Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya.
Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh
karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama
dengan guru.

Secara formal guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau
lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan tugas
dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu.

Perjalanan sejarah karier guru yang ada di sekitar kita tampaknya mempunyai jalur yang
bervariasi. Tidak sedikit guru yang kariernya dengan mudah melesat naik. Banyak guru kita
saksikan sukses hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, kepala dinas, bupati,
walikota, gubernur, atau bahkan mungkin menduduki jabatan-jabatan lain yang lebih tinggi.
Ada banyak guru yang sejak mulai menjadi guru telah menunjukkan optimisme yang tinggi
dalam berkarya. Guru-guru ini berkembang menjadi guru inti, instruktur, hingga akhirnya
dikirim belajar ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang dikirim ke luar negeri.

Sayangnya, banyak pula kenyataan di lapangan kita temui, guru-guru masih mengalami
berbagai kendala dalam mengembangkan diri dan kariernya. Kondisi mereka cukup
memprihatinkan. Mereka mengajar sambil terpaksa melakukan pekerjaan lainnya untuk
menutupi kebutuhan ekonomi. Mereka bahkan hampir tidak mampu membiayai pendidikan
anak-anak mereka sendiri.

Tentu saja besaran gaji bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
profesional guru. Ada banyak faktor lain seperti rasa pengabdian, kecintaan terhadap profesi,
kebiasaan melakukan refleksi diri, hingga semangat untuk terus belajar sepanjang hayat juga
mempengaruhi kinerja mereka. Akan tetapi kesejahteraan tetap signifikan berdampak pada
kualitas kinerja guru. Karena itu, sudah sepantasnyalah guru-guru profesional yang kompeten
dan berprestasi di bidangnya layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat sejumlah rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengabdian seorang guru dapat membawanya menjadi guru profesional /
guru yang kompeten?
2. Apa saja yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan
pengabdiannya sehingga ia dapat menjadi seorang guru profesional?
3. Bagaimana hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi
seorang guru yang berprestasi?

C. TUJUAN PENULISAN

Secara umum makalah ini bertujuan menjelaskan bahwa profesi guru adalah sebuah
pengabdian, yang pada gilirannya pengabdian tersebut akan mengantarkan guru menjadi guru
yang benar-benar profesional dan berprestasi.
Secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal berikut:
1. Pengabdian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pengembangan
profesinya.
2. Hal-hal yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan
pengabdiannya sehingga dapat menjadi seorang guru profesional.
3. Hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru
yang berprestasi.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Menggugah guru yang membacanya untuk mengabdikan diri secara tulus pada
profesinya.
2. Menjadi salah satu sarana untuk mengajak guru agar meningkatkan kompetensinya
sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
3. Menjadi sebuah wadah bagi penulis untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya sebagai
salah satu bentuk aktualisasi diri, perwujudan sebuah pengabdian dan kecintaan terhadap
profesi guru untuk dibagikan kepada pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A. MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN

Banyak definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli mengenai apa itu ‘guru’. Salah satunya
seperti pendapat Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik
spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Jika kita menilik definisi di atas secara seksama maka kita akan menyadari betapa mulianya
tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang mempunyai tugas yang sangat penting, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini bukan tugas yang ringan, karena ‘mencerdaskan
kehidupan bangsa’ di sini meliputi semua aspek kehidupan di antaranya aspek spiritual, aspek
emosional, aspek fisikal, aspek intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah dilakukan
guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan. Mereka melakukan
pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Guru
melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa ketakutan. Apabila ada seorang guru
yang melakukan tugasnya bukan karena rasa pengabdian tetapi karena keterpaksaan atau
karena tekanan rasa ketakutan, maka guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak
akan dapat memberikan kontribusi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pengabdian seorang
guru bahkan kadang-kadang harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang
mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulau-
pulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban
modern. Banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja dapat
membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya,
banyak guru terpisah jauh dari keluarga karena harus tinggal di daerah-daerah yang sarana
tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Banyak guru yang mengabdi
tanpa terlalu memperhitungkan besaran gaji yang akan mereka terima. Kita tahu, masih
banyak guru-guru non-PNS yang gajinya bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah
Minimum Regional) buruh.

Lalu, jika pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang mudah
dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga sekarang masih banyak orang-orang yang
melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami makna sebuah
pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan dengan tulus ikhlas dan
rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada kebahagiaan yang tentu tidak dapat dinilai
dengan materi. Inilah modal terbesar yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam
menjalani profesi sebagai seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak memiliki
rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan dapat bertahan pada
pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya.

B. GURU YANG KOMPETEN DAN BERPRESTASI

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa guru yang memiliki rasa
pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka ia telah memiliki modal terbesar untuk
menjadi guru yang kompeten dan berprestasi. Pertanyaan berikutnya adalah: Hal-hal apa
sajakah yang harus dilakukan oleh seorang guru yang telah mempunyai rasa pengabdian yang
tulus ini agar ia dapat menjadi seorang guru yang kompeten dan berprestasi?

Modal dasar berupa rasa pengabdian yang tulus apabila ditambah dengan kompetensi yang
wajib dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya akan membentuk
guru yang kompeten. Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki kompetensi-mutlak
untuk menjadi seorang guru. Kompetensi-kompetensi guru ini diperoleh melalui proses
belajar sepanjang hayat. Agar proses belajar sepanjang hayat yang dilakukan guru dapat
efektif, maka ia juga harus membiasakan diri berpikir reflektif. Kebiasaan berpikir reflektif
memungkinkan guru mengetahui potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri, selain
juga mengetahui kompetensi yang telah dan belum dimilikinya saat ini. Di samping itu, sifat
kreatif dan inovatif juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Melalui sifat ini guru
akan menjadi role model (teladan) yang pantas untuk dicontoh peserta didik bahkan orang-
orang lain di sekitarnya.

1. Guru yang Kompeten


Pada beberapa tahun belakangan, kita mengenal guru yang kompeten ini sebagai Guru
Profesional. Menurut Suyatno (2008: 15 – 17), guru dengan predikat profesional ini memiliki
4 bidang kompetensi, yaitu: (a) Kompetensi Pedagogik; (b) Kompetensi Kepribadian; (c)
Kompetensi Sosial; dan (d) Kompetensi Profesional. Keempat bidang kompetensi yang wajib
dimiliki oleh seorang guru ini akan di bahas satu persatu.

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi:
1) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan
mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
2) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan (mastery learning); dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliknya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: (a) bertindak sesuai
dengan norma hukum; (b) bertindak sesuai dengan norma sosial; (c) bangga sebagai guru; (d)
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: (a) memiliki kemandirian dalam
bertindak; dan (b) memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: (a) menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (b) menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: (a) memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (b) memiliki perilaku yang disegani.
5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: (a) bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong); dan (b) memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dipegangnya
memiliki indikator esensial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
(b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan
konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: (a) menguasai
langkah-langkah penelitian; dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan
atau materi bidang studinya.

Tentu saja tidak ada ruginya menjadi guru yang profesional atau kompeten di bidangnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 40
ayat 1 menyatakan hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya: (a) penghasilan
dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai; (b) penghargaan sesuai tugas dan
prestasi kerja; (c) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual; hingga (d) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Kebiasaan Berpikir Reflektif


Menurut Arqom (2012), berpikir reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali terhadap
apa yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan instropeksi, refleksi dan spirit koreksi
atas berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini.
Berpikir reflektif harus dijadikan kebiasaan karena sangat besar manfaatnya. Adapun manfaat
berpikir reflektif yang berhubungan dengan pengembangan diri seorang guru misalnya:

a. Berpikir reflektif memungkinkan guru untuk mengintrospeksi apa yang sudah dan belum
dicapai. Dengan berpikir reflektif, seorang guru dapat mengetahui di posisi mana sekarang ia
berada. Posisi yang dimaksud di sini adalah tingkat kompetensi yang dimilikinya bila
dibandingkan secara normatif dengan guru lainnya, atau secara standar bila dibandingkan
dengan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional. Adalah
hal yang unik bahwa kadang-kadang seseorang baru menyadari bahwa langkah-langkah
hidupnya tidak produktif, begitu ia menyempatkan diri berpikir reflektif dan mengevaluasi
dirinya di suatu waktu misalnya di akhir pekan.

b. Berpikir reflektif dapat menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri menuju ke arah
yang lebih baik. Tidak setiap orang merasa perlu memperbaiki diri. Karena itu, melalui
proses berpikir reflektif dengan penyediaan waktu untuk merenung dan melihat ke belakang,
lalu melihat hal-hal yang belum dikerjakan secara optimal di masa lalu maka muncullah
motivasi untuk memperbaiki diri.
c. Melalui proses berpikir reflektif seorang guru akan mengetahui potensi dan sumber daya
yang dimilikinya. Setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Potensi ini bersifat unik
dengan kadar yang berbeda-beda. Bila seorang guru mengetahui potensi dan sumber daya apa
yang dimilikinya, maka ia akan dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk
pengembangan kompetensinya. Mereka akan berkembang menjadi guru-guru yang
profesional, kreatif dan inovatif dengan berbagai kelebihannya masing-masing.

3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat


Aziz (2012: 160) menyebutkan bahwa orang-orang terpelajar adalah mereka yang telah
melalui proses belajar dan terus belajar. Mereka tidak mau berhenti belajar kecuali nyawa
telah hilang dari tubuh kasar mereka. Mereka pun tidak hanya belajar, tetapi juga
mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Belajar sepanjang hayat dapat memberikan kesempatan belajar secara wajar dan luas kepada
seorang guru sesuai dengan perbedaan minat, usia, dan kebutuhan belajar masing-masing
(Hufad, 2010). Belajar sepanjang hayat tidak dibatasi oleh waktu, tempat, sarana, media, dan
sumber belajar. Guru dapat belajar setiap hari dari beragam sumber dengan tujuan
memperoleh informasi yang mendukung pengembangan kompetensinya. Guru dapat belajar
melalui seminar, pameran, forum ilmiah, tayangan televisi hingga film-film yang bermutu
dan berkorelasi dengan profesinya.
Pada penerapan prinsip belajar sepanjang hayat, guru harus menjadikan membaca sebagai
suatu kebiasaan sehari-hari sehingga menjadi budaya yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannya. Mereka dapat membaca koran, buku, hingga menggali secara mandiri bahan
bacaan dan informasi dari internet. Pada era informasi sekarang ini, guru harus selektif
memilih bacaan. Ia harus dapat menyeimbangkan antara minat dan kebutuhannya.
Membaca saja tidaklah cukup. Guru harus mempunyai keterampilan menulis. Keterampilan
ini dapat diperoleh guru secara alamiah melalui kebiasaan membaca dan latihan-latihan.
Kebiasaan membaca akan membuat guru mengolah kembali informasi yang didapatnya saat
membaca. Informasi yang telah diolah ini akan membantu guru memunculkan ide-ide
baru. Pada saat ide-ide baru ini muncul, maka guru akan merasa perlu untuk
mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. Guru dapat berlatih menuliskan ekspresinya di
berbagai media. Saat ini terdapat beragam media untuk mempublikasikan tulisan dapat dipilih
guru, mulai dari media cetak hingga media virtual seperti jejaring sosial facebook dan blog.

4. Kreatif dan Inovatif


Menurut Woolfolk (1995), kreatif adalah sifat yang dimiliki seseorang yang berpikir
imajinatif, orisinil, dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan inovatif adalah
nilai kebaruan dan kemanfaatan dari suatu penerapan pemecahan masalah.

Guru seringkali menemui berbagai kendala dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya


atau tugas-tugas lainnya, misalnya karena keterbatasan sarana dan prasarana. Guru yang
memiliki sifat kreatif dan inovatif tidak akan menganggap keterbatasan ini sebagai kendala
yang berarti. Dengan kreativitas dan kemampuan melakukan inovasinya, mereka akan
mampu memecahkan masalah untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Pengembangan kreativitas dan inovasi dapat dilakukan guru melalui berbagai kegiatan,
misalnya mengikuti berbagai workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang-
bidang tertentu yang berhubungan dengan profesinya. Selain itu guru juga dapat mengikuti
berbagai kegiatan yang bersifat lomba kreativitas dan karya inovasi untuk guru. Saat ini
cukup banyak lomba kreativitas dan inovasi yang diadakan untuk guru setiap tahunnya. Ikut
serta dalam kegiatan yang bersifat lomba ini tujuan utamanya bukanlah menjadi juara, akan
tetapi lebih kepada tujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan
keterampilan, serta mengasah daya kreativitas dan daya berinovasi yang dimilikinya.

5. Motivasi Guru Berprestasi


Teori Maslow pada tahun 1954: 92 dalam Slavin (2009: 109) mengidentifikasi dua jenis
kebutuhan: (1) kebutuhan kekurangan; dan (2) kebutuhan pertumbuhan. Hierarki Kebutuhan
Maslow ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut.
Menurut Maslow, seseorang akan termotivasi untuk memuaskan kebutuhan pada bagian
bawah hierarki sebelum berupaya memuaskan kebutuhan pada bagian atas. Bila kita cermati,
kebutuhan fisiologis berupa makanan, minuman, pakaian merupakan kebutuhan dasar yang
merupakan kebutuhan kekurangan yang harus dipenuhi. Tanpa terpenuhi kebutuhan
fisiologis, maka seseorang bahkan tidak akan menganggap penting kebutuhan-kebutuhan lain
yang berada di tingkat lebih atas.
Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan
tertinggi, dalam kaitannya dengan guru profesional, pencapaian sebagai “Guru Berprestasi”
adalah salah satu bentuk aktualisasi diri (Sumber: Slavin, 2009).

Seorang guru profesional tentu saja merupakan individu yang hampir dapat dikatakan
berhasil memenuhi kebutuhan kekurangan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan, kebutuhan hubungan dan cinta, dan kebutuhan harga diri. Selanjutnya, dengan
kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip belajar sepanjang hayat, ia akan mampu memenuhi
kebutuhan pertumbuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, bahkan juga
kebutuhan estetik (rasa keindahan). Pencapaian tertinggi oleh seorang guru profesional
adalah mampu menjadi “Guru Berprestasi”. Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri ini akan mendatangkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka
terima.

Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam
perilakunya yang mensyukuri dan menerima keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain,
spontanitas, keterbukaan, hubungan akrab dengan orang lain tetapi tetap bersikap demokratis,
kreatif, inovatif, memiliki sense of humor, dan kebebasan. Pada intinya, seorang guru
berprestasi yang telah mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan memiliki
kesehatan yang prima secara psikologis. Oleh karena itu, bangga menjadi guru profesional
yang berprestasi adalah hal sangat wajar, karena itu merupakan cermin kebahagiaan batin
(psikologis).
Gambar 2. Guru dengan pengabdian yang tulus akan berkembang menjadi guru berprestasi.

Gambar 2 di atas menunjukkan guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus akan mampu
meningkatkan diri menjadi guru profesional. Modal besar yang dimiliki ditambah dengan
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
akademik yang diperoleh melalui refleksi diri, semangat sebagai pebelajar sepanjang hayat,
kreatif, inovatif, dan memiliki motivasi yang besar menjadikan mereka mampu mencetak
prestasi gemilang yang pantas dibanggakan. Prestasi ini tentu saja akan dihargai dengan
pantas sebagaimana jaminan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
yaitu Pasal 36 ayat (1), yang berbunyi: “Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.”

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari paparan tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dalam melaksanakan tugasnya telah
mempunyai modal yang sangat besar untuk berkembang menjadi guru yang profesional
(kompeten).
2. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dapat berkembang menjadi guru
profesional apabila ia mempunyai kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip hidup sebagai
pebelajar sepanjang hayat, serta kreatif dan inovatif. Dengan berpikir reflektif, guru akan
mengetahui posisi dan potensinya. Dengan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat,
ia akan terus belajar sehingga memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, maupun
profesional. Dengan sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki, ia akan menjadi guru yang
mampu mengatasi berbagai kendala dan masalah dalam melaksanakan tugasnya.
3. Berdasarkan pemikiran Maslow tentang hierarki motivasi, guru profesional yang
tercukupi kebutuhan-kebutuhannya akan mampu mengaktualisasikan diri untuk berkembang
menjadi guru yang berprestasi dan bangga akan prestasi yang diraihnya dengan tetap
memiliki karakter-karakter luhur.

B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan agar guru dapat lebih termotivasi untuk melakukan
tugasnya sebagai sebuah bentuk pengabdian dan mampu berkembang sebagai guru
berprestasi adalah sebagai berikut:
1. Apabila seseorang telah menentukan bahwa pilihan profesi yang akan dijalaninya adalah
sebagai seorang guru, maka hendaklah ia benar-benar tulus untuk melaksanakan tugasnya
sebagai sebuah pengabdian.
2. Untuk mengembangkan diri menjadi guru yang profesional, hendaknya pengabdian tulus
yang telah diberikan selalu diimbangi dengan kebiasaan berpikir reflektif, mempunyai prinsip
hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri
di bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional, dan mengasah kreativitas dan
kemampuan berinovasi.
3. Kepada pihak-pihak yang berwenang, hendaknya terus berupaya meningkatkan
kesejahteraan guru agar segala kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan dapat terpenuhi.
Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan guru maka akan dapat memotivasi guru untuk
mengaktualisasikan diri menjadi guru profesional yang bangga akan profesi dan prestasi yang
diraihnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2011). Manusia dan Tanggung Jawab. Tersedia Online di


http://iiam.blogdetik.com/2011/04/20/manusia-dan-tanggung-jawab/ diakses tanggal 22 Mei
2013.

Anonim (2013). Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan dasar Tahun
2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Arqom, Akhmad (2012).Agar Hidup Kita Semakin Berkualitas Berpikirlah Reflektif!


Tersedia di http://www.masulum.com/2012/05/25/agar-hidup-kita-semakin-berkualitas-
berpikirlah-reflektif/ diakses tanggal 22 Mei 2013.

Aziz, Amka Abdul (2012). Hati, Pusat Pendidikan Karakter (Melahirkan Bangsa Berakhlak
Mulia). Klaten: Penerbit Cempaka Putih.

Hufad, Achmad., dkk. (2010). Studi Tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang Hayat
di Indonesia: Makalah disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah,
yang Diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS-UPI Bandung tanggal 29 Nopember 2010.

Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi Ke Delapan, Cetakan Pertama.


(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Indeks.

Suparlan (2005). Menjadi Guru Efektif, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan (2006). Guru Sebagai Profesi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suyatno (2008). Panduan Sertifikasi Guru, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Indeks.
Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology – 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon

“EVALUASI DIRI”

Mengapa Saya Layak sebagai Guru Berprestasi

Diajukan oleh
Nama : Dra. Hasniar
NIP/NUPTK : 19670108 199602 2 002
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 SINJAI
Kabupaten/Kota : Sinjai
Provinsi : Sulawesi Selatan
MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN,
MENJADI GURU BERPRESTASI ADALAH KEBANGGAAN

BAB I : LATAR BELAKANG


A. MOTIVASI
Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata
prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Tanpa mengabaikan
komponen lain seperti peserta didik, kurikulum/program pendidikan, fasilitas dan manajemen,
kualitas guru telah ditemukan oleh berbagai studi sebagai faktor yang paling konsisten sangat
kuat dalam menentukan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah dilaksanakan
pemerintah guna meningkatkan kualitas guru. Salah satu diantaranya adalah Pemilihan Guru
Berprestasi.
Selain bertujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya
mewujudkan pendidikan yang bermutu, pemilihan guru berprestasi juga merupakan salah satu
program pemerintah sebagai wujud perhatiannya atas prestasi dan dedikasi guru dalam bidang
pendidikan.
Niat baik pemerintah ini menjadi salah satu faktor yang memotivasi saya mengikuti
pemilihan guru berprestasi. Sekalipun saya sangat menyadari, masih banyak kekurangan saya
dalam kehidupan ini baik sebagai pribadi maupun sebagai guru.
Menyadari hal itu, maka saya bertanya kepada anak saya di rumah, apakah saya pantas
menjadi peserta pemilihan guru berprestasi dengan kondisi saya yang masih serba kekurangan.
Selain itu, saya juga meminta pandangan dari suami saya. Ternyata mereka sangat mendukung
saya. Anak saya mengatakan, “Ummi memang masih punya kekurangan, kan Ummi manusia
biasa, tapi … layaklah”. Sementara suami saya berkata, “yah … siapa tahu setelah mengikuti
ajang ini, Ummi bisa menjadi lebih baik. ” Dukungan moril dari orang-orang terdekat saya
(suami tercinta dan anak-anak tersayang) menjadi motor penggerak yang sangat kuat, karena
bagi saya apapun dan berapa besar hasil sekalipun yang saya peroleh tanpa ridha dari anak-
anak dan terutama suami tidak akan ada artinya. Bukankah Rasulullah Muhammad Saw. sudah
bersabda, Ridha Allah itu terletak pada ridha suami bagi seorang perempuan yang sudah
menikah.
Setelah mendapat restu dari anak-anak dan suami, saya lalu bertanya kepada para siswa
di sekolah layak tidak saya menyandang gelar guru berprestasi. Spontan para siswa menjawab
“bisa bu, layak bu” . Saya tidak puas dengan jawaban itu tanpa alasan. Maka dari mereka ada
yang menjawab, “ibu pintar, ibu berwibawa, menyenangkan bu, tidak membosankan bu,
metode mengajarnya bervariasi bu, sering menyanyi bu, banyak permainanya bu, materi
pelajaran mudah dimengerti bu.” Alhamdulillah.
Menjadi guru, adalah cita-cita saya sejak kecil. Hal ini diilhami oleh karena kedua orang
tua saya adalah guru dan saya sangat mengagumi serta mengidolakan mereka sebagai orang
tua dan sebagai pendidik di rumah tangga, di tempat tugas maupun di masyarakat..
Di rumah saya dididik dan digembleng oleh orang tua untuk tumbuh menjadi manusia
yang kompetitif. Sikap itu ditanamkannya sejak saya masih duduk di bangku Taman Kanak-
Kanak. Tempat tidur di rumah yang sangat sederhana disulap menjadi panggung kompetisi.
Saya sebenarnya sepuluh bersaudara. Tapi pada saat TK saya masih berdua dengan adik
laki-laki saya yang berusia 3 tahun lebih muda dari saya. Setiap malam, Saya versus adik saya
( sekarang sudah dua periode menjadi anggota DPRD Kotamadya Makassar dan sebelumnya
juga dua periode menjadi Kepala Sekolah Tingkat Aliyah di salah satu pesantren terkenal di
kota Makassar) diadu nyanyi, baca puisi, atau menari di atas panggung sulapan tersebut.
Demikian pula di kala sekolah di SD, SMP dan SMA, orang tua tak henti-hentinya
mendorong agar saya bisa menjadi juara kelas dan berusaha mengikuti berbagai lomba baik
dalam bidang akademik maupun non akademik.. Sampai saat inipun kebiasaan Bapak saya
(karena ibu sudah tidak ada) tetap selalu memotivasi agar saya tetap bisa berprestasi. Bahkan
ketika suatu saat berkunjung ke sekolah saya dan melihat kepala sekolah yang masih sangat
muda dia berkomentar: ”Saya lihat kepala sekolahmu masih muda, tua mana kamu atau dia”.
Saya jawab,”Dia lebih tua, setahun lebih senior dari saya waktu kuliah, dia juga jurusan bahasa
Jerman”. Mungkin mendengar kata bahasa Jerman Bapak saya bertanya bernada memancing :
“ kamu, kapan jadi kepala sekolah, kalau saya dulu jadi kepala sekolah setelah 18 tahun
menjadi pegawai negeri”. Pertanyaan yang cukup menggelitik, tapi saya yakin ini merupakan
satu trik memotivasi anak agar terus berkompetisi.
Bukan hanya Bapak saya yang bertanya seperti itu. Mungkin melihat prestasi dan
keaktifan saya di organisasi semasa kuliah, jika bertemu dengan teman-teman semasa saya di
kampus maupun di organisasi , mereka sering meledek saya dengan pertanyaan yang sama.
Dalam hati saya bertanya : “Mungkinkah ???” Tapi dijawab oleh batin saya sendiri (suara hati
yang konon tidak pernah berbohong) “ tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah
menghendaki, karena jabatan itu adalah milik-Nya dan akan diberikan-Nya kepada siapa saja
yang Ia kehendaki, dan ketika Ia menghendakinya maka tak seorangpun yang akan mampu
menahannya. Sebaliknya, jika Ia tak menghendakinya, tak seorang manusiapun yang akan
mampu memaksakannya. Oleh sebab itu, manusia tidak perlu berlomba-lomba menghalalkan
segala cara hanya sekedar untuk menduduki sebuah jabatan semu itu. Yang patut kita sadari
bahwa jabatan itu amanah, dan amanah itu harus dipertanggungjawabkan di dunia maupun di
akhirat. Tidak sedikit siksaan yang akan diperoleh bagi orang yang tidak dapat menjalankan
amanah dengan baik, apalagi jika menyalahgunakan amanah itu.
Makanya, saya tidak pernah berambisi menjadi pejabat serendah apapun, kecuali jika
Allah menghendaki hal itu (sudah menjadi suratan takdir, orang tua kita bilang Here na Toto’).
Bukankah telah banyak kasus di negeri ini yang menjobloskan para pemegang amanah ke
dalam jeruji besi karena menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya ? Itu baru di
dunia loh.
Guru berprestasi sudah menjadi obsesi saya sejak mendengarkan istilah itu beberapa
tahun terakhir ini. Bahkan, obsesi ini menjadi salah satu icon do’a saya ketika berada di tanah
haram saat melaksanakan ibadah haji. Hanya saja, berprestasi yang saya maksudkan dalam
untaian do’a itu adalah bagaimana saya bisa menjadi figur yang menjadi tauladan hidup bagi
orang-orang yang ada di sekitar saya, apakah itu di kelas, di kantor, dalam rumah tangga dan
di lingkungan masyarakat dengan terus berupaya meminimalisir kekurangan dan kekhilafan
sebagai manusia biasa.
Obsesi tidak akan dapat menjadi kenyataan jika tidak didukung oleh kompetensi.
Sebagai seorang professional, guru harus memiliki 4 kompetensi. Kompetensi-kompetensi itu
adalah ; kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan
kompetensi social.
Komptensi pedagogik saya dibuktikan dengan kemampuan saya mengenal karakteristik
siswa secara mendalam serta merancang, menlaksanakan, mengevaluasi dan menganalisis hasil
pembelajaran dan pengalaman belajar siswa sesuai hasil refleksi dan evaluasi. Saya juga
memahami berbagai teori belajar, teknik dan stratigi, metode dan model-model pembelajaran,
sehingga saya dapat menciptan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran bahsa Jerman sebagaimana data yang saya temukan padapenelitian
tindakan kelas.
Dalam kompetensi professional saya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi dari
dulu. Oleh sebab itu, saya rajin membaca dan bahkan sudah menjadi hobbi. Setiap kali ke took
buku saya pasti membeli semua buku yang menyangkut materi bahasa Jerman yang belum saya
miliki. Saya juga senang membeli pun buku lain yang dapat meningkatkan kualitas saya
sebagai guru. Buku metode didaktik, buku penelitian tindakan kelas, buku berbagai model-
model pembelajaran dan lain-lain sudah terkoleksi di lemari buku saya di rumah. Setiap
mendapatkan buku baru yang belum dipasarkan segera saya fotocopi. Pendek kata untuk buku
saya tidak pernah kikir mengeluarkan dana. Toh, guru sudah dapat tunjangan professional.
Berdosalah kita jika uang itu hanya digunakan untuk shoping atau berkunjung ke tempat-
tempat yang tidak berkaitan dengan pengembangan diri kita sebagai guru professional.
beberapa prestasi/kejuaraan yang pernah saya raih sebagai guru. Selain dengan banyak
membaca buku, untuk meningkatkan pemahamn konsep dan teori serta pengalaman mengajar
saya juga aktiif mengikuti MGMP, seminar dan Diklat di tingkat Kaupaten, propinsi Regional
dan Nasional.. Beberapa prestasi/kejuaraan berkaitan dengan tugas gurupun pernah saya raih.
Proses pernilahan jodoh yang sesuai syari’at agama, mendapatkan pekerjaan tanpa
sogok, mendidik anak-anak dengan baik sejak dini sehingga tumbuh menjadi anak-anak
berprestasi bukan hanya dalam aspek kognitif tapi juga dalam ranah psikomotorik dan
afektifnya (dan semoga Allah menetapkan mereka sebagai anak-anak shaleh hingga akhir
hayatnya), Bibir yang selalu tersungging ketika bertemu dengan siapa saja, ketulusan dalam
mengerjakan apa saja menurut saya dapat digugu dan ditiru. Dan semua itu merupakan sikap
dan karakter seorang guru yang memiliki kompetensi Kepribadian
Demikian pula keaktifan dalam berbagai organisasi dari tngkat Desa hingga tingkat
Provinsi menurut saya dapat menjadi inspirasi. Kesemuanya itu menggambarkan kalau saya
mmemiliki kompetensi sosial.
B. VISI DAN MISI
Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi ini mempunyai tujuan yang jelas
sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur’an Wamaa khalaqtul jinna wal insa illaa
liya’buduun yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi
kepada-Ku”. Oleh sebab itu, apapun profesinya manusia harus menyadari bahwa pekerjaan
yang dilakukannya itu merupakan rangkaian pengabdiannya kepada Sang Khalik yang telah
menciptakannya. termasuk profesi sebagai seorang guru.
Selain tujuan penciptaan manusia yang harus menjadi acuan dalam menentukan arah
hidup kita, guru yang bertugas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
mengejawantahkan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang termaktub dalam UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 dijelaskan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kejelasan tujuan hidup sepanjang hayat seperti yang difirmankan oleh Allah SWT.
serta tuntunan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengantar saya merancang visi dan misi dalam hidup dan kehidupan saya sebagai
guru.
Visi :
Visi saya sebagai guru adalah terwujudnya iklim pendidikan di sekolah yang
memberdayakan siswa berkembang menjadi manusia berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.
Misi :
Adapun misi saya untuk mencapai visi di atas adalah :
- Menjadikan pelajaran Bahasa Jerman mampu menginspirasi siswa membangun diri untuk
masa depannya sebagai generasi muda bangsa yang tetap berkepribadian bangsa Indonesia.
- Meyakinkan siswa bahwa bahasa Jerman merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi,
karena bahasa Jerman adalah salah satu bahasa dunia dan terbanyak digunakan di Eropa.
- Menjadikan siswa berminat dan merasa senang belajar bahasa Jerman dengan menggunakan
media dan metode yang bervariasi.
- Meraih juara dalam berbagai kegiatan lomba bahasa Jerman seperti Gebyar bahasa Jerman,
Deutsch-Wetbewerb, dan Olimpiade Bahasa Jerman di timgkat Kabupaten maupun di tingkat
Provinsi.
- Membangun karakter dan jiwa nasionalisme siswa dengan mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq
dan budaya bangsa ke dalam mata pelajaran yang saya ampu.
BAB II : PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI GURU BERPRESTASI
A. PRESTASI YANG TELAH DIRAIH
Sebelum saya menjabarkan prestasi apa saja yang pernah saya raih selama saya menjadi
PNS, saya perlu paparkan bahwa saya adalah alumni IKIP Ujung Pandang Jurusan Bahasa
Jerman pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS). Saya masuk di Perguruan Tinggi
lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Keterampilan) pada tahun ajaran 1984/1985.
Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan Bahasa Inggris, tetapi atas arahan guru bahasa Inggris
saya di SMA, saya diminta untuk menjalani saja sampai semester dua, memasuki semester tiga
barulah pindah jurusan.
Akhirnya saya jalani sesuai petunjuk guru tersebut. Ternyata, setelah menerima semua
kartu nilai di semester pertama, saya menmperoleh nilai IPK tertinggi diantara teman-teman
seangkatan saya sehingga saya cukup dikenal oleh para dosen dan senior. Mungkin itu menjadi
salah satu pertimbangan sehingga saya dipilih menjadi sekretaris pengurus HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan) Pendidikan Bahasa Jerman di saat saya masih duduk di semester 2.
Pada liburan semester satu saya tidak pulang kampung sebagaimana teman-teman
lainnya. Saya mengisi liburan dengan mengikuta Latihan Kepemimpinan yang sejak SMA saya
dambakan. Kebetulan pada waktu SMA saya adalah salah seorang pengurus OSIS di sekolah
kami yang diwajibkan mengikuti LDK. Pada waktu itu salah seorang pematerinya alumni
sekolah saya yang sudah kuliah di UNHAS. Penampilan dan kemampuan berbicaranya
membuat saya penasaran menanyakan bagaimana ia bisa seperti itu. Dia menjawab kalau di PT
juga terdapat banyak kegiatan Latihan Kepemimpinan. Maka ketika senior saya di kampus
menawarkan untuk mengikuti kegiatan itu, saya gembira bukan main tanpa memperdulikan
organisasi apa yang melaksanakannya. Beruntung organisasi itu bukan organisasi terlarang,
tapi ternyata adalah ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, sebuah organisasi keagamaan
dan kemasyarakatan yang cukup terkenal di negeri ini. Ortom itu bernama Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah disingkat IMM.
Saya cukup puas dengan kegiatan itu, sehingga ketika ada lanjutannya pada liburan
semester berikutnya saya ikut lagi. Sampai akhirnya saya mengikuti Latihan Instruktur,
Coaching Instruktur dan Latihan Kepemimpinan Khusus Immawati (sebutan untuk kader
perempuan) di tingkat Pusat, Jakarta.
Keaktifan saya mengikuti semua jenjang perkaderan di IMM, memberikan saya
segudang pengalaman; menjadi panitia, Instruktur pada berbagai tingkatan perkaderan,
menjadi pimpinan dari tingkat komisariat (Fakultas), Kotamadya hingga Provinsi. Terakhir
saya terpilih sebagai Ketua Bidang Immawati Dewan Pimpinan Daerah IMM Sul-Sel sekaligus
merangkap sebagai Ketua Korp Immawati Provinsi Sulawesi Selatan.
Di samping aktif di organisasi Ekstrakurikuler ini, saya tetap eksis di Lembaga
Kemahasiswaan kampus. Dari sekretaris HMJ saya menjadi Pengurus Senat Mahasiswa hingga
beberapa periode. Terakhir saya terpilih sebagai sekretaris umum, tapi saya menolak dan
meminta agar ditempatkan sebagai Ketua III Bidang Kesejahteraan yang di dalamnya termasuk
keagamaan. Prestasi dan keaktifan saya ini menjadi jembatan saya memperoleh beasiswa
Supersemar selama kuliah.
Keaktifan saya di IMM membentuk saya berjiwa pejuang, khususnya dalam bidang
keagamaan dan keperempuanan. Dengan duduknya saya sebagai ketua bidang kesejahteraan
akan membuka peluang bagi saya mewujudkan cita-cita membentuk sebuah organisasi
mahasiswa muslimah di tingkat Fakultas sekalipun masih bersifat semi otonom. Saya berharap
organisasi ini kelak bisa diakui di tingkat Perguruan Tinggi dengan status sebagaimana unit
kegiatan lain seperti Pramuka, Palang Merah dan lain-lain yang sudah ada pada saat itu.
Walhasil, organisasi itu terbentuk di bawah kepengurusan kami, dan saya didaulat oleh
teman-teman sebagai ketuanya. Alhamdulillah, sampai saat ini organisasi tersebut tetap hidup
dan berkembang seiring organisasi kampus lainnya.
Keaktifan di organisasi Intra maupun Ekstra Kurikuler semasa mahasiswa menjadi
bekal yang sangat berharga untuk menjadi guru berprestasi. Kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual terasah secara seimbang. Kebiasaan mengelola berbagai kegiatan tanpa pamrih
membentuk jiwa menjadi pengabdi sejati. Mengelola kelas saat membawakan materi dengan
peserta pengkaderan yang heterogen dalam berbagai aspek merupakan hal yang lumrah.
Pengalaman-pengalaman berharga di atas ditambah pengalaman dan ilmu yang saya
peroleh dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selama menjadi guru mengantarkan saya
mencapai beberapa prestasi , diantaranya adalah :
1. Juara 1 Lomba Penyusunan RPP Kelas XII IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng
Sulawesi Selatan dalam Lomba Akademik Antar Guru Bahasa Jerman Regional Sulawesi.
Lomba ini dilaksanakan di Bulukumba Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 22 Desember
2007.
2. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba
penyusunan RPP SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh
Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan Jurusan Geografi
Fakultas MIPA UNM pada tanggal 3 Januari 2008 di Gedung Jurusan Geografi FMIPA UNM.
3. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba
penyusunan RPP TK, SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh
Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan Dinas Pendidikan
Nasional Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27 Januari 2008 di Gedung Juang 45, Jl. Ahmad
Yani Kabupaten Bulukumba.
4. Juara III Kategori Guru SMA pada lomba karya tulis Rencana Aksi Peningkatan Mutu
Pendidikan bertajuk “Sekolahku, Masa Depanku” yang diselenggarakan oleh Forum
Komunikasi Purna Praja kabupaten Sinjai. Lomba ini dilaksanakan dalam rangka
memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2008. Untuk menentukan pemenang, para
finalis diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan Bupati Sinjai.
5. Mendapatkan nilai baik dari penilaian teman sejawat sewaktu mengikuti Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk sertifikasi guru. Nilai yang saya peroleh 82,00. Saya
menganggap ini adalah sebuah prestasi yang cukup berarti karena pada umumnya peserta yang
lain mendapat nilai yang lebih rendah dari saya, bahkan banyak yang hanya mampu
memperoleh nilai 30-an.
6. Peserta terbaik III pada kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tingkat Dasar (G2) Guru
Bahasa Jerman SMA/MA yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa dari tanggal 18 November s.d. 1
Desember 2009 Pola 140 Jam di Local Education Center (LEC) ATHIRAH Jalan Raya Baruga
No. 26 Antang Perumahan Bukit Baruga Makassar Sulawesi Selatan.
Dalam Pendidikan dan Lathan ini saya memperoleh nilai terbaik dalam bidang metode didaktik
yang meliputi materi Kurikulum dan silabus, Telaah Buku Kontakte Deutsch 2 ; Tipologi
Latihan dan Keterkaitannya dengan pengajaran komunikatif, Evaluasi Pengajaran dan
Perencanaan Pengajaran.
Karena itu saya berhak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar (B1), satu tingkat
lebih tinggi dari yang seharusnya. Berdasarkan aturan, peserta Diklat Tingkat Dasar (B1)
adalah lulusan Diklat Tingkat Dasar (G3). Diklat Dasar (B1) ini dilaksanakan di PPPPTK
Bahasa Jakarta selama 21 hari.
7. Menjadi peserta Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang memperoleh nilai tertinggi dalam mata
pelajaran Bahasa Jerman di Kabupaten Sinjai. Dalam UKG ini saya memperoleh nilai 62, satu
tingkat lebih rendah dari nilai tertinggi se Sulawesi Selatan, yakni 66.

B. PENGALAMAN KERJA SEBAGAI GURU


Masa kerja saya sekarang sudah 16 tahun 3 bulan terhitung sejak diangkat menjadi
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saya diangkat menjadi CPNS berdasarkan ketetapan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5024/A2/KP/1996 tertanggal 2 Februari 1996.
Pengangkatan itu Terhitung Mulai Tanggal 1 Februari 1996 dengan pangkat III/a, NIP
132148902 dan ditugaskan sebagai guru pada SMA Negeri 1 Sabbang Kabupaten Luwu.
Waktu itu Luwu belum dimekarkan menjadi beberapa kabupaten.
Pada waktu itu SMA Negeri 1 Sabbang baru dibuka. Artinya, sekolah itu baru
menerima siswa pada tahun ajaran 1995/1996. Itupun hanya ada 3 kelas. Kepala sekolahnya
juga belum definitif. Kepala sekolah yang menjabat pada saat itu sebenarnya adalah Kepal
SMA Negeri 1 Masamba. Gurunya terdiri dari beberapa guru baru yang SK-nya lebih duluan
terbit dari saya ditambah guru-guru honor.
Karena sekolah baru, maka berdasarkan kurikulum yang berlaku pada saat itu, Guru
mata pelajaran Bahasa Jerman belum dibutuhkan. Oleh karena itu, Pejabat Kepala Sekolah
menawarkan kepada saya untuk diusulkan menjadi Bendahara Sekolah yang ketika itu belum
juga ada pejabat definitifnya. Menurut Kepala sekolah, menjadi Bendahara sangat bagus karena
SK dan tunjangannya langsung dari pusat. Tapi seperti yang telah saya ungkapkan di atas
bahwa guru sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil, maka tawaran itu saya tidak terima.
Hingga ulangan Catur Wulan ke-3 di semester 2 TahunPelajaran 1996/1997 saya tidak
pernah mengajar di kelas, saya hanya mengerjakan tugas-tugas lain seperti menjadi seksi
konsumsi pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite Sekolah, Sekolah ataupun Siswa.
Kenyataan itu membawa saya melapor kepada Kepala Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Luwu yang kala itu dijabat oleh Drs. Burhanuddin Kadir. Saya sampaikan bahwa
keberadaan saya di SMAN 1 Sabbang sangat tidak efektif dan memohon diperbantukan di
SMAN 1 Belopa Kabupaten Luwu tempat suami saya mengajar. Gayungpun bersambut, saya
diminta agar mengurus rekomendasi baik dari Kepala sekolah asal maupun Kepala Sekolah
tujuan yang akan dijadikan rujukan oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan untuk membuat
Surat Tugas. Akhirnya saya diperbantukan di SMUN 1 Belopa.
Saya belum bisa dipindahkan secara definitif karena saat itu saya masih berstatus Calon
Pegawai Negeri Sipil . Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kita harus mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan terlebih dahulu. Sebenarnya ada Diklat Prajabatan
sewaktu saya masih di Sabbang, tetapi saya tidak bisa ikut karena saya sedang hamil tua,
sementara Diklat itu dilaksanakan di Pakkatto selama sebulan dalam bentuk Latihan Militer.
Pada tanggal 6 Oktober s.d 4 Nopember 1997 saya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan di Pakkatto Gowa. Markas ini merupakan pusat pendidikan dan pelatihan para
tentara. Ada yang seru pada saat kami prajabatan. Pada acara pembukaan diadakan pemasangan
atribut kepada peserta secara simbolis. Satu orang mewakili putra dan satu orang mewakili
putri. Serunya, saya ditunjuk mewakili peserta putri dan suami saya mewakili peserta putra,
padahal mereka tidak tahu kalau kami suami istri. Barulah ketahuan ketika suami saya dihukum
jalan jongkok sambil tangan memegang kepala, mengelilingi lapangan di siang bolong dengan
kepala botak. Kelihatan lucu, tapi sebagai istri saya tidak tahan melihatnya. Rasa iba dan kasih
sayang saya kepada suami membuat air mata saya mengalir tak tertahan dan sempat dilihat
oleh komandan. Karena penasaran komandan bertanya mengapa saya menangis. Rekan-rekan
yang mengenal kami memberi tahu kalau saya istri peserta yang dihukum. Malam harinya kami
berdua diperintahkan naik ke panggung. Di panggung kami terus dikerjain dan disuruh
menyanyi.
Setelah mengikuti prajabatan dan dinyatakan lulus, akhirnya saya diangkat menjadi
PNS berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : ooo66/I06.D1/C.41/98
Terhitung Mulai Tanggal 1 Pebruari 1998 dengan status masih diperbantukan di SMA Negeri
1 Belopa. Tempat tugas sesuai SK masih di SMA Negeri 1 Sabbang. Terhitung Mulai Tanggal
1 Juni 1998 barulah saya resmi bertugas di SMU Negeri 1 Belopa berdasarkan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 01422/I06.DI/C.45/98.
Sebenarnya di SMU Negeri 1 Belopa juga tidak dibutuhkan guru bahasa Jerma. Bahasa
Jerman hanya dipelajari oleh siswa jurusan Bahasa, sementara di sekolah tersebut tidak ada
jurusan bahasa. Tapi sekolah ini lumayan besar, terdapat 27 kelas dengan rata-rata siswa per
kelas 45 orang. Makanya, saya diminta untuk mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia
karena guru bahasa Indonesia kurang.
Sayapun terpaksa harus belajar dari Kurikulum dan silabus hingga materi pelajaran.
Sifat rasa ingin tahu dan hobi membaca yang sudah terasah sejak lama membuat saya tidak
terlalu kesulitan. Beruntung juga saya dulu di SMA memilih jurusan bahasa yang banyak
membekali saya dengan ilmu sastra. Semasa SMA hampir setiap minggu kami diminta untuk
mendiskusikan karya-karya sastra dari para penulis ternama. Kebanyakan mendiskusikan
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah Novel, Roman atau Cerpen dan
memparafrasekan Puisi. Dan saya cukup terkesan, karena pada umumnya saya yang memimpin
diskusi.
Pengalaman di organisasi Intra maupun Ekstrakurikuler semasa kuliah juga sangat
membantu. Seringnya saya membawakan materi Persidangan, Retorika, Kepemimpinan,
Administrasi dan materi-materi lainnya selama aktif di IMM serta sekali-sekali membawakan
ceramah agama di masjid atau di kelompok-kelompok pengajian membuat saya tidak terlalu
bermasalah dalam mengajarkan materi bahasa Indonesia sesuai tuntutan kurikulum.
Saya juga sering ikut lomba pidato, menulis makalah, membaca Puisi, membawakan
renungan/Istighfar, membaca sari tilawah Al-Qur’an dan termasuk bisa sedikit melantunkan
ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan Tilawah pada malam pembaiatan peserta pengkaderan
ataupun pada kegiatan lain. Hal itu sangat membantu saya dalam menjalankan tugas ini.
Kemampuan mengelola kelas merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Sepintar apapun guru, jika tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka
mimpi untuk meningkatkan mutu pelajaran sulit terwujud. Lagi-lagi pengalaman di organisasi
mengelola kelas pada kegiatan pengkaderan yang pesertanya sangat heterogen baik dari segi
usia, pengetahuan, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya sangat berarti.
Ada satu pengalaman menarik saya mengenai penggunaan metode pembelajaran di
kelas guna meningkatkan mutu siswa lewat pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap kelas saya
bagi menjadi 4 kelompok yang anggotanya heterogen. Kelompok tersebut bertugas membuat
makalah sesuai bahan ajar yang ditugaskan. Di dalam kelompok mereka secara bergantian
memimpin diskusi dan berlatih bertanya dan menjawab pertanyaan. Setiap siswa dalam
kelompok saya wajibkan untuk berbicara, apakah itu bertanya atau menjawab pertanyaan. Pada
tahap awal saya menggunakan metode itu, masih banyak yang belum bisa berbicara sama
sekali, maka saya arahkan agar tetap berlatih sekalipun hanya mengucap salam dan
menyampaikan kalau untuk sementara belum ada yang bisa disampaikan atau menyatakan
sependapat/tidak sependapat dengan seseorang. Akhirnya, pada tahap-tahap berikutnya mereka
sudah berani berdiri untuk berbicara sekalipun hanya sekedar menyampaikan seperti yang saya
sebutkan di atas. Hal ini sangat sederhana, tapi bermanfaat bagi siswa. Menurut pengamatan
saya, banyak siswa yang tidak pernah mendapat kesempatan berbicara di depan teman-
temannya satu dua patah sekalipun karena tidak diberikan kesempatan untuk berlatih. Dengan
metode itu, tidak seorangpun siswa yang lolos untuk tidak berbicara.
Selain itu, saya juga mewajibkan setiap siswa untuk membuat papan kreasi kelas (istilah
untuk majalah dinding di kelas). Tujuannya adalah agar kreatifitas siswa di kelas itu dapat
dikembangkan. Isinya berupa gambar, karikatur, profil guru atau siswa, puisi dan tulisan apa
saja yang bermanfaat, termasuk tugas-tugas terbaik siswa di pajang di sana. Sebagai bentuk
penghargaan terhadap hasil kreasi siswa, maka setiap semester papan kreasi itu saya nilai
sekaligus juga menjadi salah satu kriteria dalam penilaian keindahan dan kelengkapan kelas.
Yang paling membanggakan saya ketika mengajar di sana adalah lahirnya 3 buah
antologi puisi yang ditulis oleh siswa saya, bernama Taufiq dengan gaya bahasa yang demikian
indah dan penuh makna. Kemampuan menulisnya mulai tumbuh saat saya memperkenalkan
jenis-jenis puisi berdasarkan isinya, lalu saya minta para siswa memilih salah satu bentuk puisi
tersebut. Untuk mendapatkan inspirasi saya meminta siswa menuju ke taman sekolah dan
mengambil tempat yang ia sukai. Ternyata setelah itu, ia terus menorehkan tinta menuliskan
hasil imajinasinya dalam berbagai bentuk puisi.
Setelah 6 tahun menjalankan tugas di SMA Negeri 1 Belopa, atas permohonan sendiri
saya pindah ke Kabupaten Sinjai mengikuti suami yang sudah pindah setahun sebelumnya.
Suami saya kebetulan berasal dari Sinjai.
Pada waktu itu, otonomi daerah sudah berlaku sehingga SK Mutasi ditandatangani oleh
Gubernur Sulawesi Selatan. SK Nomor : 824.3 – 342 itu berlaku pada tanggal 01 – 04- 2003.
Dalam SK tersebut tidak tercantum sekolah yang dituju. Atas perintah Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Sinjai Nomor : 824/I630/DP/2003, demi kepentingan dinas untuk
sementara saya ditempatkan pada SMU Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai sambil menunggu
SK. SK definitif dari Bupati Sinjai baru terbit pada tanggal 5 April 2005 bernomor : 820 – 008.
SMU Negeri 1 Sinjai mempunyai jurusan bahasa di kelas 2 dan 3. Tapi saya tetap
diberi tugas mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pengalaman mengajar sebelumnya. Mata
pelajaran bahasa Jerman diampu oleh Drs. Muhannis. Dia juga alumni IKIP Ujung Pandang
jurusan bahasa Jerman.
Saya mengajarkan bahasa Indonesia dari tahun 2003 hingga 2005. Selain mengajar
bahasa Indonesia, saya juga pernah mengajarkan mata pelajaran TIK. Pada waktu itu masih
kurang guru yang dapat mengoperasikan komputer. Saya memiliki komputer sejak masih
bertugas di Luwu, sehingga mempunyai sedikit ilmu tentang komputer. Ilmu itu sempat juga
saya amalkan kepada beberapa siswa SMU Negeri 1 Belopa yang meminta saya untuk
memberikan les komputer pada sore hari semasa bertugas di sana.
Sejak berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bahasa Jerman tidak hanya
diajarkan pada Program Bahasa. Mata pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran pilihan
di Program IPA dan IPS. Dengan demikian jam belajar Bahasa Jerman bertambah. Sayapun
kembali ke habitat semula, mengampu mata pelajaran bahasa Jerman.
Bertahun-tahun tidak pernah mengajarkan bahasa Jerman lagi menyebabkan ilmu saya
semakin berkurang. Maka kembali seperti waktu pertama kali saya diminta mengajarkan
bahasa Indonesia. Saya pelajari kurikulumnya. Saya mengikuti MGMP untuk memperbaharui
kembali pengetahuan saya. Karena seperti itulah ilmu, jika tidak diamalkan dan tidak secara
terus-menerus kita perbaharui dan dicerahkan maka sedikit demi sedikit akan tertelan oleh
masa.
Ikatan Guru Bahasa Jerman (IGBJI) sangat membantu lewat berbagai programnya.
Setiap tahun ada seminar tentang pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Guru
ditantang untuk meningkatkan mutu lewat berbagai jenis lomba akademik; menyusun RPP,
menulis puisi bahasa jerman, menyusun LKS dan lain-lain.
Keaktifan di IGBJI mengantar saya bisa menikmati berbagai pelatihan di tingkat
provinsi maupun di tingkat nasional. Pendidikan dan Pelatihan itu ternyata tidak sia-sia.
Pelajaran dan pengalaman dalam bidang pendalaman materi bahasa Jerman dan metode
didaktik telah membentuk saya menjadi guru yang efektif dan menyenangkan. Ini menurut para
siswa. Ketika saya meminta mereka berkomentar mengenai pengalaman belajar mereka
sebagai bentuk refleksi pada akhir pembelajaran, pada umumnya siswa mengatakan kalau
belajar bahasa Jerman itu menyenangkan dan mudah dipahami. Suasana pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) terus saya upayakan terlaksana selama
proses pembelajaran berlangsung.
Model tempat duduk konvensional yang monoton saya jadikan masa lalu. Tempat
duduk berubah setiap dibutuhkan sesuai karakteristik materi pelajaran. Menurut beberapa guru
‘susah, membutuhkan banyak waktu”. Tapi ternyata tidak, jika siswa sudah terbiasa, maka
begitu ada instruksi, siswa akan segera mengorganisasikan dirinya dan pembelajaranpun akan
segera berlangsung. Kadang memang gaduh, tapi itulah proses yang membutuhkan kreatifitas
seorang guru untuk segera menyelesaikannya. Untuk itu, kadang saya bermimpi sekolah
menganut sistim Moving Class.
Kebanyakan saya menggunakan metode pembelajaran koperatif. Siswa dikelompokkan
secara heterogen. Kelompok kadang berdua, bertiga, berempat, berlima atau berenam,
tergantung dari tujuan dan sasaran pembelajaran sesuai kompetensi yang hendak dicapai.
Berbagai media juga digunakan, saya sesuaikan dengan tujuan, amteri dan perkembangan
siswa. Dalam pembelajaran saya lebih banyak hanya berfungsi sebagai fasilitator. Sesekali saja
saya memberikan penjelasan jika dibutuhkan siswa. Konselor sebaya selalu saya manfaatkan
untuk membantu temannya yang lambat memahami materi atau tugas-tugas pelajaran. Saya
tidak memakai istilah bodoh, karena di dunia ini setiap yang pandai bisa menjadi bodoh dan
yang bodoh bisa menjadi pandai. Perkataan ‘bodoh’ akan menyebabkan siswa merasa tidak
dihargai, padahal salah satu kunci keberhasilan pendidikan itu tergantung pada penghargaan
guru kepada siswanya
Senyum adalah anugrah Tuhan bagi setiap manusia yang mengandung cahaya
kebaikan dan kesucian, membawa kedamaian bagi yang melihat, dan menumbuhkan welas
asih bagi yang memberi. Maka tersenyumlah kepada semua orang. Peringatan ini menjadikan
saya berusaha untuk senantiasa tersenyum kepada siapa saja, termasuk kepada siswa. Jangan
karena menjaga image sehingga senyum menjadi mahal buat anak didik.
Dalam pembelajaran kemampuan kognitif saya pacu seiring kemampuan psikomotorik
dan afektif. Kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, motivasi serta etos kerja yang tinggi
terus dibangun.
Dengan profesi guru yang saya jalankan itu saya berharap, di akhir hayat saya bisa
khusnul khatimah dan menjadi salah satu penduduk syurga-Nya Allah Sang Pemilik yang ada
di langit dan di bumi beserta segala isinya. Olehnya itu, pekerjaan ini saya berusaha jalankan
sebagai bagian dari pengabdian saya kepada Allah SWT, dengan niat Lillaahi Ta’ala. Sehingga
walaupun materi pelajaran bahasa Jerman yang saya ajarkan, namun di setiap pertemuan pasti
ada nilai religius yang saya selipkan di dalamnya.
Saya juga selalu mengarahkan siswa agar menjadikan setiap aktifitas itu sebagai bagian
dari ibadahnya kepada Allah SWT. Jangan berbuat termasuk belajar hanya sekedar untuk
mengejar nilai tinggi, tetapi berniat ikhlas demi membangun dirinya mencapai masa depan
gemilang dunia akhirat. Doktrin itu ternyata membuat siswa bersungguh-sungguh dalam
mengikuti proses pembelajaran dan selalu mengontrol tingkah lakunya, terutama jika
berhadapan dengan kita, gurunya.

C. PRESTASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI


Selama menjadi guru saya telah menulis beberapa karya pengembangan profesi, yaitu
:
1. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kualitas Guru SMU Negeri 1
Belopa (Hasil Penelitian), tahun 1999.
2. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa SMA dengan Metode
Pembelajaran Koperatif (Makalah Pendamping). Tahun 2007
3. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA pada Mata Pelajaran Bahasa Jerman
Melalui Model Pembelajaran Koperatif (Tugas Akhir), tahun 2007
4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Sinjai Melalui Pemberdayaan Zakat Orang
Tua Siswa SMA/Sederajat (Makalah), tahun 2008.
5. Puisi versi Bahasa Jerman dan Terjemahannya dalam bentuk puisi berjudul Wiederanlagen
(Kembali Fitrah), tahun 2009.
6. Bahan Ajar Bahasa Jerman SMA Kelas XII IPA/IPS Semester 1, tahun 2010.

D. PRESTASI DALAM PEMBIMBINGAN SISWA


Sekalipun bahasa Indonesia bukan bidang ilmu saya sesuai ijazah , tapi di SMU
Negeri 1 Belopa saya selalu dipercayakan untuk membimbing siswa ketika akan mengikuti
lomba, baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Beberapa diantaranya yang
masih saya ingat adalah :
1. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia di Tingkat Kabupaten dan menjadi wakil siswa untuk
mengikuti Lomba Pidato pada tingkat provinsi.
2. Juara II Karya Tulis tentang Bahasa Daerah dalam rangka hari Bahasa yang dilaksanakan oleh
Balai Bahasa Sulawesi Selatan.
Selain membimbing dalam bidang tugas utama, saya juga banyak berperan dalam
kegiatan ekstrakurikuler siswa. Salah satu yang paling berkesan adalah pelaksanaan Latihan
Dasar Kepemimpinan Siswa (LDK). Selama ini LDK dilaksanakan sesuai Petunjuk
Pelaksanaan yang telah ada.
Bermodal pertemanan dengan beberapa kader IMM di Kabupaten Luwu, maka saya
bersama suami saya menawarkan model LDK yang diformat sebagaimana pelaksanaan
pengkaderan di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Format tersebut ternyata disetujui oleh
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta guru-guru lain yang terlibat dalam kegiatan
tersebut. LDK dilaksanakan selama 3 hari secara konsinyering. Instruktur didatangkan dari
kader-kader IRM dan IMM, sehingga LDK itu benar-benar dapat terkelola dengan
baik. Silabusnya dipadukan antara materi pokok dan materi keagamaan. Saya salah satu
diantara pematerinya.
Walhasil, luaran LDK itu membuat para orang tua siswa menjadi terpesona. Muncullah
salah satu tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Komite Orang Tua Siswa pada saat itu
menyampaikan kepada Kepala Sekolah agar program itu diteruskan dan dananya disiapkan
oleh Komite sekolah. Menurutnya, kegiatan itu telah mampu merubah karakter siswa dalam
jangka waktu yang cukup singkat, sebuah modal besar bagi generasi muda harapan bangsa.
Maka sejak itu, LDK_LDK berikutnya dirancang seperti yang disebutkan di atas.
Pada waktu itu komputer masih merupakan barang langka. Di sekolah juga belum ada.
Oleh karena itu banyak siswa yang meminta agar saya memberikan les komputer pada sore
hari. Meskipun ilmu yang saya miliki masih sangat kurang, tapi saya berusaha memenuhi
permintaan siswa dengan mengajarkan sedikit yang saya tahu. Untuk membantu, saya membeli
buku komputer yang bisa dijadikan pedoman bagi siswa untuk berlatih.
Setelah pindah ke SMA Negeri 1 Sinjai, kegiatan membimbing siswa baru saya jalani
setelah mengajarkan kembali bahasa Jerman. Seperti saya sebutkan sebelumnya bahwa Ikatan
Guru Bahasa Jerman aktif melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan minat
serta kualitas baik untuk guru maupun siswa. Gebyar bahasa Jerman merupakan kegiatan akbar
tahunan yang pesertanya berasal dari Sul-Sel, Sultra dan Sul-Bar.
Dalam event ini terdapat berbagai jenis lomba. Ada lomba utama dan hiburan. Lomba
utamanya meliputi, lomba cepat tepat, berbicara, menulis surat, tata bahasa, kosa kata, peta
buta, melukis. Sedangkan lomba hiburannya dikelompokkan sesuai jenis hiburannya,
misalnya, tari, cerita rakyat, menyanyi dan lain-lain. Dari sekian jenis lomba banyak sekali
juara yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Sinjai. Yang terbaik adalah ketika siswa SMA
Negeri 1 Sinjai menjadi juara 1 Lomba cepat tepat pada tahun 2010. Padahal diantara lawannya
ada siswa peserta olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional.
Saya juga kadang membawakan materi pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan yang
dilaksanakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Sinjai. Demikian pula di sekolah lain, diantaranya di
SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Materi yang diberikan kepada saya Kepemimpinan atau Retorika.
Pada beberapa kegiatan Mahasiswa di Sinjai saya sering diminta membawakan materi, seperti
akhlak, keluarga sakinah, kerumahtanggaan dan lain-lain.
Adalah manusiawi jika sebuah prestasi membuat kita bangga. Bangga karena upaya
yang telah dilakukan mendapatkan perhatian. Pekerjaan guru sepatutnya memang menjadi
kebanggaan, apalagi kalau sudah berstatus sebagai guru berprestasi. Tidak semua guru
mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar itu. Dan yang paling penting bahwa guru
merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. Sederet pekerjaan yang tidak akan mampu dilakukan tanpa jiwa pengabdian.
Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, guru tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang kokoh sehingga dapat
menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga, maupun masyarakat. Selaras dengan
kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM)
sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin strategis
untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi era global. Era global
menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional,
regional, maupun internasional. Olehnya itu guru harus mampu mengilhami siswa agar dapat
membangun masa depannya yang sarat tantangan dan terus berubah.
Karena mulianya pekerjaan guru itu, kesuksesannya dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan dan melatih siswa menjadi lebih baik tidak hanya diapresiasi oleh
pemerintah, tetapi mendapatkan penghargaan langsung dari Allah SWT berupa amal jariah,
suatu hadiah yang maha dahsyat.
Memang, pekerjaan guru adalah pengabdian, dan guru berprestasi merupakan
kebanggaan. Hanya kebanggaan itu hendaklah diwujudkan dalam bentuk kesyukuran, dengan
berusaha berbuat yang lebih baik, bukan kesombongan yang mungkin saja akan menjadi
penyulut api neraka di kehidupan yang kekal. Na’udzu Billaahi Mindzaalik.
Walaa tusha’ir khaddaka linnaasi wa laa tamsyi fil ardhi maraha. Innallaaha laa
yuhibbu kulla mukhtalin fakhuur. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. . Sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” ( Q.S Al-Luqman : 18)

BAB III : PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT


Saya sudah berkeluarga sejak bulan Februari 1993. Drs. Jamaluddin Burung menjadi
suami pilihan Allah untuk saya, bukan pilihan ortu. Mengapa saya mengatakan demikian?
Karena saya menikah dengannya berdasarkan hasil shalat sunat istikharah (shalat sunat
meminta petunjuk dalam memilih).
Selama bergelut di IMM saya benar-benar menjaga hijab dengan laki-laki yang bukan
muhrim saya. Kebetulan saya sering membawakan materi Adabul Mar’ah Fil Islam” (Adab
Wanita dalam Islam) di Pengkaderan. Istilah pacaran yang bagi sebagian besar anak muda
menjadi sebuah kebanggaan sangat menjijikkan bagi saya. Hal ini karena di hati saya sudah
tertanam keyakinan bahwa umur, rezeki dan jodoh itu telah ditentukan oleh Allah. Demikian
pula saya sangat yakin dengan janji Allah bahwa orang baik-baik akan dipertemukan dengan
yang baik-baik pula demikian sebaliknya orang yang tidak baik akan dipertemukan dengan
sesamanya. Maka, untuk mendapatkan orang yang baik saya harus memulai memperbaiki diri
terlebih dahulu.
Saya sangat mendambakan seorang suami yang shaleh, yang dapat membimbing saya
ke jalan yang diridhai Allah, yang dengannya saya berharap melahirkan anak-anak yang bisa
menjadi Qurrata A’yun, hidup dalam keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Olehnya itu,
saya sangat berhati-hati dalam menentukan pilihan dan harus dimulai dengan proses yang benar
menurut syar’i. Alhamdulillah suami saya seperti yang saya idamkan, seorang suami yang
penyayang, penuh pengertian dan mampu menjadi pemimpin yang baik dalam rumah tangga.
Yang paling membuat saya bersyukur kepada Allah karena dia tergolong shaleh.. Sekalipun
ia guru bahasa Jerman, tapi ia bisa menjadi imam di dan baca khutbah di Masjid pada hari
Jumat serta menjadi sosok tokoh masyarakat yang cukup disegani.
Pertama kami menjalani hidup berumah tangga, kehidupan ekonomi carut-marut. Kami
berdua belum mempunyai pekerjaan tetap. Dalam sebulan beruntung kalau bisa memperoleh
uang sebanyak Rp.30.000. Padahal waktu saya kuliah uang bulanan dari orang tua Rp. 40.000
ditambah beasiswa sebesar Rp. 40.000/bulan, kue-kue tak pernah alpa. Suasana yang cukup
sulit bagi seorang istri yang tidak memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi.
Menghadapi kenyataan hidup seperti itu, diusia 6 bulan kehamilan anak pertama, saya
bertekad untuk berangkat ke Kendari mengadu nasib. Suamiku menyusul kemudian karena ia
harus menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah tempat ia mengabdi. Namun, ternyata kami
berdua tidak berhasil dan terpaksa harus kembali ke kampung, karena sudah menjelang
melahirkan. Tanggal 10 Desember 1993, anak saya lahir. Cantik, lucu dan saya beri nama
Anugrah Az-Zahra Jamal.
Setiap tahun kami ikut ujian seleksi calon pegawai negeri sipil, tapi setelah anak saya
berumur 3 tahun barulah kami lulus, yakni pada tahun 1995. Bersyukur, kami berhasil tanpa
melalui jalur yang kebanyakan orang jalani. Menyuap atau menyogok, kata yang sangat
berbahaya karena ancamannya adalah neraka. Jauh sebelum dilarang oleh Negara, jauh
sebelum Luthfi Hasan dan Fathanah ditahan karena kasus suap, Rasulullah sudah mewanti-
wanti agar tidak melakukan hal itu. Sabda beliau “yang memberi dan menerima sama-sama
neraka”.
Alhamdulillah pada bulan Februari 1996 saya berpindah ke Kabupaten Luwu karena
tugas. Sewaktu tinggal di Kec. Belopa saya aktif membawakan pengajian di beberapa majelis
taklim dan kelompok pengajian. Saya juga meluangkan waktu di rumah untuk melatih beberapa
orang guru, pegawai dan ibu-ibu darmawanita SMU Negeri 1 Belopa membuat pola pakaian
dan menjahit. Sebelum saya menjadi PNS semasih tinggal di Makassar saya mengelola
konveksi pakaian muslimah milik teman adik saya. Disamping itu saya pernah ikut kursus
menjahit tingkat dasar hingga tingkat mahir.
Pada tanggal 8 Desember 1996 lahir anak kedua saya, seorang putri mungil yang saya
beri nama Hikmah Shabriani Jamal. Nama itu saya berikan karena kesabaran kami selama ini
menjalani hidup yang serba susah ternyata membawa hikmah. Pada tahun 1998 lahir lagi anak
ketiga, gadis manis bernama Khairunnikmah Jamal. Yang keempat namanya Mukhlishah
Jamal dan yang terakhir seorang laki-laki yang sudah lama kami idam-idamkan. Ia saya beri
nama Ahmad Hafidz Jamal.
Setiap saya hamil tak henti-hentinya saya memohon agar dikaruniai anak anak
shaleh/shalehah. Sebagai orang tua saya berusaha memperkenalkan Al-Qur’an sedini mungkin
kepada anak-anak kami. Kami mengajar sendiri anak-anak mengaji di rumah. kecuali anak ke
3,4 dan 5, karena saya sudah tinggal di Sinjai, dan kebetulan saya mendirikan TK/TPA di
Masjid, dimana saya diamanahkan menjadi salah seorang pengajar sekaligus Kepala Unit,
sehingga mereka mengajinya di masjid. Tapi kami tetap membimbingnya di rumah.
Kebiasaan bangun sebelum subuh bagi anak-anak kami latih sejak dini. Semaksimal
mungkin saya usahakan anak-anak bersama kami shalat shubuh di masjid. Sejak kelas 3 SD
anak-anak sudah kami latih untuk mencuci dan menyeterika sendiri pakaiannya. Olehnya itu,
saya tidak merasa terlalu repot mengurusi anak-anak. Pagi-pagi tanpa saya arahkan mereka
sudah siap ke sekolah.
Sebelum ke sekolah saya haruskan mereka meminta izin dengan menyalami saya
sambil cipika-cipiki. Saya tidak akan menjabat tangannya kalau dia berdiri pada saat saya
duduk. Dia juga harus duduk. Ini pembiasaan untuk berlaku hormat dan menanamkan rasa
kasih dan sayang terhadap orang tua.
Saya tidak membiasakan memberikan uang jajan berlebihan kepada anak-anak. Setiap
anak saya jatahkan perbulan. Uang jajan itu hanya untuk digunakan di sekolah. Yang sudah
besar saya minta untuk mengelolanya sendiri sedangkan yang masih duduk di bangku SD saya
minta kakaknya yang mengatur. Ini Latihan memenej uang agar dapat merencanakan
pengeluaran sesuai kemampuan. Kepada anak-anak juga kami tekankan agar berbelanja sesuai
kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan. Sehingga termasuk jajan, harus beli makanan yang
dibutuhkan, bergizi dan tidak berbahaya bagi tubuh. Saya tidak membiasakan anak-anak jajan
ketika sudah berada di rumah. Dia harus terbiasa memakan makanan yang disiapkan. Mendidik
mereka menghargai jerih payah orang tua dan melatih mereka tidak hidup boros.
Dalam hal belajar juga anak-anak saya tidak membuat susah orang tua. Mereka tanpa
disuruh akan belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah. Kecuali kalau ada yang tidak
dimengerti barulah bertanya kepada kami. Karena kebiasaan itu, Alhamdulillah anak-anak
kami cukup berprestasi.
Anak pertama yang kini kuliah di UNISMUH Makassar pada Fakultas Kedokteran,
sejak SD selalu juara kelas, mengikuti Lomba Mengarang antar murid SD di Tingkat
Kabupaten, mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran semasa SMP dan SMA, dan mewakili Siswa
SMA Sulawesi Selatan dalam Lomba Karya Ilmuiah Remaja (KIR) dan Jambore Nasional LIPI
di Bangka. Pada Lomba ini ia sempat mendapat penghargaan. Di sekolah juga ia aktif sebagai
pengurus OSIS, jabatan terakhirnya adalah bendahara umum. Dia juga aktif sebagai pengurus
Remaja Masjid.
Sejak kecil anak sulung saya ini bercita-cita menjadi dokter. Makanya, sewaktu lulus
SMA, dia tidak mau mendaftar di jurusan lain. Semua pilihannya jurusan kedokteran. Namun
ternyata ia tidak lulus baik pada seleksi PMJK, Jalur Undangan maupun SMPTN. Dia sempat
ciut karena dicemoh oleh omnya di Makassar. Dia menelpon saya dengan nada sedih. Ummi,
malu-maluka, masa nabilangika om “liatko itu Arham, sepupu sekalimu bebas teski tauwwa di
jurusan sejarah UNM, kau itu apa, tidak ada nululusi.” Dalam keterpurukan seperti itu, batin
saya berkata “anakta butuh motivasi”. Masalah seperti itu bagi saya masalah biasa, bukan hal
liar biasa. Kegagalan bagi manusia adalah dinamika hidup yang harus dan mesti dilalui. Maka
tidaklah pantas kita manusia menjadi lemah karena sebuah kegagalan. Ingat ! kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda. Allah berfirman :”Inna ma’al usri yusra. Fainna ma’al usri
yusra Sesungguhnya sesudah kesulitan iti ada kemudahan. Tinggal bagaimana kemampuan
kita memanage kesulitan itu menjadi sebuah titian menuju kesuksesan yang pasti menanti kita.
Ayat-ayat Allah itu saya jadikan pemompa semangat buat anak saya agar terus berjuang untuk
meraih cita-citanya. Saya katakan padanya ; “gagal itu nak tidak berarti berhenti sampai di situ.
Kita harus bersifat kesatria dalam menghadapinya.. Tidak apa-apa kita sedih, karena itu sifat
manusia memang. Tapi kita harus yakin, bahwa ketika Allah menurunkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan kita, pasti ada hikmahnya, yang salah satu di antaranya, Allah
menenyiapkan tempat lain untuk kita yang menurut-Nya akan jauh lebih baik.
Inna wa’dallaahi haqqa. Sesungguhnya janji Allah itu maha benar. Anak saya lulus di
Fakultas Kedokteran UNISMUH Makassar. Perguruan Tinggi yang cukup saya kenal, karena
hari-hari saya semasa aktif di IMM dulu kebanyakan bermarkas di sana. Saya tahu persis
bagaimana program-programnya yang dapat menciptakan generasi muda seperti yang
diharapkan. Kurikulumnya yang mengintegrasikan antara materi kuliah dengan keagamaan.
Pimpinan dan Dosen-dosennya yang menurut lumayan berkualitas, karena di samping prestasi
akademiknya yang memang di atas rata-rata, pada umumnya mereka sebelumnya aktifis IMM.
Saya terharu ketika melihat kamar anak saya dipenuhi dengan tulisan Asmaul Husna,
Saya tanya “untuk apa itu nak”. Seperti biasanya anak saya menjawab manja. “Anu Ummi,
mauka ikut seleksi pengurus IMM di komisariat. Saya kan bisami Ummi, ka sudahma ikut
DAD (Darul Arqam Dasar, tingkatan LDK tingkat Dasar di IMM), tapi anu Ummi, diujiki, na
salah satu syaratnya itu haruski lancar menghafal Asmaul Husna dengan artinya.
Alhamdulillah, itulah hikmah dari ketidakluluan anak saya di PTN.
Kuliah di Perguruan Tinggi swasta memang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Tapi bagi kita guru tidak perlu galau. Bukankah ada tunjangan profesi yang sangat cukup untuk
itu ? .
Anak kedua sekarang menjelang kelas XII di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Seperti
kakaknya, ia juga selalu juara kelas sejak di SD, Juara I menghafal surah-surah pendek Al-
Qur’an dari tingkat Desa sampai tingkat Kabupaten, wisudawan terbaik Kursus AA English
tingkat SMP. Karena prestasinya itu ia mendapatkan hadiah serta tabungan Junior BRI gratis
senilai Rp.250.000. Ia pernah mewakili kabupaten sinjai mengikuti Festifal Anak Shaleh
tingkat Provinsi Sul-Sel di Palopo karena ia meraih juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris di
tingkat Kabupaten. Dua kali mengikuti Olimpiade Astronomi di tingkat kabupaten dan baru-
baru ini menjadi duta Sulawesi Selatan pada Olimpiade Bahasa Jerman tingkat Nasional di
Jakarta. Sekarang dia menjabat Sekretaris Umum OSIS di dan aktif dalam kegiatan ROHIS di
sekolahnya.
Anak ketiga tahun ajaran baru nanti akan masuk SMA, dan dia juga cukup berprestasi.
Ia pernah mengikuti Olimpiade Fisika tingkat kabupaten, sedangkan anak keempat sudah kelas
empat SD yang juga selalu juara kelas. Anak kelima yang paling gagah di keluarga kami, baru
sebulan yang lalu meninggal. Tapi dia anak yang cerdas. Di usia 4 tahun dia sudah bisa adzan
dan mampu memimpin do’a di depan teman-teman mengajinya di TKA/TPA, Subhaanallah.
Dalam kehidupan sosial saya juga tidak tinggal diam. Selama di Sinjai ini saya aktif di
PKK Desa. Saya membina kelompok Usaha Bersama Ibu-Ibu PKK di desa Kampala. Sebagai
ketua, saya sering mengikuti pelatihan managemen usaha yang dilaksanakan oleh Dinas
PERINDAG Kabupaten Sinjai. Sebagai Pengurus Karang Taruna, saya juga pernah mengikuti
pelatihan Kecantikan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai.
Selain yang saya sebutkan di atas dalam bidang keagamaan, saya aktif sebagai pengurus
Majelis Taklim, sebagai Kepala Sekolah Unit TK/TPA Nurul Iman, dan pernah mengikuti
Workshop Pengembangan Diniyah Takmiliyah yang dilaksanakan oleh Pekapontren Kantor
Agama Kabupaten Sinjai untuk dipersiapkan menjadi Kepala Sekolah Diniyah. Diniyah sudah
berjalan sejak keluar izin operasionalnya. tapi saya hanya menjadi Tenaga Administrasi dan
meminta suami saya menjadi Kepala Sekolah karena bersamaan dengan itu saya juga
diamanahkan sebagai bendahara Koperasi di sekolah kami, KPRI Karya Sehat SMA Negeri 1
Sinjai. Tugas baru ini membuat saya cukup sibuk. Selama menjabat bendahara koperasi, sudah
3 kegiatan pelatihan perkoperasian yang saya ikuti. Managemen usaha dan pembukuan
dipelajari di sana.
Pada pemilihan Pimpinan Aisyiyah (organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak
di bidang perempuan) cabang Sinjai Timur periode 2010-2015 suara terbanyak memilih saya
sebagai ketua umum, tapi saya menolak dan masih ingin belajar sebelumnya. Dan akhirnya
saya ditempatkan sebagai sekretaris umum. Saya juga tercatat sebagai salah seorang pengurus
Korps Muballigh di kecamatan Sinjai Timur.
Dal;am organisasi profesi, saya menjadi pengurus PGRI di SMA Negeri 1 Sinjai dan
di Organisasi Wanita PGRI Kabupaten Sinjai. Saya juga sekarang menjabat sekretaris umum
Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan.

BAB IV : HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG


Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa harapan saya, diantaranya
:
- Saya memimpikan memiliki ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Jerman, sehingga
kelas bisa secara maksimal digunakan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dan
bermakna, demikian pula untuk mata pelajaran yang lain.
- Saya membayangkan semua guru lulus tes kemampuan ESQ, sehingga siswa tidak hanya
dijejali dengan berbagai teori yang belum tentu akan dapat membangun generasi muda untuk
masa depannya.
- Saya mengimpikan siswa pulang ke rumahnya di siang hari dalam keadaan menyukai diri
mereka sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari.
- Saya mengharapkan iklim sekolah yang diwarnai ketertiban, kesantunan, prestasi yang melejit
karena pemahaman dan pembiasaan mengamalkan ajaran agama secara kontinyu.
Untuk itu, di masa yang akan datang saya berencana merintis berdirnya sebuah lembaga
pendidikan yang di dalamnya harapan-harapan di atas dapat terwujud, Amin.
Demikianlah beberapa hal yang dapat saya gambarkan tentang diri saya, semoga ini
bisa menjadi bahan evaluasi diri yang diberkahi Allah SWT. Dalam makalah ini saya hanya
memaparkan sisi-sisi positif yang telah saya lakukan selama ini. Tapi semoga saya juga tidak
melupakan untuk terus menggali sisi-sisi negatif yang ada pada diri saya. Sebagai manusia
yang memang diciptakan oleh Allah dengan berbagai kekurangan, setiap saat harus selalu
bermuhasabah, agar tidak tenggelam dalam euphoria keberhasilan semu. Keberhasilan yang
saya harapkan adalah keberhasilan yang membawa rahmatan lil ‘alamin. Manfaat untuk diri
sendiri dan orang lain serta yang dapat menjadi deposito guna mencapai kehidupan yang lebih
layak setelah perhitungan di hari kemudian.
Akhirnya, hanya kepada Allah saya kembalikan keberhasilan itu, karena sesungguhnya
semua itu milik Allah dan pada saatnya nanti akan ditarik-Nya kembali. Semoga ampunan dan
magfirah tetap dicurahkan kepada kita semua, Amin yaa Rabbal ‘Alamin.
Dan sebagai penutup saya mengajak, marilah kita camkan kata-kata bijak berikut
: Cintailah yang memberi nikmat dan jangan engkau cintai nikmat yang diberikan, agar
selamat dunia akhirat.
Ingat !!! guru berprestasi itu adalah salah satu nikmat.
MENGAPA SAYA LAYAK MENJADI GURU BERPRESTASI

MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI


GURU BERPRESTASI

Diajukan oleh

Nama : SUPARJO, S.Pd


NIP /NUPTK : 196711021992031005
Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 GUMELAR
Kabupaten : BANYUMAS
Provinsi : JAWA TENGAH

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI SMP/MTz


TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2012

BAB I
LATAR BELAKANG

A. Cita –Cita Sejak Kecil


Guru merupakan cita-cita saya sejak masih dibangku sekolah dasar, dengan alasan yang
cukup sederhana yaitu: “orang yang mengajarkan ilmu keabaikan kepada orang lain akan
mendapatkan derajat yang tinggi disisi Alloh”. Jika ilmu yang saya ajarkan diajarkan ke orang
lain lagi dan memberi manfaat, maka akan mendapatkan pahala dan derajat semakin tinggi.
Dengan inilah saya mencintai profesi saya sekalipun dulu belum banyak yang berminat ingin
menjadi guru. Dari 48 delapan siswa sekelas saya ketika di SMA hanya 6 siswa yang mendaftar
menjadi guru.
Untuk mewujudkan cita –cita saya itu, saya harus belajar dengan disiplin dan bisa
membagi waktu serta berjuang mati-matian. Bagimana tidak? saya dilahirkan oleh ibu saya
pada keluarga miskin yaitu petani buruh. Dengan beban keluarga 5 anak bapak harus bekerja
keras mencari nafkah supaya bisa bertahan hidup saja sudah suatu anugerah. Setiap hari sehabis
pulang sekolah saya makan sholat dan istirahat sebentar terus ke sawah mencari rumput untuk
memberi makan 2 ekor sapi yang digunakan untuk buruh membajak sawah.

Biaya sekolah saya sebagian dibantu oleh kakak yang sudah bekerja di pabrik
textile Randu Sari, Teras, Boyolali. Saya tidak mungkin bisa melanjutkan kuliah dengan
kondisi seperti ini. Pada awal semester 6 ketika SMA saya ikut mengisi formulir PMDK (
Penelusuran Minat Bakat dan Kemampuan) yang diberikan sekolah, karena pertimbangan
biaya saya memilih jurusan fisika IKIP Semarang dengan program pendidikan Diploma III.
Alhamdulillah saya terbawa. Karena senangnya orang tua saya akan dibiayahi dengan resiko
apapun yang penting bisa kuliah. Dan lulus IKIP Semarang tahun 1990.
Saya tinggal di Purwokerto, tepatnya kelurahan Tanjung, setiap pagi saya harus
berangkat menuju SMP Negeri 1 Gumelar yang jaraknya 40 kilo meter kearah barat daya.
Sungguh perjuangan yang berat harus melewati pegunungan kapur dengan jalan berliku,
tanjakan dan turunan tajam. Karena itu adalah pilihan hidupku, saya tidak boleh merasa
terbebani oleh pkeputusanku sendiri menjadi guru. Setiap setengah enam pagi saya sudah
bersiap- siap untuk berangkat supaya tidak terlambat sampai di sekolah. Dalam kondisi apapun
saya berusaha agar tidak terlambat, supaya anak bisa mencontoh guru yang disiplin dan tepat
waktu.
Banyak teman –teman yang menyarankan supaya saya pindah ditempat yang lebih
dekat, namun saya masih pikir –pikir karena selama 20 tahun saya mengajar di SMP Negeri 1
Gumelar belum ada satupun drop-dropan guru yang ijazahnya pendidikan fisika. Mungkin ini
cobaan saya agar berlatih sabar. Sebagai manusia biasa saya juga ingin dekat dengan tempat
bekerja namun karena pengganti saya jurusannya belum tepat, saya belum tega untuk
melepaskan karena terbayang nilai anak-anak tidak sesuai harapan jika diajar oleh guru yang
bukan jurusannya. Kadang –kadang saya merasa kurang semangat kalau mau berangkat hujan
deras, karena ingat tugas, tanggung jawab dan ingat guru adalah
keputusanku saya tetap berangkat dengan senang hati, dengan mantel dan memakai sepatu
boot agar dalam perjalanan merasa nyaman dari cipratan air hujan maupun kendaraan lain.
Sebagai tuntutan guru yang harus memiliki kualifikasi akademik dan agen
pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
Tujuan Pendidikan Nasional ( permendiknas no 16 tahun 2007) jauh sebelumnya saya
berusaha untuk belajar. Saya diangkat pertama kali menjadi CPNS mulai tanggal 1, Maret
1992 dengan golongan pangkat II/c dan ijazah yang saya memiliki Diploma III/ Akta Mengajar
III. Saya berusaha untuk meningkatkatkan kualifikasi akademik, dengan meneruskan kuliah
lagi tahun 1995 mumpung anak masih kecil belum banyak tuntutan biaya di Universitas
Terbuka UPBJJ Purwokerto dan tahun 1997 saya lulus Srata 1. Agaknya nasib
saya semakin membaik tahun 2009 saya sudah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat
pendidik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
B. Motivasi Saya Mengikuti Pemilhan Guru berprestasi

Pada saat rapat cecking panitia Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012 tanggal 18
April 2012 kepala sekolah membacakan surat edaran dari kepala dinas pendidikan kabupaten
Banyumas yang berisi pemilihan guru berprestasi. Dan akhir rapat dibentuklah panitaia seleksi
pemilihan guru berprestasi tingkat sekolah yang terdiri atas kepala sekolah unsur komite, guru
senior dan pengawas. Selama kurun waktu 2 minggu terpilihlah 4 kandidat yang akan diseleksi
administrasi, dokumen portofolio dan mengikuti tes wawancara. Dan alhamdulillah saya
mendapat nilai tertinggi terpilih mewakili SMP Negeri 1 Gumelar untuk maju ke tingkat
kabupaten.

Atas dorongan,ucapan selamat dan semangat dari teman- teman, ketua komite
dan perwakilan OSIS saya harus segera menyiapkan segala persyaratan untuk maju ketingkat
kabupaten. Inilah yang mendasari mengapa saya mengikuti pemlihan guru berprestasi. Saya
berbekal semangat dan bersungguh- sungguh karena diberi amanat menjalankan tugas untuk
membawa nama baik saya dan sekolah. Padahal sebelumnya saya belum ada gambaran
mengikuti lomba guru berprestasi.

C. Visi dan Misi


Saya memiliki prinsip hidup yang diajarkan orang tua yaitu menjadi orang yang berguna
bagi diri sendiri, keluarga dan lebih besar lagi masyarakat bangsa dan negara. Visi saya sebagai
guru adalah: “Menjadi guru professional yang dicintai dan disegani siswa” . Selama saya
menjadi siswa hingga menjadi guru selama 20 tahun saya mengamati para pola pikir siswa.
Seorang siswa akan mengidolakan dan senang pada guru apabila : nilai ulangan siswa bagus,
mengajarnya mudah diterima, memberi motivasi siswa untuk maju, membimbing siswa dengan
sabar, guru bisa memberi rasa aman saat suasana belajar (smart). Untuk itu saya berusaha
mewujudkan keinginan siswa itu.
Untuk mewujudkan visi itu saya memiliki missi yaitu: 1) selalu disiplin menjalankan
tugas.2) memberikan pengajaran yang menarik berganti –ganti metode dan model
pembelajaran sesuai materi, 3) memberi penghargaan ( reward ) pada anak yang berhasil
memecahkan masalah 4) menamkan kejujuran saat ulangan dan berperilaku 5) menanmakan
sopan santun saat berbicara dan bersikap. Saya terinspirasi oleh guru kimia saat saya sekolah
di SMA Negeri 2 Boyolali yaitu bu Dra.Srie Hastuti dengan kegigihanya beliau bisa menjadi
guru kimia. Saat belajar sudah ngantuk tetapi keinginan untuk mendapat nilai tinggi harus
tercapai, telapak kaki dimasukan kedalam ember yang berisi air dingin supaya ngantuknya
hilang. Beliau berkata : “dengan usaha yang keras pasti akan diberi jalan”.

BAB II
SIAPAKAH SAYA
A. Prestasi Kerja
Dengan bekal mencintai profesi saya sebagai guru berusaha untuk bisa memenuhi
tugas saya : 1)memiliki pemahaman wawasan pendidikan 2) memahami peserta didik
3)merencanakan pembelajaran 4)melaksanakan pembelajaran, mendidik dan dialogis
5)mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
siswa. Dengan usaha yang keras dan semangat yang tinggi pasti akan membuahkan hasil yang
baik. Semangat itulah yang menyulut kembali saat saya sedang kurang bergairah untuk
mengajar mendidik dan membimbing.
Hasil yang kami peroleh Nilai Ujian Nasional selama 3 tahun sebagai berikut:
Tahun Nilai Ujian Nasional Keterangan
Pelajaran B. Matematika B. Inggris IPA
Indonesia
2008/2009 7,81 8,08 5,78 7,52
Nilai tertinggi 10.
2009/2010 8,07 6,55 5,98 7,29 Diraih 2 siswa
Nilai tertinggi 10.
2010/2011 7,66 6,31 6,25 8,07 Diraih 2 siswa

Hasil kerja keras kami dan rekan guru biologi ternyata menghasilkan nilai yang
lumayan. Nilai maksimal siswa memperoleh nilai sempurna 10 tahun 2010 dua siswa dan
tahun 2011 dua siswa lagi. Dari perolehan ujian nasional 3 tahun berturut turut IPA tetap diatas
7,00 dan memenuhi nilai standard nasional dan bahkan mendorong nilai yang lain untuk
memenuhi syarat pengajuan menjadi Calon Sekolah Standar Nasional (CSSN ). Pada tahun
pelajaran 2010/2011 IPA memperoleh nilai tertinggi dari mata pelajaran yang lain di SMP
Negeri 1 Gumelar. Dan IPA memperoleh peringkat 5 Kabupaten sekolah negeri dan peringkat
ke 7 untuk sekolah negeri dan swasta. Nilai ini kalah jika dibandingkan dengan sekolah favorit
namun kalau dilihat dari segi perjuangan saya jauh lebih susah. Bagi guru disekolah -sekolah
favorit nilai sepertiyang saya capai, biasa saja karena input disekolah favorite sudah tinggi,
setelah lulus punya harapan besar untuk melanjutkan. Selain input siswa bagus, siswa kota
masih les privat diluar sekolah. Sedang siswa saya adalah siswa di daerah pinggiran yang kalau
disuruh sekolah gratis saja susah. Di SMP Negeri 1 Gumelar terletak di desa yang jauh dari
perkotaan kebanyakan siswa yang sekolah hanya dari lingkungan setempat. Dan kebanyakan
setelah lulus SMP langsung bekerja di Jakarta jadi pelayan toko, pembantu rumah tangga
bahkan kuli bangunan.

Mengajar ditempat seperti ini sulit sekali untuk membangkitkan motivasi apalagi orang
tua kurang begitu mendukung. Banyak orang tua yang bekerja di Saudi Arabia, Malaysia,
Taiwan dan Korea. Masalah penampilan mungkin tidak ketinggalan dengan siswa perkotaan.
Mulai HP canggih, perhiasan, motor, tetapi kalau urusan belajar susahnya minta ampun. Anak
yang dibesarkan hanya dengan uang bukan kasih sayang lebih sukar diatur dibandingkan
dengan siswa yang dibesarkan dengan motivasi, dorongan orang tua, pengawasan dan kasih
sayang.

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimiliki siswa, saya berusaha membimbing siswa untuk mengikuti lomba yang sesuai dengan
bidang yang saya ampu melalui ekstrakurikuler KIR Sains Fisika. Dari usaha tersebut saya
mampu mengantarkan beberapa siswa sampai memperoleh hasil sebagai berikut:
No Nama Siswa Lomba Kejuaraan hasil Tahun
1 Galih Nur Afnani Olympiade Fisika Juara 2 Kabupaten 2005
2 Sely Dwi Lestari Olympiade Fisika Juara 3 Kabupaten 2006
3 Fitriana Ratih Ariningrum Olympiade Fisika Harapan 3 2009
4 Ratih Setiasih Olympiade MIPA Kabupaten 2012
SMA Ajibarang Juara 1 Kabupaten

Disamping membimbing siswa saya juga pernah dipercaya membimbing teman


sejawat antara lain pada acara:
No Nama Kegiatan Tempat Materi Tahun
1 Workshop Desain Pembe- UPMP Penyusunan silabus 2007
lajaran
2 Program Revitalisasi Banyumas Karya Tulis Ilmiah 2009
MGMP
3 Workshop KTSP SMPN 1 Gumelar Penyusunan silabus 2009
4 Workshop PTK SMPN 1 Gumelar Penelitian tindakan 2009
Kelas
5 Program literasi ICT Dasar SMP N 3 Purwokerto Windows Explorer 2009
Tahap 1
6 Program literasi ICT Dasar SMP N 3 Purwokerto Windows Explorer 2009
Tahap 2
7 Pelatihan guru mapael Balai Pertemuan kelu- Soal persiapan UN 2010
yang diujikan secara rahan Purwokerto
Nasional Timur
8 Workshop bintek KTSP SMPN 1 Gumelar Model pembelajaran 2011
Kontekstual

Dilingkungan sekolah saya juga pernah diberi tugas tertentu mulai petugas piket
hingga wakil kepala sekolah. Tugas tertentu yang pernah diberikan saya antara lain: adalah:
No Nama Jabatan Tahun Tugas Nama Kepala Sekolah

1. Kesiswaan 2001—2003 Suwatno

2 Kurikulum 2003—2005 Daud Dwi Sudarto, S.Pd


3 Kurikulum 2005—2007 Daud Dwi sudarto, S.pd

4 Wakil Kepala Sekolah 2007—2009 Dibyo Yuwono, S.Pd

5 Humas 2009--sekarang Drs. Purnomo sidi

Sebagai guru untuk menambah pergaulan saya ikut organisasi profesi MGMP, PGRI
maupun Pengurus RT.
Data menjadi mengikuti organisasi
No Nama orga- Kedudukan dalam Tahun Nama Pimpinan
nisasi Organisasi
1 MGMP Ketua 2000-2003 Muh. Ardani, S.Pd,M.Pd
2 MGMP Bendahara 2003-2005 Drs. Sutjipto DS

3 PGRI Wakil Ketua 2003-2005 Drs. Tursim

4 RT Sekretaris 2005-2009 Wahyu Adhi


Fibriyanto,S.STP
5 MGMP Bendahara 2005-2009 Drs. H. Haris Nurtriono,
M.Si
6 MGMP Sekretaris 2009-2011 Drs.Purwadi Santoso,
M.Hum

B. Pengalaman Sebagai Guru


Pada tahun 1993 ada lomba guru mengenai karya ilmiah dengan berbekal
kemampuan yang sedikit saya mencoba ikut barang kali bisa menambah pengalaman saya
membuat karya ilmiah dengan judul “ Pengaruh Grafitasi Bumi Terhadap Cahaya Matahari
“ dan Alhamdulillah pada ulang tahun UNSOED tersebut makalah saya diikutkan dalam
seminar dan saya menjadi penyaji makalah penunjang. Pada tahun 2003 ada lagi lomba
menulis karya ilmiah PTK pada waktu itu saya belum mengenal sedikitpun makalah PTK atas
usul kepala sekolah waktu itu bapak Daud Dwi Sudarto saya disuruh mengikuti, tanpa bekal
pengetahuan sama sekali tentang PTK saya membuat sebisanya, kalau sekarang melihat
makalah saya sendiri saya jadi malu rasanya, karena tidak berbunyi sama sekali. Namun itu
menjadi berkah bagi saya, karena saya bisa diikutkan SIMPOSIUM GURU ke VI tingkat
Nasional di Kota Batu Malang JATIM.
Dari sini kami melihat presentasi wakil dari semua provinsi di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesaia sehingga saya banyak sekali memperoleh wawasan mengenai
PTK. Bermacam –macam model pembeljaran sebagai dasar PTK. Pengalaman ini membuat
saya semakin beinstrosfeksi untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar dengan baik dan
menyenangkan, ternyata di dunia luar itu sudah begitu hebat –hebat sementara saya masih jauh
tertinggal. Tahun 2005 ada tes penjaringan PTBK ( Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi ) saya dan rekan rekan IPA dari kabupaten Banyumas terpilih 5 orang untuk
mengikuti ToT tingkat nasional di PPPG Bandung yaitu: Suhriyanto dari SMP N 2 Baturaden,
Rumbiyono dari SMP N 3 Purwokerto, Suparjo dari SMPN1 Gumelar ( saya sendiri ), Imam
Sujono dari SMPN 4 Purwokerto, dan Tugino dari SMP N 2 Sumbang. Pada Pelatihan ini
saya dan rekan- rekan memperoleh banyak sekali pengalaman baik materi maupun model
pembelajaran kurikulum dan penjelasan KTSP pertama yang sedang dalam proses akan
diluncurkan.
Menjelang akhir tahun 2006 tepatnya bulan September ada lomba Inovasi pembelajaran
bagi guru. Karena desakan dari rekan-rekan pengurus MGMP saya diharuskan untuk mewakili
IPA Fisika dan pak Trisnatun mewakili IPA Biologi, saya hanya pasrah karena ini tugas dari
MGMP, saya berusaha semampunya dan ternyata Alloh memberi kebahagiaan tersendiri
Alhamdulillah saya terpilih menjadi juara 1 tingkat Propinsi Jawa Tengah untuk IPA
dan mewakili propinsi untuk maju ke tingkat nasional di Ci Caringin Resort Bogor. Sekalipun
di tingkat nasional belum menang namun saya cukup senang karena dapat menambah wawasan
dan teman.

C. Prestasi Pengembangan Profesi


Sebagai guru yang professional saya dituntut untuk membuat karya ilmiah sekalipun
ini pekerjaan yang sulit, sudah 6 tahun berjalan mulai tahun 2006 saya baru mampu membuat
3 makalah dan satu lagi masih dalam proses untuk rencana naik pangkat ke IV b bulan Oktober
nanti. Adapun makalah yang pernah saya buat adalah:
1. Pengaruh Grafitasi Bumi Terhadap Cahaya Matahari ( 1993)
2. Inovasi Model Pembangkit Listrik Tenaga Uap Untuk Menunjang Metode
Demonstrasi Dalam Pembellajaran Konsep kalor Kelas II SLPN 1 Gumelar ( 2003) (
diikutkan Simposium guru ke VI di Kota Batu Malang Jatim )
3. Reward Card dan Pendekatan Inquiry Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Sains
Fisika Pada siswa 8E SMPN 1 Gumelar Tahun Pelajaran 2006/2007 (2006 ) ( menjadi juara 1
Jateng dan mewakili untuk maju ketingkat nasional )
4. Groups Competition Leraning Sebagai upaya Peninghkatan Motivasi Belajar Sains Fisika
pada Siswa Kelas 9F SMPN 1 Gumelar Tahun Pelajaran 2007/2008 ( 2008) (Telah diseminarkan
pada pemilihan guru berprestasi 2008 dan memperoleh peringkat 4 besar)
5. Upaya peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Groups Competition Leraning pada Siswa
Kelas 9D SMPN 1 gumelar Tahun Pelajaran 2010/2011. ( 2011)
6. Upaya Peningkatan Hasil Ujian Nasional IPA melalui Tehnik DRiL SMP Negeri 1
Gumelar tahun Pelajaran 2011/2012 ( masih menunggu data hasil UN 2012)
Pada pengembangan Profesi yang lain saya dan rekan –rekan MGMP IPA telah
menerbitkan Buku DISCOVERY Menguak Rahasia Alam selama 6 Tahun yaitu mulai
tahun 2006 hingga sekarang sudah ada 7 buku yang telah terbit.
Selain menyusun buku bersama rekan –rekan saya juga berusaha untuk menjadikan
siswa menjadi lebih mudah menerima pelajaran yang saya berikan. Membuat alat peraga yang
dilaboratorium belum ada. Alat peraga yang yang saya buat adalah termos bambu untuk
menjelaskan perpndahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi. Elektroskop sederhana
untuk menjelaskan adanya muatan listrik dan Model Pembangkit listrik tenaga uap, untuk
menjelaskan perubahan bentuk energy dan konsep kalor. Jika menggunakan bahan bakar
alcohol bisa juga untuk menjelaskan bahayanya penggunaan alkohol.

BAB III
PRESTASI DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Berubahnya Anaku
Dahulu aku menginginkan istri yang sholekah, cantik,pinter dan sayang sama aku
alhamdulillah saya dapatkan. Istriku seorang wanita lulusan STIKUBANK Semarang. Setelah
terjadi prosesi pernikahan dan oleh Alloh istriku mengandung karana sangat senangnya aku
bersyukur, saya berpuasa senin kamis sampai anaku lahir menghirup udara sendiri tanpa
bantuan plasenta. Anaku kian lama kian tumbuh besar dengan asuan mbah karena
keterbatasanku, belum mampu mandiri untuk menempati rumah kreditan di Purwokerto.
Rumah yang saya kredit belum direhab, saya kos sendiri di Cilongok sementara istri berpisah
dengan saya. Pulang di Purbalingga mengawasi anaku yang mulai lucu-lucunya dan
menyenangkan.
Anaku tumbuh menjadi anak yang patuh dan pinter. Sekolah rajin sholat malam rajin
bahkan klo malam tidak ikut di bangunkan untuk sholat malam ngambek. Karena anaku
menonjol dalam hasil belajar akhirnya anakku di tes IQ dan mampu dimasukan kedalam kelas
akselerasi dari sekian banyak anakku mampu masuk 5 besar MI Istiqomah Sambas
Purbalingga. Suatu prestasi yang bagus yang membanggakan orang tua dan sekolah. Anaku
dipilih jadi dokter kecil sewaktu lomba sekolah sehat tingkat nasional. Karena suatu hal adiku
di PHK dari pekerjaannya, dan belum mendapat pekerjaan lagi terpaksa harus pulang di
Purbalingga. Akhirnya dengan mempertimbangkan segala macam aspek anaku saya pindahkan
ke Purwokerto di Sekolah Dasar Karang Pucung 2 dekat perumahan yang kami tempati. Sambil
latihan mandiri membiayahi anak, dan membayar pembantu untuk mengasuh anak, karena
kami semua bekerja.
Agaknya ini awal anaku yang terbiasa disiplin pulang jam 3 sore berubah menjadi
sekolah umum yang bebas. Mulai main, Play Stations, dengan teman -teman seusianya. Berkat
pengawasan orang tua sama pembantu anak kami masih baik dalam prestaasi dan bisa maasuk
ke SMP Negeri 1 Purwokerto. Di kelas 1 masih berjalan normal dikelas 2 mulai berteman
teman dengan anak yang suka intenernetan, merokok, dan membolos. Pukulan bagi kami
berdua, anak saya membolos hingga 27 hari dan kami didatangi guru BP. Nilainya hancur
dan prestasnyai jeblog ranking 12 jadi ranking 27 kelas. Selaku orang tua
kami masih bersabar dan terus berdoa supaya anak kami tetap menjadi anak yang baik.
Tanggal 19 Maret 2009 anaku kecelakan karena didorong temannya hinnga terjatuh
masuk parid kaki bagian tumit retak, menyebabkan harus istirahat kurang lebih 2 minggu.
Mulai kejadian ini anak saya tidak bisa jalan sendiri harus dipapah, ke kamar kecil, mandi
semuanya harus memerlukan bantuan, karena hanya duduk seharian bosan, yang biasanya
sudah main game online sekarang tidak bisa melakukan lagi. Akhirnya selama 2 minggu
beristirahat itu mau membaca buku dan mau belajar dengan keterpaksaan karena keadaan. Nilai
ulangan harian, try out yang tadinya jelek tiba tiba naik drastis,yang mula –mula ranking 122
paralel dari 385 siswa, naik menjadi ranking 70 dengan rata- rata 7,76 dan pada try out ke 3
naik lagi ranking 36 denan rata-rata nilai diatas 9. Hasil UN anak saya lumayan jumlah nilainya
35,80 dan masih bisa masuk SMA Negeri 1 Purwokerto.
Saat masuk SMA seperti anak lain anak saya belikan motor baru sebagai hadiah
berubahnya sikap. Namun apa yang saya dapat, motor malah dipretel ikut-ikutan teman knalpot
diganti yang bersuara brisik, saringan udara dicopot, jok ditipiskan ban diganti yang kecil,
tebeng dibuka, gagang rem diganti. Suatu Pekerjaan berat bagi saya, rupanya ini adalah aksi
protes dulu yang sendirian sekarang punya adik lagi, ucapan anak saya:” sekarang orang tua
tidak cinta lagi!, apa- apa adik apa apa adik”. Saya memiliki anak kedua setelah yang besar
klas 9 SMP karena istri KB, setelah lima tahun dilepas 6 tahun baru hamil, lalu miskram sampai
2 kali dan akhirnya jaraknya terpaut 12 tahun.
Suatu ketika anak saya ajak pulang lebaran ke Boyolali naik motor sambil bertamasya
touring melewati Wonosobo, Salaman, Candi Borobudur, Ketep, Gunung Merapi, Selo dan
Cepogo hingga sampai di rumah orang tuaku. Ketika dalam perjalanan, istirahat sholat,
mampir makan di rumah makan, selalu saya nasehati pelan- pelan. Saya jelaskan “kalau naik
motor dengan kenalpot berbunyi keras jika melewati rumah orang tua yang sakit sampai
terbangun apa tidak kasihan mas?” dan “tidak bisa tidur gara-gara suara motormu?”. Kalau
saringan udara dilepas nanti karburator menjadi cepet kotor dan bisa macet, seandainya kamu
macet pas ditempat yang jauh dari bengkel apa kamu tidak beresiko nuntun jarak jauh?.
Mungkin juga pas hujan karena saringan udara membuka bisa kemasukan air dan macet?. Saya
beri gambaran gambaran logis dan harus di pikir. Hadiah dari perjalanan jauh ini memberi
perubahan. Sepulang dari Boyolali knalpot dan filter udara dipasang kembali.
B. Menjadi Guru Les
Untuk menambah penghasilan karena saya laju dari Purwokerto Gumelar memerlukan
transport yang banyak saya ikut mengeles di bimbingan belajar Be Better tahun 1999 di Pasar
Cermai, Purwosari, Purwokerto. Waktu itu saya mengajar sekali mengajar di beri transport
Rp.2.500,00 karena saya mendapat 8 jam saya mendapat penghasilan dari mengeles
Rp.20.000,00 lumayan. Karena capai dan jarak yang cukup jauh saya mengundurkan diri.
Namun apa yang terjadi banyak siswa yang dari mulut ke mulut bagai iklan berjalan ternyata
banyak siswa yang senang saya ajar ketika masih di bimbingan belajar dan minta les privat
sendiri dirumahnya atau datang kerumah saya.

Sungguh kebahagianku tersendiri saya pertama kali membuka les memiliki 3


kelompok, yang terdiri atas anak SMPN 5, SMPN 6, SMPN 8, SMPN 2 dan SMPN 1
Purwokerto. Dengan sungguh sungguh saya mengajar Matematika dan Fisika, pertama kali
hasil UN siswa yang les pada saya cukup bagus paling rendah nilai matematika 7,33 dan yang
terbagus 10 dua siswa waktu itu jumlah soal matematika 30 butir soal. Tahun berikutnya
semakin bertambah saja siswa saya hingga memiliki 8 kelompok. Sampai saat ini siswa yang
saya les sudah ada yang menjadi dokter, tembus AKPOL, ahli tehnik, pegawai Bank, Perawat,
PLN, dan lain- lain. Alhamdulillah hingga saat ini saya masih di percaya oleh masyarakat untuk
mengajar les putra-putrinya.

C. Berbakti Pada Masyarakat


Tahun 2006 teman kerja istri saya kecelakan di depan pabrik plastik Setia Kawan, dan
membutuhkan banyak darah. Kebetulan saya golongan darah A, saya siap dan rela untuk donor,
sekalipun takut karena baru pertama kali diambil darah saya. Tiga minggu berikutnya teman
istri saya sudah bisa pulang dan dinyatakan sembuh. Mulai saat inilah saya rela diambil darah
saya untuk orang lain yang membutuhkan, ternyata saya punya perasaan senang ketika saya
bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya akhirnya resmi menjadi pendonor darah rutin di PMI
cabang Purwokerto. Saya berprinsip kalau darah saya mengalir pada orang lain karena kiklasan
maka pahala akan mengalir sebagai amal jariayah saya kepada orang lain. Dan seandainya saya
mati darah saya masih mengalir pada orang lain orang lain donor lagi ke orang lain maka seakan
–akan saya hidup terus menerus selalu berbuat kebaikan.
Saya sebagai pribadi Guru juga sebagai pribadi saya sendiri yang harus hidup
dilingkungan masyarakat kompleks. Menjadi panutan keluarga harus berwibawa dihadapan
anak dan istri, bijaksana dalam memberikan penyelesaian masalah keluarga. Di lingkungan
masyarakat saya dipercaya menjadi sekretaris RT dengan SK Lurah Tanjung ,kecamatan
Purwokerto selatan. Saya mengabdikan diri dilingkungan masyarakat RT merasa senang
karena saya bisa membantu meringankan masyarakat yang memerlukan administrasi surat –
menyurat untuk kepentingan masyarakat. Menjalin kerjasama masyarakat, paguyuban, ronda
malam sambil mengambil jimpitan dan menjalain kekompakan di lingkungan masyarakat.
Sebagai makluk sosial apapun yang bermanfaat bagi orang lain dengan
dasar “Wamimma rojaqnahum yunfiqun…“ dan sebagian dari rejekimu infaqkan (
sodakoh-kan ), maka dengan dasar ayat Alloh tesebut saya tersentuh untuk ikut infaq dan
sodakoh melalui Badan Amal Zakat dan Sodakoh “LAZIZ” yang dikelolala oleh
pengurus muhammadiyah Tanjung guna meringankan masyarakat yang membutuhkan y
aitu mengelola anak yatim piatu dipanti asuhan dan membantu orang duafa dan papa cintraka
yang perlu dibantu.
Disekolah saya juga ikut infak untuk membantu siswa yang perlu dibantu, seperti
menbelikan pakaian, sepatu, buku. Infak yang dikelola sekolah dipotong langsung dari gaji
60% disearahkan ke badan amal zakat dan sodakoh tingkat kabupaten dan yang 40%
dikelola sendiri untuk kebutuhan masyarakat sekitar sekolah dan siswa yang berhak menerima.
Sehingga banyak siswa yang bisa ditolong melalui infak tersebut.

BAB IV
HARAPAN DAN RENCANA MASA DATANG
Indonesia adalah negara yang kaya raya, mulai hasil bumi, hasil laut, kekyaan laut,
tambang mineral, hasil hutan, plora fauna, adat budaya yang tinggi, kesenian yang indah
sampai dikagumi oleh dunia, semua bisa di jadikan modal untuk membangun dan
membesarkan bangsa ini. Kekayaan itu dapat dikelola oleh orang yang tepat yaitu memiliki:
integritas, ketaqwawaan, cerdas, terampil, jujur dan ahli sesuai dengan keahlia masing –
masing. Banyak potensi siswa Indonesia terbukti bisa berbicara di tingkat dunia.
Banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri dan disana bisa sukses dan
menonjol dalam kemampuannya itu semua adalah modal yang bisa digunakan untuk
membangun dan membesarkan bangsa seperti ketika jaman Majapahit yang jaya dan bersatu
padu. Seperti sumpah maha patih Gajah Mada tidak akan makan gula sebelum nusantara
bersatu. Jiwa seperti itu bisa kita tumbuhkan kembali. Seperti para pahlawan yang rela berjuang
mati berkalang tanah asal Indonesia merdeka. Bila jiwa- jiwa seperti ini tumbuh di hati para
siswa maka Indonesia akan bangkit kembali. Tidak ada lagi cerita tawuran pelajar, tidak ada
pelajar terjerat narkoba, tidak ada pelajar tertangkap berpesta minum min uman keras, tidak
ada pelajar pesta sex, dan sebagainya.
Untuk menjadikan, atau mengubah siswa menjadi lebih baik lagi agaknya susah,
karena melihat tayangan di TV, internet, dan media masa yang semakin canggih dan cepat
menjadi guru mereka. Namun sebagai guru harus selalu yakin jika kita bisa dijadikan contoh
dan panutan yang baik bisa untuk menangkis itu semua. Dalam melaksanakan pembelajaran
saya selalu menekankan bahwa ilmu akan dicapai melalui proses, dengan proses yang baik
akan meningkatkan kualitas siswa.
Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan saya merencanakan beberapa program
yaitu:
1. Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran,
disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan sebagainya.
2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model pembelajaran
yang bervariasi.
3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching and
Learning.
4. Tidak membedakan antara siswa priya dan wanita’ kaya miskin, ras keturunan,
suku,budaya dan agama.
5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui penelitian
tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, guru BK, tenaga TU,unsur komite , kepala sekolah
dan orang tua melalui home visit.
Dengan 5 langkah tersebut saya berharap mutu pendidikan akan meningkat segi
pembelajaran, kepribadian, ketreampilan aklaq mulia dan kualitas hasil belajar. Sehingga
diharpkan siswa dapat memiliki keterampilan, kecakapan hidup, untuk dirinya sendiri
masyarakat bangsa dan negara.
SISTIMATIKA PENULISAN KARYA TULIS
(PENGAWAS SD/SMP)
ESAI/MAKALAH/DESKRIPSI DIRI
TEMA: MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI PENGAWAS SEKOLAH BERPRESTASI?
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II. LANDASAN TIORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB III. METODA PENELITIAN
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V. PENUTUP
LAMPIRAN

“Mengapa Saya Layak Menerima Teacher Of The Year”

BAB I
LATAR BELAKANG

A. Motivasi Mengikuti Seleksi Penerima Penghargaan Teacher Of The Year

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena gurulah


yang membuat seseorang bisa menjadi presiden, jadi politisi, jadi profesor, jadi pengusaha dan
lain-lain. Terlebih lagi guru Sekolah Dasar, sungguh sangat besar jasanya bagi peserta semua.
Tanpa beliau, tidak sedikit orang yang buta huruf dan kehilangan etika. Karena, guru SD lah
yang mengajari membaca dan menulis serta bernyanyi (sebelum ada Taman Kanak-Kanak).
Kemudian, guru SD juga yang mengenalkan budi pekerti luhur, sopan santun, dan saling
menyayangi sesama. Seperti lagu yang pernah penulis dapatkan ketika SD ”Hormati gurumu
sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.”
Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak
orang supaya bisa membaca dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian
mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak.
Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang guru. Guru mengajar dan mendidik
siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta
mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah masyarakat . Bisa dikatakan bahwa gurulah
tolak ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan generasi
muda ini ditentukan. Oleh karena itu, sebagai guru kita mesti berhati-hati dalam menjalankan
tugas mulia ini. Jika kita salah dalam mendidik mereka, maka akan salah pula nanti produk
pendidikan yang dihasilkan. Ingat, bahwa yang kita cetak ini manusia. Jadi, butuh kerja keras
dan kesabaran ekstra.
B. Visi dan Misi Kehidupan Sebagai Guru

Penulis memiliki prinsip hidup yang diajarkan orang tua


yaitu menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan lebih besar lagi masyarakat
bangsa, Negara dan agama. Visi penulis sebagai guru adalah: “Menjadi guru professional
yang dicintai dan disegani siswa” Selama penulis menjadi siswa hingga menjadi guru selama
20 tahun penulis mengamati para pola pikir siswa. Seorang siswa akan mengidolakan dan
senang pada guru apabila: nilai ulangan siswa bagus, mengajarnya mudah diterima, memberi
motivasi siswa untuk maju, membimbing siswa dengan sabar, guru bisa memberi rasa aman
saat suasana belajar (smart). Untuk itu penulis berusaha mewujudkan keinginan siswa itu.
Untuk mewujudkan visi itu saya memiliki misi yait

1. Selalu disiplin menjalankan tugas.


2. Memberikan pengajaran yang menarik berganti-ganti metode dan model
pembelajaran sesuai materi
3. Memberi penghargaan (reward) pada anak yang taat dan selalu disiplin menjalankan
tugas dan peraturan sekolah.
4. Menamkan kejujuran saat ulangan dan berperilaku
5. Menanmakan sopan santun saat berbicara dan bersikap. Penulis terinspirasi oleh
Kepala Sekolah, saat beliau berkata yang sifatnya menyuruh selalu mengggunakan
kata-kata “minta tolong dengan lemah lembut dan apabila sudah selesai selalu
mengatakan terima kasih” selain itu pula kami diajarkan secara tidak langsung untuk
selalu saling memaafkan dengan cara setiap selesai kegiatan apapun pasti ditutup
dengan saling bersalaman. Dan masih banyak yang diajarkan oleh beliau kepada kami
baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB II
PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI
PENERIMA PENGHARGAAN TEACHER OF THE YEAR

Menjadi guru berarti menjadi pemburu dan pecinta ilmu. Guru `dipaksa` untuk terus
berolah pikir. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di sekolah dan kuliah. Tidak
jarang, guru bahkan mendapatkan ilmu baru yang tidak ada dibangku sekolah atau kuliah.
Belum lagi beragam persoalan menyangkut murid, semakin menambah kematangan pribadi
guru dalam berpikir dan bersikap. Inilah universitas kehidupan yang sesungguhnya.
Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka pantulan segala bentuk
prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk
pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam
pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan
yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus
berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.

A. Prestasi Yang Dicapai Dengan Pengalaman Kerja serta Pengembangan Profesi


Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang, baik anak-anak, remaja,
dewasa, dan orang tua. Kata keberhasilan identik dengan kata prestasi. Setiap manusia apapun
profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi
seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau
tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa.
Pengertian prestasi yaitu hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan.
Prestasi tiap orang tidak akan sama satu sama lain. Pengertian prestasi juga bermacam-macam:
1. Prestasi adalah perolehan atau hasil yang telah dicapai dari suatu usaha, yang didasarkan pada
nilai atau ukuran tertentu.
2. Prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha dan/ atau pekerjaan.
3. Prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang dari satu periode ke periode lainnya yang
menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan.
4. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang
telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka saya akan berusaha mencoba
menjabarkan beberapa prestasi yang telah diraih selama menjadi tenaga pendidik yang akan
menjadikan bahan pertimbangan dan keputusan “Mengapa Saya Layak Menerima
Penghargaan Teacher Of The Year” yakni sebagai berikut:

1. Bidang akademik
Prestasi dibidang akademik adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah
ini:
Waktu
No Nama Lomba Tingkat Penyelenggara Ket
Pelaksanaan
1. Lomba Guru 2010 Kabupaten Kemenag Kab. Juara
Teladan Belitung Timur III
2. Guru Favorit 2012 - PGRI Kab.
versi siswa Belitung Timur
3. Lomba Guru 2013 Kecamatan UPTD TK/SD Juara I
berprestasi Kec. Manggar
4. Lomba Guru 2013 Kabupaten Dinas Juara I
berprestasi Pendidikan Kab.
Belitung Timur
5. Lomba Guru 2013 Propinsi Dinas Juara
berprestasi Pendidikan III
Propinsi Kep.
Bangka Belitung
6. Forum Ilmiah 2013 Kabupaten Dinas Juara I
Guru Pendidikan Kab.
Belitung Timur
7. Forum Ilmiah 2013 Propinsi Dinas Juara I
Guru Pendidikan
Propinsi Kep.
Bangka Belitung
2. Pembimbingan Teman Sejawat
Sedangkan keterlibatan saya dalam pembingan teman sejawat adalah sebagai berikut
seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
Instruktur/Guru
No Mata Pelajaran/Kegiatan Tempat
Inti/Tutor/Pemandu
1 Pengimbasan Orientasi Guru PAI Nara sumber Manggar
2. Seminar Hasil PTK Pembelajaran PAI Nara sumber Manggar
3. Pitaran Pembina Pramuka 2009 Nara sumber Manggar
4. Woskhsop Pengimbasan Model Instrsuktur Manggar
Pembelajaran PAI
5. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2010
6. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2011
7 Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2012
8. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2013
9. Workshop Ekstrakurikuler Instruktur Manggar
Keagamaan Tingkat SD Tahun 2013

3. Bidang Seni dan Olahraga


a. Mengikuti lomba gerak jalan indah mewakili PGRI Kecamatan Manggar dan meraih Juara Ke
1 Tahun 2007 tingkat Kabupaten Belitung Timur.
b. Tergabung dalam paduan suara mewakili organisasi PGRI pada saat upacara bendera 17
Agustus 2012 di Lapangan Upacara Kantor Bupati Belitung Timur.

4. Bidang Sosial Kemasyarakatan


a. Sebagai Tim Seleksi Raimuna Nasional Tahun 2008 Kwartir Cabang Belitung Timur.
b. Pembina pendamping dalam rangka Perkemahan Wirakarya Daerah I Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2009.
c. Tim seleksi Jambore Daerah II yang dilaksnakan oleh Kwaran Manggar tahun 2010.
d. Koordinator Bidang cerdas cermat kegiatan Syiar dan Kesadaran Umat Beragama yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 s.d 2013.
e. Membantu panitia pengaadan CPNS Daerah Kabupaten Belitung Timur sebagai pengawas
ruangan ujian seleksi penerimaan CPNS tahun 2009, 2010 dan 2013
f. Mengisi kultum dan imam sholat Zuhur pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 s.d 2013
g. Tim Safari Ramadhan tingkat Desa Lalang sebagai penceramah tahun 2009 s.d 2013.
h. Pembinaan imtaq di SMP Negeri 1 Manggar yang dimulai tanggal 30 Januari 2012 s.d 30
Maret 2012.
i. Khotib jum’at dan khotib Idul Fitri/Idul Adha di Masjid yang ada di wilayah Kecamatan
Manggar.
j. Tim Munqisy LPPTKA BKPRMI Belitung Timur bidang surat-surat pendek tahun 2009 s.d
2013
k. Kepanitiaan halal bi halal yang dilaksanakan oleh PGRI Kecamatan Manggar sebagai ketua
pelaksana tahun 2007 s.d 2012.
l. Panitia Ujian Universitas Terbuka sebagai pengawas keliling tahun 2008 s.d 2012.
m. Panitia seleksi Kejuaraan Daerah (KEJURDA) VI Kabupaten Belitung Timur sebagai seksi
acara tahun 2013.

5. Bidang Organisasi
Di bidang organisasi keterlibatan saya adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada
tabel dibawah ini:
No Nama Organisasi Tahun Jabatan Tingkat
1. Pengurus KKG PAI Kecamatan 2007-2010 Wakil Ketua Kecamatan
2. Penambahan Pengurus PGRI Bidang
2005 -2010 Kecamatan
Cabang Kerohanian
3. Pengurus KKG PAI Kabupaten 2008 -2011 Ketua Kabupaten
4. Dewan Pengurus Daerah
BKPRMI 2008-2011 Ketua II Kabupaten

5. Pengurus Kwartir Ranting


2008-2012 Sekretaris Kecamatan
Gerakan Pramuka Manggar
6. Ancab
Pengurus Kwartir Cabang urusan
2009-2014 Kabupaten
Gerakan Pramuka Beltim
Siaga Putra
7. Pengurus Daerah PGRI Belitung Bidang
2009-2014 Kabupaten
Timur Kerohanian
8. Pengurus KKG PAI Kecamatan 2010-2013 Sekretaris Kecamatan
9. Pengurus Forum Kerukunan
2010 -2013 Ketua Desa
Umat Beragama (FKUB)
10. Dewan Pengurus Daerah
2011-2015 Ketua I Kabupaten
BKPRMI
11. Pengurus KKG PAI Belitung
2011-2015 Ketua Kabupaten
Timur
12. Pengurus KNPI Belitung Timur 2012-2015 Ketua 9 Kabupaten

6. Bidang Membimbing Siswa


Sedangkan dalam membimbing dan melatih siswa adalah sebagai berikut seperti yang
tertera pada tabel dibawah ini:
No Nama Kejuaraan Tingkat Tempat Dan Waktu
1. Pekan Keterampilan Nasional Jawa Barat,
Dan Seni Pend. Agama islam 23 s.d 28 Jul 2008
2. Lomba Lukis / Mewarnai Gambar Nasional Jakarta,
3.HUT RI ke 61 17 Agt 2006
3. Lomba Nasyid Gema Muharram Kabupaten Manggar,
1429 H 10 Jan 2008
4. Busana Muslim Putra dan putri Kabupaten Manggar,
Gema Muharram 1429 H 10 Jan 2008
5. Lomba Da’i Cilik Gema Muharram Kabupaten Manggar,
1429 H 10 Jan 2008
6. Lomba Da’i Cilik Gema Muharram Kabupaten Manggar,
1430 H 8 Jan 2009
7. Lomba Busana Muslim Putra Gema Kabupaten Manggar,
Muharram 1430 H 8 Jan 2009
8. Lomba Cepat Tepat Pend. Agama Kabupaten Manggar,
Islam 1430 H 8 Jan 2009
9. Lomba Cepat Tepat Pend. Agama Kabupaten Manggar,
Islam 1431 H 18 Des 2009
10. Lomba Da,i Cilik Syiar gema Kabupaten Manggar,
Muharram1431 H 18 Des 2009
11. Lomba Da,i Cilik Syiar gema Kabupaten Manggar,
Muharram1432 H 6 Nop 2010

7. Pengalaman Kerja
Kalau masalah pengalaman kerja penulis sangat minim, karena karier penulis menjadi
guru dimulai sejak tanggal 1 April 2006 diangkat menjadi CPNS yang ditempatkan di SD
Negeri 12 Manggar dan pada bulan Februari 2008 dimutasikan ke SD Negeri 1 Manggar.
Tetapi penulis berusaha bekerja dengan maksimal yang diniatkan dalam hati bahwa menjadi
seorang guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan baik, karena menyangkut
mendidik generasi masa depan calon pemimpin bangsa.
Oleh karena itu penulis sekuat tenaga untuk bekerja dan beribadah demi generasi
mendatang. Karena kesalahaan mendidik dampaknya sangat fatal sekali maka akan merusak
generasi bangsa yang rusak moral dan korup. Seorang guru dapat berbuat kebaikan dan dapat
melakukan dosa-dosa
Dan saya sadar secara sengaja atau tidak disengaja (dengan sesadar-sadarnya) telah
secara langsung maupun tidak langsung sering melakukan dosa-dosa sebagai guru. Dan saya
pun berdo’a : “Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas
dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah,
ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan
ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala
kesalahan yang kulakukan.”

BAB III
PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT

A. Dukungan dari Keluarga


Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan prestasi seseorang
dan juga akan menentukan masa depan anak-anaknya. Orang tua yang ingin membentuk anak-
anak yang sukses memang tak boleh egois. Sikap menuntun anak berprestasi namun mereka
sendiri tak mau berkorban akan menimbulkan sikap apatis pada seorang anak.
Keluarga juga merupakan faktor utama yang mendukung saya mengikuti seleksi
penerima penghargaan teacher of the year. Dalam keluarga kami selalu mengedepankan
kejujuran, kedisiplinan, selalu menghargai dan menghormati orang lain, terutama pada orang
yang lebih tua. Sebelum mengikuti seleksi guru berprestasi ini, saya minta izin dulu kepada
istri, walaupun saya pemimpin keluarga, saya tidak berani melangkah tanpa izin istri, sebab
menurut saya, hormat dan berbakti pada istri adalah merupakan suatu kewajiban suami. Antara
suami dan istri harus saling pengertian, agar tercipta keluarga yang sakinah, mawadah, dan
warohmah, agar bisa menjadi suri tauladan bagi anak-anak kami. Dan Alhamdulillah istri
mendukung apa yang saya lakukan , asalkan saya tidak melupakan kewajiban saya sebagai
seorang ibu.
Alhamdulillah kedua anakku Nurul Hidayati dan Nasthea Hidayati juga memberikan
sport dan do’a untuk bapaknya mengikuti setiap ajang lomba termasuk mengikuti seleksi
penerima penghargaan sebagai teacher of the year, sedangkan yang paling kecil Nasthevia
Hidayati baru berusia 4 tahun belum mengerti apa-apa. Dengan bimbingan kami selaku orang
tua mampu juga meraih prestasi baik dalam bidang akademik, serta berakhlak mulia.

B. Kegiatan Sosial Yang Mendukung


Sungguh jasa guru tidak bisa dibilang dengan materi, tidak bisa diungkap dengan
indahnya untaian mutiara kata, karena jasa guru tiada tara. Jasa guru yang hadir karena
pengabdian yang tulus dengan kemurnian dan keikhlasan profesi. Guru bukan sekedar
pekerjaan, tetapi profesi. Profesi merupakan tugas yang diberikan dan diterima dalam rangka
hidup ditengah – tengah masyarakat majemuk. Profesi menuntut pendidikan dan ketrampilan
yang amat tinggi serta spesialisasi yang tajam, dituntut tanggung jawab dan komitmen. Profesi
pengabdian masyarakat yang luas kadang kala harus diawali semacam sumpah jabatan.
Untuk menjadi guru harus ada jiwa pengabdian, sikap-sikap yang baik harus
dikembangkan. Kemudian baru ilmu, dan ketrampilan sehingga dampaknya pada status dan
kesejahteraan guru akan mengikuti. Jangan menjadi guru yang dikejar kesejahteraan guru.
Distribusi guru kondisi sampai saat ini belum merata. Guru lebih banyak di kota daripada di
pedesaan karena peluang dan pendapatan lebih baik. Mungkin harus diperbaiki apa yang ingin
dikejar, status boleh tapi yang utama prestasi.
Sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan
seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan
agamanya. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu
belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan
penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui.
Guru bukanlah sekedar pekerjaan, guru adalah lebih dari sebuah pengabdian.
Pengabdian kepada Allah SWT, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa,
yang membutuhkan bantuan dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan.
Pengabdian kepada masyarakat sebagai warga negara selalu ingin berperan aktif dalam
upaya mencerdaskan anak bangsa dan kehidupan bangsa. Kalau dulu para pahlawan berjuang
dengan mengangkat senjata, sekarang dalam mengisi kemerdekaan, para guru berjuang
mengangkat pena demi mengangkat derajat dan martabat generasi penerus bangsa agar tidak
tertinggal oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar dapat bersaing dalam
perputaran roda kehidupan di jaman yang terus maju ini.
Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan
kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi
kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik. Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas
dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdaskan anak didik.
Guru di mata masyarakat masih dipandang sebagai orang yang serba bisa dan siap
pakai. Sehingga setiap kepengurusan dalam organisasi guru selalu ada di dalamnya.
Keikutsertaan dalam kegiatan yang posif dilingkungan masyarakat salah satunya mengikuti
kegiatan latihan hadra yang dilaksanakan setiap malam rabu dan malam sabtu. Walaupun tidak
sepandai rekan-rekan yang lain tetapi setidaknya menjalin hubungan dan silahturahmi antar
warga sekitar, karena seharian beraktifitas.
Selain itu juga sholat magrib dan isya berjama’ah di masjid sekitar rumah senantiasa
selalu disempatkan, dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti keterlibatan dalam kepanitiaan acara
pernikahan dan syukuran anak dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga seorang guru
dapat dipandang bermanfaat bagi masyarakat
BAB IV
HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG

A. Harapan
Pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu Pemerintah, Lembaga
Pendidikan (Sekolah), dan juga masyarakat. Ketiga unsur tersebut harus saling mendukung.
Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak saling mendukung, maka jangan berharap
mutu pendidikan bisa tercapai sesuai harapan kita. Seperti halnya penulis pun akan selalu
berharap ada kesempatan untuk pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas dan
keprofesionalan sebagai seorang tenaga pendidik.
Disamping itu pula harapan penulis menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru
berprestasi adalah kebanggaan adalah : Ingin mengabdi menjadi guru yang bukan sekedar janji
semata namun dalam bentuk nyata benar-benar pengabdian yang penuh ketulusan, keikhlasan,
kejujuran, penuh inovasi, pengorbanan waktu, tenaga maupun materi, untuk mencerdaskan,
membimbing, mendidik jiwa-jiwa muda generasi penerus bangsa.

B. Rencana Kegiatan
Menjalankan/ melaksanakan Visi dan Misi yang sudah tertuang dan terpatri, yakni:
1. menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan prestasi yang diharapkan agar
mampu meningkatkan mutu pendidikan.
2. Meningkatkan kreativitas guru bukan sekedar penguasaan teori.
3. Meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas.
4. Meningkatkan karya inovatif guru dalam pengelolaan kelas.
5. Meningkatkan kedekatan dan keakraban guru dengan siswa, sebagai jembatan pengembangan
pengabdian masyarakat, melalui kelompok belajar siswa, juga ekstrakurikuler.
Selain diatas, ada beberapa hal yang lain untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan,
oleh penulis juga merencanakan beberapa program yait

1. Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran,
disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan
sebagainya.
2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model
pembelajaran yang bervariasi.
3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching
and Learning.
4. Tidak membedakan antara siswa pria dan wanita, kaya miskin, ras, keturunan, suku,
budaya dan agama.
5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui
penelitian tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, kepala sekolah dan orang tua
melalui home visit.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka segala bentuk prestasi,
kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk
pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam
pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan
yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus
berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.
Apa yang diamanatkan kepada kita selama itu baik, bermanfaat dan tidak merugikan
orang lain maka harus kita jalankan.dan ingat jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pantas
kita terima karena semua itu datangnya dari Allah SWT.

B. Saran
Saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun kepada saya demi
sempurnanya makalah ini dan penulis makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan sehingga pertanyaan “ Saya Layak
Atau Tidak Sebagai Penerima Penghargaan Teacher Of The Year?” akan terjawab pada
akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai