Anda di halaman 1dari 5

Nama : PUTRI DWI SEPTIANY

Kelas : XI B FARMASI
No. Absen : 21

GURUKU INSPIRASIKU

Guru adalah peran utama dalam pendidikan. Tanpa seorang guru murid-
murid tidak akan membawa ilmu setelah pulang dari sekolahnya, terkecuali bagi
murid-murid yang rajin. Tanpa diajari terlebih dahulu, sedikit banyak dia telah
memahami materi yang akan disampaikan oleh gurunya esok hari.

Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Dimana semua siswa


Indonesia akan memperingati hari guru. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat
berjasa sekali bagiku. Guru tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya,
yang kelak akan bermanfaat untukku di masa depan. Tanpa guru aku bukanlah
siapa-siapa. Bukan orang yang berpendidikan. Juga bukan orang yang mempunyai
prestasi. Guru adalah ibu kedua bagiku. Tempat aku berdialog dan tempat aku
bersosialisasi.

Hari Senin yang cerah ini bertepatan di hari guru disekolahku diadakan
upacara memperingati hari guru. Para guru dan siswa/siswi berkumpul dilapangan
upacara. Upacara pun dimulai, setelah beberapa jam dilaksanakan anak-anak
menuju kelasnya masing masing untuk mendapat mata pelajaran dari guru. Hari ini
ada mata pelajaran yang aku sukai yaitu mata pelajaran IPA selain mata pelajaran
IPA ada beberapa mata pelajaran lainnya seperti, Bahasa indonesia, Bahasa Jawa,
dan PPKN.

Inilah aku seorang perempuan berumur 12 tahun yang mengejar mimpi.


Namaku Aisyah, aku adalah salah satu siswi di SMP yang ada di kota ini. SMP-ku
termasuk ke dalam SMP yang sangat mendapat apresiasi dari masyarakat, setiap
tahunnya banyak orangtua yang mendaftarkan anaknya di sekolah ini karena
sekolahku memang dulunya sekolah unggulan di daerah tempat saya tinggal.
Hidupku terasa berarti ketika mengenal sesosok guru yang baik hati, dengan
siswa yang memiliki nilai semangat tinggi untuk belajar guru tersebut selalu
membimbing siswa/siswi nya dengan sabar dan selalu berpesan agar siswa/siswinya
untuk belajar. Nasihat yang diberikannya pun tidak seperti kebanyakan guru-guru
lain yang hanya akan memberinya nasihat berupa kata-kata yang awalnya dapat
diserap namun beberapa saat kemudian akan terlupakan. Beliau tidak melakukan
cara seperti guruku yang lain. Beliau mempunyai cara tersendiri untuk menasihati
kami. Nasihat yang beliau berikan biasanya mempunyai perumpamaan. Menasihati
tanpa memberi kami pelajaran sepertinya itu hal yang beliau hindarkan. Disiplin
belajar ia sampaikan kepada kami dengan maksud dan tujuan yang awalnya kami
hanya anggap sebagai angin berlalu.

Di sekolahku atau di seluruh sekolah pasti mempunyai murid-murid yang


memiliki kemauan belajar yang sedikit. Saat tidak mengerjakan tugas, guru-guru
yang lain akan memberinya hukuman yang hanya dirasakan pada saat itu saja. Itu
tidak akan berefek untuk meningkatkan kemauannya belajar lebih giat lagi.
Malahan itu hanya akan membuatnya tertekan. Tapi itu tidak berlaku pada guruku
yang satu ini. Seperti yang aku katakan di atas, beliau lebih sering memberi nasihat
perkataan-perkataan yang membuat murid itu akan memikirkannya terus-menerus.
Kamu pasti bertanya-tanya kata-kata apa yang guruku sampaikan. Baiklah aku akan
menceritakan pengalamanku saat beliau sedang menasihatiku dan teman-temanku.

Seorang wanita yang sudah tidak muda lagi berdiri di hadapanku dan di
hadapan teman-temanku. Seseorang yang mempunyai segudang ilmu dan membagi
ilmu tersebut tanpa ketakutan akan kehilangan ilmu tersebut. Guruku. itu sosok
guruku yang telah aku deskripsikan di atas. Guru yang mengajarkanku banyak
pelajaran tanpa harus mengambilnya dari panduan buku. Guru tersebut namanya
Bu Selia Setyaningrum, beliau merupakan guru favoritku di sekolah. Bu Selia
sangat berarti dalam hidupku, betapa tidak, guruku adalah seorang guru yang
berprestasi. Segudang prestasi dalam bidang IPA khususnya Biologi banyak ia raih.
Karena guruku aku ingin mengikuti jejaknya dalam prestasi. Sejak kecil aku sangat
menyukai Mata pelajaran IPA. Sering aku mengikuti sebuah kompetisi Olimpiade
Mapel MIPA di kotaku meskipun aku selalu gagal untuk menjadi seorang juara,
tetapi guruku selalu memberikan semangat kepadaku. Disaat aku gagal mengikuti
perlombaan mata pelajaran IPA.

Tapi bukankah kegagalan adalah kemenangan yang tertunda? Maka dari itu
aku tidak putus asa dan selalu giat belajar. Guruku selalu memberi semangat,
mengajari aku apa yang aku tak tahu. Ia selalu memberi motivasi kepada
siswa/siswi, Guru itu ibarat lilin. Ia rela terbakar, demi menerangi masa depan anak
muridnya. Dan guru mempunyai 1001 cara agar siswanya kelak menjadi orang yang
berguna bagi Nusa dan Bangsa. Walaupun sudah lelah, guru tidak pernah
memperlihatkannya kepada siswa-siswanya. Karena ia tidak ingin siswanya
menjadi orang yang selalu menyerah. Peran guru sangatlah penting bagi
Pendidikan. Guru tidak pernah meminta imbalan sedikit pun dari siswanya, meski
ia sudah mengajar berpuluh-puluh tahun”

Hingga suatu hari saat aku mengikuti lomba Olimpiade Mapel MIPA tingkat
Kabupaten/Kota, aku mendapatkan juara ke-3. Pertama kalinya setelah lama
mengikuti lomba olimpiade mata pelajaran IPA aku mendapat juara. Aku pun
pulang dan membawa piagam penghargaan untuk menunjukan kepada orangtuaku.
merasa senang usahaku memang tidak mudah. Berkat kedua orangtuaku dan guruku
aku menjadi termotivasi untuk menjadi lebih baik. Guruku adalah orang yang
menghargai orang lain dan selalu bekerja keras. Tidak sombong dan tetap rendah
hati adalah aku. Aku tak ingin menyombongkan prestasiku yang hanya sekecil itu.

Beberapa bulan setelah mengikuti perlombaan Olimpiade mata pelajaran


MIPA, aku ditunjuk sama guruku untuk mengikuti perlombaan lainnya seperti
perlombaan mata pelajaran IPA tingkat provinsi. Dimana perlombaan tersebut
diadakan ditempatku sekolah. Disaat teman-teman sudah pulang kerumah aku dan
bu Selia masih di sekolah. Beliau selalu menginspirasikanku bahwa apa yang kita
lakukan saat ini memang terkadang terasa itu tidak penting. Namun hal sekecil
apapun itu, hal yang kita lakukan saat ini akan berpengaruh di masa depan kita.
Hingga hari perlombaan mata pelajaran IPA tingkat provinsi pun akhirnya
dimulai, Bu Selia mendampingiku selama perlombaan dimulai. kerja keras setiap
hari belajar dan dibimbing Bu Selia pun berbuah hasil dan mendapatkan juara ke-
1. Setelah menunggu lama akhirnya aku mendapatkan juara lagi. Usahaku memang
tidak mudah. Kerja keras ini dibayar tuntas, guruku berharap suatu saat aku
mendapatkan juara lagi.

Sampai akhirnya ketika guruku sakit dan tak bisa ditolong oleh Dokter yang
menanganinya. Guruku mengidap penyakit Ginjal. Aku sangat sedih ketika
mengetahui guruku telah tiada. Guruku sangatlah berarti untukku. Bagaimana pun,
aku harus tetap mengikhlaskan kepergian guruku. Sebelum guruku meninggal, aku
sedang mengikuti Lomba Olimpiade MIPA untuk kedua kalinya. Dan
alhamdulillah aku mendapat juara satu. Ketika mengetahui guruku telah tiada, piala
ini ku persembahkan untuk guruku tercinta. Aku sangat bersyukur Allah telah
memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi muridnya. Jadi aku manusia
yang lapuk ini akan menjadi manusia yang lebih baik lagi disetiap harinya.

Karena aku yakin Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, namun
Allah memberikan hal yang terbaik bagi kita. Lalukan hal yang positif saat ini
mungkin akan membawa pengaruh baik juga di masa depan kita. Sebaliknya, jika
melakukan hal negatif itu akan terus terbawa di masa depan kita. Semua yang kita
pelajaran saat ini akan menjadi pengalaman di masa depan kita. Itulah yang dapat
aku ceritakan mengenai saat-saat aku mendapatkan sedikit pelajaran dari guruku.
Mungkin cerita ini sederhana, tetapi apa yang aku ceritakan di atas semoga dapat
membuat orang yang membaca ini dapat mengambil sedikit pelajaran. Pelajaran
yang mungkin dapat diterapkan di kehidupan kita.

Dalam kepribadiannya bukan hanya keseriusan dan ketegasan dalam


mengajar, namun juga ada canda tawa dan sharing tentang pengalaman hidupnya
selama ini. Beliau bukan sekedar guru bagiku, beliau adalah sahabatku.
Saat aku terpuruk ataupun sedang mengalami kegagalan dalam mencapai
cita-cita. Beliau tidak memarahiku beliau memberiku semangat dan nasihat agar
aku tidak menyerah samapai akhirnya aku manusia yang lapuk ini, yang bahkan
mempunyai standar akademik yang biasa-biasa saja dapat memperoleh juara dalam
berbagai lomba tingkat kabupaten/kota. Meskipun engkau kini tak ada di
sampingku, jasa-jasamu selalu ku ingat wahai Pahlawan Cendekia. Selamat jalan
guruku. Kaulah inspirasiku.

Anda mungkin juga menyukai