Anda di halaman 1dari 5

Tugas : 1.2.a.3 Mulai dari Diri – Modul 1.

2
Nama : Sunilsun

Kegiatan 1. Trapesium Usia

Tugas 1. Refleksi

1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?


a. Peristiwa Positif
Pada masa SMA (usia 15 hingga 18 tahun), apa yang menjadi tujuan dan harapan saya
dalam bersekolah semuanya terlaksana atau tercapai. Ketika saya duduk di bangku SD
kelas 5, saya mempunyai tujuan untuk melanjutkan sekolah hingga ke jenjang SMA,
dan harapan saya yaitu menjadi danton dalam lomba baris berbaris, menjadi pemimpin
upacara, menjadi salah satu pengurus OSIS, mengikuti lomba cerdas cermat, mengikuti
lomba pidato, mengikuti lomba tartil, mengikuti kegiatan Persami atau Kemah
Pramuka, menjadi ketua regu dalam kegiatan Pramuka, mengikuti kegiatan sosial
seperti galang dana, mengikuti kegiatan Palang Merah Remaja, menjadi siswa yang
disayang guru, menjadi panitia HUT RI di Kecamatan, menjadi pembawa acara dalam
kegiatan pengajian, menyanyi solo lagu rohani ketika perpisahan sekolah diiringi
dengan penari, serta dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Puncak
keberhasilan saya, adalah ketika saya SMA. Keberhasilan tersebut ada yang saya
lanjutkan hingga ke perguruan tinggi, yaitu kegiatan sosial baik di kampus maupun di
masyarakat, kegiatan Pramuka, dan kegiatan Palang Merah Remaja (di perguruan tinggi
namanya bukan Palang Merah Remaja, tetapi Korps Sukarela – Palang Merah
Indonesia).
b. Peristiwa Negatif
Pada masa SD (usia 6 hingga 12 tahun), saya mengalami bullying secara terus-menerus
baik di sekolah maupun di mushollah tempat saya mengaji. Kegiatan bullying di
sekolah diawali ketika saya duduk di bangku SD kelas 1. Saat itu adalah awal tahun
ajaran baru. Kami diminta untuk memperkenalkan diri oleh Bu Guru secara bergiliran
di depan kelas. Saya sangat senang karena sebentar lagi teman-teman akan mengetahui
nama saya. Ketika tiba giliran saya, dengan percaya diri saya menyebutkan bahwa nama
saya Sunilsun. Di lingkungan keluarga, saya biasa dipanggil Sunil. Kemudian Bu Guru
memberikan tanggapan dengan mengatakan bahwa nama saya mirip alat dapur yaitu
“Sotel”. Sejak saat itu, tidak ada yang memanggil nama saya dengan sebutan yang
benar. Mereka semua memanggil saya “Sotel” hingga saya lulus SD. Di Mushollah,
bullying terjadi ketika saya kelas 2 SD. Peristiwa itu diawali ketika kami mengaji kitab
fiqih. Pada saat itu, Pak Ustadz menjelaskan tentang kebaikan dan pahalanya di akhirat.
Kemudian dilanjutkan dengan Sunnah untuk memberikan nama yang baik kepada bayi
yang baru lahir. Beberapa teman saya menanyakan arti namanya kepada Pak Ustadz,
dan Pak Ustadz menjawab sesuai dengan kemampuannya. Salah satu teman saya,
bertanya tentang arti nama saya. Pak Ustadz menjawab bahwa dia belum pernah
mendengar nama “Sunilsun” sebelumnya sehingga dia menjawab “Mungkin tidak ada
artinya”. Setelah peristiwa itu, saya semakin terkucilkan. Tidak ada yang bersedia
menjadi teman saya karena nama saya yang tidak berarti, kecuali ketika ada tugas
kelompok atau pekerjaan rumah. Bagi saya, masa SD adalah masa terkelam dalam
hidup saya karena bullying yang terus menerus dan selama belajar di SD saya tidak
pernah terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler apapun.
2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?
a. Peristiwa Positif
Banyak kalangan terlibat dalam peristiwa positif yang terjadi pada diri saya, yaitu orang
tua, guru, kepala sekolah, saudara, teman, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
b. Peristiwa Negatif
Yang terlibat dalam peristiwa negatif, yaitu guru, kepala sekolah, saudara, teman, dan
masyarakat.
3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi
Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu).
Pada peristiwa positif saya merasa gembira, takjub, dan optimis atas segala keberhasilan
yang telah saya peroleh. Saya gembira karena tujuan dan harapan saya semuanya
terpenuhi. Saya takjub karena tidak menyangka bahwa saya bisa memenuhi tujuan dan
harapan tersebut, dan saya optimis bahwa ke depan saya bisa menjadi lebih baik.
Pada peristiwa negatif saya merasa pasrah, terkejut, sedih, marah, antisipatif, kecewa,
menyesal, terlecehkan, agresif, dan optimis. Saya pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa
pada saat itu. Saya terkejut karena proses perkenalan tidak berakhir menyenangkan seperti
bayangan saya. Saya sedih karena tidak ada yang bersedia menjadi teman saya. Saya
marah karena teman-teman terus menerus membully saya. Saya antisipatif untuk berjaga-
jaga ketika sesuatu terjadi. Saya kecewa dengan perkataan dan tindakan Bu guru dan Pak
Ustadz. Saya menyesal kenapa saya harus dilahirkan, Saya terlecehkan karena mereka
mengganti nama saya dengan nama alat dapur. Saya agresif jika ada teman yang
membully, dan saya optimis walupun saya dibully, pasti saya bisa sukses.
4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih
dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?
Mungkin kita semua pernah mendengar kalimat “Pengalaman adalah guru terbaik”. Dari
momen atau peristiwa yang saya alami, baik peristiwa positif maupun peristiwa negatif,
maka disitu saya mendapatkan pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut
memberikan pelajaran yang sangat berarti untuk saya diantaranya saya dapat
mempersiapkan resiko terburuk yang mungkin akan terjadi, saya memiliki banyak ide
dalam kehidupan sehari-hari, dan saya justru lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang
baik serta optimis bahwa saya akan bisa melewatinya dengan baik. Pelajaran tersebut
sudah seperti mengakar dalam kehidupan saya sehingga saya tidak bisa melupakan momen
yang terjadi dan ketika saya ingat, saya merasa bersyukur bisa melewatinya dengan akhir
yang bahagia.
5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda
emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?
Dalam kegiatan “Trapesium Usia” dan konsep “Roda Emosi”, saya menyadari betapa
pentingnya sebagai seorang pendidik untuk belajar mengenal atau memahami karakter dari
setiap peserta didiknya. Selain itu, budi pekerti dan kebijaksanaan juga tidak kalah penting
untuk dipelajari oleh pendidik. Dengan demikian, diharapkan guru dapat menguasai kelas
sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi kondusif, efektif, efisien, dan mendapatkan
hasil yang maksimal.
6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1
atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna",
"peran"?
Guru hebat yaitu guru yang mampu menciptakan pembelajaran bermakna bagi setiap muridnya
dan dapat berperan aktif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga murid
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya selama proses pendidikannya.
Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak
1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan
komunitas sekolah saya?
a. Mandiri
Sebagai seorang guru penggerak, saya mampu memotivasi diri untuk melakukan
perubahan, dapat memulai sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dan dapat
mengerjakan sesuatu hal yang berkaitan dengan perubahan apapun yang positif.
b. Kebhinekaan
Sebagai seorang guru penggerak, saya tidak membeda-bedakan ras, suku, agama,
bahasa, dan budaya dalam mencapai tujuan bersama.
c. Kolaboratif
Saya mampu membangun relasi rekan kerja dengan hubungan yang positif, meliputi
komunikasi, memahami, dan menghormati peran masing-masing di sekolah.
d. Gotong Royong
Saya mampu bekerja secara gotong royong dengan murid, rekan guru, dan komunitas
sekolah.
e. Inovatif
Saya berusaha untuk memunculkan ide-ide kreatif dan tepat guna terkait situasi ataupun
permasalahan di sekolah.
2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan
komunitas sekolah saya?
Peran yang selama ini saya jalani dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas
sekolah saya adalah saya sebagai seseorang yang memberikan motivasi dan inspirasi. Saya
berusaha memperbaiki budi pekerti diri, berdedikasi, membimbing murid dengan ikhlas, serta
bekerja sama dengan rekan guru dalam mengembangkan kurikulum. Saya juga berperan aktif
dalam membangun hubungan positif dan kerjasama yang baik dengan seluruh anggota
komunitas sekolah. Saya berharap sekolah saya semakin maju seiring dengan berjalannya
waktu.

Anda mungkin juga menyukai