Anda di halaman 1dari 3

Pengalaman Pribadi Bersekolah di Pesantren

Hari ini saya akan menceritakan pengalaman saya selama bersekolah di


pesantren. Setiap orang pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya pesantren.
Kebanyakan yang ada di bayangan mereka adalah pesantren merupakan sekolah tempat
para siswa yang biasa disebut santri untuk menuntut ilmu agama. Hal ini tentu menjadi
suatu peluang bagi para orang tua yang beragama Islam untuk mendidik anaknya. Selain
tempat pembelajaran yang terjamin, pendidikan yang diajarkan juga pasti tak kalah
dengan sekolah yang lain. Di pesantren, siswa akan dididik untuk menjadi santri yang
baik dan tetap mengamalkan ajaran Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa
mengamalkan ajaran Islam merupakan hal yang sangat baik. Sebagaimana sabda nabi
SAW. Yang berbunyi : "Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia. Dan janganlah engkau mengikuti jalan-jalan lain, karena kan mecerai-beraikanmu
dari jalan-Nya. Demikian itulah Allah wasiatkan kepadamu agar kamu bertakwa”.
(HR. Ahmad I/435 no.4142).
Ada berbagai pengalaman yang saya dapatkan selama bersekolah di pesantren
sampai saat ini. Apalagi ini adalah tahun ke-10 saya bersekolah di pesantren. Salah satu
pengalaman yang sampai saat ini masih saya ingat adalah pengalaman dalam mengikuti
olimpiade. Waktu itu saya masih duduk di kelas 7. Tepatnya pada bulan Maret 2017,
guru biologi saya memberi tahu saya bahwa saya diminta untuk mengikuti olimpiade
biologi tingkat SMP/MTs. Pada tahun itu. Saya sangat terkejut mendengar hal tersebut
karena saya berpikir bahwa bagaimana bisa aku ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam
ajang yang lumayan besar tersebut. Saya pun mau tidak mau harus menerimanya.
Banyak hal yang harus siapkan untuk mengikutinya. Mulai dari buku materi
hingga buku latihan soal. Untung saja guru saya berbaik hati meminjamkannya kepada
saya dan meminta saya untuk menghabiskan buku tersebut dalam waktu seminggu.
Awalnya saya khawatir dan bingung apakah saya dapat menghabiskan buku tersebut
tepat waktu, mengingat ini merupakan tahun pertama saya di jenjang MTs. sedangkan
untuk mengikuti ajang lomba diperlukan materi hingga tahun ketiga. Saya pun berusaha
keras untuk menghabiskannya. Walaupun sudah seminggu, saya masih belum bisa
menghabiskan buku tersebut. Tapi guru saya tidak menanyakannya. Saya tersadar
bahwa guru saya hanya membuat saya agar lebih semangat belajar dengan menyuruh
saya menghabiskan buku tersebut.
Setelah berbagai proses belajar yang panjang dan melelahkan, akhirnya hari
olimpiade pun tiba. Gugup mulai saya rasakan. Tapi, rasa gugup tersebut pun saya
lawan dengan mengumpulkan semangat dan mengingat perjuangan guru saya dalam
mengajar saya. Apalagi saya juga tidak sendiri dalam mengikutinya karena banyak juga
teman saya yang sama-sama masih kelas 7. Kami pun saling menyemangati sebagai
sesama peserta. Hal tersebut membuat rasa gugup saya perlahan-lahan mulai hilang dan
membuat saya semakin yakin bahwa saya dapat melakukannya dengan baik.
Setelah berbagai proses panjang, akhirnya hasil olimpiade akan segera
diumumkan. Sebelum diumumkan saya habiskan waktu untuk berdoa tanpa henti.
Akhirnya juara olimpiade biologi pun diumumkan dan saya juga menjadi salah satunya.
Saya terkejut sekaligus tak percaya saat mendengarnya. Hal tersebut menjadi salah satu
pengalaman yang paling berkesan dan tak terlupakan bagi saya. Dari peristiwa tersebut,
saya yakin bahwa dengan kerja keras, do'a, dan dukungan dapat membantu kita dalam
melakukan hal-hal yang tak pernah kita bayangkan berhasil dalam melakukannya.
Untuk itu, berdasarkan pengalaman yang saya alami tadi, dapat diambil pelajaran bahwa
percaya diri dalam mengambil suatu tantangan memang sangat diperlukan dalam
mencapai keberhasilan. Namun, juga harus disertai dengan kerja keras dan doa.
Pengalaman kedua yang pernah saya rasakan selama bersekolah di pesantren
adalah saat ini. Yakni saat saya dipilih untuk menjadi anggota grup literasi. Hal ini
merupakan hal yang sangat baru bagi saya, apalagi saya baru mengetahui bahwa di
beberapa sekolah terdapat grup literasi. Awalnya saya tidak yakin, apakah saya dapat
menjadi anggota yang bertanggungjawab. Tapi, saya tetap berusaha untuk menjadi
anggota yang baik dengan terus hadir di berbagai pertemuan yang diadakan pembina
literasi. Meski kadang saya merasa sedikit malas untuk mengikutinya karena memang
waktunya merupakan satu-satunya waktu saya untuk pulang sekolah paling cepat
diantara hari sekolah lainnya. Tapi, hal tersebut tetap saya jalani karena saya ingin
mendapatkan kenangan yang baik selama mengikuti organisasi ini.
Banyak sekali event yang diadakan oleh organisasi literasi yang saya ikuti.
Seperti lomba membuat cerpen, artikel, dll. Bahkan organisasi literasi ini juga akan
menertibkan sebuah buku tahun ini.
Selain membuat sayembara untuk siswa agar mengikuti lomba, para anggota
termasuk saya juga diminta untuk mengikuti sayembara tersebut. Sayembara yang
pertama yaitu sayembara membuat cerpen. Bagi orang yang imajinatif, membuat cerpen
bukan merupakan hal yang sulit. Tapi, bagi orang seperti saya yang tidak terlalu suka
berimajinasi, membuat cerpen merupakan hal yang susah-susah gampang. Awalnya
saya memikirkan banyak ide dan akan memilih ide yang terbaik. Namun ternyata susah
sekali. Karena pengumpulannya masih lama, saya sedikit menghiraukan dan
mengabaikannya. Namun, tidak terasa sudah H-7 pengumpulan. Saya merasa sedikit
khawatir sekaligus menyesal karena saat saya memiliki waktu senggang saya tidak
segera mengerjakannya. Akhirnya saya memutuskan untuk cepat-cepat memilih ide dan
membuat cerpen saya dan Alhamdulillaah dapat selesai tepat waktu. Peristiwa tersebut
dapat memberi saya pelajaran bahwa pentingnya untuk menghargai waktu. Hal tersebut
mengingatkan saya terhadap perkataan guru saya selama di pesantren bahwasanya
waktu merupakan hal yang harus dimanfaatkan dengan baik dan tak boleh terbuang sia-
sia. Sebagaimana sabda nabi SAW yang berbunyi "Gunakan lima perkara sebelum lima
perkara. Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum
sibukmu, mudamu sebelum tuamu, kayamu sebelum miskinmu.”
Dalam belajar, pasti ada hambatan yang selalu menyertai. Namun perlu
diketahui bahwa hambatan tidak hanya menyertai dalam belajar. Semua peristiwa selalu
disertai hambatan karena memang di dunia ini tidak akan ada yang sempurna. Oleh
karena itu, sebagai manusia khususnya sebagai siswa, kesabaran dalam belajar memang
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang disebutkan di atas, perlu diketahui bahwa keberanian untuk maju dan mengambil
resiko merupakan hal yang dibutuhkan dalam belajar. Selain itu, kerja keras dan doa
juga merupakan kunci yang utama.

Profil Penulis

Nama lengkap penulis adalah Isna Zaidatul Husna. Saat ini, dia masih berada di
tahun pertama SMA. Masa-masa sekolahnya sudah dihabiskan di Pondok Pesantren
Maskumambang Dukun Gresik Jawa Timur selama kurang lebih 10 tahun hingga saat
ini. Saat ini, penulis tinggal di Desa Sembungankidul Dukun Gresik bersama ayah,
kakak, dan nenek.

Anda mungkin juga menyukai