PENDAHULUAN
Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya.
Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh
karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama
dengan guru.
Secara formal guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau
lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan tugas
dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu.
Perjalanan sejarah karier guru yang ada di sekitar kita tampaknya mempunyai jalur yang
bervariasi. Tidak sedikit guru yang kariernya dengan mudah melesat naik. Banyak guru kita
saksikan sukses hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, kepala dinas, bupati,
walikota, gubernur, atau bahkan mungkin menduduki jabatan-jabatan lain yang lebih tinggi.
Ada banyak guru yang sejak mulai menjadi guru telah menunjukkan optimisme yang tinggi
dalam berkarya. Guru-guru ini berkembang menjadi guru inti, instruktur, hingga akhirnya
dikirim belajar ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang dikirim ke luar negeri.
Sayangnya, banyak pula kenyataan di lapangan kita temui, guru-guru masih mengalami
berbagai kendala dalam mengembangkan diri dan kariernya. Kondisi mereka cukup
memprihatinkan. Mereka mengajar sambil terpaksa melakukan pekerjaan lainnya untuk
menutupi kebutuhan ekonomi. Mereka bahkan hampir tidak mampu membiayai pendidikan
anak-anak mereka sendiri.
Tentu saja besaran gaji bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
profesional guru. Ada banyak faktor lain seperti rasa pengabdian, kecintaan terhadap profesi,
kebiasaan melakukan refleksi diri, hingga semangat untuk terus belajar sepanjang hayat juga
mempengaruhi kinerja mereka. Akan tetapi kesejahteraan tetap signifikan berdampak pada
kualitas kinerja guru. Karena itu, sudah sepantasnyalah guru-guru profesional yang kompeten
dan berprestasi di bidangnya layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat sejumlah rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengabdian seorang guru dapat membawanya menjadi guru profesional /
guru yang kompeten?
2. Apa saja yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan
pengabdiannya sehingga ia dapat menjadi seorang guru profesional?
3. Bagaimana hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi
seorang guru yang berprestasi?
C. TUJUAN PENULISAN
Secara umum makalah ini bertujuan menjelaskan bahwa profesi guru adalah sebuah
pengabdian, yang pada gilirannya pengabdian tersebut akan mengantarkan guru menjadi guru
yang benar-benar profesional dan berprestasi.
Secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal berikut:
1. Pengabdian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pengembangan
profesinya.
2. Hal-hal yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan
pengabdiannya sehingga dapat menjadi seorang guru profesional.
3. Hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru
yang berprestasi.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Menggugah guru yang membacanya untuk mengabdikan diri secara tulus pada
profesinya.
2. Menjadi salah satu sarana untuk mengajak guru agar meningkatkan kompetensinya
sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
3. Menjadi sebuah wadah bagi penulis untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya sebagai
salah satu bentuk aktualisasi diri, perwujudan sebuah pengabdian dan kecintaan terhadap
profesi guru untuk dibagikan kepada pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli mengenai apa itu ‘guru’. Salah satunya
seperti pendapat Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik
spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.
Jika kita menilik definisi di atas secara seksama maka kita akan menyadari betapa mulianya
tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang mempunyai tugas yang sangat penting, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini bukan tugas yang ringan, karena ‘mencerdaskan
kehidupan bangsa’ di sini meliputi semua aspek kehidupan di antaranya aspek spiritual, aspek
emosional, aspek fisikal, aspek intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.
Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah dilakukan
guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan. Mereka melakukan
pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Guru
melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa ketakutan. Apabila ada seorang guru
yang melakukan tugasnya bukan karena rasa pengabdian tetapi karena keterpaksaan atau
karena tekanan rasa ketakutan, maka guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak
akan dapat memberikan kontribusi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pengabdian seorang
guru bahkan kadang-kadang harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang
mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulau-
pulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban
modern. Banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja dapat
membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya,
banyak guru terpisah jauh dari keluarga karena harus tinggal di daerah-daerah yang sarana
tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Banyak guru yang mengabdi
tanpa terlalu memperhitungkan besaran gaji yang akan mereka terima. Kita tahu, masih
banyak guru-guru non-PNS yang gajinya bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah
Minimum Regional) buruh.
Lalu, jika pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang mudah
dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga sekarang masih banyak orang-orang yang
melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami makna sebuah
pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan dengan tulus ikhlas dan
rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada kebahagiaan yang tentu tidak dapat dinilai
dengan materi. Inilah modal terbesar yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam
menjalani profesi sebagai seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak memiliki
rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan dapat bertahan pada
pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa guru yang memiliki rasa
pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka ia telah memiliki modal terbesar untuk
menjadi guru yang kompeten dan berprestasi. Pertanyaan berikutnya adalah: Hal-hal apa
sajakah yang harus dilakukan oleh seorang guru yang telah mempunyai rasa pengabdian yang
tulus ini agar ia dapat menjadi seorang guru yang kompeten dan berprestasi?
Modal dasar berupa rasa pengabdian yang tulus apabila ditambah dengan kompetensi yang
wajib dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya akan membentuk
guru yang kompeten. Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki kompetensi-mutlak
untuk menjadi seorang guru. Kompetensi-kompetensi guru ini diperoleh melalui proses
belajar sepanjang hayat. Agar proses belajar sepanjang hayat yang dilakukan guru dapat
efektif, maka ia juga harus membiasakan diri berpikir reflektif. Kebiasaan berpikir reflektif
memungkinkan guru mengetahui potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri, selain
juga mengetahui kompetensi yang telah dan belum dimilikinya saat ini. Di samping itu, sifat
kreatif dan inovatif juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Melalui sifat ini guru
akan menjadi role model (teladan) yang pantas untuk dicontoh peserta didik bahkan orang-
orang lain di sekitarnya.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi:
1) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan
mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
2) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan (mastery learning); dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliknya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi nonakademik.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: (a) bertindak sesuai
dengan norma hukum; (b) bertindak sesuai dengan norma sosial; (c) bangga sebagai guru; (d)
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: (a) memiliki kemandirian dalam
bertindak; dan (b) memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: (a) menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (b) menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: (a) memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (b) memiliki perilaku yang disegani.
5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: (a) bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong); dan (b) memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dipegangnya
memiliki indikator esensial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
(b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan
konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: (a) menguasai
langkah-langkah penelitian; dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan
atau materi bidang studinya.
Tentu saja tidak ada ruginya menjadi guru yang profesional atau kompeten di bidangnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 40
ayat 1 menyatakan hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya: (a) penghasilan
dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai; (b) penghargaan sesuai tugas dan
prestasi kerja; (c) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual; hingga (d) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
a. Berpikir reflektif memungkinkan guru untuk mengintrospeksi apa yang sudah dan belum
dicapai. Dengan berpikir reflektif, seorang guru dapat mengetahui di posisi mana sekarang ia
berada. Posisi yang dimaksud di sini adalah tingkat kompetensi yang dimilikinya bila
dibandingkan secara normatif dengan guru lainnya, atau secara standar bila dibandingkan
dengan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional. Adalah
hal yang unik bahwa kadang-kadang seseorang baru menyadari bahwa langkah-langkah
hidupnya tidak produktif, begitu ia menyempatkan diri berpikir reflektif dan mengevaluasi
dirinya di suatu waktu misalnya di akhir pekan.
b. Berpikir reflektif dapat menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri menuju ke arah
yang lebih baik. Tidak setiap orang merasa perlu memperbaiki diri. Karena itu, melalui
proses berpikir reflektif dengan penyediaan waktu untuk merenung dan melihat ke belakang,
lalu melihat hal-hal yang belum dikerjakan secara optimal di masa lalu maka muncullah
motivasi untuk memperbaiki diri.
c. Melalui proses berpikir reflektif seorang guru akan mengetahui potensi dan sumber daya
yang dimilikinya. Setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Potensi ini bersifat unik
dengan kadar yang berbeda-beda. Bila seorang guru mengetahui potensi dan sumber daya apa
yang dimilikinya, maka ia akan dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk
pengembangan kompetensinya. Mereka akan berkembang menjadi guru-guru yang
profesional, kreatif dan inovatif dengan berbagai kelebihannya masing-masing.
Pengembangan kreativitas dan inovasi dapat dilakukan guru melalui berbagai kegiatan,
misalnya mengikuti berbagai workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang-
bidang tertentu yang berhubungan dengan profesinya. Selain itu guru juga dapat mengikuti
berbagai kegiatan yang bersifat lomba kreativitas dan karya inovasi untuk guru. Saat ini
cukup banyak lomba kreativitas dan inovasi yang diadakan untuk guru setiap tahunnya. Ikut
serta dalam kegiatan yang bersifat lomba ini tujuan utamanya bukanlah menjadi juara, akan
tetapi lebih kepada tujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan
keterampilan, serta mengasah daya kreativitas dan daya berinovasi yang dimilikinya.
Seorang guru profesional tentu saja merupakan individu yang hampir dapat dikatakan
berhasil memenuhi kebutuhan kekurangan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan, kebutuhan hubungan dan cinta, dan kebutuhan harga diri. Selanjutnya, dengan
kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip belajar sepanjang hayat, ia akan mampu memenuhi
kebutuhan pertumbuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, bahkan juga
kebutuhan estetik (rasa keindahan). Pencapaian tertinggi oleh seorang guru profesional
adalah mampu menjadi “Guru Berprestasi”. Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri ini akan mendatangkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka
terima.
Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam
perilakunya yang mensyukuri dan menerima keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain,
spontanitas, keterbukaan, hubungan akrab dengan orang lain tetapi tetap bersikap demokratis,
kreatif, inovatif, memiliki sense of humor, dan kebebasan. Pada intinya, seorang guru
berprestasi yang telah mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan memiliki
kesehatan yang prima secara psikologis. Oleh karena itu, bangga menjadi guru profesional
yang berprestasi adalah hal sangat wajar, karena itu merupakan cermin kebahagiaan batin
(psikologis).
Gambar 2. Guru dengan pengabdian yang tulus akan berkembang menjadi guru berprestasi.
Gambar 2 di atas menunjukkan guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus akan mampu
meningkatkan diri menjadi guru profesional. Modal besar yang dimiliki ditambah dengan
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
akademik yang diperoleh melalui refleksi diri, semangat sebagai pebelajar sepanjang hayat,
kreatif, inovatif, dan memiliki motivasi yang besar menjadikan mereka mampu mencetak
prestasi gemilang yang pantas dibanggakan. Prestasi ini tentu saja akan dihargai dengan
pantas sebagaimana jaminan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
yaitu Pasal 36 ayat (1), yang berbunyi: “Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.”
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari paparan tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dalam melaksanakan tugasnya telah
mempunyai modal yang sangat besar untuk berkembang menjadi guru yang profesional
(kompeten).
2. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dapat berkembang menjadi guru
profesional apabila ia mempunyai kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip hidup sebagai
pebelajar sepanjang hayat, serta kreatif dan inovatif. Dengan berpikir reflektif, guru akan
mengetahui posisi dan potensinya. Dengan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat,
ia akan terus belajar sehingga memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, maupun
profesional. Dengan sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki, ia akan menjadi guru yang
mampu mengatasi berbagai kendala dan masalah dalam melaksanakan tugasnya.
3. Berdasarkan pemikiran Maslow tentang hierarki motivasi, guru profesional yang
tercukupi kebutuhan-kebutuhannya akan mampu mengaktualisasikan diri untuk berkembang
menjadi guru yang berprestasi dan bangga akan prestasi yang diraihnya dengan tetap
memiliki karakter-karakter luhur.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan agar guru dapat lebih termotivasi untuk melakukan
tugasnya sebagai sebuah bentuk pengabdian dan mampu berkembang sebagai guru
berprestasi adalah sebagai berikut:
1. Apabila seseorang telah menentukan bahwa pilihan profesi yang akan dijalaninya adalah
sebagai seorang guru, maka hendaklah ia benar-benar tulus untuk melaksanakan tugasnya
sebagai sebuah pengabdian.
2. Untuk mengembangkan diri menjadi guru yang profesional, hendaknya pengabdian tulus
yang telah diberikan selalu diimbangi dengan kebiasaan berpikir reflektif, mempunyai prinsip
hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri
di bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional, dan mengasah kreativitas dan
kemampuan berinovasi.
3. Kepada pihak-pihak yang berwenang, hendaknya terus berupaya meningkatkan
kesejahteraan guru agar segala kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan dapat terpenuhi.
Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan guru maka akan dapat memotivasi guru untuk
mengaktualisasikan diri menjadi guru profesional yang bangga akan profesi dan prestasi yang
diraihnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2013). Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan dasar Tahun
2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Aziz, Amka Abdul (2012). Hati, Pusat Pendidikan Karakter (Melahirkan Bangsa Berakhlak
Mulia). Klaten: Penerbit Cempaka Putih.
Hufad, Achmad., dkk. (2010). Studi Tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang Hayat
di Indonesia: Makalah disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah,
yang Diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS-UPI Bandung tanggal 29 Nopember 2010.
Suparlan (2005). Menjadi Guru Efektif, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Suparlan (2006). Guru Sebagai Profesi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Suyatno (2008). Panduan Sertifikasi Guru, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Indeks.
Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology – 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon
“EVALUASI DIRI”
Diajukan oleh
Nama : Dra. Hasniar
NIP/NUPTK : 19670108 199602 2 002
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 SINJAI
Kabupaten/Kota : Sinjai
Provinsi : Sulawesi Selatan
MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN,
MENJADI GURU BERPRESTASI ADALAH KEBANGGAAN
Diajukan oleh
BAB I
LATAR BELAKANG
Biaya sekolah saya sebagian dibantu oleh kakak yang sudah bekerja di pabrik
textile Randu Sari, Teras, Boyolali. Saya tidak mungkin bisa melanjutkan kuliah dengan
kondisi seperti ini. Pada awal semester 6 ketika SMA saya ikut mengisi formulir PMDK (
Penelusuran Minat Bakat dan Kemampuan) yang diberikan sekolah, karena pertimbangan
biaya saya memilih jurusan fisika IKIP Semarang dengan program pendidikan Diploma III.
Alhamdulillah saya terbawa. Karena senangnya orang tua saya akan dibiayahi dengan resiko
apapun yang penting bisa kuliah. Dan lulus IKIP Semarang tahun 1990.
Saya tinggal di Purwokerto, tepatnya kelurahan Tanjung, setiap pagi saya harus
berangkat menuju SMP Negeri 1 Gumelar yang jaraknya 40 kilo meter kearah barat daya.
Sungguh perjuangan yang berat harus melewati pegunungan kapur dengan jalan berliku,
tanjakan dan turunan tajam. Karena itu adalah pilihan hidupku, saya tidak boleh merasa
terbebani oleh pkeputusanku sendiri menjadi guru. Setiap setengah enam pagi saya sudah
bersiap- siap untuk berangkat supaya tidak terlambat sampai di sekolah. Dalam kondisi apapun
saya berusaha agar tidak terlambat, supaya anak bisa mencontoh guru yang disiplin dan tepat
waktu.
Banyak teman –teman yang menyarankan supaya saya pindah ditempat yang lebih
dekat, namun saya masih pikir –pikir karena selama 20 tahun saya mengajar di SMP Negeri 1
Gumelar belum ada satupun drop-dropan guru yang ijazahnya pendidikan fisika. Mungkin ini
cobaan saya agar berlatih sabar. Sebagai manusia biasa saya juga ingin dekat dengan tempat
bekerja namun karena pengganti saya jurusannya belum tepat, saya belum tega untuk
melepaskan karena terbayang nilai anak-anak tidak sesuai harapan jika diajar oleh guru yang
bukan jurusannya. Kadang –kadang saya merasa kurang semangat kalau mau berangkat hujan
deras, karena ingat tugas, tanggung jawab dan ingat guru adalah
keputusanku saya tetap berangkat dengan senang hati, dengan mantel dan memakai sepatu
boot agar dalam perjalanan merasa nyaman dari cipratan air hujan maupun kendaraan lain.
Sebagai tuntutan guru yang harus memiliki kualifikasi akademik dan agen
pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
Tujuan Pendidikan Nasional ( permendiknas no 16 tahun 2007) jauh sebelumnya saya
berusaha untuk belajar. Saya diangkat pertama kali menjadi CPNS mulai tanggal 1, Maret
1992 dengan golongan pangkat II/c dan ijazah yang saya memiliki Diploma III/ Akta Mengajar
III. Saya berusaha untuk meningkatkatkan kualifikasi akademik, dengan meneruskan kuliah
lagi tahun 1995 mumpung anak masih kecil belum banyak tuntutan biaya di Universitas
Terbuka UPBJJ Purwokerto dan tahun 1997 saya lulus Srata 1. Agaknya nasib
saya semakin membaik tahun 2009 saya sudah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat
pendidik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
B. Motivasi Saya Mengikuti Pemilhan Guru berprestasi
Pada saat rapat cecking panitia Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012 tanggal 18
April 2012 kepala sekolah membacakan surat edaran dari kepala dinas pendidikan kabupaten
Banyumas yang berisi pemilihan guru berprestasi. Dan akhir rapat dibentuklah panitaia seleksi
pemilihan guru berprestasi tingkat sekolah yang terdiri atas kepala sekolah unsur komite, guru
senior dan pengawas. Selama kurun waktu 2 minggu terpilihlah 4 kandidat yang akan diseleksi
administrasi, dokumen portofolio dan mengikuti tes wawancara. Dan alhamdulillah saya
mendapat nilai tertinggi terpilih mewakili SMP Negeri 1 Gumelar untuk maju ke tingkat
kabupaten.
Atas dorongan,ucapan selamat dan semangat dari teman- teman, ketua komite
dan perwakilan OSIS saya harus segera menyiapkan segala persyaratan untuk maju ketingkat
kabupaten. Inilah yang mendasari mengapa saya mengikuti pemlihan guru berprestasi. Saya
berbekal semangat dan bersungguh- sungguh karena diberi amanat menjalankan tugas untuk
membawa nama baik saya dan sekolah. Padahal sebelumnya saya belum ada gambaran
mengikuti lomba guru berprestasi.
BAB II
SIAPAKAH SAYA
A. Prestasi Kerja
Dengan bekal mencintai profesi saya sebagai guru berusaha untuk bisa memenuhi
tugas saya : 1)memiliki pemahaman wawasan pendidikan 2) memahami peserta didik
3)merencanakan pembelajaran 4)melaksanakan pembelajaran, mendidik dan dialogis
5)mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
siswa. Dengan usaha yang keras dan semangat yang tinggi pasti akan membuahkan hasil yang
baik. Semangat itulah yang menyulut kembali saat saya sedang kurang bergairah untuk
mengajar mendidik dan membimbing.
Hasil yang kami peroleh Nilai Ujian Nasional selama 3 tahun sebagai berikut:
Tahun Nilai Ujian Nasional Keterangan
Pelajaran B. Matematika B. Inggris IPA
Indonesia
2008/2009 7,81 8,08 5,78 7,52
Nilai tertinggi 10.
2009/2010 8,07 6,55 5,98 7,29 Diraih 2 siswa
Nilai tertinggi 10.
2010/2011 7,66 6,31 6,25 8,07 Diraih 2 siswa
Hasil kerja keras kami dan rekan guru biologi ternyata menghasilkan nilai yang
lumayan. Nilai maksimal siswa memperoleh nilai sempurna 10 tahun 2010 dua siswa dan
tahun 2011 dua siswa lagi. Dari perolehan ujian nasional 3 tahun berturut turut IPA tetap diatas
7,00 dan memenuhi nilai standard nasional dan bahkan mendorong nilai yang lain untuk
memenuhi syarat pengajuan menjadi Calon Sekolah Standar Nasional (CSSN ). Pada tahun
pelajaran 2010/2011 IPA memperoleh nilai tertinggi dari mata pelajaran yang lain di SMP
Negeri 1 Gumelar. Dan IPA memperoleh peringkat 5 Kabupaten sekolah negeri dan peringkat
ke 7 untuk sekolah negeri dan swasta. Nilai ini kalah jika dibandingkan dengan sekolah favorit
namun kalau dilihat dari segi perjuangan saya jauh lebih susah. Bagi guru disekolah -sekolah
favorit nilai sepertiyang saya capai, biasa saja karena input disekolah favorite sudah tinggi,
setelah lulus punya harapan besar untuk melanjutkan. Selain input siswa bagus, siswa kota
masih les privat diluar sekolah. Sedang siswa saya adalah siswa di daerah pinggiran yang kalau
disuruh sekolah gratis saja susah. Di SMP Negeri 1 Gumelar terletak di desa yang jauh dari
perkotaan kebanyakan siswa yang sekolah hanya dari lingkungan setempat. Dan kebanyakan
setelah lulus SMP langsung bekerja di Jakarta jadi pelayan toko, pembantu rumah tangga
bahkan kuli bangunan.
Mengajar ditempat seperti ini sulit sekali untuk membangkitkan motivasi apalagi orang
tua kurang begitu mendukung. Banyak orang tua yang bekerja di Saudi Arabia, Malaysia,
Taiwan dan Korea. Masalah penampilan mungkin tidak ketinggalan dengan siswa perkotaan.
Mulai HP canggih, perhiasan, motor, tetapi kalau urusan belajar susahnya minta ampun. Anak
yang dibesarkan hanya dengan uang bukan kasih sayang lebih sukar diatur dibandingkan
dengan siswa yang dibesarkan dengan motivasi, dorongan orang tua, pengawasan dan kasih
sayang.
Dilingkungan sekolah saya juga pernah diberi tugas tertentu mulai petugas piket
hingga wakil kepala sekolah. Tugas tertentu yang pernah diberikan saya antara lain: adalah:
No Nama Jabatan Tahun Tugas Nama Kepala Sekolah
Sebagai guru untuk menambah pergaulan saya ikut organisasi profesi MGMP, PGRI
maupun Pengurus RT.
Data menjadi mengikuti organisasi
No Nama orga- Kedudukan dalam Tahun Nama Pimpinan
nisasi Organisasi
1 MGMP Ketua 2000-2003 Muh. Ardani, S.Pd,M.Pd
2 MGMP Bendahara 2003-2005 Drs. Sutjipto DS
BAB III
PRESTASI DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Berubahnya Anaku
Dahulu aku menginginkan istri yang sholekah, cantik,pinter dan sayang sama aku
alhamdulillah saya dapatkan. Istriku seorang wanita lulusan STIKUBANK Semarang. Setelah
terjadi prosesi pernikahan dan oleh Alloh istriku mengandung karana sangat senangnya aku
bersyukur, saya berpuasa senin kamis sampai anaku lahir menghirup udara sendiri tanpa
bantuan plasenta. Anaku kian lama kian tumbuh besar dengan asuan mbah karena
keterbatasanku, belum mampu mandiri untuk menempati rumah kreditan di Purwokerto.
Rumah yang saya kredit belum direhab, saya kos sendiri di Cilongok sementara istri berpisah
dengan saya. Pulang di Purbalingga mengawasi anaku yang mulai lucu-lucunya dan
menyenangkan.
Anaku tumbuh menjadi anak yang patuh dan pinter. Sekolah rajin sholat malam rajin
bahkan klo malam tidak ikut di bangunkan untuk sholat malam ngambek. Karena anaku
menonjol dalam hasil belajar akhirnya anakku di tes IQ dan mampu dimasukan kedalam kelas
akselerasi dari sekian banyak anakku mampu masuk 5 besar MI Istiqomah Sambas
Purbalingga. Suatu prestasi yang bagus yang membanggakan orang tua dan sekolah. Anaku
dipilih jadi dokter kecil sewaktu lomba sekolah sehat tingkat nasional. Karena suatu hal adiku
di PHK dari pekerjaannya, dan belum mendapat pekerjaan lagi terpaksa harus pulang di
Purbalingga. Akhirnya dengan mempertimbangkan segala macam aspek anaku saya pindahkan
ke Purwokerto di Sekolah Dasar Karang Pucung 2 dekat perumahan yang kami tempati. Sambil
latihan mandiri membiayahi anak, dan membayar pembantu untuk mengasuh anak, karena
kami semua bekerja.
Agaknya ini awal anaku yang terbiasa disiplin pulang jam 3 sore berubah menjadi
sekolah umum yang bebas. Mulai main, Play Stations, dengan teman -teman seusianya. Berkat
pengawasan orang tua sama pembantu anak kami masih baik dalam prestaasi dan bisa maasuk
ke SMP Negeri 1 Purwokerto. Di kelas 1 masih berjalan normal dikelas 2 mulai berteman
teman dengan anak yang suka intenernetan, merokok, dan membolos. Pukulan bagi kami
berdua, anak saya membolos hingga 27 hari dan kami didatangi guru BP. Nilainya hancur
dan prestasnyai jeblog ranking 12 jadi ranking 27 kelas. Selaku orang tua
kami masih bersabar dan terus berdoa supaya anak kami tetap menjadi anak yang baik.
Tanggal 19 Maret 2009 anaku kecelakan karena didorong temannya hinnga terjatuh
masuk parid kaki bagian tumit retak, menyebabkan harus istirahat kurang lebih 2 minggu.
Mulai kejadian ini anak saya tidak bisa jalan sendiri harus dipapah, ke kamar kecil, mandi
semuanya harus memerlukan bantuan, karena hanya duduk seharian bosan, yang biasanya
sudah main game online sekarang tidak bisa melakukan lagi. Akhirnya selama 2 minggu
beristirahat itu mau membaca buku dan mau belajar dengan keterpaksaan karena keadaan. Nilai
ulangan harian, try out yang tadinya jelek tiba tiba naik drastis,yang mula –mula ranking 122
paralel dari 385 siswa, naik menjadi ranking 70 dengan rata- rata 7,76 dan pada try out ke 3
naik lagi ranking 36 denan rata-rata nilai diatas 9. Hasil UN anak saya lumayan jumlah nilainya
35,80 dan masih bisa masuk SMA Negeri 1 Purwokerto.
Saat masuk SMA seperti anak lain anak saya belikan motor baru sebagai hadiah
berubahnya sikap. Namun apa yang saya dapat, motor malah dipretel ikut-ikutan teman knalpot
diganti yang bersuara brisik, saringan udara dicopot, jok ditipiskan ban diganti yang kecil,
tebeng dibuka, gagang rem diganti. Suatu Pekerjaan berat bagi saya, rupanya ini adalah aksi
protes dulu yang sendirian sekarang punya adik lagi, ucapan anak saya:” sekarang orang tua
tidak cinta lagi!, apa- apa adik apa apa adik”. Saya memiliki anak kedua setelah yang besar
klas 9 SMP karena istri KB, setelah lima tahun dilepas 6 tahun baru hamil, lalu miskram sampai
2 kali dan akhirnya jaraknya terpaut 12 tahun.
Suatu ketika anak saya ajak pulang lebaran ke Boyolali naik motor sambil bertamasya
touring melewati Wonosobo, Salaman, Candi Borobudur, Ketep, Gunung Merapi, Selo dan
Cepogo hingga sampai di rumah orang tuaku. Ketika dalam perjalanan, istirahat sholat,
mampir makan di rumah makan, selalu saya nasehati pelan- pelan. Saya jelaskan “kalau naik
motor dengan kenalpot berbunyi keras jika melewati rumah orang tua yang sakit sampai
terbangun apa tidak kasihan mas?” dan “tidak bisa tidur gara-gara suara motormu?”. Kalau
saringan udara dilepas nanti karburator menjadi cepet kotor dan bisa macet, seandainya kamu
macet pas ditempat yang jauh dari bengkel apa kamu tidak beresiko nuntun jarak jauh?.
Mungkin juga pas hujan karena saringan udara membuka bisa kemasukan air dan macet?. Saya
beri gambaran gambaran logis dan harus di pikir. Hadiah dari perjalanan jauh ini memberi
perubahan. Sepulang dari Boyolali knalpot dan filter udara dipasang kembali.
B. Menjadi Guru Les
Untuk menambah penghasilan karena saya laju dari Purwokerto Gumelar memerlukan
transport yang banyak saya ikut mengeles di bimbingan belajar Be Better tahun 1999 di Pasar
Cermai, Purwosari, Purwokerto. Waktu itu saya mengajar sekali mengajar di beri transport
Rp.2.500,00 karena saya mendapat 8 jam saya mendapat penghasilan dari mengeles
Rp.20.000,00 lumayan. Karena capai dan jarak yang cukup jauh saya mengundurkan diri.
Namun apa yang terjadi banyak siswa yang dari mulut ke mulut bagai iklan berjalan ternyata
banyak siswa yang senang saya ajar ketika masih di bimbingan belajar dan minta les privat
sendiri dirumahnya atau datang kerumah saya.
BAB IV
HARAPAN DAN RENCANA MASA DATANG
Indonesia adalah negara yang kaya raya, mulai hasil bumi, hasil laut, kekyaan laut,
tambang mineral, hasil hutan, plora fauna, adat budaya yang tinggi, kesenian yang indah
sampai dikagumi oleh dunia, semua bisa di jadikan modal untuk membangun dan
membesarkan bangsa ini. Kekayaan itu dapat dikelola oleh orang yang tepat yaitu memiliki:
integritas, ketaqwawaan, cerdas, terampil, jujur dan ahli sesuai dengan keahlia masing –
masing. Banyak potensi siswa Indonesia terbukti bisa berbicara di tingkat dunia.
Banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri dan disana bisa sukses dan
menonjol dalam kemampuannya itu semua adalah modal yang bisa digunakan untuk
membangun dan membesarkan bangsa seperti ketika jaman Majapahit yang jaya dan bersatu
padu. Seperti sumpah maha patih Gajah Mada tidak akan makan gula sebelum nusantara
bersatu. Jiwa seperti itu bisa kita tumbuhkan kembali. Seperti para pahlawan yang rela berjuang
mati berkalang tanah asal Indonesia merdeka. Bila jiwa- jiwa seperti ini tumbuh di hati para
siswa maka Indonesia akan bangkit kembali. Tidak ada lagi cerita tawuran pelajar, tidak ada
pelajar terjerat narkoba, tidak ada pelajar tertangkap berpesta minum min uman keras, tidak
ada pelajar pesta sex, dan sebagainya.
Untuk menjadikan, atau mengubah siswa menjadi lebih baik lagi agaknya susah,
karena melihat tayangan di TV, internet, dan media masa yang semakin canggih dan cepat
menjadi guru mereka. Namun sebagai guru harus selalu yakin jika kita bisa dijadikan contoh
dan panutan yang baik bisa untuk menangkis itu semua. Dalam melaksanakan pembelajaran
saya selalu menekankan bahwa ilmu akan dicapai melalui proses, dengan proses yang baik
akan meningkatkan kualitas siswa.
Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan saya merencanakan beberapa program
yaitu:
1. Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran,
disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan sebagainya.
2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model pembelajaran
yang bervariasi.
3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching and
Learning.
4. Tidak membedakan antara siswa priya dan wanita’ kaya miskin, ras keturunan,
suku,budaya dan agama.
5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui penelitian
tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, guru BK, tenaga TU,unsur komite , kepala sekolah
dan orang tua melalui home visit.
Dengan 5 langkah tersebut saya berharap mutu pendidikan akan meningkat segi
pembelajaran, kepribadian, ketreampilan aklaq mulia dan kualitas hasil belajar. Sehingga
diharpkan siswa dapat memiliki keterampilan, kecakapan hidup, untuk dirinya sendiri
masyarakat bangsa dan negara.
SISTIMATIKA PENULISAN KARYA TULIS
(PENGAWAS SD/SMP)
ESAI/MAKALAH/DESKRIPSI DIRI
TEMA: MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI PENGAWAS SEKOLAH BERPRESTASI?
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II. LANDASAN TIORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB III. METODA PENELITIAN
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V. PENUTUP
LAMPIRAN
BAB I
LATAR BELAKANG
BAB II
PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI
PENERIMA PENGHARGAAN TEACHER OF THE YEAR
Menjadi guru berarti menjadi pemburu dan pecinta ilmu. Guru `dipaksa` untuk terus
berolah pikir. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di sekolah dan kuliah. Tidak
jarang, guru bahkan mendapatkan ilmu baru yang tidak ada dibangku sekolah atau kuliah.
Belum lagi beragam persoalan menyangkut murid, semakin menambah kematangan pribadi
guru dalam berpikir dan bersikap. Inilah universitas kehidupan yang sesungguhnya.
Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka pantulan segala bentuk
prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk
pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam
pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan
yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus
berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.
1. Bidang akademik
Prestasi dibidang akademik adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah
ini:
Waktu
No Nama Lomba Tingkat Penyelenggara Ket
Pelaksanaan
1. Lomba Guru 2010 Kabupaten Kemenag Kab. Juara
Teladan Belitung Timur III
2. Guru Favorit 2012 - PGRI Kab.
versi siswa Belitung Timur
3. Lomba Guru 2013 Kecamatan UPTD TK/SD Juara I
berprestasi Kec. Manggar
4. Lomba Guru 2013 Kabupaten Dinas Juara I
berprestasi Pendidikan Kab.
Belitung Timur
5. Lomba Guru 2013 Propinsi Dinas Juara
berprestasi Pendidikan III
Propinsi Kep.
Bangka Belitung
6. Forum Ilmiah 2013 Kabupaten Dinas Juara I
Guru Pendidikan Kab.
Belitung Timur
7. Forum Ilmiah 2013 Propinsi Dinas Juara I
Guru Pendidikan
Propinsi Kep.
Bangka Belitung
2. Pembimbingan Teman Sejawat
Sedangkan keterlibatan saya dalam pembingan teman sejawat adalah sebagai berikut
seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
Instruktur/Guru
No Mata Pelajaran/Kegiatan Tempat
Inti/Tutor/Pemandu
1 Pengimbasan Orientasi Guru PAI Nara sumber Manggar
2. Seminar Hasil PTK Pembelajaran PAI Nara sumber Manggar
3. Pitaran Pembina Pramuka 2009 Nara sumber Manggar
4. Woskhsop Pengimbasan Model Instrsuktur Manggar
Pembelajaran PAI
5. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2010
6. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2011
7 Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2012
8. Pelatihan Guru PAI Instruktur Manggar
Tingkat SD Tahun 2013
9. Workshop Ekstrakurikuler Instruktur Manggar
Keagamaan Tingkat SD Tahun 2013
5. Bidang Organisasi
Di bidang organisasi keterlibatan saya adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada
tabel dibawah ini:
No Nama Organisasi Tahun Jabatan Tingkat
1. Pengurus KKG PAI Kecamatan 2007-2010 Wakil Ketua Kecamatan
2. Penambahan Pengurus PGRI Bidang
2005 -2010 Kecamatan
Cabang Kerohanian
3. Pengurus KKG PAI Kabupaten 2008 -2011 Ketua Kabupaten
4. Dewan Pengurus Daerah
BKPRMI 2008-2011 Ketua II Kabupaten
7. Pengalaman Kerja
Kalau masalah pengalaman kerja penulis sangat minim, karena karier penulis menjadi
guru dimulai sejak tanggal 1 April 2006 diangkat menjadi CPNS yang ditempatkan di SD
Negeri 12 Manggar dan pada bulan Februari 2008 dimutasikan ke SD Negeri 1 Manggar.
Tetapi penulis berusaha bekerja dengan maksimal yang diniatkan dalam hati bahwa menjadi
seorang guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan baik, karena menyangkut
mendidik generasi masa depan calon pemimpin bangsa.
Oleh karena itu penulis sekuat tenaga untuk bekerja dan beribadah demi generasi
mendatang. Karena kesalahaan mendidik dampaknya sangat fatal sekali maka akan merusak
generasi bangsa yang rusak moral dan korup. Seorang guru dapat berbuat kebaikan dan dapat
melakukan dosa-dosa
Dan saya sadar secara sengaja atau tidak disengaja (dengan sesadar-sadarnya) telah
secara langsung maupun tidak langsung sering melakukan dosa-dosa sebagai guru. Dan saya
pun berdo’a : “Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas
dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah,
ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan
ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala
kesalahan yang kulakukan.”
BAB III
PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT
A. Harapan
Pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu Pemerintah, Lembaga
Pendidikan (Sekolah), dan juga masyarakat. Ketiga unsur tersebut harus saling mendukung.
Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak saling mendukung, maka jangan berharap
mutu pendidikan bisa tercapai sesuai harapan kita. Seperti halnya penulis pun akan selalu
berharap ada kesempatan untuk pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas dan
keprofesionalan sebagai seorang tenaga pendidik.
Disamping itu pula harapan penulis menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru
berprestasi adalah kebanggaan adalah : Ingin mengabdi menjadi guru yang bukan sekedar janji
semata namun dalam bentuk nyata benar-benar pengabdian yang penuh ketulusan, keikhlasan,
kejujuran, penuh inovasi, pengorbanan waktu, tenaga maupun materi, untuk mencerdaskan,
membimbing, mendidik jiwa-jiwa muda generasi penerus bangsa.
B. Rencana Kegiatan
Menjalankan/ melaksanakan Visi dan Misi yang sudah tertuang dan terpatri, yakni:
1. menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan prestasi yang diharapkan agar
mampu meningkatkan mutu pendidikan.
2. Meningkatkan kreativitas guru bukan sekedar penguasaan teori.
3. Meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas.
4. Meningkatkan karya inovatif guru dalam pengelolaan kelas.
5. Meningkatkan kedekatan dan keakraban guru dengan siswa, sebagai jembatan pengembangan
pengabdian masyarakat, melalui kelompok belajar siswa, juga ekstrakurikuler.
Selain diatas, ada beberapa hal yang lain untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan,
oleh penulis juga merencanakan beberapa program yait
1. Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran,
disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan
sebagainya.
2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model
pembelajaran yang bervariasi.
3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching
and Learning.
4. Tidak membedakan antara siswa pria dan wanita, kaya miskin, ras, keturunan, suku,
budaya dan agama.
5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui
penelitian tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, kepala sekolah dan orang tua
melalui home visit.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka segala bentuk prestasi,
kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk
pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam
pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan
yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus
berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.
Apa yang diamanatkan kepada kita selama itu baik, bermanfaat dan tidak merugikan
orang lain maka harus kita jalankan.dan ingat jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pantas
kita terima karena semua itu datangnya dari Allah SWT.
B. Saran
Saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun kepada saya demi
sempurnanya makalah ini dan penulis makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan sehingga pertanyaan “ Saya Layak
Atau Tidak Sebagai Penerima Penghargaan Teacher Of The Year?” akan terjawab pada
akhirnya.