Anda di halaman 1dari 3

“Terus Bergerak”

Oleh : Evi Nurbasari


Aku adalah pemilik nama Evi Nurbasari yang dikelilingi
orang-orang baik. Aku adalah guru kelas 2 di SDN
Lawanggintung 2, Kota Bogor. Di sekolah ku mengajar, semua
rekan kerjaku selalu mendukung apapun peluang yang membuat
aku berkembang. Sungguh luar biasa selama 16 Tahun berada
pada lingkungan yang supportif. Selain itu, anak-anak murid
yang menjadi semangatku menjalani karirku sebagai Guru. Susah
senang telah saya lalui sepanjang karir saya menjadi seorang
Guru. Apa yang membuatku kuat dan tetap bertahan? Tentunya
selain rekan-rekan dan muridku, adalah keluargaku. Keluargaku bahkan bukan hanya
mendukung ku pada setiap langkah. Mereka selalu mendo’akan ku agar tetap sehat sehingga bisa
terus memberikan manfaat ku sebagai seorang Guru.

Siang yang cerah tepat di atas kepala mentari kuning menyala, pimpinanku di sekolah
melambaikan tangannya dengan smart phone di tangannya.
“Bu Evi… Pendaftaran Guru Penggerak dibuka ni.. Ikut yahh daftar. Ajakin juga yang
lain yahh.” Ucap Ibu Kepala Sekolah.
“Guru Penggerak itu apa ya bu?” Tanyaku sambal senyum tipis nan kebingungan.
“Guru Penggerak itu program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi
pemimpin pembelajaran. Programnya tuh nanti pelatihan dulu selama 6 bulan secara
online.” Utas Kepsek.
“Oh begitu.. terus daftarnya gimana bu?”
“Daftarnya ini masuk dulu ke link ini, terus isi aja data-data file yang diminta.” Jelasnya.
“Pokoknya sekarangmah daftar dulu aja. Lulus atau tidak kita serahkan kepada Allah
SWT. Tapi mudah-mudahan lulus.” Tambahnya sambil memperlihatkan link yang ada di
smart phone nya.
“Oh iya baik bu. Terima kasih infonya. Nanti saya coba akses linknya.” Ucapku
Berjalanlah aku ke kelas sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan Ibu Kepala Sekolah
tentang apa itu Guru Penggerak?

“tetttttttt….tetttttt…tettttttt..” Lonceng bel berbunyi. Bunyi yang selalu dinantikan


seluruh siswa. Siswa bersalaman dan berpamitan untuk pulang. Senyumku menyertai pada
setiap genggaman tangan siswaku hingga akhirnya sekolahpun menjadi sepi. Butir keringat tepat
di ujung alis. Sepertinya akan jatuh jika ku mulai melangkah. Dan betul saja. Butir itu jatuh.
Semoga menjadi berkah hari ini.
Berjalanlah aku menuju pulang. Ketukan sepatuku masih seirama, balas membalas. Aku
pulang dengan hati yang gembira dicampur rasa bingung. Ingin rasanya cepat sampai di rumah
dan membuka link pendaftaran yang diberikan oleh Kepala Sekolah.
Terasa adem sekali.. Angin menabrak wajahku yang kusam seharian di ruangan
menghadapi siswa yang berbeda-beda karakternya. Semakin ku pacu sepeda motorku, rasanya
rumahku semakin jauhhh saja. Hingga akhirnya ku turunkan standar motorku di depan rumahku.
Akhirnya aku sampai juga.
Jajaran tulisan biru itu menjadi yang pertama ku pikirkan. Aku ambil smartphone ku dan
membuka linknya. Dan WAW!! Banyak sekali yang harus saya isi. Aku mulai mengisi satu demi
satu. Hingga pukul 23.30 selesailah uploading dan isi mengisi essay. Butiran keringatku lebih
banyak dari saat ku di ruang kelas. Kepala dan leherku terasa lelah. Akupun beristirahat.
Sejak saat itu, sudah 2 kali ku temui tanggal 1, akhirnya muncul pengumunan seleksi
administrasi Calon Guru Penggerak. Dan namaku ada di dekat teman-temanku yang berinisial E.
Evi Nurbasari, S.Pd dinyatakan lolos seleksi administrasi. Hatiku gembira, namun aku tahu
bahwa jangan terlalu berlebihan, dibawa santai saja. Karena setelah ini ada seleksi lainnya yakni
pre teaching test dan wawancara. Semua sangat kupersiapkan dengan matang untuk melewati
seleksi 2 tahap terakhir itu. Lagi dan lagi.. Namaku tetap tertera pada daftar peserta yang lolos.
Alhamdulillah.
Hari pertama seluruh peserta yang lolos menjadi Calon Guru Penggerak disatukan dalam
satu ruangan Zoom untuk melaksanakan pembukaan Pendidikan Calon Guru Penggerak dan
masa orientasi Calon Guru Penggerak yang dihadiri oleh ketua BBGP. Hatiku seperti bertanya-
tanya, aku sedang di mana? Di dalam Zoom banyak sekali orang-orang hebat. Aku
mendengarkan mereka kata demi kata yang diucapkan.
Sampai tiba pembagian kelompok untuk regional Bogor. Saya kemabali dipertemukan
dengan orang-orang hebat seperjuangan. Mereka adalah Bu Taslih, Bu Nissa, Bu Eva, dan Pak
Rafly. Usia mereka cukup jauh dengan saya. Mereka sangatlah muda dan enerjik. Sedangkan
saya yang paling senior, merasa harus banyak belajar adaptasi. Karena berbeda generasi, yang
tentu mereka sangat unggul dalam hal teknologi dan digital. Sedangkan aku masih merasa
tertinggal jika dibanding mereka.
Pendidikan Guru Penggerak, konon katanya, dipenuhi tugas yang membuat aku harus
memutar otak dan mengatur waktu agar kepentingan aku sebagai guru terpenuhi, juga tugas CGP
terselesaikan. Hmmmm apakah aku bisa?
“Bu Eviiiiii. Yaampun selamat yaaa lolos jadi Calon Guru Penggerak. Kata saya juga
apa, daftar aja duluu.” Ucap Ibu Kepala Sekolah.
“Alhamdulillah buu. Terima kasih dorongannya.” Jawab saya dengan senyum penuh
gembira.
“Kapan mulai pendidikannya?”
“Hari senin sudah mulai mengaktifkan LMS.” Jawab saya
“Oooh syukur deh. Lancar yaaaa.” Peluk Ibu Kepsek.

Aku menjalani Pendidikan Guru Penggerak. Ternyata bukan sekadar “konon”. Tumpukan
tugas itu memang benar adanya. Aku tenggelam dalam kolam tugas yang deras. Sistim digital
dan online, jalan yang membuat saya berjalan kaku. Mungkin belum terbiasa.
Tuhan memang baik. Di tengah kesulitanku, dikirimkan orang-orang baik yang sangat
sudi menjawab pertanyaanku saat pagi, siang, sore, dan malam. Mereka adalah rekan
kelompokku. Aku yang masih harus belajar tentang teknologi, mereka selalu ada. Selain itu,
kemampuan IT aku juga terasah seiring berjalannya pendidikan ini. Dari mulai mengakses LMS,
join ke aplikasi meeting online, sampai mengisi formular online. Wahhh sungguh membuatku
berkembang.
Beberapa kali pada kegiatan Loka karya, aku bertemu kelompokku. Saat bertemu,
ternyata aslinya jauh lebih baik dibanding saat berkomunikasi secara daring. Sejauh ini, sudah
banyak juga tugas kelompok yang dikerjakan bersama-sama. Tugas kelompok yang paling
berkesan adalah ketika kami mendapat tugas untuk membuat sebuah simulasi supervisi yang di
mana peran masing-masing dibagi. Ada yang menjadi coach, coachee, dan supervisor. Saat itu
aku betul-betul merasakan kerja sama yang luar biasa. Kami menghabiskan waktu beberapa hari
untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Pendidikan Guru Penggerak memanglah mengubah hidup aku. Dari mulai dukungan
Kepala Sekolah dan rekan sejawat ku yang luar biasa, kerja sama dengan rekan satu kelompok
yang sangat kompak, serta doa keluarga yang tiada hentinya. Aku sangat bersyukur berada pada
titik aku saat ini.
Banyak sekali yang bisa aku pelajari, hal positif yang bisa aku ambil, dan kemampuan
mengatur waktu yang lebih maksimal. Pada awal-awal mungkin aku belum terbiasa, masih
merasa kaku. Namun itu semua bisa teratasi seiring berjalannya waktu.
Aku berharap kepada teman-teman CGP Angkatan setelah aku, jangan mudah menyerah
dengan situasi yang berubah drastis dari yang sebelumnya menjalankan aktivitas sebagai seorang
guru, menjadi guru yang lebih sibuk dan ditantang untuk mengatur waktu, kreatif, inovatif, dan
memiliki visi untuk semakin maksimal dalam merubah atau menggerakkan pendidikan kembali
kepada kodrat alamnya. Seperti slogan Ki Hajar Dewantara “ingarso sung tulodo” (Pendidik
memberikan teladan), “in madyo mangun karso”(Pendidik selalu berada di tengah, terus
memulai dan memotivasi), “tut wuri handayani.” (Pendidik selalu mendukung dan mendorong
peserta didik untuk maju.

Anda mungkin juga menyukai