada saat melakukan ibadah haji yaitu MERSCoV dan virus ebola.
Indonesia terkenal sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbesar didunia.
Hal ini menyebabkan Indonesia menduduki peringkat nomor satu sebagai
negara dengan asal Jemaah haji terbesar. Pada tahun 2015, Indonesia menyumbang
156.332 orang Jemaah haji dan TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia) yang
berangkat menuju Mekah.
B a n y a k n y a j u m l a h J e m a a h d a n T K H I (Tim Kesehatan HajiIndonesia)
yang berangkat, secara tidak langsung meningkatkan besarnya ancaman
kesehatan dan keselamatan pada Jemaah. Salah satu penyakit yang harus diwaspadai
oleh calon Jemaah haji adalah MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome Corona
Virus). Data dari WHO menyebutkan bahwa sejak April 2012 sampai 8 Mei 2014
terdapat 536 konfirmasi laboratorium kasus infeksi pada manusia dengan Middle
EastRespiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) termasuk 145 orang
meninggal. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara selain negara- negara
di Timur Tengah seperti Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris, Amerika
Serikat, Philipina dan Malaysia dengan masing-masing 1 konfirmasi laboratorium kasus
MERS-CoV. (Jayanti, 2017)
Jamaah haji di Indonesia sebagian besar merupakan jamaah haji yang memiliki risiko
tinggi. Jamaah haji risiko tinggi kesehatan adalah jamaah haji dengan kondisi kesehatan
yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji,
meliputi jamaah haji lanjut usia, jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak
boleh terbawa keluar dari Indonesia, jamaah haji wanita hamil, dan jamaah haji dengan
ketidak mampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.

1
Penyelenggaraan kesehatan haji terdiri dari rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan
kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB dan musibah
massal, kesehatan lingkungan dan manajemen kesehatan haji. Penyelenggaran Sistem
Informasi dan Surveilans Epidemiologi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dalam perencanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
penyelengaraan haji, terutama bidang kesehatan, serta menunjang pelaksanaan sistem
kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa penyakit dan keracunan.

1.2. Rumusan masalah


a. Apa definisi surveilans epidemiologi kesehatan matra ?
b. Apa definisi surveilans kesehatan haji ?
c. Apa saja visi dan misi dalam surveilans kesehatan haji ?
d. Apa saja tujuan dari dilalksanakannya surveilans kesehatan haji ?
e. Bagaimana bentuk kegiatan dari pelaksanaan surveilans kesehatan haji ?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi surveilans epidemiologi kesehatan matra
b. Untuk mengetahui definisi surveilans kesehatan haji
c. Untuk mengetahui visi dan misi dalam surveilans kesehatan haji
d. Untuk mengetahui tujuan surveilans kesehatan haji
e. Untuk mengetahui kegiatan surveilans kesehatan haji

1.4. Manfaat
Makalah ini dibuat agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada pembaca tentang
apa itu surveilans epidemiologi kesehatan matra khususnya pada kesehatan haji.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013
yang dimaksud dengan matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media tempat
seseorang atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan.
Sedangkan Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat,
laut, maupun udara. Kesehatan matra merupakan suatu kesehatan yang pelayanannya
ditujukkan secara khusus pada kelompok yang mengalami perpindahan sementara dan
mengalami ancaman kesehatan yang ada dalam ruang lingkup tempat tinggalnya. Agar
kesehatan masyarakat dapat terpelihara, maka perlu diupayakan mengetahui potensi
risiko kesehatan dan pengendaliannya serta meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan.

Kondisi yang ada pada kesehatan matra dapat berubah karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor tersebut dapat direncanakan ataupun tidak direncakanakan. Sehingga dari
perubahannya selalu menimbulkan daya dan upaya untuk mengatasinya.

Pada dasarnya kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas matra mampu dijalankan
serta dilaksankana pada lapangan tertentu dengan berbagi kelompok tertentu. Misalnya
pada kelompok rimbingan haji, transmigrasi, kelompok kemah, pelayanan kesehatan
pulang kampung, adanya festival keagamaan serta budaya setempat, dan masih banyak
lagi. Selain itu ada bebrapa penyelenggaraan matra yang berhubungan dengan kelautan.
Tentu saja pelaksanaak pelayanan kesehatan terssebut berhubungan dengan kelautan.
Misalnya saja saat melakukan penyelaman, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah dan
masih banyak lagi. Sedangkan matra udara merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan karena adanya kegiatan penerbangan serta kegiatan kedirgantaraan lainnya,
sehingga dalam kondisi apapun serta dimanapun pelayanan kesehatan selalu ada.

3
Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya kesehatan pada Kondisi
Matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko
Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mengendalikan Risiko Kesehatan. Upaya
kesehatan pada Kondisi Matra bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat
dalam menghadapi Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri. Secara lebih jelas maksud dan
tujuan kesehatan matra adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan upaya kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh
dan terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko Kesehatan, meningkatkan
kemampuan adaptasi, dan mengendalikan Risiko Kesehatan.
b. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat dalam menghadapi
Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri.
c. Upaya untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi
apapun.

Dalam pelaksanaan kesehatan matra sangat dibutuhkan peran aktif dan keikutsertaan
masyarakat seperti dalam kegiatan Penyusunan rencana kesiapsiagaan, memberikan
dukungan sumber daya, dukungan dalam situasi kedaruratan, dan dukungan dalam upaya
pemulihan kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 61 tahun 2013, pasal 31,
pendanaan penyelenggaraan Kesehatan Matra dapat bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, masyarakat,
atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan dilakukan pengawasan dan pembinaan dari pihak-pihak terkait seperti Menteri,
Kepala Lembaga Pemerintahan Non Kementerian terkait, Gubernur, Bupati atau
Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Kesehatan
Matra.

a) Pembinaan penyelenggaraan Kesehatan Matra dilakukan melalui:


1. Peningkatan pemberdayaan masyarakat

4
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan
3. Pembiayaan program.

b) Pengawasan penyelenggaraan Kesehatan Matra dilakukan terhadap :

1. Pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
3. Pengelolaan sumber daya.

2.2 Surveilans Kesehatan Haji


2.2.1 Pengertian umum kesehatan haji
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak
maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki
status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatannya ke
Arab Saudi. Agar mencapai tujuan, maka pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
pada jemaah haji sebelum keberangkatan harus dapat memprediksi risiko kesakitan
dan kematian saat melakukan perjalanan ibadah haji. Risiko kesakitan dan kematian
ini selanjutnya dikelola dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian
jemaah haji selama perjalanan ibadah haji.
Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
terhadap jemaah haji dan umrah serta pihak petugas yang terkait, mulai dari
perjalanan pergi, selama di Arab Saudi, pulang dari Arab Saudi sampai dengan 2
(dua) minggu setelah tiba kembali ke tanah air. Penyelenggaraan kesehatan haji
adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan
kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi, surveilans, SKD
dan respon KLB, penanggulangan KLB dan musibah massal, kesehatan lingkungan
dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.
Jamaah haji di Indonesia sebagian besar merupakan jamaah haji yang
memiliki risiko tinggi. Jamaah haji risiko tinggi kesehatan adalah jamaah haji
dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati

5
selama perjalanan ibadah haji, meliputi jamaah haji lanjut usia, jamaah haji
penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia,
jamaah haji wanita hamil, dan jamaah haji dengan ketidak mampuan tertentu terkait
penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.

2.2.2 Visi dan Misi

a. Visi : Calon/ jemaah haji bebas penularan penyakit, mandiri dalam pemeliharaan
kesehatan, untuk istitho’ah ibadah haji.

b. Misi

1. Memfasilitasi terselenggaranya upaya -upaya mencapai kemandirian calon/


jemaah haji dalam pemeliharaan kesehatannya dan perilaku hidup sehat.

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji.

3. Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang


berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan profesional dalam kesehatan
haji.

4. Mengembangkan kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM)


organisasi profesi, badan pengelola pembiayaan pemeliharaan kesehatan,
lembaga/ badan penelitian dan kerja sama lintas program serta lintas
sektor

2.2.3 Tujuan pemeriksaan kesehatan haji

Penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-


Undang nomor 13 Tahun 2008, bertujuan untuk memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji pada bidang
kesehatan agar jamaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik sesuai ketentuan
ajaran Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi
kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan

6
ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jamaah haji. Secara lebih lanjut,
penjelasan dari pemeriksaan kesehatan haji adalah sebagai berikut :

1. Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji.


2. Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji secara
benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
3. Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon jemaah haji untuk
memudahkan tindak lanjut dalam pengobatan dan perawatan di perjalanan,
embarkasi haji, selama di Arab Saudi dan 14 hari sekembalinya dari Arab
Saudi.
4. Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah haji (istihito’ah) yang
diberangkatkan.

2.2.4 Mekanisme Kegiatan surveilans kesehatan haji


1. Input (Masukan)
a. Sumber daya manusia (Man)
Tim pemeriksa kesehatan haji terdiri dari tenaga fungsional kesehatan
yang ada di Puskesmas, terdiri dari tenaga fungsional kesehatan yang ada
di Puskesmas antara lain dokter, perawat, analis laboratorium, surveilans,
ahli gizi dan farmasi atau di atur oleh masing-masing pemerintah daerah.
b. Dana (Money)
Dana digunakan untuk kegiatan program pelayanan kesehatan haji dalam
bentuk penyuluhan kesehatan jamaah haji, pelayanan klinik kesehatan
jamaah haji, obat-obatan, dan sebagainya. Dana untuk kegiatan surveilans
kesehatan haji dalam bentuk dana operasional, bahan, kartu kewaspadaan
kesehatan jamaah haji dan bahan untuk penyuluhan kesehatan haji.
Sumber dana surveilans kesehatan haji berasal dari APBD.
c. Sarana dan Bahan (Material)
Sarana Program yang digunakan untuk mengolah data adalah sistem
Komputer Terpadu Kesehatan Haji (SISKOHATKES) yang dilakukan

7
online. Selain itu juga menggunakan sistem offline dengan BKJH (Buku
Kesehatan Jamaah Haji).

2. Proses
a. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan 3 bulan sebelum keberangkatan
jamaah setiap tahun selama musim haji berlangsung. Pengumpulan data
surveilans kesehatan haji dilakukan oleh petugas puskesmas dengan
melakukan rekapitulasi data form BKJH dan atau SISKOHATKES. Data
yang dikumpulkan biasanya berupa :
i. Data kesakitan diperoleh dari data primer hasil pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas.
ii. Data faktor risiko seperti merokok, kurang aktifitas, pakai alat
bantu, dan usia ≥60 tahun di peroleh dari data primer hasil
pemeriksaan kesehatan.
iii. Data vaksinasi diperoleh dari data primer yang dikumpulkan oleh
puskesmas.
iv. Data pemantauan setelah pulang haji diperoleh dari data primer
yang dilakukan oleh puskesmas.
b. Kompilasi Data
Data yang telah terkumpul secara otomatis akan dikelompokkan dalam
sistem Siskohatkes. Semua jenis data tersebut dilakukan pengelompoka
setiap hari, untuk keperluan pengisian laporan harian, yang nantinya akan
dijadikan satu dalam bentuk laporan akhir pelaksanaan surveilans
kesehatan haji.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Data surveilans kesehatan jamaah yang ada langsung diolah dan dianalisis
secara langsung dalam sistem Siskohatkes untuk menghasilkan
informasi.Analisis data baru berdasarkan tempat, waktu, dan orang.
Interpretasi data hasil analisis dilakukan dengan cara melihat
kecenderungan atau trend jamaah dengan risiko tinggi.

8
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporandilakukan oleh Puskesmas yang
melaksanakan entry data yang diperoleh dari SISKOHATKES kemudian
hasil entry data tersebut didesiminasikan ke Dinas Kesehatan.

3. Output (Keluaran)
a. Informasi
Informasi yang dihasilkan oleh surveilans kesehatan haji yaitu jumlah
jamaah haji berdasarkan jenis kelamin dan golongan umur, hasi
pemeriksaan kesehatan jamaah, hasil pelaksanaan vaksinasi yang telah
dilakukan, distribusi penyakit pada jamaah haji, dan hasil pemeriksaan
kehamilan jamaah berupa status kesehatan masing-masing jamaah haji
apakah jamaah berisiko atau tidak dan juga obat – obatan yang perlu
dibawa oleh jamaah haji.
b. Diseminasi informasi
Dinas kesehatan melakukan analisis data hasil penyelenggaraan kesehatan
haji diwilayahnya dan didesiminasikan ke Puskesmas, Dinas Kesehatan
Provinsi dan pihak-pihak lain yang terkait. Diseminasi informasi
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Puskesmas dalam
bentuk rapat dengan semua kepala puskesmas pada pertemuan evaluasi
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Surveilans Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut,
maupun udara. Kesehatan matra merupakan suatu kesehatan yang pelayanannya ditujukkan secara
khusus pada kelompok yang mengalami perpindahan sementara dan mengalami ancaman kesehatan
yang ada dalam ruang lingkup tempat tinggalnya.
Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap jemaah haji
dan umrah serta pihak petugas yang terkait, mulai dari perjalanan pergi, selama di Arab
Saudi, pulang dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah tiba kembali ke tanah
air. Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji
meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi dan
lain-lain.

3.2. Saran
Disarankan meningkatkan pendekatan kepada seluruh aspek dalam pelaksanaan surveilans
ini baik dari pihak jamaah haji ataupun petugas puskesmas untuk melakukan pembinaan
dengan membuat pengembangan suatu media informasi agar calon jamaah haji dapat rutin
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Sehingga dapat terpenuhinya upaya kesehatan bagi
masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

(No Title) (no date). Available at: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK No.


61 ttg Kesehatan Matra .pdf (Accessed: 17 April 2021).

Haji, K. K. R. P. K. (2020) ‘Buku Petunjuk Teknis Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)
Dalam Operasional Kesehatan Haji’, World, (April), pp. 0–14.

Jayanti, K. D. (2017) ‘Pelaksanaan Sistem Surveilans Kesehatan Haji Di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya’, Ikesma, 13(2). doi: 10.19184/ikesma.v13i2.7031.

Oleh, D. and Kholid, A. (no date) KESEHATAN HAJI.

Tugas dan Fungsi - PUSKES Haji (no date). Available at:


https://puskeshaji.kemkes.go.id/profile/tugas_fungsi (Accessed: 17 April 2021).

11

Anda mungkin juga menyukai