Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN INTERNAL

PROGRAM KESEHATAN MATRA


TAHUN 2023

OLEH :
KOORDINATOR KESEHATAN MATRA
HAMIDA., A.Md.Kep

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEPANJANG
JL. Raya Pasar No. 05 desa Sepanjang
email : puskesmas.sepanjang@yahoo.com
GLENMORE – BANYUWANGI

1
B

2
LAMPIRAN: KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS SEPANJANG
NOMOR: 188.4/ /429.11.20/2017
TANGGAL :
AB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008


tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Pemerintah wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Haji agar jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik
sesuai ketentuan ajaran Islam. Kementrian Kesehatan bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji sejak sebelum keberangkatan ke
Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan setelah
kembali ke Indonesia. Karena itu Kementerian kesehatan mengeluarkan peratutran
menteri kesehatan nomor 62 tahun 2016 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan
petunjuk teknis Permenkes nomor 15 tahun 2016 tentang pemeriksaan dan
pembinaan kesehatan haji mencapai istithaah kesehatan jamaah haji untuk menuju
keluarga sehat. Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi Jemaah Haji
pada bidang kesehatan, sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan ibadahnya
sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui
upaya-upaya peningkatkan kondisi kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga
kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta
mencegah transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh
jemaah haji. Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak
maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki
status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang
perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan
merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi,
prediksi dan penentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian,
prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistik.

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji ini selanjutnya


digunakan sebagai acuan dan standar dalam penyelenggaraan pemeriksaan
kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan di wilayah kerja puskesmas
Sepanjang

3
B. Tujuan Pedoman

Tujuan Umum
Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah
haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan
profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap
sebagai dasar pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji di Indonesia
dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.

Tujuan Khusus
1. Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji berkualitas.
2. Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan pemeliharaan,
serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah haji.
3. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah haji
secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
Indonesia.
4. Terwujudnya fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik jemaah haji untuk
kepentingan pelayanan kesehatan haji.
5. Tersedianya bahan keterangan bagi penetapan laik kesehatan (istitho’ah) jemaah
haji.
6. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular
berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat Internasional/Indonesia.

C. SASARAN PEDOMAN

1. Petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji


2. Pengelola program kesehatan haji
3. Instansi pemerintah di semua jenjang administrasi yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan kesehatan haji
4. Organisasi profesi terkait penyelenggaraan haji
5. Lembaga Swadaya Masyarakat terkait penyelenggaraan haji

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah penilaian status kesehatan bagi


jemaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya penyiapan
kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada sarana pelayanan kesehatan

4
terstandar yang diselenggarakan secara kontinum (berkesinambungan) dan
komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud kontinum dan komprehensif yaitu :
bahwa proses dan hasil pemeriksaan selaras dan bermanfaat bagi pelayanan
kesehatan dalam rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya
pembinaan dan perlindungan jemaah haji.

E. BATASAN OPERASIONAL

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji diselenggarakan secara kontinum dan


komprehensif melalui dua tahapan. Tahapan pemeriksaan merupakan urutan
kronologis agar terselenggara secara efektif-efisien, serta memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi penyelenggaraan kesehatan haji. Penyelenggaraannya
menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memanfaatkan
sarana pelayanan medis Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas merupakan
sarana pengampu pemeriksaan kesehatan jemaah haji, sedemikian rupa sehingga
kondisi kesehatan jemaah haji dapat dinilai secara leg e artis dan tetap terjaga
kesahihannya.
Rumah Sakit merupakan sarana rujukan pemeriksaan kesehatan jemaah haji,
sehingga penilaian kesehatan dapat dilaksanakan secara baik dan benar.
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan jemaah haji merupakan bagian pelayanan
rutin dan agar tidak dikonsentrasikan. Konsentrasi pelaksanaan pemeriksaan, baik
waktu dan tempat dapat mengakibatkan penurunan mutu dan gangguan bagi
layanan lain. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan pemeriksaan
kesehatan bagi seluruh jemaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan data
kesehatan bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan
perlindungan. Pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Haji
Puskesmas.Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk memperoleh data status kesehatan terkini bagi pemantauan dan
evaluasi upaya perawatan, pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta
rekomendasi penetapan status kelaikan pemberangkatan haji.Bagi jemaah haji
Non-RISTI, data kesehatan dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam rangka
perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh Dokter. Bagi jemaah
RISTI, data kesehatan diperoleh dari pemeriksaan rujukan ke Rumah
Sakit.Mekanisme kerja dan Tim Pemeriksa Kesehatan Tahap Pertama dan Tim
Pemeriksa Kesehatan Tahap Kedua ditetapkanoleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai peraturanyang ada. Kerjasama pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan jemaah haji antar Kabupaten/Kota di koordinasikan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi setempat.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Standar pemeriksaan adalah spesifikasi minimal yang harus dipenuhi dalam


pemeriksaan kesehatan agar dapat diperoleh manfaat pelayanan kesehatan secara
maksimal.
1. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan yang
memenuhi kualifikasi/standar pemeriksa.
2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan oleh dokter dan didampingi
seorang perawat. Pemeriksaan jemaah haji pria sedapat mungkin oleh dokter
pria, atau oleh dokter wanita dengan didampingi perawat pria. Pemeriksaan
jemaah haji wanita sedapat mungkin oleh dokter wanita, atau oleh dokter pria
dengan didampingi perawat wanita.
3. Jenis pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Haji (JH) dapat dikelompokkan
menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut dan pemeriksaan khusus.

Tim Pemeriksa berjumlah sekurang-kurangnya empat orang, yaitu :


1). satu orang dokter umum pria atau wanita,
2). satu orang perawat wanita,
3). satu orang perawat pria dan
4). satu orang analis laboratorium kesehatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan program Kesehatan Jemaah Haji,
dikoordinir oleh Penanggung jawab Program Kesehatan jemaah haji sesuai dengan
kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan jemaah haji sesuai jadwal yang
di tetapkan dari dinas kesehatan dan kesepakatan dengan sasaran program.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

R. pemeriksaan Umum Laboratorium

R. Famasi R. Sterilisasi

R. Tunggu Unit Rawat jalan R. Pendaftaran & Rekam Medis

Tangga ke Lt 2
R. Pemeriksaan Gilut R. KIA

R. KB

7
Koordinasi pelaksanaan kegiatan program kesehatan haji dilakukan oleh
penanggung jawab program kesehatan haji yang menempati ruang pertemuan dari
gedung Puskesmas.

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana

Standar fasilitas adalah rumusan kriteria tempat dan fasilitas minimal yang harus
tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang ditetapkan. Pemeriksaan
Kesehatan Pertama dilakukan di Puskesmas yang ditunjuk. Puskesmas yang
ditunjuk sebagai tempat Pemeriksaan Kesehatan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Memiliki prasarana gedung yang memadai bagi pelayanan
b. Memiliki fasilitas diagnostik ter-kalibrasi.
c. Memiliki fasilitas laboratorium sederhana
d. Memiliki sarana dan manajemen catatan medik yang baik.

2. Peralatan
a. Buku panduan Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji
b. Form Rikkes
c. Form rujukan
d. 1 set alat pengukur TTV (Tensi, Stetoskop, Timbangan BB)
e. 1 Set computer
f. Stopwatch
g. 1 set audio visual
h. Peralatan Laborat yang diperlukan
i. Lain-lain yang diperlukan sesuai kebutuhan

8
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Penatalaksanaan pelayanan menjadi penting agar dalam memberikan pelayanan pada


jamaah haji sesuai dengan standard dan memberikan kemudahan serta kenyamanan
pada semua jamaah haji.

A. Lingkup Kegiatan
1. Pemeriksaan kesehatan jamaah haji tahap pertama di puskesmas
Dalam pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama ada beberapa kegiatan
yang harus dilakukan
a. Administrasi
b. Pemeriksaan laboratorium sederhana
c. Pemeriksaan kesehatan
d. Tes kebugaran
e. Rujukan
2. Pemeriksaan kesehatan jamaah haji tahap kedua
a. Administrasi
b. Periksa ulang laborat yang diperlukan
c. Pemeriksaan kesehatan
d. Vaksinasi Meningitis
e. Tes kebugaran
f. Penentuan istithaah
3. Pembinaan
Kegiatan Pembinaan berupa penyuluhan dan konsultasi yang
pelaksanaannya bisa bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan tahap
pertama dan kedua atau dengan jadwal terpisah sesuai kesepakatan dengan
jamaah haji
4. Pelacakan
Pelacakan dilakukan bila ada jamaah yang tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan setelah diundang dan pelacakan dilkukan pada semua jamaah
haji setelah kembali ke tanah air dan sudah tiba dirumah masing-masing
5. Pencatatan dan pelaporan secara manual dan online siskohatkes

B. Metode
1. Pemeriksaan kesehatan dalam satu ruangan yang memadai
2. Penyuluhan
3. Kunjungan Rumah

9
C. Langkah Kegiatan
Langkah – langkah kegiatan dilakukan sebagai berikut
1. Puskesmas menerima estimasi jamaah haji yang akan berangkat tahun ini
2. Setelah menerima estimasi, dilakukan pendataan menyeluruh
3. Koordinasi dengan KUA untuk memastikan dan validasi data
4. Membuat undangan pertama untuk pemeriksaan kesehatan tahap pertama
pada seluruh jamaah yang masuk dalam estimasi tersebut
5. Jamaah yang salah alamat atau pindah domisili maka dilakukan penelusuran
ke Aparat Desa
6. Bila ditemukan jamaah terdaftar sudah meninggal dunia atau mengalami hal
yang tidak memungkinkan untuk berangkat haji maka segera dilkukan
konfirmasi ke dinas kesehatan
7. Dilakukan Pemeriksaan kesehatan tahap pertama sesuai dengan undangan
8. Pencatatan dan Pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama
secara manual dan online siskohatkes
9. Memantau jamah yang memerlukan perhatian khusus
10. Pengobatan bagi jamaah yang ditemukan menderita penyakit tertentu
11. Pembinaan
12. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua
13. Penentuan istithaah
14. Pencatatan pelaporan baik secara online siskohatkes atau manual
15. Pelacakan kepulangan haji
16. Pelaporan dan pencatatan akhir secara online siskohatkes dan manual

10
BAB V

LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman program kesehatan jemaah haji ini adalah
tentang kesediaan logistic, yang antara lain berupa sarana dan prasarana penunjang
kegiatan program kesehatan Jemaah haji, adanya BKJH (buku kesehatan jamaah haji),
Vaksin Meningitis, dan form-form pelaporan lain sebagai sarana yang dibutuhkan untuk
pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan serta perlu didukung oleh perencanaan
anggaran supaya logistic yang dibutuhkan dapat tersedia pada saat dibutuhkan

11
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut :

1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan sebagai


berikut : Ketua Dokter, Anggota: Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Kefarmasian dan
Tenaga Kesehatan lainnya.
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden.
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke dinas kesehatan kabupaten atau
kota secara rahasia.
4. Puskesmas memahami standar keselamatan pasien dan menerapkan 7 langkah
menuju keselamatan pasien.
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Puskesmas merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien sehingga 7 langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap puskesmas. Uraian 7
langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b. Pimpin dan dukung staf.
c. Integrasikan aktivitas.
d. Kembangkan sistem pelaporan.
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
g. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Dalam pelaksanaan, 7 langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakan di puskesmas. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila 7 langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik puskesmas dapat menambah penggunaan metode-
metode lainnya.

12
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan


manusia yang bekerja disebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi
rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting
bagi moral, legalitas, dan financial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman
sepanjang waktu. Praktek K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) meliputi pencegahan,
pemberian sanksi dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk
pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.

13
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program Kesehatan Jemaah Haji dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal.


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.
3. Ketepatan metode yang digunakan.
4. Tercapainya target program Kesehatan Jemaah Haji.

Permasalahan dibahas pada setiap pertemuan loka karya mini setiap bulan.

14
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector terkait
dalam pelaksanaan pelayanan program kesehatan haji dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan program kesehatan haji tergantung pada komitmen yang


kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan
peran serta aktivis masyarakat dalam bidang kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai