Sinta Marliya
“Orang yang jatuh dan bangkit lebih kuat dari orang yang tidak pernah
mencoba. Jangan takut gagal, tapi takutlah untuk tidak mencoba.” Kutipan dari Roy
T. Bennett ini tidak sengaja melintas di layar kaca ketika aku sedang asyik bermain
media sosial, aku yang saat itu sedang jenuh karena sehari-hari hanya berhadapan
dengan laptop. Iya benar! Aku seorang mahasiswa semester 5 yang saat itu sedang
terjadi wabah Covid-19 dan mengegerkan dunia, yang mana dunia perkuliahan
seketika beralih menjadi daring, saat itu yang aku pikirkan, jika wabah ini tak
kunjung hilang dan perkuliahan tetap daring, apakah aku hanya menatapi layar
laptop sampai aku tamat? Dan kutipan itu menyadarkan aku untuk berani mencoba
hal baru dan keluar dari zona nyaman, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk
mengikuti program merdeka belajar kampus mengajar. Aku berpikir untuk
mencoba saja tidaklah sulit, ternyata ada banyak sekali hambatan dan keraguan
yang muncul, dan dari sinilah lika-liku perjuangan dimulai.
Saat pertama kali mengajar, aku merasa sangat tegang. Aku tidak yakin
apakah aku bisa memberikan pengetahuan dan informasi yang cukup bagi siswa-
siswa tersebut. Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat, aku melanjutkan
pengajaran tersebut. Saat waktu berlalu, aku merasa semakin nyaman dan percaya
diri dalam mengajar. Aku mulai menemukan metode mengajar yang cocok dengan
kebutuhan dan gaya belajar siswa-siswa tersebut. Aku juga belajar lebih banyak
tentang keterampilan interpersonal dan kemampuan komunikasi yang sangat
penting dalam pekerjaan sebagai seorang pengajar.
Pada suatu hari, ketika aku mengajar seorang siswa dengan kesulitan belajar
matematika, aku merasa sangat senang ketika siswa tersebut akhirnya memahami
konsep dasar matematika yang diajarkan. Siswa tersebut bahkan memeluk aku
dengan penuh kegembiraan dan berkata, "Terima kasih, Kak! Saya paham
sekarang!". Momen tersebut membuat aku merasa sangat senang dan terharu. Aku
merasa seperti pekerjaan ini benar-benar bermakna dan memiliki tujuan yang jauh
lebih besar dari sekadar mendapatkan pengalaman. Siswa tersebut telah mengerti
konsep matematika yang sebelumnya ia tidak pahami dan itu membuatku merasa
bangga dan bersemangat untuk terus mengajar.
Pernah suatu ketika, aku merasa sangat malas untuk mengajar. Aku merasa
lelah dan tidak memiliki semangat untuk menghadapi hari yang penuh dengan
aktivitas mengajar di kelas. Namun, saat aku melintas di depan ruang kelas
tempatku mengajar, aku melihat raut wajah siswa-siswa yang menunggu
kedatanganku. Melihat mereka yang bersemangat dan antusias untuk belajar, aku
merasa terdorong untuk memasuki ruang kelas dan memberikan pengajaran
terbaikku. Aku mengingat bahwa sebagai seorang pengajar, tanggung jawabku
adalah memberikan bimbingan dan membantu siswa-siswa tersebut dalam belajar
dan mencapai potensi terbaik mereka.
Dengan semangat yang baru, aku memasuki ruang kelas dan memulai
aktivitas mengajar dengan penuh semangat. Aku berusaha memberikan materi
pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan menarik, sehingga siswa-siswa
dapat lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran tersebut.