Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ina Martini,M.M.

Pd
NIP : 19690610 199212 2 001
Tempat/Tanggal Lahir : Kuningan, 10 Juni 1969
Jabatan sekarang : Kepala Sekolah
Alamat Sekolah : SDN Jatiluhur 4
Motto : “Kebiasaan yang baik mendatangkan hal yang baik”

Mendedikasikan diri jadi seorang “emak”

Oleh:
Ina Martini,M.M.Pd
NIP. 196906101992122001

Sekitar tahun 2015, saya menerima Surat Keputusan dari Walikota untuk menjadi
kepala sekolah di SDN Jatiluhur IV yang mana pada awalnya saya sudah menjadi kepala
sekolah di SDN Jatirasa 1.

Hari pertama saya memasuki SDN Jatiluhur IV, hati saya sangat senang karena
disambut dengan baik oleh dewan guru dan staff yang ada di sekolah ini. Hal yang pertama
saya amati adalah karakter guru-guru karena mereka akan menjadi teman kolaboratif saya
untuk menjalankan seluruh program sekolah dan meningkatkan kualitas sekolah. Hampir sama
dengan karakter guru-guru pada sekolah yang sebelumnya saya pimpin, guru-guru di SDN
Jatiluhur IV juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada guru yang memiliki wawasan luas
dan dapat mengondisikan sesama guru, ada guru yang kreatif dan berinovasi, ada guru yang
memiliki kemampuan dalam teknologi, ada guru yang gagap teknologi, ada juga guru yang
senang bersosialisasi, ada guru yang super cuek, ada guru yang suka menolong dan ada juga
yang hemat akan tenaga, ada guru yang penurut dan ada yang sebaliknya, ada guru yang
memiliki kemampuan menggali potensi peserta didik dan ada juga guru yang memiliki
kemauan tinggi dalam belajar. Melihat berbagai karakter guru tersebut saya tanamkan dalam
hati saya harus bisa jadi “emak” yang baik dan benar untuk mereka. Dengan memahami
karakter guru-guru dan staff saya harus bisa menjadi emak yang bijaksana dalam memimpin
guru-guru di sekolah ini. Saya bangun komunikasi yang baik antara saya dan guru-guru
maupun komunikasi yang baik antara guru dan guru. Saya berusaha untuk menjadikan sekolah
ini seperti rumah keluarga. Kebetulan sekali ada tempat yang kecil tapi bisa untuk dijadikan
dapur untuk sekedar memasak air untuk membuat kopi maupun goreng tempe dan ikan
tembang. Saya benahi dapur yang mungil dan melengkapi peralatan dapur seadanya sehingga
kita bisa gunakan dengan baik.

Dapur yang mungil ini juga bisa mempererat hubungan antara saya dan guru-guru, kita
memasak Bersama walaupun hanya memasa masakan yang sederhana seperti sayur asem,
tempe dan tahu goreng, ikan tembang selimut dan lainnya. Kegiatan ini rutin kita laksanakan
hamper dua bulan sekali. Saya semakin memahami karakter guru-guru dan saya lebih mudah
memimpin guru-guru dan menjadi emak yang bisa membangun kolabarasi yang baik. Saya
berusaha untuk menghilangkan rasa sungkan guru-guru terhadap saya. Saya berusaha menjadi
emak yang bersahabat buat guru-guru. Setelah guru-guru merasa nyaman dengan saya kita akan
lebih mudah membuat program dan melaksanakan program serta visi misi sekolah kita.

Hal kedua yang saya amati adalah keadaan siswa dan keadaan orangtua. Saya mencari
informasi tentang keadaan siswa dengan melihat langsung di sekolah, saya meluangkan waktu
masuk ke setiap kelas untuk mengetahui cara belajar siswa, cara mengajar guru dan target apa
yang sudah dicapai siswa. Supervisi awal, saya masuk ke kelas dua, saya cukup kecewa ketika
saya temukan kebanyakan siswa belum bisa menulis angka maupun huruf dengan benar,
kebanyakan siswa belum dapat berhitung sampai angka seratus. Hari berikutnya saya lanjutkan
pengamatan ke kelas lainnya, hal yang sama saya rasakan cukup kecewa, anak-anak kelas
tinggi belum menulis dengan rapi, terutama tulisan sambung, dari sekian orang dalam satu
kelas hanya sebagian kecil yang dapat menulis sambung. Di kelas tinggi juga masih
banyakditemukan yang tidak bisa perkalian dasar. Hal ini menjadi sebuah catatan untuk saya,
sebagai emak di sekolah ini saya harus mengarahkan dan membimbing guru-guru saya terlebih
dahulu. Sebagai emak yang baik juga saya harus tegas akan hal ini. Saya mengadakan briefing
secara global kepada guru-guru saya, saya sampaikan kepada guru-guru hal yang saya amati di
setiap kelas. Saya mulai membimbing guru-guru untuk membuat target yang akan dicapai
setiap kelas secara sederhana, misalkan kelas 1 dan kelas 2 harus susah bisa menulis huruf dan
angka dengan benar. Kelas 3 dan kelas 4 sudah harus bisa perkalian satu angka dengan satu
angka, dan kelas tinggi sudah bisa pembagian bersusun atau porogapit.

Sebagian guru-guru melaksanakan arahan dan bimbingan yang saya berikan, tetapi
sebagian besar tidak melaksanakannya. Sebagai emak , saya harus berlapang dada dan harus
sabar. Tiga bulan kemudian saya melakukan supervisi kelas lagi, dan masih banyak saya
temukan kesalahan-kesalahan yang sebelumnya. Tidak ada perubahan yang signifikan.
Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pengarahan dan pembinaan sesuai tingkat kelas
yaitu guru-guru kelas rendah , guru-guru kelas tinggi dan guru-guru bidang studi. Saya berikan
pembinaan pada waktu yang berbeda setiap tingkat. Pada pembinaan ini saya sebagai emak
sedikit lebih tegas kepada guru-guru demi masa depan peserta didik yang belajar di sekolah
ini. Proses belajar mengajar tentunya menjadi prioritas utama saya sebagai kepala sekolah.
Saya sebagai manajer juga harus mengawasi dan mengontrol proses pembelajaran ini dengan
baik.

Setelah pembinaan yang kedua saya lakukan, ternyata hanya sedikit peningkatannya.
Sebagai emak, saya mencari ide untuk melakukan tutorial sebaya antara guru-guru. Pada
awalnya pembinaan ini, diawali banyak candaan tapi pada akhirnya guru-guru jadi serius.
Langkah ini menjadi lebih baik ketika saya melakukan supervisi pada bulan berikutnya sudah
banyak perubahan. Tidak sampai disitu, jika ada pelatihan dalam meningkatkan kompetensi
guru baik secara online maupun offline saya tidak bosan-bosan menyuruh guru-guru saya untuk
mengikutinya. Kadang saya terkesan seperti emak-emak yang suka cerewet, tetapi tetap
mengajak dan menyuruh guru-guru untuk mengikuti pelatihan. Walaupun sebagian kecil masih
ada guru yang tidak mau tau, cuek, acuh tak acuh tetapi sebagai emak saya tetap menunggu
sampai guru yang demikian nanti bisa mengikuti pelatihan yang diadakan.

Disamping saya mengontrol dan mengawasi kemampuan guru dalam mengajar, saya
sebagai emak harus peduli dengan pendidikan guru-guru yang saya pimpin. Setelah saya cek
data dapodik ternyata sebagian besar guru-guru belum menempuh pendidikan Strata 1 dan ada
guru yang belum linear dengan guru pendidikan dasar. Saya memanggil semua guru yang
belum S1 dan guru yang belum linear, saya berikan motivasi supaya mereka sekolah lagi demi
meningkatkan kompetensi mereka dan untuk melengkapi syarat-syarat dokumen nantinya jika
dibutuhkan. Alhamdulillah, guru-guru mendengarkan nasihat saya dan motivasi saya, mereka
yang belum S1 langsung kuliah dan yang belum linear juga kuliah lagi untuk menyetarakan
ijazah mereka. Semua guru-guru di sekolah ini sudah S1 kecuali guru Bahasa Inggris yang
belum karena masih proses kuliah.

Emak memang suka beberes, semua dirapikan, ketika saya merapikan buku induk, saya
mengecek buku induk di sekolah ini. Saya sangat kaget melihat buku induk banyak yang
kosong. Saya langsung mengumpulkan semua guru, kita briefing dadakan, saya menyuruh
semua guru-guru mengisi buku induk sesuai tahun ajaran yang pernah mereka mengajar
minimal satu tahun terakhir. Semua guru dan staff bekerjasama menyelesaikan buku induk
selama satu tahun terakhir. Saya sebagai emak harus displin dan menerapkan kedisplinan itu
kepada guru-guru. Saya menganjurkan setiap semester harus mengisi buku induk sebelum hasil
belajar siswa diberikan kepada orangtua. Hal ini juga dilakukan secara konsisten. Akhirnya,
guru-guru saya sampai saat ini melakukan hal tersebut, dan saya sebagai emak tidak pernah
bosan mengingatkan supaya mereka mengerjakan buku induk. Buku induk ini sangat perlu
sebagai inventaris seolah salah satu manfaat kecil dari buku induk adalah mendapatkan nilai
siswa jika siswa tersebut kehilangan rapor atau rapor siswa tersebut rusak.

Sebagai emak saya tidak pernah menyerah untuk mengingatkan guru-guru saya walaupun
kadang saya dianggap kepala sekolah yang bawel dan galak.

Sebagai emak saya juga harus menjadi teladan bagi guru-guru, staff, siswa-siswa saya
maupun orangtua. Saya membiasakan saya dating lebih dahulu daripada guru-guru saya.
Walaupun hal ini kadang menjadi dilema, jika saya datang terlebih dahulu, seakan-akan saya
mendikte guru-guru. Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang saya untuk dating lebih dulu, saya
juga tida segan untu memanggil dan memberi bimbingan kepada guru yang dating telat. Bagi
saya tepat waktu adalah hal yang sangat penting dalam melakukan semua aktivitas kita. Saya
bahkan sering menunjukkan teladan bagi warga sekolah contohnya ketika saya melihat toilet
sekolah sangat kotor, saya langsung membersihkan sendiri dan memberi contoh cara
membersihkan toilet kepada staff sekolah. Saya selalu mengingatkan kepada seluruh siswa dan
guru untuk menjaga kebersihan toilet dan lingkungan sekolah. Dengan teladan yang saya
berikan, alhamdullilah beberapa guru dan staff punya inisiatif sendiri dalam menjaga
kebersihan toilet dan kebersihan sekolah.

Saya sebagai emak sangat terbuka dan mau mendengar pendapat guru-guru tentang
program sekolah dalam peningkatan mutu sekolah saya. Seperti guru olahraga saya yang
merangkap sebagai pembina pramuka, Bapak ini selalu mengusulkan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan kepramukaan seperti mengadakan perjusa ( perkemahan jumat sabtu) atau
persami (perkemahan sabtu minggu). Kegiatan perjusa atau persami kita lakukan setahun sekali
dan ini selalu sukses dilakukan walaupun dilaksanakan hanya di lingkungan sekolah saja.
Kegiatan tentunya memiliki banyak manfaat bagi seluruh warga sekolah seperti dapat
membangun dan mempererat hubungan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru
dengan guru, siswa dengan orangtua, guru dengan orangtua dan orangtua dengan orangtua.
Saya emak harus bisa menerima pendapat, saran bahkan kritik yang membangun dari warga
sekolah yang saya pimpin. dan tentunya saya sebagai emak harus bijaksana dalam menyikapi
dan memutuskan segala usulan yang berhubungan dengan peningkatan mutu sekolah.

Setiap manusia pasti memiliki masalah, begitu dengan saya di sekolah ini, saya
memimpin sekolah bukan berjalan dengan lancar dan mulus. Banyak tantangan yang saya
hadapi, saya sebagai manusia biasa kadang bisa lepas control dan meluapkan emosi jika saya
menemukan kesalahan-kesalahan warga sekolah yang dapat merugikan sekolah maupun
merugikan saya sendiri, tapi sebagai emak saya harus tawakal. saya berserah kepada Allah
SWT yang dapat memberikan saya kesabaran yang lebih, hanya Allah SWT yang dapat
memberikan saya hati pemaaf. Jika hati saya sudah memaafkan maka segala kesalahan dapat
diperbaiki dengan baik. Dan program sekolah dapat berjalan dengan baik.

Memimpin satu sekolah bukan hal yang mudah, saya sebagai emak harus cerdas. Saya
harus bisa mengkondisikan sekolah dengan baik contohnya jika ada guru yang sakit tiba-tiba,
saya dituntut harus cerdas dan cepat dalam mengambil keputusan untuk menggantikan guru
yang sakit. Saya selalu memiliki jadwal mengajar guru baik guru kelas maupun guru bidang
studi. Jika suatu saat ada guru yang ijin ataupun sakit, saya bisa dengan mudah melihat guru
yang mana yang memiliki jam kosong. Disamping cerdas dalam mengondisikan sekolah, saya
juga harus cerdas dalam mengelola pembiayaan sekolah.

Niat baik saya mendedikasikan diri menjadi emak di SDN Jatiluhur sangat memberikan
saya hati yang damai, nyaman dan badan yang sehat. Saya sebagai kepala sekolah dan sebagai
manejer di sekolah ini harus bisa menjadi emak yang bisa berkolaborasi dengan guru, siswa
dan orangtua, emak yang tegas, emak yang panjang sabar, emak yang displin, emak yang
peduli, emak yang pantang menyerah, emak yang terbuka, emak yang tawakal, dan emak
yang cerdas.

Anda mungkin juga menyukai