Anda di halaman 1dari 6

 

Motivasi mengikuti seleksi guru berdedikasi di daerah khusus


Menjadi guru adalah merupakan  cita-cita saya dan dukungan orang tua saya sejak kecil.
Ayah saya yang hanya seorang petani dan termasuk dari kalangan kurang mampu sangat
mendorong saya untuk melanjutkan sekolah ke SPG, demi sebuah cita-cita menjadi seorang
guru. Sewaktu masih menjadi murid, saya mempunyai sebuah pemikiran bahwa guru bagi saya
waktu itu adalah sosok manusia yang sempurna, berwibawa dan selalu menjadi idola. Saya
sangat menghormati beliau, saya juga selalu mematuhi dan melaksanakan semua yang
guru  perintahkan pada saya. Karena waktu itu saya yakin bahwa semua yang guru sampaikan
pasti untuk kebaikan saya. Akan tetapi saya tidak tahu bagi anak-anak sekarang, seperti apakah
guru bagi mereka? Lima belas tahun lebih saya sudah mengabdi di dunia pendidikan, lima belas
tahun itu juga yang telah menjelaskan kepada saya siapa itu guru, bagaimanakah menjadi
seorang guru, apa tugas dan kewajiban seorang guru. Delapan tahun yang lalu saya diangkat
menjadi seorang guru PNS, saya merasa bahwa diri saya dituntut dan ditantang untuk dapat
menjadi seorang guru yang profesional, mempunyai kompetensi yang memadai dan patut untuk
menjadi sosok yang digugu dan ditiru.
Akan tetapi begitu saya mendapatkan SK Pengangkatan menjadi CPNS dan di tempatkan
di SD Negeri 2 Asinan pada Januari tahun 2005 yang lalu, saya merasa ciut nyali juga, apakah
saya dapat menjadi seorang guru yang ideal, mengingat kualifikasi pendidikan saya yang
diangkat hanya dengan ijazah SPG, dan latar belakang sosial ekonomi saya yang berasal dari
keluarga kurang mampu. Pelan tapi pasti perasaan itu sedikit demi sedikit saya kikis sendiri, dan
saya akan berusaha keras untuk dapat mensejajarkan kualifikasi pendidikan saya menjadi sarjana
seperti teman- teman yang lain, agar saya mampu menjadi seorang guru yang dapat memenuhi
harapan siswa, atasan langsung maupun pemerintah yang telah memberikan fasilitas gaji kepada
saya. Satu tahun diangkat menjadi guru PNS, saya melanjutkan studi saya di Universitas Terbuka
Program Studi DII PGSD dan itu saya rasakan betul sebagai bentuk keprihatinan saya dalam
rangka mengejar ketertinggalan saya dalam hal kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan
sebagai seorang guru. Saya harus benar-benar dapat mengatur keuangan saya agar kuliah bisa
jalan, saya dapat mencukupi biaya pendidikan ketiga anak saya dan istri saya yang hanya
seorang ibu rumah tangga dapat memastikan dapur tetap ngebul karena saya sama sekali tidak
mendapat tunjangan pendidikan seperti yang teman-teman lain rasakan. Pertengahan tahun 2009
saya berhasil mendapatkan ijazah DII dengan gelar A.Ma.Pd.SD, saya merasa sedikit lega,
karena jalan menuju sarjana sudah saya lalui separoh perjalanan, dan saya langsung
mendaftarkan diri untuk melanjutkan pendidikan saya ke S1 PGSD Universitas Terbuka dan
selesai pada pertengahan tahun 2012. Pada saat saya melanjutkan studi ke S1, kondisi keuangan
saya sudah lumayan tertata karena sejak tahun 2009 saya merasa mendapat anugrah yang luar
biasa dari Allah SWT dengan turunnya Tunjangan Daerah Terpencil/Khusus yang diterimakan
pada akhir tahun anggaran. Walaupun sampai saat ini saya belum sertifikasi, tetapi dengan
adanya tunjangan khusus ini saya rasakan betul sangat membantu kesejahteraan kami yang
ditugaskan di daerah sulit.
Cerita singkat di atas saya jadikan sebuah pembelajaran, bekal dan pengalaman yang
berharga, seperti pepatah yang sering saya dengar “ janganlah bilang tidak bisa atau tidak
mampu sebelum kita mencoba dan berusaha” pepatah ini yang memotivasi saya untuk terus
berjuang dalam mengembangkan kemampuan dan wawasan saya di bidang pendidikan. Awalnya
saya hanya ingin menunjukkan apresiasi terhadap rekan-rekan kerja saya di SD Negeri 2 Asinan,
baik kepala sekolah maupun guru-guru beserta karyawan yang selalu memotivasi diri saya agar
sebisa mungkin melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengembangkan karir di
bidang pendidikan. Salah satunya adalah mengikuti seleksi GURU BERDEDIKASI DI
DAERAH KHUSUS di tingkat privinsi.

B. Visi dan Misi sebagai guru

Seperti yang di amanatkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen No 14 tahun 2005
pasal 1 dan ayat 1, di sana dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Merujuk pasal tersebut  dapat disimpulkan bahwa tugas utama guru
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. Yang tentunya tugas tersebut sudah menjadi tugas wajib yang harus dilaksanakan
oleh guru yang notabene adalah pendidik yang profesional. Sekarang ini banyak guru yang telah
menyandang predikat guru profesional, hal ini ditunjukkan dengan dimilikinya sertifikat
pendidik dan penerimaan tunjangan profesi. Namun, apakah dengan banyaknya guru profesional
di sekitar kita membuat pendidikan semakin baik ? Jawabannya ada pada hati nurani kita
semuanya. Terlepas dari predikat profesional, menurut saya yang menjadi faktor pendukung
kemajuan pendidikan adalah kualitas guru yang baik. Menurut saya guru yang baik adalah guru
yang melaksanakan tugas seperti diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005
pasal 1 ayat 1 dan bukan hanya itu, guru yang baik juga adalah guru yang memiliki visi dan misi
yang baik juga dalam menjalankan tugasnya. Jika guru memiliki visi dan misi yang baik pasti
guru tersebut akan mencapai tujuan dengan cara yang baik sehingga mendapatkan hasil yang
baik juga. Akan tetapi sebaliknya, jika guru tidak memiliki visi dan misi yang baik maka guru
tersebut tak ada bedanya sebagai robot yang hanya bergerak sesuai perintah tuannya. Guru yang
tidak memiliki visi dan misi yang baik juga dalam mencapai tujuan akan menggunakan cara-cara
yang tidak baik.
Oleh karena itu saya sangat termotivasi untuk memiliki visi dan misi sesuai dengan
pedoman tugas-tugas guru yang tercantum pada undang-undang maupun peraturan-peraturan
yang lain agar kelak saya bisa mewujudkan cita-cita menjadi guru yang baik. Visi dan misi saya
sebagai guru adalah sebagai berikut :
Visi :
Menjadi guru yang memiliki kompeten, berdedikasi dan totalitas dalam menjalan tugas.
Misi :
1. Menjadi guru yang selalu mengembangkan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional.
2. Menjadi guru yang memiliki tanggungjawab moral dalam melaksanakan tugas.
3. Menjadi guru yang selalu nilai-nilai pengabdian dalam tugas-tugasnya.
4. Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan membina dengan penuh kasih
sayang dan bernilai ibadah.

BAB II
PENGABDIAN YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI GURU
BERDEDIKASI

A.      Pengalaman kerja

Tahun 1990 saya berhasil menamatkan pendidikan saya di Sekolah Pendidikan Guru
(SPG) Negeri Banjarnegara. Saya merasa sangat bersyukur dapat menyelesaikan study di SPG
Negeri Banjarnegara, karena setahun kemudian tepatnya di tahun 1991 pemerintah mengambil
kebijakan bahwa SPG dinyatakan dibubarkan. Sebenarnya saya sangat menginginkan
melanjutkan study ke IKIP Semarang seperti teman-teman yang lain demi cita-cita menjadi
seorang guru. Tetapi karena keterbatasan ekonomi keluarga saya, dengan kondisi ayah yang
sudah sakit-sakitan sementara saya sebagai anak sulung dengan ketiga adik-adik saya yang masih
kecil, sangat tidak memungkinkan untuk saya minta terhadap orang tua untuk melanjutkan
kuliah. Dengan berat hati waktu itu seolah-olah impian dan cita-cita besar saya untuk menjadi
guru pupus sudah karena pemerintah mensyaratkan untuk menjadi guru harus berijazah minimal
D2. Akhirnya saya harus pasrah kepada keadaan yang memaksa saya untuk bekerja sebagai
petani meneruskan pekerjaan orang tua yang sudah tidak mampu bekerja demi menghidupi orang
tua dan adik-adik saya, sambil sekali-kali dibutuhkan tenaganya untuk membantu kegiatan di
pemerintah Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, tempat tinggal saya.
Pada bulan Juli tahun 1990 ada proyek  dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Studi Pengembangan Luar Sekolah Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
mengadakan proyek percontohan Wajib Belajar 9 Tahun, dengan mendirikan Kelompok Belajar
(Kejar Paket B) di Kabupaten Banjarnegara tepatnya di 4 desa di Kecamatan Wanadadi, yaitu
Desa Kandangwangi, Wanakarsa, Karangkemiri dan Lemahjaya, dan saya ditunjuk di diklat
selama 45 hari mulai tanggal 30 Juli sampai 15 September 1990, kemudian mendapat tugas
untuk menjadi Fasilitator Pendidikan Masyarakat dalam hal ini untuk sukses penyelenggaraan
Kejar Paket B di 4 desa selama 3 tahun, mulai tahun 1990 sampai tahun 1993. Tugas saya disitu
adalah untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran mulai dari mengumpulkan warga belajar dan
mendatangkan tutor. Namun karena basic saya adalah pendidik, maka sayapun disitu ikut terjun
menjadi tutor mengampu mapel Bahasa Indonesia. Dan alhamdulillah berkat kerja keras dan
dukungan semua pihak penyelenggaraan Kejar Paket B di kecamatan Wanadadi berhasil
menamatkan 43 warga belajar untuk dua desa yaitu Kandangwangi dan Karangkemiri yang
menjadi wilayah kerja saya. Bahkan ijazah kesetaraan SMP tersebut ditandatangani langsung
oleh Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Ini merupakan hasil kerja kami
yang sangat membanggakan, karena disamping warga belajar yang terdiri dari remaja yang tamat
SD tidak melanjutkan, juga banyak yang berstatus PNS Penjaga SD dan ada yang dari karyawan
BUMD seperti staf BKK.
Masih berstatus sebagai Fasilitator Dikmas, pada tahun 1992 pemerintah Desa
Kandangwangi membuka pendaftaran perangkat desa, menyusul ada perangkat desa yang
memasuki masa pensiun. Atas dukungan warga masyarakat sekitar saya didukung untuk ikut
seleksi penerimaan perangkat desa untuk menduduki jabatan Kepala Dusun (Kadus) di Desa
Kandangwangi yang waktu itu calonnya terdiri 4 orang. Saya berusaha keras agar saya dapat
diterima sebagai perangkat Desan  Kandangwangi. Alhamdulillah atas ridlo Allah SWT saya
dapat diterima dan mulai tahun 1992 saya menduduki jabatan Kepala Dusun III Desa
Kandangwangi, dengan ijazah SPG. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dalam
pengabdian saya sebagai perangkat desa. Seperti tahun 1995 sampai 1996 saya diberi amanat
untuk menjadai Pejabat Sementara (PJS) Sekretaris Desa, saat Sekdes memasuki masa pensiun
dan pengangkatan Sekdes baru sedang dalam proses. Pada tahun 1998 sampai 1999 saya juga
mendapat SK dari Camat Wanadadi untuk menjabat sebagai Pejabat Sementara (PJS) Kepala
Desa Kandangwangi, juga karena Kades yang lama memasuki masa pensiun. Itulah sekelumit
kisah hidup saya di dunia Pemerintahan Desa.
Bekerja di lingkungan pemerintahan desa saya merasa tidak at home karena itu
bukan merupakan dunia saya. “Cita-cita saya adalah menjadi guru, basic pendidikan saya adalah
pendidikan guru”, di situ hati saya berontak, “saya ingin menyalurkan keahlian saya dibidang
yang telah saya pelajari selama ini”, demikian pikiran saya berkecamuk. Oleh karena itu pada
tahun 1998 saya ingin kembali ke habitat saya. Saya mendaftarkan diri untuk menjadi guru
wiyata bhakti di lingkungan Depdikbud Kecamatan Wanadadi. Alhamdulillah saya diterima
untuk menjadi guru wiyata bhakti di SD Negeri 2 Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi
terhitung mulai tanggal 14 Agustus 1998. Mulai saat itu saya mempunyai profesi ganda yaitu
sebagai Perangkat Desa dan sebagai Kepala Dusun. Karena pada pekerjaan sebagai perangkat
desa hanya membutuhkan waktu 2 hari piket di balai desa, maka waktu 4 hari dalam sepekan
saya gunakan untuk mengajar siswa-siswi di SD Negeri 2 Kandangwangi.
Saya sangat berharap agar suatu saat nanti saya akan meninggalkan dunia pemerintahan
desa dan akan masuk secara total mengabdi di dunia pendidikan, itulah harapan dan cita-cita
saya waktu itu. Tahun 2000 ada pengumuman pendaftaran CPNS guru, saya mengikuti dan
alhamdulillah belum berhasil. Tahun 2002 ada tes prndaftaran Guru Pegawai Tidak Tetap (Guru
PTT) yang dibiayai dari APBD Kabupaten Banjarnegara. Saya mengikuti tes lagi, dan
alhamdulillah berhasil. Maka mulai tanggal 2 September 2002 status saya sudah bukan guru
wiyata lagi tetapi sudah menjadi Guru PTT Kabupaten Banjarnegara, dengan gaji Rp
350.000,-/bulan dan masih dipotong pajak 5% sebesar Rp 17.500,- sehingga penerimaan bersih
Rp 332.500,-. Sebuah konsekuensi dan keputusan besar harus saya ambil saat itu, saya sudah
diangkat sebagai guru PTT dengan menerima gaji setiap bulan, maka saya harus total mengabdi
di Dinas Pendidikan, sementara saya masih sebagai seorang perangkat desa. Maka waktu itu saya
mengambil keputusan yang sangat berani yaitu saya mengundurkan diri dari perangkat desa dan
fokus mengabdi di dunia pendidikan dengan penghasilan Rp. 332.500,-, sementara waktu itu
saya sudah punya dua anak perempuan yang pertama duduk di kelas 3 SD dan yang kedua
berumur 2 tahun. Sebuah keadaan yang sangat sulit pada saat itu, sampai-sampai saya selepas
mengajar ikut orang untuk membuat kerajinan kaki guci, sebuah pembuatan kerajinan kayu yang
saat itu sedang marak di tempat tinggal saya, demi mempertahankan hidup dengan satu istri dan
dua orang anak. Tahun 2003 ada pendaftran CPNS, juga belum diterima, sampai akhirnya pada
tahun 2004 ada pendaftaran CPNS yang murni tes tertulis dan diumumkan langsung dari Jakarta,
alhamdulillah nama saya ada di pengumuman koran Suara Merdeka pada saat itu. Saya sangat
bersyukur sekali atas anugrah yang diberikan Allah SWT dengan diterima sebagai CPNS dan
mendapat tugas di SD Negeri 2 Asinan Kecamatan Kalibening yang berjarak 27 km dari tempat
tinggal saya. Maka terhitung mulai 01 Januari 2005 status saya sudah menjadi guru CPNS di SD
Negeri 2 Asinan.
Sehari setelah mendapat SK CPNS dari Bupati Banjarnegara, saya langsung survey lokasi
SD Negeri 2 Asinan. Ternyata lokasi SD Negeri 2 Asinan berada di daerah perbukitan dengan
medan yang sulit dan jalan yang masih dari tanah. Untuk menuju lokasi SD Negeri 2 Asinan
yang terletak di dusun Krungrungan dibutuhkan waktu dan tenaga lebih untuk sampai ke lokasi,
karena harus melewati jalan yang terjal dan licin dan mengelilingi perbukitan. Walaupun
lokasinya jauh dan sulit, saya tetap bersyukur sekali mendapat anugrah ini, karena cita-cita saya
sejak kecil untuk menjadi seorang guru rupanya sudah dikabulkan oleh Allah SWT.
B.       Dedikasi saya di SD Terpencil

SD Negeri 2 Asinan adalah sebuah Sekolah Dasar yang terletak di Dusun Krungrungan,
Desa Asinan Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara. Berlokasi di puncak bukit
Krungrungan, berbatasan dengan Kecamatan Punggelan. Jarak tempuh dengan ibukota
kecamatan adalah 12 km dan dengan ibukota kabupaten adalah 35 km. Karena medan yang
cukup sulit untuk mencapai ke ibukota kecamatan memerlukan waktu hampir 1 jam perjalanan
menggunakan sepeda motor. Hampir 100 persen mata pencaharian penduduk Krungrungan
adalah petani dan peternak, dengan kondisi lahan yang gersang dan struktur tanah bebatuan dan
berpasir, sehingga hanya cocok ditanami singkong dan jagung. 90 persen makanan pokok
masyarakat adalah jagung, hanya seskali makan nasi beras ketika mendapat jatah raskin dari
pemerintah. Kondisi ini membuat krungrungan benar-benar terpencil secara geografis dan
terbelakang secara ekonomi. Kondisi ini diperparah dengan belum adanya penerangan listrik dan
minimnya sarana air bersih.
Pertama saya datang ke SD Negeri 2 Asinan kondisinya sangat memprihatinkan. Ruang
kelas hanya ada 4 ruang sementara jumlah rombelnya ada 6 rombel dan 1 rumah dinas Kepala
Sekolah. Keadaan semua gedung dalam kondisi  rusak parah, dan yang sangat memprihatinkan,
ruang ditempatkan di rumah dinas yang dindingnya sebagian besar terbuat dari kayu yang
kondisinya sudah sangat lapuk. Akan lebih miris lagi ketika melihat tingkat kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan masih sangat-sangat rendah. Itu dapat dilihat pada
prosentase siswa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi (SMP) selama 5 tahun terakhir bisa
mencapai 0 persen, dan kebiasaan masyarakat terutama anak perempuan setelah tamat SD terus
menikah.  Bahkan angka putus sekolah SD juga masih tinggi, dan masih banyak warga
masyarakat Krungrungan yang tidak sampai menamatkan pendidikannya sampai SD alias buta
huruf.
Keadaan seperti ini sangat menantang idealisme saya agar dapat berbuat sesuatu untuk
merubah Krungrungan ke arah yang lebih baik melalui jalur pendidikan. Saya bersama Kepala
Sekolah, teman-teman guru serta Komite Sekolah dan tokoh masyarakat sepakat untuk berusaha
menumbuhkan kesadaran warga masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. Bahwa pendidikan
memegang peran yang sangat strategis untuk memajukan masyarakat. Masalah yang saya garap
terlebih dahulu adalah mensikapi bagaimana anak-anak Krungrungan jangan hanya tamat SD
saja tetapi bisa memiliki ijazah SMP. Setelah saya inventarisir masalah yang ada maka saya
dapat merumuskan permasalahan yang menyebabkan angka melanjutkan siswa SD Negeri 2
Asinan selama 5 tahun terakhir bisa mencapai 0 persen antara lain :

1. Kesadaran masyarakat akan pendidikan sangat rendah


2. Tingkat perekonomian masrakat rata-rata keluarga tidak mampu
3. Jarak tempuh dengan SMP yang jauh (10 km)
4. Jalan yang sulit untuk menuju SMP
5. Tidak adanya sarana angkutan umum yang masuk ke Dusun Krungrungan
Setelah permasalahan diketemukan maka saya bersama Kepala Sekolah menyususn program
strategis untuk menyelesaikan masalah tersebut diatas, yaitu satu-satunya cara adalah dengan
mendekatkan akses pendidikan setingkat SMP ke lokasai SD Negeri 2 Asinan. Langkah pertama
yang saya tempuh adalah mengadakan program Kejar Paket B untuk menampung lulusan SD
Negeri 2 Asinan dan mengadakan program Kejar Paket A untuk menampung warga masayarakat
yang putus sekolah SD. Dengan berbekal pengalaman saya menangani Program-program
Dikmas dan dengan bantuan Penilik PLS waktu itu yaitu Bp Suhar Sulasmono, S.Pd, di
pertengahan tahun 2005 kami mendirikan Kelompok Belajar Paket A dan Paket B. Kejar Paket A
terdiri atas 28 warga belajar dan Kejar Paket B 24 warga belajar. Kepala Sekolah dan semua
guru SD Negeri 2 Asinan terlibat langsung dalam program ini. Pembelajaran dilaksanakan sore
hari mulai jam 13.00 sampai jam 16.00 wib seminggu 3 kali yaitu Senin, Rabu dan Jum’at.
Tahun 2008 program ini selesai Paket A berhasil menamatkan 23 orang dan Paket B 21 orang,
bahkan lulusan Paket B ada yang melanjutkan sampai ke tingkat SMK. Sebuah pencapaian yang
melelahkan tapi juga memanggakan.
            Komitmen kami untuk memjukan anak-anak SD Negeri 2 Asinan tidak berhenti sampai
Kejar Paket B saja. Kami dewan guru SD Negeri 2 Asinan memimpikan cita-cita besar agar
bagaimana di lokasi Daerah Khusus bisa berdiri sebuah gedung SMP. Dengan mengajukan
permohonan kepada Bupati dan Kepala Dindikpora Kabupaten Banjarnegara, pada tahun 2008 di
Daerah Khusus/Terpencil bisa berdiri dengan megahnya Gedung SMP Negeri 5 Satu Atap
Kalibening. Dengan adanya perluasan akses pendidikan khususnya SMP ini bukan saja
menampung siswa dari SD Negeri 2 Asinan saja tetapi dapat menampung Siswa dari SD Negeri
3 Tlaga Kecamatan Punggelan dan SD Negeri 3 Asinan. Samapai tahun pelajaran 2012/2013 ini
SMP Negeri 5 Satu Atap telah menamatkan 3 kali dengan angka kelulusan mencapai 100 persen.
Dengan berdirinya SMP Negeri 5 Satu Atap Kalibening yang menjadi satu manajemen dengan
SD Negeri 2 Asinan, imbasnya pemerintah menjadi lebih memperhatikan daerah khusus ini,
seperti pada tahun 2010 listrik sudah masuk Krungrungan, tahun 2011 jalan tanjakan yang terjal
dan licin sudah diasapal melalui program Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) dan yang
terakhir melalui program Pamsimas saluran air bersih juga sudah msuk Krungrungan.
            Kami seluruh dewan guru di SD Negeri 2 Asinan sangat menyadari konsekuensi kami
yang ditugaskan di daerah khusus dimana sejak tahun 2009, 2010, 2012 dan 2013 kami guru di
Kabupten Banjarnegara yang ditugaskan di daerah khusus menerima Tunjangan Guru Derah
Khusus. Semoga fasilitas yang diberikan oleh pemerintah berupa Tunjangan Daerah Khusus
dapat sebanding lurus dengan dedikasi yang kami berikan kepada pemerintah khususnya untuk
kemajuan dan peningkatan pendidikan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai