Anda di halaman 1dari 3

JUDUL

Muhammad Zaenal Elmi_ XII IPS

Namaku Muhammad Zeanal Elmi kelahiran Tapin, 5 Agustus 2005. Putra


dari pasangan Maria Ulfah dengan Kasthalani, aku memiliki seorang saudari yang
6 tahun lebih tua dari aku, yang sekarang sedang menyelesaikan kuliahnya. Aku
lahir dan di besarkan di Tapin, tempat dan kota yang tidak bisa dibilang maju
namun juga bukan yang tertinggal, begitulah caraku mendeskripsikan tempat itu,
tempat dimana aku dilahirkan. Era 1950-1960-an wilayah Tapin berbentuk
Kawedanan, yaitu Kawedanan Tapin dengan ibu kota Kota Rantau yang juga
masih dalam daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) beribu kota di
Kandangan, yang kemudian memisah dan jadilah Kabupaten Tapin, begitulah
sejarah singkat kota ini.

Aku memulai pendidikan pada umur 4 tahun dari jenjang Paud, kemudian
melanjutkan TK pada umur 5 tahun kemudian lulus pada umur 6 tahun, lalu
melanjutkan lagi di jenjang SD pada umur 6 tahun, padahal peraturan saat itu
hanya memperbolehkan siswa umur 7 tahun yang dapat mendaftar di SD tersebut,
tetapi dengan beberapa pertimbangan akhirnya aku pun bisa masuk SD walaupun
diusiaku yang bisa dibilang terlalu dini, 3 jenjang pendidikan yang telah kulalui
tadi semuanya di Tapin, namun setelah masuk SMP aku bersekolah ke daerah
Kandangan selama 3 tahun di salah satu Pesantren terbaik di Hulu Sungai Selatan,
karena di peraturan di sekolah itu mengharuskan untuk berasrama, maka untuk
pertama kalinya aku terpisah jauh dari orang tua dan hidup mandiri, di Pesantren
ini siswa akan belajar ilmu agama dari jam 7 sampai jam 1 siang, kemudian
kembali keasrama untuk beristirahat, setelah sholat ashar siswa pun kembali ke
kelas untuk belajar pelajaran umum sebagaimana pelajaran di SMP pada
umumnya seperti Matematika, IPA, IPS, dan lain sebagainya.

Dari titik inilah aku mulai merasa menjalani hidup yang sebenarnya, dari
berbagai tantangan hidup baru yang lebih menantang dan mulai merasa takut akan
dewasa, dan dari berbagai hal baru yang telah aku lalui itu maka aku mulai bisa
berpikir akan masa depanku, aku pun mulai merancang rencana sukses hidupku,
dimulai dengan aku yang mencari SMA sederajat terbaik di Kalimantan sebagai
langkah selanjutnya yang harus aku tempuh.
Pada saat itu aku mendengar perbincangan sekelompok orang yang sedang
membicarakan tentang MAN Insan Cendekia Tala, yang kudengar dari mereka
adalah bagaimana sistem seleksi siswa di sekolah itu yang begitu ketat bahkan
mereka bilang Siswa SMP terbaik Kabupaten Tapin pun tidak lulus mengikuti
seleksi masuk itu, mendengar pernyataan mereka tersebut, aku pun merasa
tertantang, kupikir inilah sekolah yang kucari-cari itu. Seperti biasa ketika aku
menginginkan sesuatu aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai
sesuatu itu.

Setelah sekitar 4 bulan aku belajar semaksimal mungkin, tibalah hari yang
ditunggu-tunggu yaitu hari tes. Sesampai dilokasi aku sempat merasa tidak
percaya diri ketika melihat peserta lain yang terlihat lebih ambis dan lebih pintar
dariku. Hari itu pun berlalu, tinggal dimana aku menunggu pengumuman
kelulusan.

Singkat cerita aku berhasil lulus dan masuk ke MAN IC Tanah Laut,
ketika masuk sekolah ini ekspektasiku akan terasa sangat seru bisa bersekolah di
salah satu MAN Terbaik di Kalimantan Selatan dan bisa memakai almameter
kerennya, nyatanya di tahun pertama ku aku hampir tidak pernah bertemu secara
langsung dengan temanku di MAN, satu tahun penuh aku hanya bisa melihat
mereka dilayar, diiming-imingi libur 2 minggu nyatanya aku menganggur selama
satu tahun, begitu membosankannya bahkan sempat terlintas di pikiran untuk
pindah sekolah pada waktu itu, tahun pertamaku terasa sangat tidak produktif,
merasa sedikit menyesal karena tidak dapat menghasilkan apa-apa, tidak ada
kemajuan pada tahun itu.

1 tahun lebih 4 bulan pun berlalu, MAN IC pun akhirnya akan


melaksanakan pembelajaran tatap muka, sedikit merasa bersemangat ketika masuk
MAN IC setelah sekian lama bermeditasi dirumah aku pun mulai menantikan
masa SMA ku yang sering dibilang-bilang adalah masa-masa terindah, tetapi
semangat itu tidak berlangsung lama karena kami masuk bertepatan akan
dilaksanakannya ulangan semester genap, tanpa intruksi semua siswa pun
memakai metode kebut semalam untuk menghadapi ulangan kali ini.

Masa kelas 11 pun dapat kulalui dengan kondisi mental yang


alhamdulillah masih sehat, memasuki kelas 12 aku pun kembali dihadapkan
dengan tantangan baru yaitu tes masuk perguruan tinggi, bukan hanya itu dengan
berubahnya sistem UTBK 2023 yang mana hal ini menjadi tantangan baru juga
untuk siswa angkatan 2023, tetapi ada beberapa keuntungan dari berubahnya
sistem ini yang pertama adalah tidak ada lagi penjurusan Saintek dan Soshum, ada
yang menganggap hal ini adalah keuntungan bagi mereka namun ada juga yang
menganggap ini adalah merugikan mereka, pasalnya mereka beranggapan bahwa
saingan mereka di suatu prodi itu bukan hanya anak di satu penjurusan yang sama
namun ada anak yang lintas jurusan.

Pada saat ini aku dan kawan-kawan seangkatan sedang memperjuangkan


masa depan, aku berharap kami semua mendapat hasil terbaik.

Anda mungkin juga menyukai