No. Revisi : 00
PEDOMAN
Tanggal Terbit : 3 Februari 2017
Jml Hal : 38
Puskesmas Tanda tangan dr.R.A. Emiria UK, M.Kes
Basuki Rahmat Kepala Puskesmas NIP.198012272009032002
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ibadah haji adalah Rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali
seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Dalam Alquran
Surat Ali Imran ayat 97 dijelaskan bahwa mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu (istithaah) mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Dengan demikian, istithaah menjadi hal penting dalam
pelaksanaan ibadah haji, yang dalam Fiqih Islam, Istithaah (termasuk Istithaah
Kesehatan) dinyatakan sebagai salah satu syarat wajib untuk melaksanakan ibadah
haji.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah haji
agar jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran
agama Islam. Pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang diberikan kepada
jemaah haji, bukan hanya untuk yang bersifat umum, tetapi juga yang bersifat
kesehatan. Sehingga penyelenggaraan kesehatan haji merupakan kesatuan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan kepada jemaah haji sejak di
Tanah Air, dan selama di Arab Saudi.
Ibadah haji adalah ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut mampu secara
fisik dan rohani agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik dan
lancar. Salah satu kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji yang sangat penting
dan strategis adalah serangkaian upaya kegiatan melalui program pemeriksaan dan
pembinaan kesehatan haji agar terpenuhinya kondisi istithaah kesehatan
(kemampuan kesehatan jemaah haji untuk melakukan serangkaian aktivitas rukun
dan wajib haji). Penyelenggaraan kesehatan haji menuju istithaah kemudian diatur
Pedoman Pelayanan Poli Umum Hal 1 dari 45
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 15
Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. 2 Secara umum, Istithaah
Kesehatan Jemaah Haji didefinisikan sebagai kemampuan jemaah haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan dan
pembinaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga jemaah haji dapat
menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama Islam. Untuk memenuhi kriteria
istithaah kesehatan, persiapan sejak dini di Tanah Air harus dilakukan sebagai upaya
pemerintah dalam mengantar jemaah haji sehat sejak di Indonesia, selama
perjalanan, dan di Arab Saudi selama menjalankan ibadah haji. Pelaksanaan
istithaah kesehatan jemaah haji yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 15 tahun 2016 menjelaskan tahapan atau upaya melalui
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji untuk mencapai
istithaah kesehatan.
Upaya pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji dalam rangka mencapai
istithaah kesehatan jemaah haji merupakan penilaian kriteria istithaah kesehatan
bagi jemaah haji yang dilakukan melalui pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
dalam rangka mempersiapkan kondisi kesanggupan berhaji melalui mekanisme baku
pada sarana pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara kontinum
(berkesinambungan, melingkupi seluruh periode waktu perjalanan ibadah haji dan
tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan dasar, spesialistik,
serta rujukan dalam setiap strata layanan kesehatan), dan komprehensif
(penanganan menyeluruh dengan melakukan pendekatan five level prevention yang
meliputi health promotion (promosi kesehatan), spesific protection (perlindungan
khusus), early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat), disability limitation (pembatasan kecacatan), dan rehabilitation
(rehabilitasi). Proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji menuju istithaah
dimulai pada saat calon jemaah haji mendaftarkan diri.
Secara umum, kondisi kesehatan jemaah haji dipengaruhi oleh faktor risiko
internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko internal antara lain usia, pendidikan
(mayoritas jemaah haji Indonesia adalah lulusan sekolah dasar dan menengah),
penyakit yang dideritanya (umumnya degeneratif dan penyakit kronis), dan perilaku 3
jemaah haji. Sedangkan faktor risiko eksternal, yang mempengaruhi kejadian
penyakit dan dapat memperberat kondisi kesehatan jemaah antara lain lingkungan
fisik (suhu dan kelembaban udara, debu), sosial, psikologis, serta kondisi lainnya
yang mempengaruhi daya tahan tubuh jemaah haji. Faktor risiko terutama faktor
risiko internal sangat berhubungan dengan karakteristik atau profil jemaah haji
Indonesia. Profil jemaah haji Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir cenderung tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Sebanyak 55 s/d 56% jemaah haji Indonesia
B. TUJUAN
1) Tujuan umum.
Terlaksananya pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji di
Puskesmas Basuki Rahmat sesuai standar dalam upaya menuju istithaah
kesehatan jemaah haji.
2) Tujuan khusus.
a. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap pertama.
b. Terlaksananya pembinaan kesehatan masa tunggu.
c. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap kedua.
d. Terlaksananya pembinaan kesehatan masa keberangkatan.
e. Terlaksananya pendekatan keluarga dan koordinasi lintas program dan lintas
sektor dalam proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji.
f. Terlaksananya peran serta masyarakat dan profesional dalam pemeriksaan
dan pembinaan kesehatan haji.
g. Terlaksananya monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji
menuju istithaah
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman Pemeriksaan Kesehatan Haji ini adalah seluruh tim
kesehatan haji yang terlibat dalam pemeriksaan jemaah haji Puskesmas Basuki
Rahmat Palembang.
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Puskesmas
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 adalah UPTD kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.2
2. Ibadah Haji
Dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 97 dijelaskan bahwa mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu
(istithaah) mengadakan perjalanan ke Baitullah Jemaah haji
3. Tim Kesehatan Haji
Merupakan tim yang telah disusun dan di sahkan oleh Dinas Kesehatan dan
Puskesmas Basuki Rahmat Palembang dalam Surat Keputusan.
4. Pemeriksaan Kesehatan Haji tahap I
Merupakan pemeriksaan pada jemaah haji yang akan melakukan setoran awal
atau telah mempunyai nomor porsi untuk menentukan tingkat resiko kesehatan.
5. Pemeriksaan kesehatan Haji tahap 2
Merupakan pemeriksaan pada jemaah haji yang akan melakukan setoran awal
atau telah mempunyai nomor porsi untuk penetapan istitahah setidaknya
dilakukan 3 bulan sebelum keberangkatan.
6. Dokter
Adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan
pengobatannya.5
7. Perawat
Adalah orang yang mendapat pendidikan khusus untuk merawat, terutama
merawat orang sakit.5
8. Identifikasi
Adalah penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya.5
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Struktur organisasi poli umum Puskesmas Basuki Rahmat adalah sebagai
berikut :9
Penanggung jawab : dr. RA. Emiria Umi Kalsum, M. Kes
Dokter Pemeriksa Haji : 1. dr. Yunice Kurniawaty
2. dr. Deddy Fadliasyahputera
Petugas Pendaftaran : 1. Ermayani, SKM
2. Sutriyana, SKM
Bagan 1.
Struktur Organisasi Pemeriksaan Kesehatan Haji
Puskesmas Basuki Rahmat tahun 2020
Penanggung Jawab
dr. RA. Emiria Umi Kalsum, M. Kes
Koordinator Administrasi Haji Koordinator Pemeriksaan Haji Koordinator Kegiatan Lapangan Haji
Ermayani dr. Yunice Kuniawati dr. Deddy Fadliasyahputera
C. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Haji dibuka setiap hari kerja pada musim pemeriksaan
haji sesuai dengan perintah Dinas Kesehatan kota Palembang, yakni Senin sampai
Sabtu dengan jam-jam sebagai berikut :
Tabel 1.
Jadwal Pelayanan Pemeriksaan KesehatanHaji
A. DENAH RUANGAN
B H
A
E
Ruang Tindakan
I
C F
D
G
K
A : Meja komputer
B : Lemari penyimpanan ATK
C : Meja periksa 1
D : Meja periksa 2
E : Bed periksa
F : Kursi ruang tunggu pasien
G : Meja vital sign
H : Lemari penyimpanan alat medis
I : Bed tindakan
J : Meja peralatan ruang tindakan
K : Kursi ruang tunggu pasien
: Pintu
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas dan peralatan yang tersedia di poli umum Puskesmas Basuki Rahmat
sudah cukup memadai. Inventarisasi dilakukan oleh petugas dari unit tata usaha
setiap kali ada laporan peralatan yang rusak atau setiap kali ada peralatan baru.
Standar fasilitas ruang pemeriksaan umum dan ruang tindakan sebagaimana
tertera dalam Permenkes 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dapat dilihat pada lampiran.12
Fasilitas dan peralatan yang tersedia di poli umum Puskesmas Basuki Rahmat
antara lain :
Bed periksa pasien 1 unit,
meja periksa 2 unit,
meja vital sign 1 unit,
meja peralatan ruang tindakan 1 unit,
bed ruang tindakan 1 unit,
meja komputer 1 unit,
lemari ATK dan lemari peralatan medis masing-masing 1 unit dan 2 unit
komputer dan printer masing-masing 1 unit
kursi 10 unit,
stetoskop 5 unit,
tensi dewasa 1 unit,
tensi anak 1 unit,
termometer 2 unit,
lampu sorot 2 unit,
senter 3 unit,
AC 1 unit,
kipas angin 2 unit,
peralatan tindakan meliputi peralatan bedah minor, emergency kit, ENT kit,
dan reaksi anafilaksis.
Restool (kursi roda) 1 unit, timbangan dewasa 2 unit,
Tiang infus 1 unit,
Vertical blind 1 unit,
Gorden ruang tindakan 1 unit,
Sterilisator kering 1 unit,
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan pelayanan poli umum berpusat di dalam gedung, yaitu :
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang jika diperlukan
4. Diagnosis
5. Tatalaksana pasien, termasuk pemberitahuan KIE dan ESO
6. Rujukan pasien eksternal maupun internal
7. Rujukan pasien emergensi dan atau risiko tinggi
8. Layanan terpadu
9. Pencatatan dalam rekam medis dan buku register dan pelaporan
10. Monitoring dan evaluasi sesuai jadwal yang ditetapkan
11. Pada hari-hari tertentu, dilakukan pula konseling remaja dan lansia
Keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan secara kolaborasi antarpetugas poli
umum sesuai dengan tupoksi masing-masing petugas.
B. METODE
Metode pelaksanaan kegiatan poli umum adalah preventif dan kuratif. Setiap
harinya dilakukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pasien yang belum
menderita penyakit masih dapat dipertimbangkan untuk menggunakan metode
preventif seperti kegiatan konseling yang dilakukan poli remaja dan poli lansia.
Kegiatan preventif juga berupa penyampaian informasi edukatif dalam menjaga
kesehatan pasien dan keluarganya (yang belum sakit) yang disampaikan dokter ke
pasien saat sesi konsultasi. Kegiatan dengan metode kuratif jelas ditujukan kepada
pasien dan keluarganya yang telah menderita penyakit. Kegiatan kuratif dapat
bersifat nonfarmakologi dan farmakologi.
Petugas menentukan
tindakan medis yang akan
dilakukan sesuai kebutuhan
Petugas Petugas
menerima rekam memanggil
medis dari unit pasien sesuai
pendaftaran urutan
Mencocokkan
Kartu status dg Kembali ke unit
Tidak pendaftaran untuk
identitas pasien
dicari ulang
Ya
Kartu
status Petugas melakukan Petugas melakukan
pasien anamnesis pemeriksaan fisik
Buku Register
- LB1
Petugas mencatat
semua yang telah
dilakukan
Pra pelayanan
Alur pra pelayanan diikuti dan dilakukan oleh petugas poli umum dan ruang
tindakan di awal sebelum kegiatan dimulai. Alur dapat dilihat sebagai berikut :
Bagan 5.
Alur Pra Pelayanan
Petugas
datang Pastikan ruangan Nyalakan AC dan
pukul 07.15 dalam keadaan lampu
WIB bersih dan rapi
Ceklist pra
pelayanan
Mencatat
kegiatan pra
pelayanan
Bagan 6.
Alur Pasca Pelayanan
Petugas memasukkan
status pasien dalam
Buku register
Tata laksana pasien poli umum merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan
yang langsung diberikan kepada pasien pada tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan proses, berpedoman pada standar, dilandasi etik dan etika, dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab. Proses tersebut meliputi tahap:
Pedoman Pelayanan Poli Umum Hal 18 dari
45
Pengkajian
Diagnosis
Perencanaan
Pelaksanaan/pengobatan
Evaluasi
Proses tersebut sebagai salah satu pendekatan utama dalam proses pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah.
1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan seseorang yang berkunjung ke
Puskesmas, apakah keadaan seseorang tersebut sehat atau sedang sakit.
2. Standar Asuhan
Standar I : Pengkajian
Standar II : Diagnosis
Standar III : Pengobatan
Standar IV : Pendokumentasian
Standar I (Pengkajian)
Pengkajian memerlukan data yang lengkap tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan pengobatan. Pengkajian juga bertujuan untuk mengharuskan praktisi
klinis untuk tidak melakukan pengulangan yang tidak perlu baik dalam hal terapi,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain. Komponen pengkajian meliputi :
a. Keluhan pasien
Didapat melalui proses anamnesis. Berisi keluhan utama maupun keluhan
penyerta yang sering disampaikan oleh pasien maupun keluarga pasien juga
beberapa keluhan lain yang harus ditanyakan dokter sesuai dengan kecurigaan
diagnosisnya. Dilakukan pula penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, status sosial, pola
makan dan kegiatan sehari-hari, dan riwayat alergi baik obat maupun makanan
dan zat lainnya.
Wawancara terhadap pasien atau keluarganya meliputi :
Identifikasi Data
Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan (bagian ini ditanyakan dan diisi oleh petugas pendaftaran)
Sumber riwayat medis, biasanya pasien, tetapi dapat juga anggota
keluarga, surat rujukan, atau rekam medis
Identifikasi risiko
Keluhan Utama
Pedoman Pelayanan Poli Umum Hal 19 dari
45
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang menyebabkan pasien pergi
berobat
Riwayat Penyakit Sekarang
Memperjelas keluhan utama, menguraikan bagaimana setiap gejala itu
terjadi. Gejala utama harus diterangkan secara jelas dengan menyebutkan
lokasi, kualitas, kuantitas atau intensitas, waktu termasuk awitan, durasi dan
frekuensi, situasi ketika gejala tersebut timbul, faktor yang memperberat atau
meringankan gejala, dan manifetasi yang menyertainya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Daftar penyakit yang dialami pada waktu anak-anak
Daftar penyakit pada usia dewasa beserta tanggal kejadiannya,
setidaknya meliputi empat kategori, medis, pembedahan, obstetri
ginekologi (wanita), dan psikiatri.
Meliputi praktek pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, tes skrining,
masalah gaya hidup, dan keamanan dirumah.
Riwayat Penyakit Keluarga
Membuat diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab
kematian saudara sekandung, orang tua, dan kakek atau nenek.
Catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga,
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
Lamanya Sakit
Lamanya dia menderita sakit sekarang.Jika sakit yang sekarang dikeluhkan
merupakan kembuhan, maka ditanyakan juga lamanya sakit mulai terjangkit.
Pengobatan yang sudah dilakukan
Daftar obat-obatan yang sudah digunakan selama ini.
Riwayat alergi obat
Riwayat terjadinya alergi terhadap obat-obatan yang pernah dikonsumsi
selama ini. Ini merupakan catatan buat petugas kesehatan sehingga tidak
memberikan obat dari golongan yang sama.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik13
1) Pemeriksaan tanda – tanda vital
Pemeriksaan vital sign meliputi :
Pengukuran tekanan darah
Pengukuran suhu tubuh
Pengukuran nadi
Pengukuran pernapasan
2) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).
Pedoman Pelayanan Poli Umum Hal 20 dari
45
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan dari suatu system atau organ bagian tubuh. Pemeriksaan fisik
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, tidak dapat seluruhnya dilakukan
karena keterbatasan waktu pemeriksaan.
Cara kerja :
Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
Yakinkan tangan hangat tidak dingin
Lakukan perabaan secara sistematis, untuk menentukan ukuran,
letak, bentuk, konsistensi dan permukaan :
Jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan besar/ukuran
Jari 2,3,4 bersama untuk menentukan konsistensi dan kualitas
massa atau organ
Sedikit tekanan untuk menetukan rasa sakit
Perkusi
Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5
kualitas dasar bunyi perkusi :
Pekak : massa padat
Redup : suara perkusi hati
Sonor : suara perkusi paru normal
Hypersonor : paru emfisematous
Tympani : suara normal abdomen
Cara kerja :
Lepas pakaian sesuai dengan keperluan
Luruskan jari tengah kiri, dengan ujung jari tekan pada
permukaan yang akan diperkusi
Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri,
dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan
pergelangan tangan
Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan
Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan
menggunakan alat stetoskop. Hasil pemeriksaan :
Standar II : Diagnosis
Setelah menegakkan diagnosis, dokter selanjutnya mengikuti SOP (Standar
Operasional Prosedur) masing-masing penyakit tersebut. Beberapa penyakit
membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau
karena telah menjadi standar algoritma penegakan diagnosis. Selain itu bagian ini
juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi penyakit. Jika
memungkinkan, dokter juga dapat langsung menulis diagnosis sesuai ICD 10.
Jumlah diagnosis tidak dibatasi, namun diagnosis utama adalah yang ditulis paling
atas/duluan.
Tabel 2.
Penyakit yang Dapat Ditangani di Puskesmas
NO NAMA PENYAKIT
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu kriteria berikut :
1. Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau
melewati golden time standard
2. Usia (age) : jika usia pasien dalam kategori yang dikawatirkan meningkatkan
risiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat
3. Complication: jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien
4. Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat
kondisi pasien.
5. Kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk
melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan
persetujuan pasien.
Layanan Terpadu
Untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antarpraktisi klinis, pasien-pasien
yang membutuhkan layanan terpadu (antarprofesi), dilayani sesuai alur layanan
terpadu dengan mempertimbangkan aspek komunikasi dan koordinasi internal. Hasil
layanan terpadu didokumentasikan dalam rekam medis.
Bagan 8.
Alur Layanan Terpadu
Petugas medis
melakukan kajian
keluhan/kebutuhan
pasien
Bagan 9.
Alur Pasien Ruang Tindakan
Petugas Petugas
memanggil melakukan Petugas Kartu
pasien sesuai anamnesis melakukan status
urutan pemeriksaan pasien
fisik
Petugas membuat
Petugas menerima Kartu status
klasifikasi diagnosis
kartu status pasien dari Buku Register
dan tindakan
unit pendaftaran.
Pasien gawat darurat
langsung ke ruang Memastikan tindakan
tindakan yang diberikan
Unit Kasir
Pasien yang dapat dilayani di ruang tindakan merupakan pasien yang telah
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter dan dokter memutuskan untuk melakukan
tindakan. Selain itu, pasien yang merupakan kasus gawat darurat/risiko tinggi dapat
masuk langsung dari pintu ruang tindakan tanpa perlu melewati prosedur standar
(diperiksa dahulu di ruangan dokter). Dokter kemudian melakukan anamnesis singkat,
pemeriksaan fisik, dan tatalaksana segera di ruang tindakan. Keluarga atau yang
mendampingi pasien tidak lebih dari dua orang, diutamakan adalah orang yang
mengetahui seluk beluk kejadian dan yang bertanggung jawab terhadap pasien
sehingga mampu mengambil keputusan.
Setelah pasien mendapatkan tindakan yang sesuai, dokter kembali ke ruangan
setelah sebelumnya menugaskan perawat untuk memantau kondisi pasien (observasi).
Dokter mengisi rekam medis dan lembar follow up pasien, serta memberi penjelasan
kepada keluarga pasien mengenai rencana tatalaksana pasien selanjutnya (dirujuk atau
boleh pulang).
Sebelum melakukan tindakan medis, petugas poli umum diwajibkan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan standar prosedur dan
memperhatikan aspek kewaspadaan universal (PPI). Penggunaan APD dan
kewaspadaan universal dibahas lebih rinci dalam SOP tersendiri dan alurnya dapat
dilihat pada bab keselamatan kerja.
Dokter memutuskan
rujuk atau tidak
Standar IV : Pendokumentasian
Catatan pemeriksaan, pengobatan rawat jalan ditulis di rekam medis sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bukti informasi, tindakan dan laporan. Penulisan
catatan medis dilakukan sesegera mungkin sebelum data hilang dari ingatan. Jika
ditulis dengan tangan, sebuah rekam medis yang baik selalu dianggap sah secara
hukum
a. Urutan Rekam Medis
Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga prang yang membaca di
kemudian hari dapat dengan mudah menemukan informasi tertentu yang
diperlukan
b. Tingkat kerincian
Kerincian dalam rekam medis harus memiliki kaitan dengan subjek atau
permasalahannya tetapi jangan sampai berlebihan.
Distribusi obat-obatan dan bahan medis yang terdapat di poli umum dilakukan
oleh petugas dari unit farmasi setelah mendapatkan laporan kebutuhan dari petugas
poli umum. Pelaporan tidak dijadwalkan secara tetap (tidak berkala), hanya
berdasarkan kebutuhan dan langsung dilaporkan untuk diminta. Dilakukan pengecekan
secara berkala (sebulan sekali) untuk mengantisipasi adanya obat kadaluarsa oleh
petugas poli umum. Setiap penerimaan obat dan bahan medis baru dibukukan di dalam
buku penerimaan obat. Setiap pengembalian obat dan bahan medis kadaluarsa ke unit
farmasi dibukukan di dalam buku pengembalian obat kadaluarsa.
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah
disebutkan diatas maka dilakukan :
- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien. Hal ini
tertuang lebih rinci dalam lembar kajian awal pasien dan SOP pelayanan poli
umum.
- Penggunaan alat-alat steril.
- Alat bantu berpegangan untuk pasien lansia agar tidak mudah terjatuh.
- Garis hitam untuk menandai adanya perbedaan ketinggian lantai untuk mencegah
pasien terjatuh.
- Adanya alur evakuasi jika terjadi keadaan darurat kebakaran dan bencana
lainnya.
Petugas terdekat
menekan bel lalu
meminta pertolongan tim
bencana
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Bagan 12.
Alur mencuci tangan
Pedoman Pelayanan Poli Umum Hal 38 dari
45
Pertahankan tangan
Basahi telapak & Bilas tangan dari ujung dlm posisi keatas
punggung sampai pangkal tangan
tangan dg air dibawah air mengalir
hingga bersih
Keringkan tangan dengan
Telapak kanan diatas Pegang pergelangan tissue/handuk dari ujung
punggung kiri dan tangan kiri dgn tangan sampai pangkal tangan
sebaliknya kanan & sebaliknya
dgn gerakan memutar
Telapak dengan
Jempol kanan digosok
telapak dan jari Matikan kran
memutar oleh telapak
saling terkait mrenggunakan
kiri dan sebaliknya
siku/tutup kran
menggunakan
tissue
Letakkan punggung
Jari kiri menguncup,
jari pada telapak
gosok memutar ke kanan
satunya dengan jari
& kiri dan sebaliknya
saling mengunci
Bagan 15
Alur Dekontaminasi Bahan Habis Pakai
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Tabel 4.
Formulir Monev Bulanan
No Aspek penilaian Standar Skor
skor Hasil
1. Kedisiplinan waktu dan pakaian petugas 10
2. Kerapian ruangan, penerapan, dan pengisian cek list pra 10
dan pasca pelayanan
Formulir diisi oleh ketua Pokja UKP kemudian dipaparkan dan dibahas pada
minilokakarya.
Hasil dibahas kemudian dibuat RTL oleh ketua pokja.
Keterangan :
Monev/1 bulan dilakukan oleh ketua pokja UKP
Monev/3 bulan dilakukan oleh tim manajemen mutu
Monev/6 bulan dilakukan oleh tim audit internal
Pedoman poli umum merupakan panduan petugas kesehatan yang bekerja dipoli
umum. Panduan tersebut bertujuan untuk keseragaman dalam memberikan pelayanan
terbaik. Poli umum menerima pasien berstatus umum, BPJS, dan Jamsoskes.
Pelayanan poli umum buka setiap hari senin sampai sabtu dengan jam-jam buka
seperti yang telah tertera di bab sebelumnya. Pelayanan meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang jika diperlukan, diagnosis, dan terapi. Selain
pelayanan poli umum, juga terdapat pelayanan poli remaja dan lansia. Jika pasien
memerlukan tindakan medis atau rujukan ke faskes lanjutan, pasien akan dilayani
sesuai alur yang telah ditetapkan.
Proses pelaporan dan pencatatan data kesakitan per bulan melibatkan dinas
kesehatan. Selain itu, hanya ada pencatatan ceklis intern poli umum, seperti ceklis pra
dan pasca pelayanan. Laporan diperiksa oleh kepala puskesmas pada minilokakarya
untuk kemudian dianalisis dan membuat rencana penangannya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan secara berkala. Terdapat
jadwal monev bulanan, tiga bulanan, dan enam bulanan. Kegiatan ini berturut-turut
dilaksanakan oleh ketua pokja UKP, tim manajemen mutu, dan tim audit internal.
Keseluruhan kegiatan monev tersebut melibatkan seluruh petugas poli umum.
MENGETAHUI, PENANGGUNG JAWAB
KEPALA BLUD POLI UMUM
PUSKESMAS BASUKI RAHMAT
Pedoman poli umum sudah seharusnya diterapkan setiap hari dan mengakari
setiap kegiatan yang berlangsung di poli umum. Pedoman ini juga berperan sebagai
pelindung setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan diterapkannya pedoman secara
konsisten dan kontinyu, diharapkan pelayanan poli umum dapat semakin profesional
dan bermutu.