1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
a. Peristiwa Positif Pada masa SMA (usia 15 hingga 18 tahun), apa yang menjadi tujuan dan harapan saya dalam bersekolah semuanya terlaksana atau tercapai. Ketika saya duduk di bangku SD kelas 5, saya mempunyai tujuan untuk melanjutkan sekolah hingga ke jenjang SMA, dan harapan saya yaitu menjadi danton dalam lomba baris berbaris, menjadi pemimpin upacara, menjadi salah satu pengurus OSIS, mengikuti lomba cerdas cermat, mengikuti lomba pidato, mengikuti lomba tartil, mengikuti kegiatan Persami atau Kemah Pramuka, menjadi ketua regu dalam kegiatan Pramuka, mengikuti kegiatan sosial seperti galang dana, mengikuti kegiatan Palang Merah Remaja, menjadi siswa yang disayang guru, menjadi panitia HUT RI di Kecamatan, menjadi pembawa acara dalam kegiatan pengajian, menyanyi solo lagu rohani ketika perpisahan sekolah diiringi dengan penari, serta dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Puncak keberhasilan saya, adalah ketika saya SMA. Keberhasilan tersebut ada yang saya lanjutkan hingga ke perguruan tinggi, yaitu kegiatan sosial baik di kampus maupun di masyarakat, kegiatan Pramuka, dan kegiatan Palang Merah Remaja (di perguruan tinggi namanya bukan Palang Merah Remaja, tetapi Korps Sukarela – Palang Merah Indonesia). b. Peristiwa Negatif Pada masa SD (usia 6 hingga 12 tahun), saya mengalami bullying secara terus-menerus baik di sekolah maupun di mushollah tempat saya mengaji. Kegiatan bullying di sekolah diawali ketika saya duduk di bangku SD kelas 1. Saat itu adalah awal tahun ajaran baru. Kami diminta untuk memperkenalkan diri oleh Bu Guru secara bergiliran di depan kelas. Saya sangat senang karena sebentar lagi teman-teman akan mengetahui nama saya. Ketika tiba giliran saya, dengan percaya diri saya menyebutkan bahwa nama saya Sunilsun. Di lingkungan keluarga, saya biasa dipanggil Sunil. Kemudian Bu Guru memberikan tanggapan dengan mengatakan bahwa nama saya mirip alat dapur yaitu “Sotel”. Sejak saat itu, tidak ada yang memanggil nama saya dengan sebutan yang benar. Mereka semua memanggil saya “Sotel” hingga saya lulus SD. Di Mushollah, bullying terjadi ketika saya kelas 2 SD. Peristiwa itu diawali ketika kami mengaji kitab fiqih. Pada saat itu, Pak Ustadz menjelaskan tentang kebaikan dan pahalanya di akhirat. Kemudian dilanjutkan dengan Sunnah untuk memberikan nama yang baik kepada bayi yang baru lahir. Beberapa teman saya menanyakan arti namanya kepada Pak Ustadz, dan Pak Ustadz menjawab sesuai dengan kemampuannya. Salah satu teman saya, bertanya tentang arti nama saya. Pak Ustadz menjawab bahwa dia belum pernah mendengar nama “Sunilsun” sebelumnya sehingga dia menjawab “Mungkin tidak ada artinya”. Setelah peristiwa itu, saya semakin terkucilkan. Tidak ada yang bersedia menjadi teman saya karena nama saya yang tidak berarti, kecuali ketika ada tugas kelompok atau pekerjaan rumah. Bagi saya, masa SD adalah masa terkelam dalam hidup saya karena bullying yang terus menerus dan selama belajar di SD saya tidak pernah terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler apapun. 2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut? a. Peristiwa Positif Banyak kalangan terlibat dalam peristiwa positif yang terjadi pada diri saya, yaitu orang tua, guru, kepala sekolah, saudara, teman, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. b. Peristiwa Negatif Yang terlibat dalam peristiwa negatif, yaitu guru, kepala sekolah, saudara, teman, dan masyarakat. 3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu). Pada peristiwa positif saya merasa gembira, takjub, dan optimis atas segala keberhasilan yang telah saya peroleh. Saya gembira karena tujuan dan harapan saya semuanya terpenuhi. Saya takjub karena tidak menyangka bahwa saya bisa memenuhi tujuan dan harapan tersebut, dan saya optimis bahwa ke depan saya bisa menjadi lebih baik. Pada peristiwa negatif saya merasa pasrah, terkejut, sedih, marah, antisipatif, kecewa, menyesal, terlecehkan, agresif, dan optimis. Saya pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa pada saat itu. Saya terkejut karena proses perkenalan tidak berakhir menyenangkan seperti bayangan saya. Saya sedih karena tidak ada yang bersedia menjadi teman saya. Saya marah karena teman-teman terus menerus membully saya. Saya antisipatif untuk berjaga- jaga ketika sesuatu terjadi. Saya kecewa dengan perkataan dan tindakan Bu guru dan Pak Ustadz. Saya menyesal kenapa saya harus dilahirkan, Saya terlecehkan karena mereka mengganti nama saya dengan nama alat dapur. Saya agresif jika ada teman yang membully, dan saya optimis walupun saya dibully, pasti saya bisa sukses. 4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang? Mungkin kita semua pernah mendengar kalimat “Pengalaman adalah guru terbaik”. Dari momen atau peristiwa yang saya alami, baik peristiwa positif maupun peristiwa negatif, maka disitu saya mendapatkan pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut memberikan pelajaran yang sangat berarti untuk saya diantaranya saya dapat mempersiapkan resiko terburuk yang mungkin akan terjadi, saya memiliki banyak ide dalam kehidupan sehari-hari, dan saya justru lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang baik serta optimis bahwa saya akan bisa melewatinya dengan baik. Pelajaran tersebut sudah seperti mengakar dalam kehidupan saya sehingga saya tidak bisa melupakan momen yang terjadi dan ketika saya ingat, saya merasa bersyukur bisa melewatinya dengan akhir yang bahagia. 5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? Dalam kegiatan “Trapesium Usia” dan konsep “Roda Emosi”, saya menyadari betapa pentingnya sebagai seorang pendidik untuk belajar mengenal atau memahami karakter dari setiap peserta didiknya. Selain itu, budi pekerti dan kebijaksanaan juga tidak kalah penting untuk dipelajari oleh pendidik. Dengan demikian, diharapkan guru dapat menguasai kelas sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi kondusif, efektif, efisien, dan mendapatkan hasil yang maksimal. 6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"? Guru hebat yaitu guru yang mampu menciptakan pembelajaran bermakna bagi setiap muridnya dan dapat berperan aktif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga murid mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya selama proses pendidikannya. Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak 1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? a. Mandiri Sebagai seorang guru penggerak, saya mampu memotivasi diri untuk melakukan perubahan, dapat memulai sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dan dapat mengerjakan sesuatu hal yang berkaitan dengan perubahan apapun yang positif. b. Kebhinekaan Sebagai seorang guru penggerak, saya tidak membeda-bedakan ras, suku, agama, bahasa, dan budaya dalam mencapai tujuan bersama. c. Kolaboratif Saya mampu membangun relasi rekan kerja dengan hubungan yang positif, meliputi komunikasi, memahami, dan menghormati peran masing-masing di sekolah. d. Gotong Royong Saya mampu bekerja secara gotong royong dengan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah. e. Inovatif Saya berusaha untuk memunculkan ide-ide kreatif dan tepat guna terkait situasi ataupun permasalahan di sekolah. 2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Peran yang selama ini saya jalani dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah saya sebagai seseorang yang memberikan motivasi dan inspirasi. Saya berusaha memperbaiki budi pekerti diri, berdedikasi, membimbing murid dengan ikhlas, serta bekerja sama dengan rekan guru dalam mengembangkan kurikulum. Saya juga berperan aktif dalam membangun hubungan positif dan kerjasama yang baik dengan seluruh anggota komunitas sekolah. Saya berharap sekolah saya semakin maju seiring dengan berjalannya waktu.