Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ardyan Muzamrozhi I

Kelas : C0. 2 (F)

Nim : 1119114

MEMAHAMI PROFESI GURU

A. Apakah profesi itu?

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin
profecus, yang artinya mengakui, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan, keahlian, dan
persiapan akademik

Jika disederhanakan profesi dapat dimaknai sebagai pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian,
keterampilan, kejujuran dan sebagainya sedangkan profesional berkaitan dengan profesi,
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya). Pekerjaan guru sering terfokus pada mendidik
mendidik itu merupakan suatu usaha yang amat kompleks mengingat banyaknya kegiatan yang
harus diantisipasi untuk membawa siswa menjadi lebih dewasa

Tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seorang guru agar benar-benar
berkompeten dalam bidangnya, harus memenuhi empat kriteria kompetensi yaitu kompetensi
pengetahuan dalam kurung knowledge, pemahaman understanding, kemampuan skill dan sikap atau
nilai value.

Di manakah 4 kompetensi tersebut harus menyatu dalam satu langkah tindakan nyata agar mampu
memperoleh kualitas profesi yang tinggi. Ambil contoh seseorang menjadi guru dikatakan telah
berkompeten apabila memenuhi 4 kriteria tersebut. Yaitu di bidang pengetahuan, guru harus benar-
benar memiliki kemampuan maksimal yang diperoleh dari pendidikan tinggi.

 Bidang pemahaman
 Bidang Kemampuan
 Bidang Sikap atau Nilai

Guru tidak cukup dengan ketiga kemampuan tersebut ditambah lagi satu kunci pokok dalam
membentuk perilaku luhur yaitu nilai atau sikap seorang guru yang benar-benar menjiwai bahwa
guru adalah sosok yang harus digugu dan ditiru.

Digugu artinya memiliki kemampuan yang mampu membelajarkan siswa sedangkan ditiru memiliki
arti bahwa guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi siswa dan lingkungan masyarakatnya
agar mereka mempercayai bahwa guru itu wajib diteladani.

Menurut Sudarman Danim (1995 : 60) profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mencatatkan
persiapan spesialisasi akademik dalam waktu yang relatif lama di perguruan tinggi, baik dalam
bidang sosial eksakta maupun seni. Dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual daripada fisik
manual yang dalam mekanisme pekerjaannya dikuasai oleh kode etik. Sudut Danim tetap
mengkhususkan pada konsep pendidikan sebagai dasar profesi, walaupun dia belum memerinci
secara detail terkait dengan bagaimana mengukur sebuah profesi itu agar berkualitas.

Dengan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi yang mensyaratkan adanya
suatu pekerjaan rumah yang harus memiliki linearitas dengan ijazahnya. Jika pekerjaan itu dilengkapi
dengan telah mengikuti Diklat profesi, maka statusnya meningkat menjadi profesional ketika
sertifikat profesi telah dipegangnya, maka guru tersebut berhak mendapatkan tambahan
penghasilan dari penghargaan profesi tersebut, yang biasa disebut dengan tunjangan profesi guru

Oleh karena itu, pendidikan dan latihan profesi yang ditekuni melalui lembaga pendidikan dengan
jangka waktu yang relatif lama artinya bagi profesi guru minimal membutuhkan waktu 62 jam tatap
muka titik katakanlah untuk menjadi seorang dokter spesialis, dia membutuhkan kuliah tambahan
minimal 1 tahun.

Dengan demikian pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan pelatihan. Secara teori, semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya
maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya titik tinggi rendahnya pengakuan
profesionalisme sangat bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh.

Tugas guru ialah mendidik, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswanya, memberikan
dorongan moral maupun mentalnya agar mereka mampu menghadapi segala jenis permasalahan
yang terjadi dalam hidupnya. Selama menempuh pendidikan formal maupun nonformal guru
menjadi komponen terpenting dalam menentukan sistem pendidikan.

Dampak guru yang kurang efektif, kenyataannya banyak guru yang lari dari tanggung jawab sebagai
pendidik yang berkualitas dan profesional guru seperti ini justru hanya membuat peningkatan
motivasi belajar siswa sangat berkurang, bahkan turun drastis. Akibat kemalasan, atur dalam
mengerjakan tugas, sehingga timbul rasa ketidaknyamanan di kelas titik siswa maunya keluar dari
kelas, karena metode mengajar guru tersebut membuatnya bosan. Jika hal ini dibiarkan secara terus
menerus akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter belajar siswa yang kurang baik.

Tujuan utama guru mengajar adalah harus mampu menempatkan terjadinya perubahan perilaku
belajar siswa-siswanya perilaku ini akan nampak dalam kehidupan sehari-hari yang akan selalu
dirasakan oleh siswa. Seperti halnya tidak tahu menjadi tahu, dari sulit belajar menjadi mudah
belajar, dari tidak faham menjadi paham, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terarah
menjadi terarah.

Sebenarnya seorang pendidik, guru harus memiliki kesadaran dan merasa mempunyai tugas untuk
mendidik guru mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan karena guru memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap orang tua, negara dan masyarakat. Tanggung jawab guru harus bisa
menuntut siswa untuk belajar, dengan cara membuat rencana dan menentukan siswa mampu
melaksanakan kegiatan belajar seperti yang diharapkan titik guru juga mempunyai tanggung jawab
untuk turut serta dalam membina kurikulum sekolah guru sesungguhnya seorang kunci yang paling
tahu mengenai keperluan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

Kebanyakan guru-guru kita belum memiliki profesionalitas yang memadai untuk menjalankan
tugasnya. Secara umum para guru kita kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal. Kualitas
guru akan berdampak sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu pendidikan titik pada saat ini
kualitas guru menurun, dan harus ditingkatkan melalui peningkatan pelatihan-pelatihan bi bidang
penerapan metode yang tepat, penggunaan media yang sesuai, strategi mengajar yang lebih
menarik, evaluasi yang transparan dan sebagainya.

Kita sama-sama tahu bahwa pendidikan di masa depan, sangat bergantung pada kualitas guru
sangking pentingnya peran dan tanggung jawab guru, undang-undang nomor 14/2005 tentang guru
dan dosen menyebutkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran learning agent yang harus menjadi
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi siswa.

1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka


2. Profesi mengandung unsur pengabdian
3. Profesi adalah suatu jabatan
4. Profesi adalah suatu ibadah

Ketika anak bangsa mengharapkan kualitas sumber daya yang tinggi, maka manusia itu adalah guru.
Dan dunia pendidikan adalah wilayah untuk mencapai berbagai harapan diatas. Tentu tidaklah
mudah, salah satunya dengan membuat komitmen bahwa pendidikan atau tugas guru tidaklah
hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu titik guru memiliki komitmen
bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian dari tugas masa depan bangsa dan agama.

Profesi mengajar tidak dapat disamakan dengan profesi lainnya. Dalam hal keutamaan dan
kedudukannya, profesi guru sebagai pengajar termasuk semulia-mulianya profesi dan seluruh
luhurnya profesi tidak sampai tingkat mengajar sekalipun, guru tidak bertugas sendiri, tidak
menentukan apa yang akan menjadi tujuan kinerja nya secara sendiri-sendiri, dia adalah bagian
dunia yang lebih luas karena peranannya memang begitu penting bagi upaya membangun
peradaban dunia.

Dalam kaitannya dengan kegiatan mengajar, ada beberapa aspek penting yang bernilai spiritual yaitu
1 niat 2 doa 3 ikhlas. Karena mengajar adalah panggilan jiwa maka salah satu aspek yang harus
diperhatikan adalah bagaimana menjadikan tugas mengajar sebagai bagian dari kebutuhan dan
tugas kemuliaan untuk mendapatkan keridhaan Allah

Adapun mengajar sebagai bagian dari ibadah, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mengajar adalah kebutuhan.

Kebutuhan untuk mengajar bukan semata-mata karena tugas yang diberikan kepala sekolah, bukan
sekedar untuk mendapatkan gaji, atau untuk mendapatkan gengsi dan sebagainya. Guru yang baik
adalah guru yang mempunyai kebutuhan menyampaikan apapun dalam gagasan ilmu dan
keterampilan untuk generasi muda.

Sehingga panggilan jiwa menyatu pada tugas guru dan menjadi ibadah karena keikhlasan yang
dilakukannya. Inilah salah satu ciri guru yang apabila mengajar justru jadi ibadah.

b. Mendidik adalah tugas kemuliaan.

Guru mengajar dapat dilakukan kapan saja dan kepada siapa saja, tetapi ada guru yang apabila ingin
memulai mengajar, ia mempersiapkan sedemikian rupa, berbagai persiapan tersebut salah satunya
adalah dengan berdoa. Akhir pengajarannya, ia melaksanakan sedikit kegiatan spiritual nya yakni
berdoa juga.

c. Mendidik dan mengajar untuk mendapat keridhaan.


Mendidik dan mengajar sebagai tugas seorang guru difokuskan untuk mengharapkan keridhaan nya.
Ini adalah sebuah profesi, akan tetapi imbalan yang akan diperoleh tidak dapat diukur semata-mata
dengan materi, atau dengan promosi kenaikan pangkat. Tetapi lebih dari itu, tugas utama guru ini
adalah dipersembahkan untuk dirinya, untuk umat, dan untuk Tuhan, akhirnya keridhoan lah yang ia
harapkan dan ia dapatkan.

Pendidik atau guru adalah orang tua kedua bagi siswanya mau tidak mau para pendidik juga
berperan besar mewarnai siswa di masa depannya siswa laksana kertas putih yang secara fitrah
bersih putih dan orang tua serta guru lah yang berperan besar untuk mewarnai siswanya menjadi
merah, hijau, kuning, atau paduan warna lainnya. Hal tersebut membuat kendi di memiliki tugas dan
tanggung jawab yang besar, yang tidak dapat diremehkan dan dipandang sebelah mata.

Bagi pendidik yang ikhlas dan menjadikan tugas tersebut sebagai ladang amal, maka pahala dari
Allah telah menantinya. Akan tetapi akankah seorang pendidik selalu mulus dan tanpa rintangan
dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Liku-liku masalah sebagai pendidik harus dilalui karena
pendidik tidak hanya menghadapi satu orang saja namun bisa puluhan orang. Tidak hanya siswa saja
yang harus dihadapinya tetapi orang tua dan masyarakat sebagai pengguna lulusan dari pendidikan
tersebut.

Menaruh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan orang tua siswa, akan berimbas kepada
kepercayaan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan tersebut. Hal ini dilakukan
karena tingginya kepercayaan atas kemampuan guru-gurunya dalam membimbing belajar siswanya,
dalam menghantarkan prestasi siswa sampai masuk ke perguruan tinggi yang diinginkannya.

Setiap guru akan dicoba dengan masalahnya masing-masing dan hal tersebut dapat mendewasakan
sang guru dari waktu ke waktu hingga suatu saat ia mampu berdiri setegar karang dan mampu
menghadapi benturan ombak yang kian membesar. Senyum, tangis, guratan kesedihan, maupun
kekhawatiran menjadi bumbu bagi seorang guru.

Senyum Dan tawa mengiringi langkah keberhasilan siswa-siswanya. Guratan kesedihan mampu
kekhawatiran tersimpan hingga terkadang teruraikan air mata bila melihat kemunduran atau bahkan
kemerosotan yang dihadapi siswanya baik dari segi akademik maupun akhlaknya.

Harus bagaimana lagi agar dapat menjadi guru yang pengertian terhadap siswanya. Harus
melakukan apa lagi agar siswanya dapat menjadi lebih baik. Satu masalah terurai dan selesai,
muncullah masalah baru yang harus dihadapi seorang guru pada waktu berikutnya, seakan-akan
masalah tak ada henti-hentinya dari hari ke hari namun demikian, guru yang bijaksana akan
menghadapi ini semua dengan hati yang lapang, pikiran yang cerah, sikap yang tenang, agar
siswanya memiliki rasa simpati terhadap guru tersebut.

Oleh karena itu guru harus memiliki niat yang ikhlas dalam mendidik siswa siswanya hal tersebut
agar membedakan antara niat kebiasaan mengajar dan niat ibadah titik jadi tatkala guru meniatkan
untuk mendidik mencari pahala di sisi Allah atau ridho Allah maka akan berbeda jika pendidik atau
guru tanpa ada niat di hatinya, pergi pagi, tulang siang dan hanya menjadikan hal tersebut sebagai
rutinitas belaka.

Guru tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Jika mengajar setelah bahan ajar disampaikan,
sudah lepas lah tanggung jawabnya. Namun jika mendidik adalah lebih menuju ke arah memberikan
pemahaman baik segi akademik maupun segi mental spiritual siswanya.

Guru akan lebih dihargai dan lebih didengar tatkala iya tidak asal bunyi saja alias asal berbicara atau
menasihati, namun lebih ke suritauladan. Melihat dengan contoh lebih mudah dipahami oleh
siswanya, daripada sekedar mendengarkan. Karena perilaku merupakan cerminan dari bagaimana
mereka berpikir.

Sebagai contoh yang mudah tatkala ada kerja bakti kelas pendidik atau guru hanya menyuruh ini dan
itu, sedangkan ia sampai melenggang pergi atau hanya mondar-mandir saja, maka akan terjadi
proses perilaku baru pada diri siswanya, karena perintah tersebut tak terwujud dalam tindakan titik
mungkin benar bahwa sebagai pendidik, guru adalah yang mengarahkan, namun alangkah lebih baik
lagi selagi mengarahkan sekalian memberi contoh. Hal tersebut kelihatan sepele namun akan benar-
benar membekas. Siapa tahu suatu saat, tatkala siswanya telah menjadi pendidik atau guru, ia akan
cenderung bersikap meniru. Sikap sebagaimana guru masa lalunya yaitu menjadi jiwa yang tidak
hanya menyuruh tetapi mau meneladani titik Bila seorang pendidik atau guru benar dalam
perkataannya dalam perbuatannya, maka siswanya akan tumbuh sikap meniru atau meneladani
dengan semua prinsip-prinsip pendidik yang tertancap dalam pikirannya.

Anda mungkin juga menyukai