Anda di halaman 1dari 5

“Think the Best, Do the Best, and Get the Best”

Oleh : Yuniani Miftahul Ni’mah S.Pd

Saya dikenal dengan Ustadzah Ani oleh murid-murid. Saya mengajar di sebuah
sekolah swasta yang sering disebut sekolah idola di kota Nganjuk. Tahun ini masuk tahun
ke 16 saya mengabdikan diri di sekolah ini. Sekolah ini yang telah memberikan banyak
pelajaran bagi saya sebagai seorang pendidik.

Menjadi seorang pendidik merupakan tanggung jawab yang besar bagi saya. Karena
mendidik bukan hanya urusan duniawi saja tapi juga melibatkan urusan ukhrawi. Bagi
saya pendidik bukan hanya sekedar pekerjaan namun lebih tepat sebagai pengabdian dan
dedikasi. Tak terbesit sedikitpun di benak saya untuk menjadi seorang pendidik.
Walaupun di keluarga ada ibu yang menjadi teladan sebagai seorang pendidik. Saat masih
remaja bahkan saat masa kuliah tak terbesit sedikitpun untuk menjadi sebagai pendidik.
Pada saat itu saya kuliah mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris sekedar
formalitas saja karena menuruti kehendak orang tua. Pada saat itu bagi saya pendidik
adalah profesi yang tidak menjanjikan dan tidak keren. Namun takdir berkata lain, doa
dan keinginan orang tua yang sangat kuat mengalahkan keinginanku. Saat ini saya
sangat bersyukur dengan takdir Allah yang menjadikan saya sebagai seorang pendidik.
Yang dapat menginspirasi peserta didik.

16 tahun bukanlah waktu yang pendek untuk sebuah pengabdian. Pada tahun 2008
saya memulai untuk mendedikasikan diri dan mengabdi sebagai seorang guru disebuah
sekolah swasta. Awal mengajar saya dipercaya untuk mengampu menjadi guru kelas di
kelas atas . Di awal mengajar banyak adaptasi yang harus saya jalani. Walaupun
sebelumnya saya sudah mempunyai pengalaman mengajar tetapi sangat jauh berbeda
ketika kita mengajar di sebuah lembaga bimbingan mengajar dengan sekolah formal.
Berikut ini pengalaman unik yang akan saya tuliskan di cerita ini. Pada tahun ke 3
pengabdiaan saya yang sudah dua tahun berlangganan mengajar di kelas atas ternyata
tahun itu saya tetap diamanahai untuk tetap mengajar di kelas atas, tepatnya di kelas 5.
Sudah menjadi kebudayaan sekolah kami, ketika mengajar di kelas 5 maka harus
melanjutkan di kelas 6. Pada awalnya saya berpikir saat mengajar di kelas 5 akan terasa
santai karena anak sudah besar dan mudah untuk diarahkan . Ternyata mengajar kelas 5
adalah tantangan yang luar biasa menguras pikiran, tenaga dan kesabaran. Hal ini
dikarenan di kelas 5 anak-anak mulai menjalani transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa remaja. Saat itu saya benar-benar tertantang untuk menyelesaikan tugas . Pada hari
pertama masuk anak- anak terlihat antusias dan semangat sekali dan energi positif itu pun
mengalir pada diri saya. Tidak ada satu murid pun yang terlihat enggan atau pun kurang
bersemangat. Mereka menenteng tas di pundak dan berbaris di depan kelas untuk
mengantri masuk kelas. Saya menyapa mereka dengan penuh semangat mereka pun
menyambut dengan penuh suka cita, mereka tersenyum dengan ceria. 3 hari Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah telah usai belum ada masalah yang berarti yang saya
hadapi. Minggu depan anak-anak sudah masuk minggu efektif, mereka mulai belajar
penuh dari jam 07.00-14.30. Pagi itu pagi terlihat sangat cerah matahari menyapa dengan
senyumannya. Terlihat anak-anak mulai berdatangan di sekolah. Beberapa hari proses
pembelajaran berjalan sesuai harapanku. Suatu hari, saat proses pembeljaran di kelas
sedang berlangsung ada seorang siswa datang terlambat, dengan malas dia masuk kelas
dan melempar tasnya ke kursi. Saya hanya mengamati saja dari kursi guru, lalu saya
lanjutkan pembelajaran di kelas. Saat istirahat tiba saya coba untuk mendekatinya,
sekedar untuk menyapa dan bertanya kabar. Dia merespon dengan jawaban-jawaban yang
singkat dan terkesan sangat malas untuk melanjutkan pembicaraan. Saya dengan rasa
penasaran apa yang sebenarnya terjadi mencoba untuk terus bertanya, dengan usapan
kecil di kepalanya dengan harapan dia merasa nyaman untuk bercerita. Namun upaya
saya tidak membuahkan hasil, dia tetap tidak membuka diri untuk bercerita. Kejadian itu
pun selalu terjadi berulang-ulangan dan setiap saya dekati untuk saya ajak berbicara
selalu menghindar. Suatu hari saat penjemputan tiba, saya menunggu orang tuanya di
kelas dengan makasud menyampaikan kedapa beliau tentang perkembangan ananda.
Beliau menyampaikan keluh kesah apa yang terjadi akhir-akhir ini dirumah. Ternyata
suasana dan kejadian di rumah pun tidak jauh beda dengan apa yang terjadi di sekolah.
Saya terus berusaha berkomunikasi dan memberikan perhatian-perhatian kecil kepadanya.
Selain itu sya juga selau berkomunikasi dan sharing dengan teman-tman dan kelapa
sekolah untuk mencari solusi dari permaslahan tersebut. Semua solusi yang disampaikan
oleh teman-teman saya coba terapkan. Hari demi hari berjalan semakin buruk sampai
pada saat jam istirahat, tiba-tiba dia berselisih dengan temannya, dan dengan marah dia
menyerang serta memukul teman-temanya. Saya semakin frustasi dengan keadaan kelas
saya yang sangat tidak kondusif, Setelah kejadian tersebut saya kembali berkunjung
berkunjung ke rumahnya dan saat itu saya bertemu dengan kedua orang tuanya. Panjang
lebar kami berbincang dan berdiskusi, sehingga saya dapat menyimpulkan akar dari
permasalahan.

Hari berikutnya suasana tetap belum ada perubahan yang signifikan , sehingga itu
sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya. Namun saya tidak putus asa dengan
segalau paya terus melakukan pendekatan secar personal dengan dia, dengan memberikan
motivasi, nsehat dan menjadikan saya sebagai support system di sampingnya dan
Alhamdulillah memberikan sedikit pencerahan. Dia mulai ceria dan mau bermain dengan
teman-temanya lagi. Suatu hari saat makan siang tiba anak-anak mulai antri untuk
mengambil makan, tia-tiba terdengar suara anak terjatuh. Saya pun kaget dan segera
melihat kearah sumber suara. Ternyata dia terpeleset saat menggeser guci tempat minum.
Saya dan teman-teman sekelasnya menolong dan memapahnya untuk kembali ke kelas.
Saya coba oleskan minyak ke kakinya dan saya urut pelan-pelan. Karena kelas 5 di lantai
3, saat pulang saya harus menggendongnya untuk turun di lantai 3. Tiba-tiba saat saya
turunkandari gendongan ,dia berkata “ Terimakasih Bu Ani.”. Rasanya seperti dapat
angin dari surga saat saya dengar ucapan itu. Haripun berganti hari , setiap hari tampak
perubahan yang lebih baik darinya. Mulai dari perubahan sikap, cara belajar dan
ibadanya. MasyaAllah, tak henti saya ucapkan syukur kepada Allah Dzat yang membolak
balikkan hati.

Mengajar anak usia sekolah dasar bukan hanya sekedar metransfer sebuah
pengetahuan, target utama adalah pembentukan karakter sebagai pondasi untuk
melanjutkan kehidupan mereka, gurulah yang menciptakan rumusan-rumusan sehngga
murid merasa nyaman, aman dan damai di sekolah. Tdak mudah bagi seorang guru yang
bertanggungjawab untu menjalani kehidupanya menjadi seorang pendidik. Mengajar pun
bukan sekadar memberikan ilmu akademik saja, tetapi juga memberikan pendidikan
terbaik tentang moral dan etika. Guru adalah uswah hasanah bagi anak-anak, setiap apa
yang dilakukan oleh guru pasti tidak akan lepas dari pandangan dan tiruan murid. Banyak
kesulitan, tantangan dan ujian yang dihadapi oleh guru antara lain menghadapi murid
yang tantrum, kurang semangat untuk belajar, tidak percaya diri atau bahkan memukul
teman-temanya ketika marah. Hal-hal tersebut adalah ujian-ujian guru untuk naik level.
Bagi saya ketika saya menhadapi hal-k lang hal tersebut ada tiga tahap yang bias kita
lakukan. Yang pertama adalah berkomunikasi dengan murid dan orang tua secara intents.
Dengan bekomunikasi secara intents kita secara tidak langsung menjalain ikatan bati yang
lebih kuat dengan mereka, sehingga akar permaslahan akan kita temukan. Yang kedua
selalu memberikan pendekatan personal terhadap murid yang bermasalah atau
pendekatan dari hati ke hati contoh dengan mengunjungi murid di rumah. Dengan
demikian mereka akan lebih leluasa saat berinteraksi dengan kita. Yang ke tiga tak bosan-
bosannya untuk memberikan motivasi yang positif bagi mereka. Motivasi yang positif
akan membangun jiwa meraka sehingga hati mereka akan tergerak untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.

Saya juga selalu berjuang keras memberikan yang terbaik kepada murid-murid
saya. Selain itu mengajar dengan sepenuh hati adalah kunci utama bagi seorang pendidik.
Selain itu, saya mempunyai tiga prinsip ketika mengajardi sekolah yaitu, think the best,do
the best, get the best. Berpikir yang terbaik untuk memberikan yang terbaik pasti akan
mendapatkan yang terbaik. Setelah perjuangan panjang yang saya lewati, tentunya semua
itu akan terbayar dengan kebahagiaan yang sepadan. Murid-murid yang kita didik
dengan kesungguhan dan sepenuh hati pada akhirnya banyak yang memberikan balasan
istimewa kepada gurunya. Balasan yang luar biasa menggetarkan hati adalah murid-murid
yang dapat berubah lebih baik dari hatinya.

Semua guru memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda, guru juga pasti memiliki
kekurangan serta kesalahan yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Namun, guru yang
mengajar dengan hati dan kesungguhan untuk memberikan yang tebaik akan tertutupi
kesalahan dan kekurangannya dengan segala kebaikan. Ilmu yang diberikan oleh guru
akan terus mengalir dan bermuara menjadi pahala kebaikan. Tetap berkomitmen untuk
memberikan yang terbaik bagi murid-murid. Terus belajar untuk memperbaiki diri dan
mengupgrade diri sehingga dapat mengajar sesuai pada zamanya.

Seorang guru yang inspiratif ternyata berhasil mencetak generasi-generasi


penerus yang berhasil. Ini terbukti ada banyak sekali murid-murid kita yang berhasil
menjadi seseorang yang berguna dan bahkan menginspirasi bagi orang lain. Hal itu
merupakan hadiah terindah untuk perjuangan kita , terlebih ketika murid-murid yang
berhasil tersebut selalu mengingat kita sebagai pahlawan pendidikan mereka. Mereka
menjadikan kita sebagai inspirasi sekaligus panutan yang selalu diingat hingga akhir
waktu. Maka dari itu jangan Lelah untuk belajar mengupgrade diri, mendidik dengan hati
dan menjadikan diri sebagai uswah hasanah murid-murid kita sehingga menjadi inspirasi
dan pahlawan mereka.
BIONARASI

Penulis dengan nama lengkap Yuniani Miftahul Ni’mah lahir di Nganjuk tepatnya pada
tanggal 14 Juni 1983. Saat ini penulis aktif mengajar di SD Aisyiyah 1 Nganjuk sebagai
guru kelas 1. Penulis telah menyelesaikan pendidikanya pada tahun 2007 di Universitas
Muhammadiyah Malang Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.

Anda mungkin juga menyukai