Anda di halaman 1dari 4

NAMA: PUTRI ADELIA

KELAS: 3E

MAKE STORY FROM THIS PUZZLE BASE ON CADET CONDITE

Ini bermula saat aku telah lulus sekolah menengah atas, dimana saat itu orangtua ku

menyuruhku untuk mengikuti tes di salah satu perguruan tinggi kedinasan atau yang biasa kita

kenal PTK. Kebetulan rumah ku tak begitu jauh dari salah satu kampus kedinasan transportasi

bernama BPPTD Palembang ini. Ya, benar. Dulu nama nya dikenal sebagai BP2TD Palembang.

Kampus ini terletak di jl. Sabar jaya no 116 Mariana, Palembang. Namun pada tahun 2018 lalu,

BP2TD Palembang berubah menjadi Politeknik Transportasi Sungai, Danau, Penyebrangan

Palembang. Tentu saja aku yang baru lulus SMA tak begitu yakin dengan ide ibu yang menyuruhku

untuk tes disini. Aku ingat sekali ibu berkata padaku, “Kamu coba aja dulu tes di sana, siapa tau
berhasil.” Aku dulu memang anaknya nurut aja kalau disuruh. “Iya bu, nanti aku daftar”. Jawabku

mengiyakan ibu waktu itu. Selang beberapa hari kemudian, aku pun juga mengikuti tes di

Politeknik Sriwijaya Palembang. Dan mengejutkan sekali pada saat pengumuman aku lulus

keduanya.

Alhamdulillah. Doa ibu dan doa ku terjawab.

Aku ingat sekali, waktu itu aku masih jadi maba 5 hari. Dan begitu tau kalau aku lulus, ibu

langsung menyuruhku untuk mengambil Poltektrans yang terletak di Mariana saja. Orang tua

mana sih yang tidak bangga melihat anak nya lulus sekolah kedinasan. Sangking antusiasnya ibu

melihat pengumuman, ia terus menyuruhku membuka website. Padahal waktu itu,

pengumumannya tertunda sampai tengah malam. Dan jawaban yang paling tepat adalah akhirnya

aku memilih Politeknik Transportasi Sungai, Danau, dan Penyebrangan Palembang sebagai

kampusku.” Semoga pilihan ku tepat”. Ujar ku dalam hati waktu itu.

Waktu yang dinantikan pun tiba, aku menjadi calon taruna dikampus itu. Tahun 2018. Tak

pernah terbayang kalau di tahun ini aku memulai pendidikan sebagai seorang taruna. Karena

semua tidak seperti yang dibayangkan. Mungkin espektasiku saja yang terlalu indah waktu itu.

Disini, aku mendapat banyak pelajaran berharga yang tak pernah bisa aku dapatkan di luar sana.

Kita mulai dari kedisiplinan dulu, menjadi seorang taruna muda waktu itu tidaklah mudah bagiku.

Aku harus tepat waktu dalam menjalani keseharian disana, karena disana semua nya diatur dan

teratur. Mulai dari cara berjalan, makan, baris berbaris, istirahat, dan semuanya yang tak pernah

bisa kusebutkan. Oh ya, aku ingat saat pertama kali aku diasramakan. Rasanya, seperti…

unexpected sekali. Karena disini adalah sistem boarding school, maka kami tidak diperbolehkan

memakai handphone. Karena itu bisa mengganggu aktivitas perkuliahan kami selama diasrama.
Aku yang notabene nya tidak bisa jauh dari hp, merasa hambar sekali waktu itu. Suatu hari tanpa

handphone, ibu, ayah, dan semua orang dirumah. Suatu hari yang tak pernah bisa aku lupakan.

Hari demi hari pun berlalu, saat sudah menjalani hari-hari hampa tanpa segala hal yang

pernah kumiliki saat sebelum masuk asrama. Aku pun naik tingkat. Dari taruna muda, menjadi

taruna remaja. Di level ini, banyak perubahan yang sudah mulai kurasakan, dari yang awal masuk

tidak tahu apa-apa menjadi taruna remaja yang harus memberi contoh pada adik-adiknya.

Menurutku, di tingkat ini tak terlalu berat seperti yang terasa saat aku menjadi taruna muda.

Mungkin aku sudah cukup terbiasa. Tapi, tahun ini terasa begitu cepat. Sangat cepat sekali. Tahu-

tahu aku sudah naik tingkat. Tapi banyak yang kupetik saat aku menjadi taruna remaja. Bahwa

bunga juga perlu waktu untuk berproses, tumbuh, hingga mekar. Karena, kita cukup menikmati

prosesnya. Nanti, jika proses itu sudah berlalu, kita akan rindu pada masa-masa itu. Pelajaran

hidup yang tak kan pernah aku dapatkan di perguruan tinggi negeri biasa.

Bukan.

Bukan hanya proses yang mendewasakan, namun juga orang yang berada dibalik proses

tersebut. Kita tidak akan pernah lupa kepada siapa kita akan berterima kasih saat semuanya sudah

berlalu. Kepada ayah, yang selalu setia mendoakanku hingga detik ini. Kepada ibu, yang selalu

mendukung ku sampai saat ini. Kepada teman-teman ku yang selalu ada saat aku hanyalah

seorang bunga yang belum mekar. Dan orang-orang yang selalu menjadi support system-ku. Nanti,

aku akan mengenang semua proses ini. Dan aku sadar, kalau selama ini orang-orang hanya ingin

menikmati hasilnya tanpa memperdulikan proses yang nanti nya akan kita rindukan.

Kita berjalan lagi, saat ini, aku sudah berada dijenjang yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Congratulation! Level up. Taruna dewasa. Level terakhir menempuh pendidikan. Waktu terasa
begitu cepat saat kita merasa bahagia. Benar memang, kalau waktu cepat sekali berlalu, rasanya

baru kemarin aku merasakan pertama kali masuk kampus.

Di level ini, kami lebih memfokuskan diri ke materi. Tapi tahun ini kami harus

melakukannya dari rumah masing-masing. Sebenarnya aku senang jika harus bertemu kembali

dengan kedua orangtua ku, berkumpul bersama mereka. Namun, rasanya ada yang hilang. Seperti

separuh jiwa mu masih ada di dalam kampus. Teman-teman, dan semua kegiatan di dalam kampus

yang harus dikerjakan dari rumah. Harusnya, saat ini kami menikmati masa-masa menjelang

praktek kerja lapangan nanti. Berkumpul bersama. Menciptakan momen yang akan kami ingat

hingga nanti. Mungkin, ada hikmah yang bisa kita ambil dari covid 19 tahun ini. Tak terasa,

sebentar lagi kami akan melaksanakan praktek kerja lapangan atau PKL. Tinggal beberapa bulan

lagi, beberapa kali pertemuan materi. Kami akan melaksanakan PKL, menyusun KKW dan wisuda.

Kata-kata yang dinantikan setelah penantian panjang ini.

Wis-udah.

Selama 3 tahun menempuh pendidikan, kalimat itu sebentar lagi akan terealisasikan.

Akhirnya penantian kami semua terbayarkan. Orang pernah bilang kalau “It will be okay in the

end, if it is not okay, it will be the end”. Mungkin inilah akhirnya. Kita semua akan menemukan

bahagia pada akhir cerita yang kita buat sendiri. Dan saat kita menemukan bahagia, saat itu lah

cerita kita usai. Seperti kamu yang menemukan pelangi setelah melalui badai yang panjang.

Anda mungkin juga menyukai