Siang yang cerah tepat di atas kepala mentari kuning menyala, pimpinanku di sekolah
melambaikan tangannya dengan smart phone di tangannya.
“Bu Evi… Pendaftaran Guru Penggerak dibuka ni.. Ikut yahh daftar. Ajakin juga yang
lain yahh.” Ucap Ibu Kepala Sekolah.
“Guru Penggerak itu apa ya bu?” Tanyaku sambal senyum tipis nan kebingungan.
“Guru Penggerak itu program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi
pemimpin pembelajaran. Programnya tuh nanti pelatihan dulu selama 6 bulan secara
online.” Utas Kepsek.
“Oh begitu.. terus daftarnya gimana bu?”
“Daftarnya ini masuk dulu ke link ini, terus isi aja data-data file yang diminta.” Jelasnya.
“Pokoknya sekarangmah daftar dulu aja. Lulus atau tidak kita serahkan kepada Allah
SWT. Tapi mudah-mudahan lulus.” Tambahnya sambil memperlihatkan link yang ada di
smart phone nya.
“Oh iya baik bu. Terima kasih infonya. Nanti saya coba akses linknya.” Ucapku
Berjalanlah aku ke kelas sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan Ibu Kepala Sekolah
tentang apa itu Guru Penggerak?
Aku menjalani Pendidikan Guru Penggerak. Ternyata bukan sekadar “konon”. Tumpukan
tugas itu memang benar adanya. Aku tenggelam dalam kolam tugas yang deras. Sistim digital
dan online, jalan yang membuat saya berjalan kaku. Mungkin belum terbiasa.
Tuhan memang baik. Di tengah kesulitanku, dikirimkan orang-orang baik yang sangat
sudi menjawab pertanyaanku saat pagi, siang, sore, dan malam. Mereka adalah rekan
kelompokku. Aku yang masih harus belajar tentang teknologi, mereka selalu ada. Selain itu,
kemampuan IT aku juga terasah seiring berjalannya pendidikan ini. Dari mulai mengakses LMS,
join ke aplikasi meeting online, sampai mengisi formular online. Wahhh sungguh membuatku
berkembang.
Beberapa kali pada kegiatan Loka karya, aku bertemu kelompokku. Saat bertemu,
ternyata aslinya jauh lebih baik dibanding saat berkomunikasi secara daring. Sejauh ini, sudah
banyak juga tugas kelompok yang dikerjakan bersama-sama. Tugas kelompok yang paling
berkesan adalah ketika kami mendapat tugas untuk membuat sebuah simulasi supervisi yang di
mana peran masing-masing dibagi. Ada yang menjadi coach, coachee, dan supervisor. Saat itu
aku betul-betul merasakan kerja sama yang luar biasa. Kami menghabiskan waktu beberapa hari
untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Pendidikan Guru Penggerak memanglah mengubah hidup aku. Dari mulai dukungan
Kepala Sekolah dan rekan sejawat ku yang luar biasa, kerja sama dengan rekan satu kelompok
yang sangat kompak, serta doa keluarga yang tiada hentinya. Aku sangat bersyukur berada pada
titik aku saat ini.
Banyak sekali yang bisa aku pelajari, hal positif yang bisa aku ambil, dan kemampuan
mengatur waktu yang lebih maksimal. Pada awal-awal mungkin aku belum terbiasa, masih
merasa kaku. Namun itu semua bisa teratasi seiring berjalannya waktu.
Aku berharap kepada teman-teman CGP Angkatan setelah aku, jangan mudah menyerah
dengan situasi yang berubah drastis dari yang sebelumnya menjalankan aktivitas sebagai seorang
guru, menjadi guru yang lebih sibuk dan ditantang untuk mengatur waktu, kreatif, inovatif, dan
memiliki visi untuk semakin maksimal dalam merubah atau menggerakkan pendidikan kembali
kepada kodrat alamnya. Seperti slogan Ki Hajar Dewantara “ingarso sung tulodo” (Pendidik
memberikan teladan), “in madyo mangun karso”(Pendidik selalu berada di tengah, terus
memulai dan memotivasi), “tut wuri handayani.” (Pendidik selalu mendukung dan mendorong
peserta didik untuk maju.