Anda di halaman 1dari 27

http://penelitiantindakankelas.blogspot.

com

Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian,


Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan

MAKALAH

Oleh
Nama : H. Suhadi, M.Pd.
NIP. : 19751019 200003 1 003
NUPTK : 6351753654200003
Nama Sekolah : SMPN 4 Amuntai

Dibuat sebagai persyaratan seleksi Guru Berprestasi


Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2013

SMP NEGERI 4 AMUNTAI


DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Mei 2013

KATA PENGANTAR
BAB I : LATAR BELAKANG
A. MOTIVASI
Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding
profesi lainnya. Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak
proses pendidikan. Oleh karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini
selalu disangkutpautkan terutama dengan guru.

Secara formal guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah
atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang
memberikan tugas dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang
pendidikan tertentu. Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di
Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang
tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah
Menengah Atas (SMA). Tanpa mengabaikan komponen lain seperti peserta didik,
kurikulum/program pendidikan, fasilitas dan manajemen, kualitas guru telah
ditemukan oleh berbagai studi sebagai faktor yang paling konsisten sangat kuat
dalam menentukan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah
dilaksanakan pemerintah guna meningkatkan kualitas guru. Salah satu diantaranya
adalah Pemilihan Guru Berprestasi.
Selain bertujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
tugasnya mewujudkan pendidikan yang bermutu, pemilihan guru berprestasi juga
merupakan salah satu program pemerintah sebagai wujud perhatiannya atas prestasi
dan dedikasi guru dalam bidang pendidikan.
Niat baik pemerintah ini menjadi salah satu faktor yang memotivasi saya
mengikuti pemilihan guru berprestasi. Sekalipun saya sangat menyadari, masih
banyak kekurangan saya dalam kehidupan ini baik sebagai pribadi maupun sebagai
guru.
Menyadari hal itu, maka saya bertanya kepada anak saya di rumah, apakah
saya pantas menjadi peserta pemilihan guru berprestasi dengan kondisi saya yang
masih serba kekurangan. Selain itu, saya juga meminta pandangan dari suami saya.
Ternyata mereka sangat mendukung saya. Anak saya mengatakan, “Ummi memang
masih punya kekurangan, kan Ummi manusia biasa, tapi … layaklah”. Sementara
suami saya berkata, “yah … siapa tahu setelah mengikuti ajang ini, Ummi bisa
menjadi lebih baik. ” Dukungan moril dari orang-orang terdekat saya (suami tercinta
dan anak-anak tersayang) menjadi motor penggerak yang sangat kuat, karena bagi
saya apapun dan berapa besar hasil sekalipun yang saya peroleh tanpa ridha dari
anak-anak dan terutama suami tidak akan ada artinya. Bukankah Rasulullah
Muhammad Saw. sudah bersabda, Ridha Allah itu terletak pada ridha suami bagi
seorang perempuan yang sudah menikah.
Setelah mendapat restu dari anak-anak dan suami, saya lalu bertanya kepada
para siswa di sekolah layak tidak saya menyandang gelar guru berprestasi. Spontan
para siswa menjawab “bisa bu, layak bu” . Saya tidak puas dengan jawaban itu tanpa
alasan. Maka dari mereka ada yang menjawab, “ibu pintar, ibu berwibawa,
menyenangkan bu, tidak membosankan bu, metode mengajarnya bervariasi bu,
sering menyanyi bu, banyak permainanya bu, materi pelajaran mudah dimengerti
bu.” Alhamdulillah.
Menjadi guru, adalah cita-cita saya sejak kecil. Hal ini diilhami oleh karena
kedua orang tua saya adalah guru dan saya sangat mengagumi serta mengidolakan
mereka sebagai orang tua dan sebagai pendidik di rumah tangga, di tempat tugas
maupun di masyarakat..
Di rumah saya dididik dan digembleng oleh orang tua untuk tumbuh menjadi
manusia yang kompetitif. Sikap itu ditanamkannya sejak saya masih duduk di
bangku Taman Kanak-Kanak. Tempat tidur di rumah yang sangat sederhana disulap
menjadi panggung kompetisi.
Saya sebenarnya sepuluh bersaudara. Tapi pada saat TK saya masih berdua
dengan adik laki-laki saya yang berusia 3 tahun lebih muda dari saya. Setiap malam,
Saya versus adik saya ( sekarang sudah dua periode menjadi anggota DPRD
Kotamadya Makassar dan sebelumnya juga dua periode menjadi Kepala Sekolah
Tingkat Aliyah di salah satu pesantren terkenal di kota Makassar) diadu nyanyi, baca
puisi, atau menari di atas panggung sulapan tersebut.
Demikian pula di kala sekolah di SD, SMP dan SMA, orang tua tak henti-
hentinya mendorong agar saya bisa menjadi juara kelas dan berusaha mengikuti
berbagai lomba baik dalam bidang akademik maupun non akademik.. Sampai saat
inipun kebiasaan Bapak saya (karena ibu sudah tidak ada) tetap selalu
memotivasi agar saya tetap bisa berprestasi. Bahkan ketika suatu saat berkunjung ke
sekolah saya dan melihat kepala sekolah yang masih sangat muda dia berkomentar:
”Saya lihat kepala sekolahmu masih muda, tua mana kamu atau dia”. Saya
jawab,”Dia lebih tua, setahun lebih senior dari saya waktu kuliah, dia juga jurusan
bahasa Jerman”. Mungkin mendengar kata bahasa Jerman Bapak saya bertanya
bernada memancing : “ kamu, kapan jadi kepala sekolah, kalau saya dulu jadi kepala
sekolah setelah 18 tahun menjadi pegawai negeri”. Pertanyaan yang cukup
menggelitik, tapi saya yakin ini merupakan satu trik memotivasi anak agar terus
berkompetisi.
Bukan hanya Bapak saya yang bertanya seperti itu. Mungkin melihat prestasi
dan keaktifan saya di organisasi semasa kuliah, jika bertemu dengan teman-teman
semasa saya di kampus maupun di organisasi , mereka sering meledek saya dengan
pertanyaan yang sama. Dalam hati saya bertanya : “Mungkinkah ???” Tapi dijawab
oleh batin saya sendiri (suara hati yang konon tidak pernah berbohong) “ tidak ada
yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah menghendaki, karena jabatan itu adalah
milik-Nya dan akan diberikan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki, dan ketika
Ia menghendakinya maka tak seorangpun yang akan mampu menahannya.
Sebaliknya, jika Ia tak menghendakinya, tak seorang manusiapun yang akan mampu
memaksakannya. Oleh sebab itu, manusia tidak perlu berlomba-lomba menghalalkan
segala cara hanya sekedar untuk menduduki sebuah jabatan semu itu. Yang patut kita
sadari bahwa jabatan itu amanah, dan amanah itu harus dipertanggungjawabkan di
dunia maupun di akhirat. Tidak sedikit siksaan yang akan diperoleh bagi orang yang
tidak dapat menjalankan amanah dengan baik, apalagi jika menyalahgunakan
amanah itu.
Makanya, saya tidak pernah berambisi menjadi pejabat serendah apapun,
kecuali jika Allah menghendaki hal itu (sudah menjadi suratan takdir, orang tua kita
bilang Here na Toto’). Bukankah telah banyak kasus di negeri ini yang menjobloskan
para pemegang amanah ke dalam jeruji besi karena menyalahgunakan amanah yang
dipercayakan kepadanya ? Itu baru di dunia loh.
Guru berprestasi sudah menjadi obsesi saya sejak mendengarkan istilah itu
beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, obsesi ini menjadi salah satu icon do’a saya
ketika berada di tanah haram saat melaksanakan ibadah haji. Hanya saja, berprestasi
yang saya maksudkan dalam untaian do’a itu adalah bagaimana saya bisa menjadi
figur yang menjadi tauladan hidup bagi orang-orang yang ada di sekitar saya,
apakah itu di kelas, di kantor, dalam rumah tangga dan di lingkungan masyarakat
dengan terus berupaya meminimalisir kekurangan dan kekhilafan sebagai manusia
biasa.
Obsesi tidak akan dapat menjadi kenyataan jika tidak didukung oleh
kompetensi. Sebagai seorang professional, guru harus memiliki 4 kompetensi.
Kompetensi-kompetensi itu adalah ; kompetensi pedagogic, kompetensi professional,
kompetensi kepribadian dan kompetensi social.
Komptensi pedagogik saya dibuktikan dengan kemampuan saya mengenal
karakteristik siswa secara mendalam serta merancang, menlaksanakan, mengevaluasi
dan menganalisis hasil pembelajaran dan pengalaman belajar siswa sesuai hasil
refleksi dan evaluasi. Saya juga memahami berbagai teori belajar, teknik dan stratigi,
metode dan model-model pembelajaran, sehingga saya dapat menciptan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) di
dalam kelas. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran bahsa Jerman sebagaimana data yang saya temukan padapenelitian
tindakan kelas.
Dalam kompetensi professional saya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat
tinggi dari dulu. Oleh sebab itu, saya rajin membaca dan bahkan sudah menjadi
hobbi. Setiap kali ke took buku saya pasti membeli semua buku yang menyangkut
materi bahasa Jerman yang belum saya miliki. Saya juga senang membeli pun buku
lain yang dapat meningkatkan kualitas saya sebagai guru. Buku metode didaktik,
buku penelitian tindakan kelas, buku berbagai model-model pembelajaran dan lain-
lain sudah terkoleksi di lemari buku saya di rumah. Setiap mendapatkan buku baru
yang belum dipasarkan segera saya fotocopi. Pendek kata untuk buku saya tidak
pernah kikir mengeluarkan dana. Toh, guru sudah dapat tunjangan professional.
Berdosalah kita jika uang itu hanya digunakan untuk shoping atau berkunjung ke
tempat-tempat yang tidak berkaitan dengan pengembangan diri kita sebagai guru
professional. beberapa prestasi/kejuaraan yang pernah saya raih sebagai guru. Selain
dengan banyak membaca buku, untuk meningkatkan pemahamn konsep dan teori
serta pengalaman mengajar saya juga aktiif mengikuti MGMP, seminar dan Diklat di
tingkat Kaupaten, propinsi Regional dan Nasional.. Beberapa prestasi/kejuaraan
berkaitan dengan tugas gurupun pernah saya raih.
Proses pernilahan jodoh yang sesuai syari’at agama, mendapatkan pekerjaan
tanpa sogok, mendidik anak-anak dengan baik sejak dini sehingga tumbuh menjadi
anak-anak berprestasi bukan hanya dalam aspek kognitif tapi juga dalam ranah
psikomotorik dan afektifnya (dan semoga Allah menetapkan mereka sebagai anak-
anak shaleh hingga akhir hayatnya), Bibir yang selalu tersungging ketika bertemu
dengan siapa saja, ketulusan dalam mengerjakan apa saja menurut saya dapat digugu
dan ditiru. Dan semua itu merupakan sikap dan karakter seorang guru yang memiliki
kompetensi Kepribadian
Demikian pula keaktifan dalam berbagai organisasi dari tngkat Desa hingga
tingkat Provinsi menurut saya dapat menjadi inspirasi. Kesemuanya itu
menggambarkan kalau saya mmemiliki kompetensi sosial.
B. VISI DAN MISI
Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi ini mempunyai tujuan yang
jelas sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur’an Wamaa khalaqtul jinna wal insa
illaa liya’buduun yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk mengabdi kepada-Ku”. Oleh sebab itu, apapun profesinya manusia harus
menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu merupakan rangkaian
pengabdiannya kepada Sang Khalik yang telah menciptakannya. termasuk profesi
sebagai seorang guru.
Selain tujuan penciptaan manusia yang harus menjadi acuan dalam
menentukan arah hidup kita, guru yang bertugas di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia harus mengejawantahkan tujuan Pendidikan Nasional
sebagaimana yang termaktub dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kejelasan tujuan hidup sepanjang hayat seperti yang difirmankan oleh Allah
SWT. serta tuntunan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengantar saya merancang visi dan misi dalam hidup dan kehidupan saya
sebagai guru.
Visi :
Visi saya sebagai guru adalah terwujudnya iklim pendidikan di
sekolah yang memberdayakan siswa berkembang menjadi manusia berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.
Misi :
Adapun misi saya untuk mencapai visi di atas adalah :
- Menjadikan pelajaran Bahasa Jerman mampu menginspirasi siswa membangun diri
untuk masa depannya sebagai generasi muda bangsa yang tetap berkepribadian
bangsa Indonesia.
- Meyakinkan siswa bahwa bahasa Jerman merupakan sebuah kebutuhan dalam era
globalisasi, karena bahasa Jerman adalah salah satu bahasa dunia dan terbanyak
digunakan di Eropa.
- Menjadikan siswa berminat dan merasa senang belajar bahasa Jerman dengan
menggunakan media dan metode yang bervariasi.
- Meraih juara dalam berbagai kegiatan lomba bahasa Jerman seperti Gebyar bahasa
Jerman, Deutsch-Wetbewerb, dan Olimpiade Bahasa Jerman di timgkat Kabupaten
maupun di tingkat Provinsi.
- Membangun karakter dan jiwa nasionalisme siswa dengan mengintegrasikan nilai-
nilai Imtaq dan budaya bangsa ke dalam mata pelajaran yang saya ampu.
BAB II : PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI GURU
BERPRESTASI
A. PRESTASI YANG TELAH DIRAIH
Sebelum saya menjabarkan prestasi apa saja yang pernah saya raih selama
saya menjadi PNS, saya perlu paparkan bahwa saya adalah alumni IKIP Ujung
Pandang Jurusan Bahasa Jerman pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS).
Saya masuk di Perguruan Tinggi lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan
Keterampilan) pada tahun ajaran 1984/1985. Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan
Bahasa Inggris, tetapi atas arahan guru bahasa Inggris saya di SMA, saya diminta
untuk menjalani saja sampai semester dua, memasuki semester tiga barulah pindah
jurusan.
Akhirnya saya jalani sesuai petunjuk guru tersebut. Ternyata, setelah
menerima semua kartu nilai di semester pertama, saya menmperoleh nilai IPK
tertinggi diantara teman-teman seangkatan saya sehingga saya cukup dikenal oleh
para dosen dan senior. Mungkin itu menjadi salah satu pertimbangan sehingga saya
dipilih menjadi sekretaris pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)
Pendidikan Bahasa Jerman di saat saya masih duduk di semester 2.
Pada liburan semester satu saya tidak pulang kampung sebagaimana teman-
teman lainnya. Saya mengisi liburan dengan mengikuta Latihan Kepemimpinan yang
sejak SMA saya dambakan. Kebetulan pada waktu SMA saya adalah salah seorang
pengurus OSIS di sekolah kami yang diwajibkan mengikuti LDK. Pada waktu itu
salah seorang pematerinya alumni sekolah saya yang sudah kuliah di UNHAS.
Penampilan dan kemampuan berbicaranya membuat saya penasaran menanyakan
bagaimana ia bisa seperti itu. Dia menjawab kalau di PT juga terdapat banyak
kegiatan Latihan Kepemimpinan. Maka ketika senior saya di kampus menawarkan
untuk mengikuti kegiatan itu, saya gembira bukan main tanpa memperdulikan
organisasi apa yang melaksanakannya. Beruntung organisasi itu bukan organisasi
terlarang, tapi ternyata adalah ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, sebuah
organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang cukup terkenal di negeri ini. Ortom
itu bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM.
Saya cukup puas dengan kegiatan itu, sehingga ketika ada lanjutannya pada
liburan semester berikutnya saya ikut lagi. Sampai akhirnya saya mengikuti Latihan
Instruktur, Coaching Instruktur dan Latihan Kepemimpinan Khusus Immawati
(sebutan untuk kader perempuan) di tingkat Pusat, Jakarta.
Keaktifan saya mengikuti semua jenjang perkaderan di IMM, memberikan
saya segudang pengalaman; menjadi panitia, Instruktur pada berbagai tingkatan
perkaderan, menjadi pimpinan dari tingkat komisariat (Fakultas), Kotamadya hingga
Provinsi. Terakhir saya terpilih sebagai Ketua Bidang Immawati Dewan Pimpinan
Daerah IMM Sul-Sel sekaligus merangkap sebagai Ketua Korp Immawati Provinsi
Sulawesi Selatan.
Di samping aktif di organisasi Ekstrakurikuler ini, saya tetap eksis di
Lembaga Kemahasiswaan kampus. Dari sekretaris HMJ saya menjadi Pengurus
Senat Mahasiswa hingga beberapa periode. Terakhir saya terpilih sebagai sekretaris
umum, tapi saya menolak dan meminta agar ditempatkan sebagai Ketua III Bidang
Kesejahteraan yang di dalamnya termasuk keagamaan. Prestasi dan keaktifan saya
ini menjadi jembatan saya memperoleh beasiswa Supersemar selama kuliah.
Keaktifan saya di IMM membentuk saya berjiwa pejuang, khususnya dalam
bidang keagamaan dan keperempuanan. Dengan duduknya saya sebagai ketua
bidang kesejahteraan akan membuka peluang bagi saya mewujudkan cita-cita
membentuk sebuah organisasi mahasiswa muslimah di tingkat Fakultas sekalipun
masih bersifat semi otonom. Saya berharap organisasi ini kelak bisa diakui di tingkat
Perguruan Tinggi dengan status sebagaimana unit kegiatan lain seperti Pramuka,
Palang Merah dan lain-lain yang sudah ada pada saat itu.
Walhasil, organisasi itu terbentuk di bawah kepengurusan kami, dan saya
didaulat oleh teman-teman sebagai ketuanya. Alhamdulillah, sampai saat ini
organisasi tersebut tetap hidup dan berkembang seiring organisasi kampus lainnya.
Keaktifan di organisasi Intra maupun Ekstra Kurikuler semasa mahasiswa
menjadi bekal yang sangat berharga untuk menjadi guru berprestasi. Kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual terasah secara seimbang. Kebiasaan mengelola
berbagai kegiatan tanpa pamrih membentuk jiwa menjadi pengabdi sejati. Mengelola
kelas saat membawakan materi dengan peserta pengkaderan yang heterogen dalam
berbagai aspek merupakan hal yang lumrah.
Pengalaman-pengalaman berharga di atas ditambah pengalaman dan ilmu
yang saya peroleh dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selama menjadi guru
mengantarkan saya mencapai beberapa prestasi , diantaranya adalah :
1. Juara 1 Lomba Penyusunan RPP Kelas XII IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang
Bawakaraeng Sulawesi Selatan dalam Lomba Akademik Antar Guru Bahasa Jerman
Regional Sulawesi. Lomba ini dilaksanakan di Bulukumba Sulawesi Selatan pada
hari Sabtu tanggal 22 Desember 2007.
2. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba
penyusunan RPP SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan
oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan
Jurusan Geografi Fakultas MIPA UNM pada tanggal 3 Januari 2008 di Gedung
Jurusan Geografi FMIPA UNM.
3. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba
penyusunan RPP TK, SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang
dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru
(BP3G) dengan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27
Januari 2008 di Gedung Juang 45, Jl. Ahmad Yani Kabupaten Bulukumba.
4. Juara III Kategori Guru SMA pada lomba karya tulis Rencana Aksi Peningkatan
Mutu Pendidikan bertajuk “Sekolahku, Masa Depanku” yang diselenggarakan oleh
Forum Komunikasi Purna Praja kabupaten Sinjai. Lomba ini dilaksanakan dalam
rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2008. Untuk menentukan
pemenang, para finalis diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan Bupati
Sinjai.
5. Mendapatkan nilai baik dari penilaian teman sejawat sewaktu mengikuti Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk sertifikasi guru. Nilai yang saya peroleh
82,00. Saya menganggap ini adalah sebuah prestasi yang cukup berarti karena pada
umumnya peserta yang lain mendapat nilai yang lebih rendah dari saya, bahkan
banyak yang hanya mampu memperoleh nilai 30-an.
6. Peserta terbaik III pada kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tingkat Dasar
(G2) Guru Bahasa Jerman SMA/MA yang diselenggarakan oleh Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Bahasa dari tanggal 18 November s.d. 1 Desember 2009 Pola 140 Jam di Local
Education Center (LEC) ATHIRAH Jalan Raya Baruga No. 26 Antang Perumahan
Bukit Baruga Makassar Sulawesi Selatan.
Dalam Pendidikan dan Lathan ini saya memperoleh nilai terbaik dalam bidang
metode didaktik yang meliputi materi Kurikulum dan silabus, Telaah Buku Kontakte
Deutsch 2 ; Tipologi Latihan dan Keterkaitannya dengan pengajaran komunikatif,
Evaluasi Pengajaran dan Perencanaan Pengajaran.
Karena itu saya berhak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar (B1), satu
tingkat lebih tinggi dari yang seharusnya. Berdasarkan aturan, peserta Diklat Tingkat
Dasar (B1) adalah lulusan Diklat Tingkat Dasar (G3). Diklat Dasar (B1) ini
dilaksanakan di PPPPTK Bahasa Jakarta selama 21 hari.
7. Menjadi peserta Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang memperoleh nilai tertinggi
dalam mata pelajaran Bahasa Jerman di Kabupaten Sinjai. Dalam UKG ini saya
memperoleh nilai 62, satu tingkat lebih rendah dari nilai tertinggi se Sulawesi
Selatan, yakni 66.
B. PENGALAMAN KERJA SEBAGAI GURU
Masa kerja saya sekarang sudah 16 tahun 3 bulan terhitung sejak diangkat
menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saya diangkat menjadi CPNS
berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
5024/A2/KP/1996 tertanggal 2 Februari 1996. Pengangkatan itu Terhitung Mulai
Tanggal 1 Februari 1996 dengan pangkat III/a, NIP 132148902 dan ditugaskan
sebagai guru pada SMA Negeri 1 Sabbang Kabupaten Luwu. Waktu itu Luwu belum
dimekarkan menjadi beberapa kabupaten.
Pada waktu itu SMA Negeri 1 Sabbang baru dibuka. Artinya, sekolah itu
baru menerima siswa pada tahun ajaran 1995/1996. Itupun hanya ada 3 kelas. Kepala
sekolahnya juga belum definitif. Kepala sekolah yang menjabat pada saat itu
sebenarnya adalah Kepal SMA Negeri 1 Masamba. Gurunya terdiri dari beberapa
guru baru yang SK-nya lebih duluan terbit dari saya ditambah guru-guru honor.
Karena sekolah baru, maka berdasarkan kurikulum yang berlaku pada saat
itu, Guru mata pelajaran Bahasa Jerman belum dibutuhkan. Oleh karena itu, Pejabat
Kepala Sekolah menawarkan kepada saya untuk diusulkan menjadi Bendahara
Sekolah yang ketika itu belum juga ada pejabat definitifnya. Menurut Kepala
sekolah, menjadi Bendahara sangat bagus karena SK dan tunjangannya langsung dari
pusat. Tapi seperti yang telah saya ungkapkan di atas bahwa guru sudah menjadi
cita-cita saya sejak kecil, maka tawaran itu saya tidak terima.
Hingga ulangan Catur Wulan ke-3 di semester 2 TahunPelajaran 1996/1997
saya tidak pernah mengajar di kelas, saya hanya mengerjakan tugas-tugas lain seperti
menjadi seksi konsumsi pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite Sekolah,
Sekolah ataupun Siswa.
Kenyataan itu membawa saya melapor kepada Kepala Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten Luwu yang kala itu dijabat oleh Drs. Burhanuddin Kadir.
Saya sampaikan bahwa keberadaan saya di SMAN 1 Sabbang sangat tidak efektif
dan memohon diperbantukan di SMAN 1 Belopa Kabupaten Luwu tempat suami
saya mengajar. Gayungpun bersambut, saya diminta agar mengurus rekomendasi
baik dari Kepala sekolah asal maupun Kepala Sekolah tujuan yang akan dijadikan
rujukan oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan untuk membuat Surat Tugas.
Akhirnya saya diperbantukan di SMUN 1 Belopa.
Saya belum bisa dipindahkan secara definitif karena saat itu saya masih
berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil . Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
kita harus mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan terlebih dahulu.
Sebenarnya ada Diklat Prajabatan sewaktu saya masih di Sabbang, tetapi saya tidak
bisa ikut karena saya sedang hamil tua, sementara Diklat itu dilaksanakan di Pakkatto
selama sebulan dalam bentuk Latihan Militer.
Pada tanggal 6 Oktober s.d 4 Nopember 1997 saya mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan di Pakkatto Gowa. Markas ini merupakan pusat pendidikan
dan pelatihan para tentara. Ada yang seru pada saat kami prajabatan. Pada acara
pembukaan diadakan pemasangan atribut kepada peserta secara simbolis. Satu orang
mewakili putra dan satu orang mewakili putri. Serunya, saya ditunjuk mewakili
peserta putri dan suami saya mewakili peserta putra, padahal mereka tidak tahu kalau
kami suami istri. Barulah ketahuan ketika suami saya dihukum jalan jongkok sambil
tangan memegang kepala, mengelilingi lapangan di siang bolong dengan kepala
botak. Kelihatan lucu, tapi sebagai istri saya tidak tahan melihatnya. Rasa iba dan
kasih sayang saya kepada suami membuat air mata saya mengalir tak tertahan dan
sempat dilihat oleh komandan. Karena penasaran komandan bertanya mengapa saya
menangis. Rekan-rekan yang mengenal kami memberi tahu kalau saya istri peserta
yang dihukum. Malam harinya kami berdua diperintahkan naik ke panggung. Di
panggung kami terus dikerjain dan disuruh menyanyi.
Setelah mengikuti prajabatan dan dinyatakan lulus, akhirnya saya diangkat
menjadi PNS berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor :
ooo66/I06.D1/C.41/98 Terhitung Mulai Tanggal 1 Pebruari 1998 dengan status
masih diperbantukan di SMA Negeri 1 Belopa. Tempat tugas sesuai SK masih di
SMA Negeri 1 Sabbang. Terhitung Mulai Tanggal 1 Juni 1998 barulah saya resmi
bertugas di SMU Negeri 1 Belopa berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor : 01422/I06.DI/C.45/98.
Sebenarnya di SMU Negeri 1 Belopa juga tidak dibutuhkan guru bahasa
Jerma. Bahasa Jerman hanya dipelajari oleh siswa jurusan Bahasa, sementara di
sekolah tersebut tidak ada jurusan bahasa. Tapi sekolah ini lumayan besar, terdapat
27 kelas dengan rata-rata siswa per kelas 45 orang. Makanya, saya diminta untuk
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia karena guru bahasa Indonesia kurang.
Sayapun terpaksa harus belajar dari Kurikulum dan silabus hingga materi
pelajaran. Sifat rasa ingin tahu dan hobi membaca yang sudah terasah sejak lama
membuat saya tidak terlalu kesulitan. Beruntung juga saya dulu di SMA memilih
jurusan bahasa yang banyak membekali saya dengan ilmu sastra. Semasa SMA
hampir setiap minggu kami diminta untuk mendiskusikan karya-karya sastra dari
para penulis ternama. Kebanyakan mendiskusikan unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik dari sebuah Novel, Roman atau Cerpen dan memparafrasekan Puisi. Dan
saya cukup terkesan, karena pada umumnya saya yang memimpin diskusi.
Pengalaman di organisasi Intra maupun Ekstrakurikuler semasa kuliah juga
sangat membantu. Seringnya saya membawakan materi Persidangan, Retorika,
Kepemimpinan, Administrasi dan materi-materi lainnya selama aktif di IMM serta
sekali-sekali membawakan ceramah agama di masjid atau di kelompok-kelompok
pengajian membuat saya tidak terlalu bermasalah dalam mengajarkan materi bahasa
Indonesia sesuai tuntutan kurikulum.
Saya juga sering ikut lomba pidato, menulis makalah, membaca Puisi,
membawakan renungan/Istighfar, membaca sari tilawah Al-Qur’an dan termasuk
bisa sedikit melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan Tilawah pada malam
pembaiatan peserta pengkaderan ataupun pada kegiatan lain. Hal itu sangat
membantu saya dalam menjalankan tugas ini.
Kemampuan mengelola kelas merupakan faktor penting yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Sepintar apapun guru, jika tidak mampu mengelola kelas dengan
baik, maka mimpi untuk meningkatkan mutu pelajaran sulit terwujud. Lagi-lagi
pengalaman di organisasi mengelola kelas pada kegiatan pengkaderan yang
pesertanya sangat heterogen baik dari segi usia, pengetahuan, tingkat ekonomi, jenis
kelamin dan lain sebagainya sangat berarti.
Ada satu pengalaman menarik saya mengenai penggunaan metode
pembelajaran di kelas guna meningkatkan mutu siswa lewat pembelajaran bahasa
Indonesia. Setiap kelas saya bagi menjadi 4 kelompok yang anggotanya heterogen.
Kelompok tersebut bertugas membuat makalah sesuai bahan ajar yang ditugaskan. Di
dalam kelompok mereka secara bergantian memimpin diskusi dan berlatih bertanya
dan menjawab pertanyaan. Setiap siswa dalam kelompok saya wajibkan untuk
berbicara, apakah itu bertanya atau menjawab pertanyaan. Pada tahap awal saya
menggunakan metode itu, masih banyak yang belum bisa berbicara sama sekali,
maka saya arahkan agar tetap berlatih sekalipun hanya mengucap salam dan
menyampaikan kalau untuk sementara belum ada yang bisa disampaikan atau
menyatakan sependapat/tidak sependapat dengan seseorang. Akhirnya, pada tahap-
tahap berikutnya mereka sudah berani berdiri untuk berbicara sekalipun hanya
sekedar menyampaikan seperti yang saya sebutkan di atas. Hal ini sangat sederhana,
tapi bermanfaat bagi siswa. Menurut pengamatan saya, banyak siswa yang tidak
pernah mendapat kesempatan berbicara di depan teman-temannya satu dua patah
sekalipun karena tidak diberikan kesempatan untuk berlatih. Dengan metode itu,
tidak seorangpun siswa yang lolos untuk tidak berbicara.
Selain itu, saya juga mewajibkan setiap siswa untuk membuat papan kreasi
kelas (istilah untuk majalah dinding di kelas). Tujuannya adalah agar kreatifitas
siswa di kelas itu dapat dikembangkan. Isinya berupa gambar, karikatur, profil guru
atau siswa, puisi dan tulisan apa saja yang bermanfaat, termasuk tugas-tugas terbaik
siswa di pajang di sana. Sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil kreasi siswa,
maka setiap semester papan kreasi itu saya nilai sekaligus juga menjadi salah satu
kriteria dalam penilaian keindahan dan kelengkapan kelas.
Yang paling membanggakan saya ketika mengajar di sana adalah lahirnya 3
buah antologi puisi yang ditulis oleh siswa saya, bernama Taufiq dengan gaya bahasa
yang demikian indah dan penuh makna. Kemampuan menulisnya mulai tumbuh saat
saya memperkenalkan jenis-jenis puisi berdasarkan isinya, lalu saya minta para siswa
memilih salah satu bentuk puisi tersebut. Untuk mendapatkan inspirasi saya
meminta siswa menuju ke taman sekolah dan mengambil tempat yang ia sukai.
Ternyata setelah itu, ia terus menorehkan tinta menuliskan hasil imajinasinya dalam
berbagai bentuk puisi.
Setelah 6 tahun menjalankan tugas di SMA Negeri 1 Belopa, atas
permohonan sendiri saya pindah ke Kabupaten Sinjai mengikuti suami yang sudah
pindah setahun sebelumnya. Suami saya kebetulan berasal dari Sinjai.
Pada waktu itu, otonomi daerah sudah berlaku sehingga SK Mutasi
ditandatangani oleh Gubernur Sulawesi Selatan. SK Nomor : 824.3 – 342 itu berlaku
pada tanggal 01 – 04- 2003. Dalam SK tersebut tidak tercantum sekolah yang dituju.
Atas perintah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai Nomor :
824/I630/DP/2003, demi kepentingan dinas untuk sementara saya ditempatkan pada
SMU Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai sambil menunggu SK. SK definitif dari
Bupati Sinjai baru terbit pada tanggal 5 April 2005 bernomor : 820 – 008.
SMU Negeri 1 Sinjai mempunyai jurusan bahasa di kelas 2 dan 3. Tapi saya
tetap diberi tugas mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pengalaman mengajar
sebelumnya. Mata pelajaran bahasa Jerman diampu oleh Drs. Muhannis. Dia juga
alumni IKIP Ujung Pandang jurusan bahasa Jerman.
Saya mengajarkan bahasa Indonesia dari tahun 2003 hingga 2005. Selain
mengajar bahasa Indonesia, saya juga pernah mengajarkan mata pelajaran TIK. Pada
waktu itu masih kurang guru yang dapat mengoperasikan komputer. Saya memiliki
komputer sejak masih bertugas di Luwu, sehingga mempunyai sedikit ilmu tentang
komputer. Ilmu itu sempat juga saya amalkan kepada beberapa siswa SMU Negeri 1
Belopa yang meminta saya untuk memberikan les komputer pada sore hari semasa
bertugas di sana.
Sejak berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bahasa Jerman
tidak hanya diajarkan pada Program Bahasa. Mata pelajaran ini menjadi salah satu
mata pelajaran pilihan di Program IPA dan IPS. Dengan demikian jam belajar
Bahasa Jerman bertambah. Sayapun kembali ke habitat semula, mengampu mata
pelajaran bahasa Jerman.
Bertahun-tahun tidak pernah mengajarkan bahasa Jerman lagi menyebabkan
ilmu saya semakin berkurang. Maka kembali seperti waktu pertama kali saya diminta
mengajarkan bahasa Indonesia. Saya pelajari kurikulumnya. Saya mengikuti MGMP
untuk memperbaharui kembali pengetahuan saya. Karena seperti itulah ilmu, jika
tidak diamalkan dan tidak secara terus-menerus kita perbaharui dan dicerahkan maka
sedikit demi sedikit akan tertelan oleh masa.
Ikatan Guru Bahasa Jerman (IGBJI) sangat membantu lewat berbagai
programnya. Setiap tahun ada seminar tentang pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Guru ditantang untuk meningkatkan mutu lewat berbagai jenis
lomba akademik; menyusun RPP, menulis puisi bahasa jerman, menyusun LKS dan
lain-lain.
Keaktifan di IGBJI mengantar saya bisa menikmati berbagai pelatihan di
tingkat provinsi maupun di tingkat nasional. Pendidikan dan Pelatihan itu ternyata
tidak sia-sia. Pelajaran dan pengalaman dalam bidang pendalaman materi bahasa
Jerman dan metode didaktik telah membentuk saya menjadi guru yang efektif dan
menyenangkan. Ini menurut para siswa. Ketika saya meminta mereka berkomentar
mengenai pengalaman belajar mereka sebagai bentuk refleksi pada akhir
pembelajaran, pada umumnya siswa mengatakan kalau belajar bahasa Jerman itu
menyenangkan dan mudah dipahami. Suasana pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, menyenangkan (PAIKEM) terus saya upayakan terlaksana selama proses
pembelajaran berlangsung.
Model tempat duduk konvensional yang monoton saya jadikan masa lalu.
Tempat duduk berubah setiap dibutuhkan sesuai karakteristik materi pelajaran.
Menurut beberapa guru ‘susah, membutuhkan banyak waktu”. Tapi ternyata tidak,
jika siswa sudah terbiasa, maka begitu ada instruksi, siswa akan segera
mengorganisasikan dirinya dan pembelajaranpun akan segera berlangsung. Kadang
memang gaduh, tapi itulah proses yang membutuhkan kreatifitas seorang guru untuk
segera menyelesaikannya. Untuk itu, kadang saya bermimpi sekolah menganut
sistim Moving Class.
Kebanyakan saya menggunakan metode pembelajaran koperatif. Siswa
dikelompokkan secara heterogen. Kelompok kadang berdua, bertiga, berempat,
berlima atau berenam, tergantung dari tujuan dan sasaran pembelajaran sesuai
kompetensi yang hendak dicapai. Berbagai media juga digunakan, saya sesuaikan
dengan tujuan, amteri dan perkembangan siswa. Dalam pembelajaran saya lebih
banyak hanya berfungsi sebagai fasilitator. Sesekali saja saya memberikan
penjelasan jika dibutuhkan siswa. Konselor sebaya selalu saya manfaatkan untuk
membantu temannya yang lambat memahami materi atau tugas-tugas pelajaran. Saya
tidak memakai istilah bodoh, karena di dunia ini setiap yang pandai bisa menjadi
bodoh dan yang bodoh bisa menjadi pandai. Perkataan ‘bodoh’ akan menyebabkan
siswa merasa tidak dihargai, padahal salah satu kunci keberhasilan pendidikan itu
tergantung pada penghargaan guru kepada siswanya
Senyum adalah anugrah Tuhan bagi setiap manusia yang mengandung
cahaya kebaikan dan kesucian, membawa kedamaian bagi yang melihat, dan
menumbuhkan welas asih bagi yang memberi. Maka tersenyumlah kepada semua
orang. Peringatan ini menjadikan saya berusaha untuk senantiasa tersenyum kepada
siapa saja, termasuk kepada siswa. Jangan karena menjaga image sehingga senyum
menjadi mahal buat anak didik.
Dalam pembelajaran kemampuan kognitif saya pacu seiring kemampuan
psikomotorik dan afektif. Kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, motivasi serta
etos kerja yang tinggi terus dibangun.
Dengan profesi guru yang saya jalankan itu saya berharap, di akhir hayat saya
bisa khusnul khatimah dan menjadi salah satu penduduk syurga-Nya Allah Sang
Pemilik yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya. Olehnya itu, pekerjaan
ini saya berusaha jalankan sebagai bagian dari pengabdian saya kepada Allah SWT,
dengan niat Lillaahi Ta’ala. Sehingga walaupun materi pelajaran bahasa Jerman yang
saya ajarkan, namun di setiap pertemuan pasti ada nilai religius yang saya selipkan di
dalamnya.
Saya juga selalu mengarahkan siswa agar menjadikan setiap aktifitas itu
sebagai bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT. Jangan berbuat termasuk belajar
hanya sekedar untuk mengejar nilai tinggi, tetapi berniat ikhlas demi membangun
dirinya mencapai masa depan gemilang dunia akhirat. Doktrin itu ternyata membuat
siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dan selalu
mengontrol tingkah lakunya, terutama jika berhadapan dengan kita, gurunya.

C. PRESTASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI


Selama menjadi guru saya telah menulis beberapa karya pengembangan
profesi, yaitu :
1. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kualitas Guru SMU
Negeri 1 Belopa (Hasil Penelitian), tahun 1999.
2. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa SMA dengan Metode
Pembelajaran Koperatif (Makalah Pendamping). Tahun 2007
3. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA pada Mata Pelajaran
Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Koperatif (Tugas Akhir), tahun 2007
4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Sinjai Melalui Pemberdayaan
Zakat Orang Tua Siswa SMA/Sederajat (Makalah), tahun 2008.
5. Puisi versi Bahasa Jerman dan Terjemahannya dalam bentuk puisi berjudul
Wiederanlagen (Kembali Fitrah), tahun 2009.
6. Bahan Ajar Bahasa Jerman SMA Kelas XII IPA/IPS Semester 1, tahun 2010.

D. PRESTASI DALAM PEMBIMBINGAN SISWA


Sekalipun bahasa Indonesia bukan bidang ilmu saya sesuai ijazah , tapi di
SMU Negeri 1 Belopa saya selalu dipercayakan untuk membimbing siswa ketika
akan mengikuti lomba, baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi.
Beberapa diantaranya yang masih saya ingat adalah :
1. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia di Tingkat Kabupaten dan menjadi wakil siswa
untuk mengikuti Lomba Pidato pada tingkat provinsi.
2. Juara II Karya Tulis tentang Bahasa Daerah dalam rangka hari Bahasa yang
dilaksanakan oleh Balai Bahasa Sulawesi Selatan.
Selain membimbing dalam bidang tugas utama, saya juga banyak berperan
dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa. Salah satu yang paling berkesan adalah
pelaksanaan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDK). Selama ini LDK
dilaksanakan sesuai Petunjuk Pelaksanaan yang telah ada.
Bermodal pertemanan dengan beberapa kader IMM di Kabupaten Luwu,
maka saya bersama suami saya menawarkan model LDK yang diformat sebagaimana
pelaksanaan pengkaderan di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Format tersebut
ternyata disetujui oleh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta guru-guru
lain yang terlibat dalam kegiatan tersebut. LDK dilaksanakan selama 3 hari secara
konsinyering. Instruktur didatangkan dari kader-kader IRM dan IMM, sehingga LDK
itu benar-benar dapat terkelola dengan baik. Silabusnya dipadukan antara materi
pokok dan materi keagamaan. Saya salah satu diantara pematerinya.
Walhasil, luaran LDK itu membuat para orang tua siswa menjadi terpesona.
Muncullah salah satu tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Komite Orang Tua
Siswa pada saat itu menyampaikan kepada Kepala Sekolah agar program itu
diteruskan dan dananya disiapkan oleh Komite sekolah. Menurutnya, kegiatan itu
telah mampu merubah karakter siswa dalam jangka waktu yang cukup singkat,
sebuah modal besar bagi generasi muda harapan bangsa. Maka sejak itu, LDK_LDK
berikutnya dirancang seperti yang disebutkan di atas.
Pada waktu itu komputer masih merupakan barang langka. Di sekolah juga
belum ada. Oleh karena itu banyak siswa yang meminta agar saya memberikan les
komputer pada sore hari. Meskipun ilmu yang saya miliki masih sangat kurang, tapi
saya berusaha memenuhi permintaan siswa dengan mengajarkan sedikit yang saya
tahu. Untuk membantu, saya membeli buku komputer yang bisa dijadikan pedoman
bagi siswa untuk berlatih.
Setelah pindah ke SMA Negeri 1 Sinjai, kegiatan membimbing siswa baru
saya jalani setelah mengajarkan kembali bahasa Jerman. Seperti saya sebutkan
sebelumnya bahwa Ikatan Guru Bahasa Jerman aktif melaksanakan berbagai
kegiatan dalam rangka meningkatkan minat serta kualitas baik untuk guru maupun
siswa. Gebyar bahasa Jerman merupakan kegiatan akbar tahunan yang pesertanya
berasal dari Sul-Sel, Sultra dan Sul-Bar.
Dalam event ini terdapat berbagai jenis lomba. Ada lomba utama dan
hiburan. Lomba utamanya meliputi, lomba cepat tepat, berbicara, menulis surat, tata
bahasa, kosa kata, peta buta, melukis. Sedangkan lomba hiburannya dikelompokkan
sesuai jenis hiburannya, misalnya, tari, cerita rakyat, menyanyi dan lain-lain. Dari
sekian jenis lomba banyak sekali juara yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Sinjai.
Yang terbaik adalah ketika siswa SMA Negeri 1 Sinjai menjadi juara 1 Lomba cepat
tepat pada tahun 2010. Padahal diantara lawannya ada siswa peserta olimpiade
bahasa Jerman tingkat nasional.
Saya juga kadang membawakan materi pada acara Latihan Dasar
Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Sinjai. Demikian pula
di sekolah lain, diantaranya di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Materi yang diberikan
kepada saya Kepemimpinan atau Retorika. Pada beberapa kegiatan Mahasiswa di
Sinjai saya sering diminta membawakan materi, seperti akhlak, keluarga sakinah,
kerumahtanggaan dan lain-lain.
Adalah manusiawi jika sebuah prestasi membuat kita bangga. Bangga karena
upaya yang telah dilakukan mendapatkan perhatian. Pekerjaan guru sepatutnya
memang menjadi kebanggaan, apalagi kalau sudah berstatus sebagai guru
berprestasi. Tidak semua guru mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar itu. Dan
yang paling penting bahwa guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sederet pekerjaan
yang tidak akan mampu dilakukan tanpa jiwa pengabdian.
Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, guru tidak hanya dituntut
memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang
kokoh sehingga dapat menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga, maupun
masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan
pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan
nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin strategis untuk mempersiapkan
SDM yang berkualitas dalam menghadapi era global. Era global menuntut SDM
yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional,
maupun internasional. Olehnya itu guru harus mampu mengilhami siswa agar dapat
membangun masa depannya yang sarat tantangan dan terus berubah.
Karena mulianya pekerjaan guru itu, kesuksesannya dalam mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih siswa menjadi lebih baik tidak
hanya diapresiasi oleh pemerintah, tetapi mendapatkan penghargaan langsung dari
Allah SWT berupa amal jariah, suatu hadiah yang maha dahsyat.
Memang, pekerjaan guru adalah pengabdian, dan guru berprestasi
merupakan kebanggaan. Hanya kebanggaan itu hendaklah diwujudkan dalam bentuk
kesyukuran, dengan berusaha berbuat yang lebih baik, bukan kesombongan yang
mungkin saja akan menjadi penyulut api neraka di kehidupan yang kekal. Na’udzu
Billaahi Mindzaalik.
Walaa tusha’ir khaddaka linnaasi wa laa tamsyi fil ardhi maraha. Innallaaha
laa yuhibbu kulla mukhtalin fakhuur. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah
dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. .
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri.” ( Q.S Al-Luqman : 18)

BAB III : PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT


Saya sudah berkeluarga sejak bulan Februari 1993. Drs. Jamaluddin Burung
menjadi suami pilihan Allah untuk saya, bukan pilihan ortu. Mengapa saya
mengatakan demikian? Karena saya menikah dengannya berdasarkan hasil shalat
sunat istikharah (shalat sunat meminta petunjuk dalam memilih).
Selama bergelut di IMM saya benar-benar menjaga hijab dengan laki-laki
yang bukan muhrim saya. Kebetulan saya sering membawakan materi Adabul
Mar’ah Fil Islam” (Adab Wanita dalam Islam) di Pengkaderan. Istilah pacaran yang
bagi sebagian besar anak muda menjadi sebuah kebanggaan sangat menjijikkan bagi
saya. Hal ini karena di hati saya sudah tertanam keyakinan bahwa umur, rezeki dan
jodoh itu telah ditentukan oleh Allah. Demikian pula saya sangat yakin dengan janji
Allah bahwa orang baik-baik akan dipertemukan dengan yang baik-baik pula
demikian sebaliknya orang yang tidak baik akan dipertemukan dengan sesamanya.
Maka, untuk mendapatkan orang yang baik saya harus memulai memperbaiki diri
terlebih dahulu.
Saya sangat mendambakan seorang suami yang shaleh, yang dapat
membimbing saya ke jalan yang diridhai Allah, yang dengannya saya berharap
melahirkan anak-anak yang bisa menjadi Qurrata A’yun, hidup dalam keluarga
sakinah, mawaddah warahmah. Olehnya itu, saya sangat berhati-hati dalam
menentukan pilihan dan harus dimulai dengan proses yang benar menurut syar’i.
Alhamdulillah suami saya seperti yang saya idamkan, seorang suami yang
penyayang, penuh pengertian dan mampu menjadi pemimpin yang baik dalam rumah
tangga. Yang paling membuat saya bersyukur kepada Allah karena dia
tergolong shaleh.. Sekalipun ia guru bahasa Jerman, tapi ia bisa menjadi imam
di dan baca khutbah di Masjid pada hari Jumat serta menjadi sosok tokoh
masyarakat yang cukup disegani.
Pertama kami menjalani hidup berumah tangga, kehidupan ekonomi carut-
marut. Kami berdua belum mempunyai pekerjaan tetap. Dalam sebulan beruntung
kalau bisa memperoleh uang sebanyak Rp.30.000. Padahal waktu saya kuliah uang
bulanan dari orang tua Rp. 40.000 ditambah beasiswa sebesar Rp. 40.000/bulan, kue-
kue tak pernah alpa. Suasana yang cukup sulit bagi seorang istri yang tidak memiliki
kesabaran dan keikhlasan yang tinggi.
Menghadapi kenyataan hidup seperti itu, diusia 6 bulan kehamilan anak
pertama, saya bertekad untuk berangkat ke Kendari mengadu nasib. Suamiku
menyusul kemudian karena ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah tempat
ia mengabdi. Namun, ternyata kami berdua tidak berhasil dan terpaksa harus kembali
ke kampung, karena sudah menjelang melahirkan. Tanggal 10 Desember 1993, anak
saya lahir. Cantik, lucu dan saya beri nama Anugrah Az-Zahra Jamal.
Setiap tahun kami ikut ujian seleksi calon pegawai negeri sipil, tapi setelah
anak saya berumur 3 tahun barulah kami lulus, yakni pada tahun 1995. Bersyukur,
kami berhasil tanpa melalui jalur yang kebanyakan orang jalani. Menyuap atau
menyogok, kata yang sangat berbahaya karena ancamannya adalah neraka. Jauh
sebelum dilarang oleh Negara, jauh sebelum Luthfi Hasan dan Fathanah ditahan
karena kasus suap, Rasulullah sudah mewanti-wanti agar tidak melakukan hal itu.
Sabda beliau “yang memberi dan menerima sama-sama neraka”.
Alhamdulillah pada bulan Februari 1996 saya berpindah ke Kabupaten Luwu
karena tugas. Sewaktu tinggal di Kec. Belopa saya aktif membawakan pengajian di
beberapa majelis taklim dan kelompok pengajian. Saya juga meluangkan waktu di
rumah untuk melatih beberapa orang guru, pegawai dan ibu-ibu darmawanita SMU
Negeri 1 Belopa membuat pola pakaian dan menjahit. Sebelum saya menjadi PNS
semasih tinggal di Makassar saya mengelola konveksi pakaian muslimah milik
teman adik saya. Disamping itu saya pernah ikut kursus menjahit tingkat dasar
hingga tingkat mahir.
Pada tanggal 8 Desember 1996 lahir anak kedua saya, seorang putri mungil
yang saya beri nama Hikmah Shabriani Jamal. Nama itu saya berikan karena
kesabaran kami selama ini menjalani hidup yang serba susah ternyata membawa
hikmah. Pada tahun 1998 lahir lagi anak ketiga, gadis manis bernama
Khairunnikmah Jamal. Yang keempat namanya Mukhlishah Jamal dan yang terakhir
seorang laki-laki yang sudah lama kami idam-idamkan. Ia saya beri nama Ahmad
Hafidz Jamal.
Setiap saya hamil tak henti-hentinya saya memohon agar dikaruniai anak
anak shaleh/shalehah. Sebagai orang tua saya berusaha memperkenalkan Al-Qur’an
sedini mungkin kepada anak-anak kami. Kami mengajar sendiri anak-anak mengaji
di rumah. kecuali anak ke 3,4 dan 5, karena saya sudah tinggal di Sinjai, dan
kebetulan saya mendirikan TK/TPA di Masjid, dimana saya diamanahkan menjadi
salah seorang pengajar sekaligus Kepala Unit, sehingga mereka mengajinya di
masjid. Tapi kami tetap membimbingnya di rumah.
Kebiasaan bangun sebelum subuh bagi anak-anak kami latih sejak dini.
Semaksimal mungkin saya usahakan anak-anak bersama kami shalat shubuh di
masjid. Sejak kelas 3 SD anak-anak sudah kami latih untuk mencuci dan menyeterika
sendiri pakaiannya. Olehnya itu, saya tidak merasa terlalu repot mengurusi anak-
anak. Pagi-pagi tanpa saya arahkan mereka sudah siap ke sekolah.
Sebelum ke sekolah saya haruskan mereka meminta izin dengan menyalami
saya sambil cipika-cipiki. Saya tidak akan menjabat tangannya kalau dia berdiri pada
saat saya duduk. Dia juga harus duduk. Ini pembiasaan untuk berlaku hormat dan
menanamkan rasa kasih dan sayang terhadap orang tua.
Saya tidak membiasakan memberikan uang jajan berlebihan kepada anak-
anak. Setiap anak saya jatahkan perbulan. Uang jajan itu hanya untuk digunakan di
sekolah. Yang sudah besar saya minta untuk mengelolanya sendiri sedangkan yang
masih duduk di bangku SD saya minta kakaknya yang mengatur. Ini Latihan
memenej uang agar dapat merencanakan pengeluaran sesuai kemampuan. Kepada
anak-anak juga kami tekankan agar berbelanja sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan
keinginan. Sehingga termasuk jajan, harus beli makanan yang dibutuhkan, bergizi
dan tidak berbahaya bagi tubuh. Saya tidak membiasakan anak-anak jajan ketika
sudah berada di rumah. Dia harus terbiasa memakan makanan yang disiapkan.
Mendidik mereka menghargai jerih payah orang tua dan melatih mereka tidak hidup
boros.
Dalam hal belajar juga anak-anak saya tidak membuat susah orang tua.
Mereka tanpa disuruh akan belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah. Kecuali
kalau ada yang tidak dimengerti barulah bertanya kepada kami. Karena kebiasaan itu,
Alhamdulillah anak-anak kami cukup berprestasi.
Anak pertama yang kini kuliah di UNISMUH Makassar pada Fakultas
Kedokteran, sejak SD selalu juara kelas, mengikuti Lomba Mengarang antar murid
SD di Tingkat Kabupaten, mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran semasa SMP dan
SMA, dan mewakili Siswa SMA Sulawesi Selatan dalam Lomba Karya Ilmuiah
Remaja (KIR) dan Jambore Nasional LIPI di Bangka. Pada Lomba ini ia sempat
mendapat penghargaan. Di sekolah juga ia aktif sebagai pengurus OSIS, jabatan
terakhirnya adalah bendahara umum. Dia juga aktif sebagai pengurus Remaja
Masjid.
Sejak kecil anak sulung saya ini bercita-cita menjadi dokter. Makanya,
sewaktu lulus SMA, dia tidak mau mendaftar di jurusan lain. Semua pilihannya
jurusan kedokteran. Namun ternyata ia tidak lulus baik pada seleksi PMJK, Jalur
Undangan maupun SMPTN. Dia sempat ciut karena dicemoh oleh omnya di
Makassar. Dia menelpon saya dengan nada sedih. Ummi, malu-maluka, masa
nabilangika om “liatko itu Arham, sepupu sekalimu bebas teski tauwwa di jurusan
sejarah UNM, kau itu apa, tidak ada nululusi.” Dalam keterpurukan seperti itu, batin
saya berkata “anakta butuh motivasi”. Masalah seperti itu bagi saya masalah biasa,
bukan hal liar biasa. Kegagalan bagi manusia adalah dinamika hidup yang harus dan
mesti dilalui. Maka tidaklah pantas kita manusia menjadi lemah karena sebuah
kegagalan. Ingat ! kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Allah berfirman
:”Inna ma’al usri yusra. Fainna ma’al usri yusra Sesungguhnya sesudah kesulitan iti
ada kemudahan. Tinggal bagaimana kemampuan kita memanage kesulitan itu
menjadi sebuah titian menuju kesuksesan yang pasti menanti kita. Ayat-ayat Allah
itu saya jadikan pemompa semangat buat anak saya agar terus berjuang untuk meraih
cita-citanya. Saya katakan padanya ; “gagal itu nak tidak berarti berhenti sampai di
situ. Kita harus bersifat kesatria dalam menghadapinya.. Tidak apa-apa kita sedih,
karena itu sifat manusia memang. Tapi kita harus yakin, bahwa ketika Allah
menurunkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, pasti ada hikmahnya,
yang salah satu di antaranya, Allah menenyiapkan tempat lain untuk kita yang
menurut-Nya akan jauh lebih baik.
Inna wa’dallaahi haqqa. Sesungguhnya janji Allah itu maha benar. Anak saya
lulus di Fakultas Kedokteran UNISMUH Makassar. Perguruan Tinggi yang cukup
saya kenal, karena hari-hari saya semasa aktif di IMM dulu kebanyakan bermarkas di
sana. Saya tahu persis bagaimana program-programnya yang dapat menciptakan
generasi muda seperti yang diharapkan. Kurikulumnya yang mengintegrasikan antara
materi kuliah dengan keagamaan. Pimpinan dan Dosen-dosennya yang
menurut lumayan berkualitas, karena di samping prestasi akademiknya yang
memang di atas rata-rata, pada umumnya mereka sebelumnya aktifis IMM.
Saya terharu ketika melihat kamar anak saya dipenuhi dengan tulisan Asmaul
Husna, Saya tanya “untuk apa itu nak”. Seperti biasanya anak saya menjawab manja.
“Anu Ummi, mauka ikut seleksi pengurus IMM di komisariat. Saya kan bisami
Ummi, ka sudahma ikut DAD (Darul Arqam Dasar, tingkatan LDK tingkat Dasar di
IMM), tapi anu Ummi, diujiki, na salah satu syaratnya itu haruski lancar menghafal
Asmaul Husna dengan artinya. Alhamdulillah, itulah hikmah dari ketidakluluan anak
saya di PTN.
Kuliah di Perguruan Tinggi swasta memang membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Tapi bagi kita guru tidak perlu galau. Bukankah ada tunjangan profesi yang
sangat cukup untuk itu ? .
Anak kedua sekarang menjelang kelas XII di SMA Negeri 1 Sinjai Timur.
Seperti kakaknya, ia juga selalu juara kelas sejak di SD, Juara I menghafal surah-
surah pendek Al-Qur’an dari tingkat Desa sampai tingkat Kabupaten, wisudawan
terbaik Kursus AA English tingkat SMP. Karena prestasinya itu ia mendapatkan
hadiah serta tabungan Junior BRI gratis senilai Rp.250.000. Ia pernah mewakili
kabupaten sinjai mengikuti Festifal Anak Shaleh tingkat Provinsi Sul-Sel di Palopo
karena ia meraih juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris di tingkat Kabupaten. Dua
kali mengikuti Olimpiade Astronomi di tingkat kabupaten dan baru-baru ini menjadi
duta Sulawesi Selatan pada Olimpiade Bahasa Jerman tingkat Nasional di Jakarta.
Sekarang dia menjabat Sekretaris Umum OSIS di dan aktif dalam kegiatan ROHIS di
sekolahnya.
Anak ketiga tahun ajaran baru nanti akan masuk SMA, dan dia juga cukup
berprestasi. Ia pernah mengikuti Olimpiade Fisika tingkat kabupaten, sedangkan
anak keempat sudah kelas empat SD yang juga selalu juara kelas. Anak kelima yang
paling gagah di keluarga kami, baru sebulan yang lalu meninggal. Tapi dia anak
yang cerdas. Di usia 4 tahun dia sudah bisa adzan dan mampu memimpin do’a di
depan teman-teman mengajinya di TKA/TPA, Subhaanallah.
Dalam kehidupan sosial saya juga tidak tinggal diam. Selama di Sinjai ini
saya aktif di PKK Desa. Saya membina kelompok Usaha Bersama Ibu-Ibu PKK di
desa Kampala. Sebagai ketua, saya sering mengikuti pelatihan managemen usaha
yang dilaksanakan oleh Dinas PERINDAG Kabupaten Sinjai. Sebagai Pengurus
Karang Taruna, saya juga pernah mengikuti pelatihan Kecantikan yang dilaksanakan
oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai.
Selain yang saya sebutkan di atas dalam bidang keagamaan, saya aktif
sebagai pengurus Majelis Taklim, sebagai Kepala Sekolah Unit TK/TPA Nurul
Iman, dan pernah mengikuti Workshop Pengembangan Diniyah Takmiliyah yang
dilaksanakan oleh Pekapontren Kantor Agama Kabupaten Sinjai untuk dipersiapkan
menjadi Kepala Sekolah Diniyah. Diniyah sudah berjalan sejak keluar izin
operasionalnya. tapi saya hanya menjadi Tenaga Administrasi dan meminta suami
saya menjadi Kepala Sekolah karena bersamaan dengan itu saya juga diamanahkan
sebagai bendahara Koperasi di sekolah kami, KPRI Karya Sehat SMA Negeri 1
Sinjai. Tugas baru ini membuat saya cukup sibuk. Selama menjabat bendahara
koperasi, sudah 3 kegiatan pelatihan perkoperasian yang saya ikuti. Managemen
usaha dan pembukuan dipelajari di sana.
Pada pemilihan Pimpinan Aisyiyah (organisasi otonom Muhammadiyah
yang bergerak di bidang perempuan) cabang Sinjai Timur periode 2010-2015 suara
terbanyak memilih saya sebagai ketua umum, tapi saya menolak dan masih ingin
belajar sebelumnya. Dan akhirnya saya ditempatkan sebagai sekretaris umum. Saya
juga tercatat sebagai salah seorang pengurus Korps Muballigh di kecamatan Sinjai
Timur.
Dal;am organisasi profesi, saya menjadi pengurus PGRI di SMA Negeri 1
Sinjai dan di Organisasi Wanita PGRI Kabupaten Sinjai. Saya juga sekarang
menjabat sekretaris umum Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng
Sulawesi Selatan.

BAB IV : HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG


Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa harapan saya,
diantaranya :
- Saya memimpikan memiliki ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Jerman,
sehingga kelas bisa secara maksimal digunakan untuk menciptakan pembelajaran
berkualitas dan bermakna, demikian pula untuk mata pelajaran yang lain.
- Saya membayangkan semua guru lulus tes kemampuan ESQ, sehingga siswa tidak
hanya dijejali dengan berbagai teori yang belum tentu akan dapat membangun
generasi muda untuk masa depannya.
- Saya mengimpikan siswa pulang ke rumahnya di siang hari dalam keadaan
menyukai diri mereka sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari.
- Saya mengharapkan iklim sekolah yang diwarnai ketertiban, kesantunan, prestasi
yang melejit karena pemahaman dan pembiasaan mengamalkan ajaran agama secara
kontinyu.
Untuk itu, di masa yang akan datang saya berencana merintis berdirnya
sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya harapan-harapan di atas dapat
terwujud, Amin.
Demikianlah beberapa hal yang dapat saya gambarkan tentang diri saya,
semoga ini bisa menjadi bahan evaluasi diri yang diberkahi Allah SWT. Dalam
makalah ini saya hanya memaparkan sisi-sisi positif yang telah saya lakukan selama
ini. Tapi semoga saya juga tidak melupakan untuk terus menggali sisi-sisi negatif
yang ada pada diri saya. Sebagai manusia yang memang diciptakan oleh Allah
dengan berbagai kekurangan, setiap saat harus selalu bermuhasabah, agar tidak
tenggelam dalam euphoria keberhasilan semu. Keberhasilan yang saya harapkan
adalah keberhasilan yang membawa rahmatan lil ‘alamin. Manfaat untuk diri sendiri
dan orang lain serta yang dapat menjadi deposito guna mencapai kehidupan yang
lebih layak setelah perhitungan di hari kemudian.
Akhirnya, hanya kepada Allah saya kembalikan keberhasilan itu, karena
sesungguhnya semua itu milik Allah dan pada saatnya nanti akan ditarik-Nya
kembali. Semoga ampunan dan magfirah tetap dicurahkan kepada kita semua, Amin
yaa Rabbal ‘Alamin.
Dan sebagai penutup saya mengajak, marilah kita camkan kata-kata bijak
berikut : Cintailah yang memberi nikmat dan jangan engkau cintai nikmat yang
diberikan, agar selamat dunia akhirat.
Ingat !!! guru berprestasi itu adalah salah satu nikmat.
HALAMAN PENGESAHAN

Judul makalah : Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi


Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
Identitas Penulis
1. Nama lengkap : H. Suhadi, M.Pd.
2. NIP : 19751019 200003 1 003
3. NUPTK : 6351753654200003
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Pangkat/Golongan : Pembina/ IV a
6. Pendidikan Terakhir : S2 Pendidikan Sains
7. TMT / Masa Kerja : 1 Maret 2000 / 13 tahun 2 bulan
8. Tugas : Guru IPA
9. Nama Sekolah : SMPN 4 Amuntai
10. Alamat Sekolah : Jl. Sukmaraga No. 281 Komplek Candi Agung
Kelurahan Sungai Malang Kec. Amuntai Tengah
Kab. Hulu Sungai Utara Prop. Kalimantan Selatan
Kode Pos 71418
Email smpn4_amuntai@yahoo.com
11. Nomor Telepon/Fax (0527)62064
12. Alamat Eumah : Jl. Langga Maya No. 2 Desa Sungai Sandung
Kec. Sungai Pandan Kab. Hulu Sungai Utara
Prop. Kalimantan Selatan Kode Pos 71455
13. Nomor Telepon/HP : 085249825152
14. email : faiqdzaki@gmail.com

Amuntai, 23 Mei 2013


Penulis

H. Suhadi, M.Pd.
NIP. 19751019 200003 1 003

Amuntai, 25 Mei 2013


Mengetahui/Mengesahkan
Kepala SMPN 4 Amuntai

Mahreta, S.Pd.
NIP. 19660103 198902 2 001
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sesuai dengan Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Tahun


2013 bagi Guru TK/RA/BA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang
disampaikan melalui surat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Utara
Nomor: 768/659 – 5/Disdik tanggal 15 April 2013, karya tulis yang berjudul
“Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah
Kebanggaan” ini selesai ditulis tepat pada waktunya.
Karya tulis berbentuk makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mengikuti kegiatan Pemilihan Guru Berprestasi Kabupaten Hulu
Sungai Utara Tahun 2013 untuk tingkat SMP/MTs sebagaimana disebut sebelumnya
di atas. Semasa menyusun karya ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, antara lain: Ibu Mahreta, S.Pd. selaku Kepala SMP
Negeri 4 Amuntai, kawan-kawan dewan guru, dan staf tata usaha SMP Negeri 4
Amuntai.
Makalah yang sederhana ini tentunya tidak luput dari kekurangan—bahkan
tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan, karena itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak. Amin.

Amuntai, 23 Mei 2013


Penulis,

H.Suhadi, M.Pd.
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian ..................................... 4
B. Guru yang Kompeten dan Berprestasi ........................................... 5
1. Guru yang Kompeten ................................................................ 6
2. Kebiasaan Berpikir Reflektif .................................................... 8
3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat ................................................ 9
4. Kreatif dan Inovatif .................................................................. 10
5. Motivasi Guru Berprestasi ........................................................ 11
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 14
A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16
Lampiran : Surat Rekomendasi Guru Berprestasi ............................................. 17

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai