Anda di halaman 1dari 44

Terkekang Oleh Virus

Mungkin semua orang merasakan hal yang sama


denganku, tidak bisa ini tidak bisa itu yang membuat
jenuh akan hal ini. Ingin melawan taruhannya nyawa dan
kondisi lingkungan. Tentu meresahkan dan menyulitkan
saat beraktvitas. Semua kehidupan normal berubah
menjadi kehidupan didalam tembok besi, bertahan
didalam tanpa melakukan aktivitas yang bebas atau
memaksa keluar dengan berharap petugas tidak
melakukan kekerasan.

Semua berubah hingga membuat semua orang


termasuk aku, harus mendekam di rumah. Belajar
dirumah, sekolah dirumah, sampe nanti aku akan
menghadapi ujian sekolah yang entah itu dirumah juga
atau tidak. Mungkin aku lebih jengkel tentang keadaan
sekolah dari rumah atau PJJ. Program itu menurutku
bukan sebagai pembimbing jarak jauh, namun lebih ke
tugas yang ditumpukkan semuanya kepada siswa setiap
harinya tanpa henti.

1
Tapi mau diapakan lagi, semuanya juga
merasakan apa yang ku rasa jadi yasudah terima saja
keadaan seperti ini. Oh ya sebelumnya namaku Kabima
Eka Putra, nama panggilanku banyak tapi aku suka lebih
suka dipanggil Kabima. Sejak dulu memang kelihatannya
lebih asyik belajar di rumah, namun kenyataanya selama
hampir 8 bulan tidak ada kesenangan untuk belajar di
rumah. Yang ada hanya lelah, pusing dan kurang tidur dan
setidaknya disemangati dengan anggapan berusaha demi
masuk universitas yang diinginkan.

Sejak pertama kali menggunakan program PJJ ini


memang terlihat seperti biasanya saja, seperti
menggunakan seragam lengkap, dasi yang rapi, rambut
yang sesuai aturan sekolah. Namun semakin hari
perubahan mulai berubah secara berangsur-angsur. Mulai
banyak siswa yang tidak menggunakan seragam lengkap
saat pembelajaran. Dan kendala yang popular di era
sekarang adalah kuota. Karena disaat PJJ ini
menggunakan internet untuk melakukan proses
pembelajaran. Disaat siswanya tidak mengikuti pelajaran,
alasan itu yang sering diutarakan dan guru memaklumi,
waw… magic banget kan.

Dan tentunya materi yang disampaikan tidak sama


seperti materi yang diajarkan dikelas. Materi singkat
ditambah tugas yang membludak dengan deadline yang
begitu padat. Dan tentunya tingkat kecurangan dalam

2
mengerjakan suatu ujian menjadi lebih terlihat. Namun
kesempatan ini memiliki keuntungan yaitu tdak perlunya
siswa harus datang ke sekolah.
Mungkin selain musibah untuk aku, namun aku
berfikir apakah ini juga merupakan bantuan mengingat
jarak antara rumah ke sekolahku sangatlah jauh. Guruku
juga merasa ini baik untukku yang rumahnya sangat jauh,
jadi aku tidak perlu lagi jauh-jauh datang ke sekolah.

Jujur saja aku justru lebih senang untuk pergi


sekolah, karena aku sangat menikmati perjalananku.
Perjalanan yang berkisar 16 km tidak terasa. Depok
menuju Tangerang tidak terasa lelah, walapun kadang aku
sempat tertidur di SPBU atau ditrotoar hingga bahkan aku
pernah tertidur dijalan saat mengendarai motor dan ketika
aku membuka mata sudah dekat dengan rumah. Ya, itu hal
yang menyenangkan untukku.

Ya sejak covid 19 melanda negeri ini, aktivitas


dialihkan ke rumah demi mencegah penyebaran virus.
Dan akhrinya sekolah menetapkan pembelajaran jarak
jauh akan tetap dilaksanakan terlebih kondisiku yang
sudah kelas 12 dan ingin mengikuti ujian. Seperti biasa
aku bangun pagi untuk sarapan dan mandi, setelah itu
bersiap membuka laptop untuk mengikuti PJJ.

3
Aku yang sudah bersiap didepan laptop menunggu
link zoom yang dishare. Ketika aku membuka hpku untuk
melihat bagaimana kondisi grup kelas, banyak sekali
guru-guru yang masuk ke grup kelasku, padahal
sebelumnya grup itu hanya berisi siswa dan wali kelas
saja. Hal ini membuatku sedikit jengkel karena siswa
menjadi tidak leluasa dalam berdiskusi dengan walikelas.

Tepat pukul 07.00, pelajaran akan segera dimulai.


Semua siswa sidah harung mengumpul di room zoom
yang sudah disediakan. Pembelajaran kali ini agak sedikit
canggung karena walikelas ku yang berbeda dari
sebelumnya. Namun itu tidak masalah untuku, guruku
dapat membimbing dengan baik.

Di minggu pertama, pembelajaran kembali


dilakukan demi mengejar nilai yang nantinya disetorkan
ke dinas dan menentukkan universitas melalui jalur
undangan. Kini aku sudah memasuki semester 5 dan
merupakan semester terakhir. Aku tidak tahu apakah
kondisi seperti ini akan terjadi sampai akhir tahun? Atau
bahkan sampai aku luluspun aku masih saja belajar
dirumah seperti ini? Semoga tidak seperti itu.

4
Kondisi seperti ini justru sangat menyulitkanku,
karena dengan kondisi seperti ini tentu saja tugasku bukan
saja untuk sekolah, namun tugas rumah yang juga banyak
dan perlu aku selesaikan. Dan disaat seperti ini tugas lebih
menyulitkan karena materi yang ditugaskan sangay sulit
karena aku sendiri kurang mengerti jika diterangkan di
zoom.

Aku sempat berfikir jika ini terus terjadi


bagaimana nanti aku melaksanakan ujian sekolah?
Apakah akan tetap di rumah atau mengerjakan di sekolah
namun dengan sistem 2 fase seperti yang dirumorkan.
Ditambah lagi tugas yang berbentuk fisik dan harus
dikumpulkan ke sekolah padahal sedang masa PSBB ini,
haduh sangat merepotkan.

Dimasa seperti ini aku mulai tersadar, apabila aku


hanya mendapatkan pelajaran dari guru saja tidaklah
cukup. Aku akhirnya mencoba mencari tempat les untuk
menambah materi yang tertinggal, namun orang tua tidak
setuju karena pembelajaran juga dilakukan di rumah yang
menurut mereka sama saja seperti belajar dari sekolah.
Aku mulai pusing memikirkan hal ini, mncoba mencari
materi melalui internet sampai diberbagai social media.

Dan tentu saja disaat seperti ini dengan


penangkapan materi yang kudapat sangatlah minim, aku

5
harus terus berdiskusi dengan teman yang anggap lebih
mengerti pelajaran yang sulit daripada aku. Banyak sekali
teman yang senang diajak belajar bersama dan aku sangat
berterima kasih kepada mereka.

Disaat seperti ini memanglah ini yang ku


butuhkan dan berharap ini bisa membantuku
mendapatkan hasil yang maksimal. Berbagai kendala
memang tak ada hentinya datang, mulai dari tugas yang
tidak bisa terkirim, kuota yang terbatas, sampai sulitnya
materi untuk dimengerti. Temanku Ilhan selalu ada disaat
aku sulit mencerna apa yang disampaikan guru, bahkan
rela mengajarkan materi yang guruku sampaikan,
memang terbaik dehh.

Suatu ketika guru matematikaku mengingatkan


kelasku bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan
ulangan harian. Tentu saja itu membuatku panik karena
materi yang akan diujikan sangatlah sulit dan belum ku
mengerti. Aku langsung saja menghubungi Ilhan dan

6
menanyakan apakah ia mengerti materi yang nanti akan
diujikan.

“Assalamualaikum han.”
“Waalaikumsalam bim, ada apa?”
“Han lu ngerti nggak materi matematika yang akan
dijadian ulangan besok?” Tanya ku.
“Ohh Alhamdulillah udah bim.” Jawab Ilhan.
“Han gua mau minta tolong ajarin materi ini han, boleh
nggak?” Tanya ku.
“Boleh banget bim, mau kapan belajarnya? Gua juga lagi
senggang nih.” Tawar Ilhan.
“Alhamdulillah malem ini aja deh han, biar enak
belajarnya.”
“Ok dah bim sip”
“Makasih banyak ya han.”
“Yo, sama-sama bim”

Kekhawatiranku mulai agak mereda, karena nanti


malam aku akan mati-matian belajar agar saat ulangan
nanti aku bisa menyelesaikan ulanganku dengan baik.
Setelah aku menghubunginya, aku langsung bersiap untuk
malam ini.

7
Malam yang beratpun tiba. Aku harus melahap
habis materi yang tidak aku mengerti hingga aku paham.
Sebelumnya aku sudah membaca sedikit materi ini namun
tetap saja tidak ada yang aku mengerti. Hingga aku
akhirnya menunggu Ilhan menghubungiku.

Setelah beberapa saat, hpku berdering dan yang


menelponku adalah Ilhan. Langsung sajaku dan ku
tanyakan apakah ia sudah siap untuk mengajarkanku.
“Assalamualaikum han, udah siap semua han?”
“Waalaikumsalam bim, udah bim ayok mulai belajarnya,
lu mau yang mana dulu?” Tanya Ilhan.
“Yang mana aja han, tadi gua baca-baca sebentar tetep aja
masih gak ngerti.”
“Oke dah kita mulai dari fungsi linier dulu ya.”
“Oke sip han.”

Akhirnya malam itu aku belajar bareng Ilhan,


mungkin benar apa yang sering guru-guru katakan bahwa
belajar dengan teman sebaya lebih memungkinkan mudah
untuk dimengerti daripada materi yang guru-guru
sampaikan.

8
Setelah beberapa jam aku belajar, kita bercerita
tentang apa yang kita alami di lingkungan rumah masing-
masing. Ternyata daerah Tangerang sudah ditandai
sebagai zona merah atau zona bahaya covid 19. Tentu hal
ini tidak bisa dianggap sepele, karena sudah ratusan
wilayah di Indonesia sudah ditetapkan sebagai zona
merah dan diperketat masa PSBBnya.

Sedangkan di rumahku belum ditandai zona merah,


namun ada beberapa warga di dekat rumahku yang
terdeteksi terkena virus covid 19. Hal itu juga membuatku
tidak bisa keluar rumah karena takut terjangkit virus covid
19 tersebut. Jam dinding sudah menunjukan setengah 11
malam dan aku berpamitan dengan Ilhan untuk tidur.

Memang dimasa seperti ini, sangat sulit


berinteraksi dengan banyak orang. Bahkan untuk bertegur
sapa saja harus berfikir panjang demi menjaga diri dari
covid 19. Tentunya ini juga membuat sosialitas
9
masyarakat menjadi menurun dan tidak menutup
kemungkinan bahwa sesudah masa masa sulit ini, orang-
orang akan berfikir apabila ada sesuatu penyakit yang
terdampak pada orang lain, orang itu harus dijauhi.
Bahkan terdapat berita yan menunjukan seseorang yang
hanya sekedar batuk saja, langsung dianggap bahwa dia
terjangkit virus covid 19.

Tentu masalah seperti ini seharusnya segera


ditangani. Pihak kesehetan seharusnya memberikan
pengarahan atau sosialisasi tentang virus ini, jangan
sampai orang-orang terkena virus covid 19 ini malah
dikucilkan dan justru membuatnya menjadi frustasi dan
strees yang memperburuk kesehatannya

10
Sayang Tanpa Batas

Dimasa pandemik ini memang kita dituntut


melakukan berbagai aktivitas dirumah. Mulai dari bekerja
yang harus di rumah, ibu-ibu yang harus menunda
hobinya berbelanja, anak-anak yang harusnya belajar di
sekolah dialihkan belajar dirumah demi menjauhi
terjangkitnya virus corona ini. Hal ini juga dirasakan oleh
Liza, gadis yang duduk dibangku kelas 12 MIPA yang
harus berusaha fokus untuk mencapai univeristas yang ia
inginkan.

Dengan kondisi seperti ini, tentu saja membuat


Liza kesulitan dalam memahami pelajaran. Belum lagi
ketika sinyal saat zoom sedang bermasalah, pasti sangat
merepotkan. Sebelumnya Liza dikenal sebagai anak yang
pintar, dengan ranking yang tak pernah keluar dari 10
besar. Selain ia belajar sendiri, ia juga mengambil les
khusus ujian penerimaan mahasiswa baru agar nanti
ketika ujian seleksi dimulai ia sudah terbiasa dengan soal-
soal tersebut.
11
Pembelajaran di rumah tentu membuat Liza
menjadi jenuh. Liza merupakan anak tunggal sehingga
tidak ada yang menemaninya di rumah, walaupun
sebenernya ia memiliki keponakan perempuan yang
seumuran namun sedang sangat sibuk juga dengan tugas
tugas dia. Namun karena sudah terbiasa sendirian Liza
tidak mempermasalahkan hal tersebut. Liza sendiri
memiliki kucing abu-abu yang lucu dan biasa
menemaninya belajar. Ya lumayanlah ada teman bercerita
atau berkeluh kesah saat ada masalah. Sebelumnya ia
memiliki seorang kekasih yang sering menemaninya
belajar atau apapun, namun karena keduanya harus serius
menghadapi ujian nanti mereka terpaksa berpisah.

Kesendiriannya sekarang harus ia tanggapi


sendiri, ia tidak boleh sedih akan situasi ini. Membuat
situasi ini menjadi penyemangat untuk meraih apa yang ia
mau dan yakin suatu saat pasti bisa bersama-sama lagi.
Walaupun terkadang sering terfikirkan tentang hal itu,
namun harus tetap teguh pada keyakinannya.

Hari-hari mulai berlalu, Liza tidak boleh larut


dalam kesedihan atau kesendirian dan harus
menyemangati diri dan percaya ia mampu menjalani ini
semua. Liza berusaha untuk menjadi yang terbaik

12
dikelasnya, walaupun dimasa-masa pandemik ini ia tidak
bisa belajar disekolah maupun ditempat les.

Disaat pandemic seperti ini semua sekolah


menggunakan zoom sebagai sarana pembelajaran daring,
termasuk sekola Liza yang menggunakan zoom untuk
pembelajaran jarak jauh dan pemberian materi serta tugas
untuk penilaian rapot nanti. Namun semakin hari, tugas
yang diberikan sangat banyak bahkan menyulitkan seperti
membuat eksperimen, membuat video-video, melakukan
semua yan ditugaskan.

Satu per satu tugas ia kerjakan dengan penuh


ketelitian agar maksimal nilainya. Terkadang ia dibantu
oleh keponakannya seperti saat harus membuat video
yang membutuhkan 2 orang untuk berinteraksi sesuai
perintah tugas. Berusaha tugasnya mendapatkan nilai
yang bagus. Dengan banyaknya tugas-tugas tentunya
waktu istirahat Liza menjadi terabaikan, ia masih sibuk
dengan tugasnya padahal ia belum tidur ataupun makan.
Dan tentunya itu membuat kesehatan Liza menurun,
namun Liza tidak memikirkan itu ia tetap fokus
menyelesaikan tugasnya.

Ia akan beristirahat apabila tugasnya sudah benar-


benar selesai dan sudah diserahkan ke gurunya. Ia bisa
mengerjakan tugasnya sampai larut malam bahkan ibunya

13
sering menemuinya tertidur diatas buku-buku yang
berserakan. Pada suatu hari ibunya hendak
membangunkannya, ibunya lalu pergi ke kamar Liza dan
mengetuk sambil memanggil Liza.

“Tok...tokk..tokk” suara ketukan


“Liza....bangun yuk sayang sudah pagi ini.” Kata ibunya.
“Sayang bangun yukk...hari ini kamu kan sekolah.”

Namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam


kamar Liza, lantas hal itu membuat ibunya khawatir dan
mulai cemas berusaha membangunkan anaknya.
“Liza...hayoo bangun yukk sudah siang...tok..tok..tok.”
“Liza sayang...sayang..aduhh...bangun..ayukk..Liza.”

Lagi-lagi tidak ada jawaban sama sekali, dan


membuat ibunya semakin cemas. Ibunya langsung
mendorong kuat-kuat pintu kamar Liza dan akhirnya
terbuka. Ibunya kaget melihat Liza tertidur dilantai
dengan tumpukan buku yan berserakan. Ibunya langsung
menghampiri Liza dan mencoba membangunkan Liza.
Badan Liza yang panas dan lemas membuat ibunya segera
membawanya ke rumah sakit terdekat. Tanpa berlama-
lama Liza dibawa ke rumah sakit bersama ibunya dengan
mobil.
14
Sesampainya di rumah sakit, Liza langsung
ditangani pihak unit gawat darurat untuk mendapatkan
penanganan yang cepat. Ibunya Liza langsung
menghubungi pihak sekolah untuk memberitahu
sekaligus izin tidak hadir dalam proses pembelajaran.
Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Liza tersadar.
Ibunya langsung memeluk Liza karena takut Lisa kenapa-
kenapa. Menurut dokter Liza hanya kurang istirahat dan
lambungnya terdapat masalah karena kurangnya asupan
makanan. Mungkin akibat sibuknya Liza mengerjakan
sampai ia lupa makan dan berdampak pada lambungnya.

Ibunya merasa lega anaknya tidak mengalami hal


yang serius, Liza harus beristirahat selama beberapa hari
hingga ia diizinkan pulang ke rumah. Namun saat sedang
sakitpun Liza masih memikirkan tugas-tugasnya, ia pun
meminta izin kepada ibunya. Tetapi ibunya melarangnya
dan menyuruhnya beristirahat saja demi kesembuhan
anaknya.

Dimalam harinya Liza tidak bisa tidur sementara


ibunya sudah terlelap karena lelah menjaganya. Liza
melihat sekeliling kamarnya, ia nampak ada sesuatu yang
mengawasinya. Dan pandangannya terhenti pada tirai
menuju jendela luar seperti ada bayangan laki-laki, namun
dalam sekejap hilang. Setelah itu pandangan tertuju pada

15
sofa dekat kamar mandi seperti ada yang melambai-
lambai padanya lalu menghilang lagi.

Liza yang melihat itu menganggap itu hanya


halusinasi karena ia sedang sakit. Keesokan harinya Liza
sudah diizinkan untuk kembali ke rumah. Akhirnya Liza
dan ibunya pulang kembali ke rumah. Untuk sementara
Ibu Liza mengambil cuti kerja untuk menemani Liza
dirumah untuk beberapa hari.

Sejak Liza pulang ke rumah, ia merasakan hal hal


yang aneh, sama halnya saat dirumah sakit. Ia melihat
bayangan seseorang sedang duduk di dekat meja
belajarnya, namun ia sama sekali tidak menghiraukannya
dan memilih untuk tidur.

Keesokan paginya, Liza merasa dirinya sudah


sembuh dan berniat menyelesaikan tugasnya. Ketika ia
beranjak dari tempat tidurnya, ia merasa ada yang aneh
dengan meja belajarnya. Mengapa diatas mejanya tidak
ada satupun buku yang berserakan? Bahkan setau Liza ia
belum sama sekali merapikan kamarnya sejak pulang dari
rumah sakit. Liza berpikir mungkin saja ibunya yang
merapikannya ketika ia tertidur. Lalu ia keluar dari
kamarnya dan menemui ibunya.
“Pagi ibu...”

16
“Pagi Liza, bagaimana kondisi kamu sekarang?” tanya
ibunya
“sudah mendingan kok bu, oh ya bu makasih ya sudah
merapikan meja belajar Liza.”
“Ehm sama-sama, tapi tadi malam ibu tidak merapikan
mejamu, ibu cuma beresin kasur kamu aj kok.”
Pikiran Liza mulai kemana-mana, apakah
bayangan semalam yang melakukannya? Namun Liza
mencoba melupakannya dan memilih sarapan bersama
ibunya. Setelah sarapan ia kembali ke kamarnya untuk
segera mengerjakan tugasnya, akan tetapi betapa
herannya melihat tugasnya sudah selesai. Bukan hanya 1
tugas, tetapi tugas-tugas yang lain juga sudah selesai.
Bahkan bukan hanya itu, tugas tersebut sudah terkirim
dan mendapat nilai yang sempurna.

Liza kembali mengecek tugasnya dan ternyata


benar, ia sampai mencubit lengannya dan memang terasa
sakit yang menandakan ia tidak bermimpi atau berkhayal.
“whatt this is real!!” dalam hati Liza

Liza masih berpikir siapa yang melakukan hal ini


dan mengapa? Liza mencoba mengecek tanggal
pengiriman dan yang membuatnya terkejut adalah tugas
ini dikirimkan ada saat Liza dan ibunya berada di rumah
sakit. Liza masih tidak percaya dengan semua ini, ia
17
mencoba menanyakan kepada teman-temannya apakah
ada yang mengerjakan tugasnya. Namun tidak ada
satupun yang melakukan itu. Pikiran Liza tertuju pada
bayangan yang muncul tadi malam, apakah dia yang
melakukan semua ini?

Liza menepis anggapannya tentang bayangan itu,


ia berpikir mungkin saja ia memang sudah
menyelesaikannya namun ia lupa karena kelelahan. Ia
mencoba melupakan kejadian itu dengan bermain hp,
namun ia melihat riwayat chatnya dengan teman kelasnya
yang berisi ia meminta jawaban soal yang sulit dan
ternyata chat itu ada di tanggal dimana Liza masuk rumah
sakit, itu berarti ia memang belum selesai mengerjakan
tugasnya.

Sore menjelang malam pun tiba, hawa dingin dari


ac menyelimuti kamar tersebut. Seketika kamar menjadi
hening padahal biasanya kamar Liza sangat ramai dengan
lagu-lagu yang ia putar sembari mengerjakan tugas.
Namun tidak dengan hari ini sepi, sunyi, dan bahkan
sedikit takut ada dibenak Liza. Sampai suatu saat ketika
Liza sedang melamun bayangan itu benar-benar muncul
dimeja belajarnya, Liza melihat secara langsung apa yang
dilakukan bayangan itu. Liza mencoba memperhatikan
apa yang bayangan itu lakukan dengan meja belajarnya,
namun secara tidak sengaja ia menjatuhkan kunci kamar

18
yang ada di dekat lampu tidurnya sehingga suara itu
membuat bayangan itu sedikit kaget.

Bayangan itu berdiri tegak dan sedikit demi


sedikit berbalik ke arah Liza, ia nampak gelap dan hitam.
Liza yang melihatnya langsung panik mencoba
menjauhkan diri dari bayangan itu. Namun bayangan itu
semakin lama membentuk wajah dan memperlihatkan
bentuknya hingga berbentuk seperti laki-laki. Liza yang
melihat keanehan itu secara langsung sangat terkejut
dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ia seperti
kekasihnya yang telah lama berpisah, ya memang seperti
dia dan apakah itu memang dia? Atau cuma khayalan
saja? Ia tidak berbicara sekalipun dan dengan cepat
menghilang tanpa bekas.
“Haa, tadi itu beneran Eka atau Cuma khayalanku saja?”
kata Liza

Liza sekejap langsung memikirkan Eka yang


memang sudah lama tidak berbicara sejak mereka
berpisah, terakhir mereka mengobrol saat Liza berulang
tahun Eka mengucapkan selamat kepada Liza dan itu
memang yang terakhir. Liza langsung mencoba
menelepon Eka namun nomornya tidak aktif, lalu ia
mencoba bertanya kepada teman sekelasnya Eka. Dan
betapa terkejutnya Liza mendengar penjelesan teman Eka
itu.

19
“Ehmm Eka sudah nggak ada Liz, dia udah meninggal
beberapa hari yang lalu. Gua minta maaf belum bisa kasih
tahu lu karena gua yakin lu juga pasti syok denger kabar
ini. Oh ya belum lama sebelum Eka meninggal, dia pesen
ke gua kata dia nanti kalo gua ketemu lu, gua disuruh
kasih kertas ini. Gua gata ini isinya apa jadi karena gua
gabisa ketemu lu gua foto saja ya kertasnya nanti gua
hapus dari room chat gua.” Kata Aritsh temannya Eka.

“ Hai Liza, masih inget aku kan. Ini Eka, semoga


kamu baik-baik aja, aku gatau kenapa rasanya
pingin tulis ini, tapi rasanya kita gabakal pernah
ketemu lagi deh. Jadi lewat surat ini aku mau bilang
ke kamu, aku sayang sama kamu dan maaf jika aku
ada salah sama kamu, aku yakin suatu saat ada
yang jauh lebih baik dari aku. Bye Liza ”

Liza setelah membaca foto kertas itu langsung


lemas, air matanya turun dengan derasnya membasahi
pipinya. Ia sama sekali tidak menyangka dia harus pergi
dan tidak akan pernah kembali lagi. Dan setelah semua ini
Liza baru menyadari bahwa bayangan itu adalah Eka yang
akan selalu menjaganya walaupun tidak bisa dilihat, tidak
bisa digenggam, namun bisa dirasakan cinta dan kasih
sayang tulus untuknya. End

20
Kelakuan Lulusan Covid

Nama gua Bima Anjas Imposter, gua anak kelas


12 IPA, dan yang terfikirkan diotak kalian pasti anak IPA
adalah anak yang pinter-pinter, gak pernah bar-bar apalagi
sampe nongkrong-nongkrong dan tentunya kutu buku.
Padahal image anak IPA sekarang sudah beda banget
sama anak IPA jaman dulu. Sekarang IPA atau IPS itu
sama saja, bahkan kadang gokilan anak IPA daripada

21
anak IPS. Dan bahkan anak IPS kadang lebih kalem
daripada anak IPA.

Buat kalian yang pengen masuk IPA jangan takut


garing atau gaseru atau bakal belajar mulu. Karena
menurut gua semua saja yang penting bagaimananya kita
membawa diri ke suatu tempat atau komunitas atau
bahkan sekedar jurusan kelas. Bahkan guru-guru sekarang
sampe bingung kenapa anak IPA jadi sama saja seperti
anak IPS dan kalo sudah bingung kek begitu siap siap di
cap anak IPA jadi-jadian....Hahaha biasanya guru killer
sih yang begitu.

Nah terkadang moment-moment yang seru seperti


itu kita jumpai kalau sedang ngumpul-ngumpul atau
sekedar jalan bareng atau lagi jam kosong dan gurunya
gak ada. Tapi karena dunia sedang dilanda virus yang
katanya settingan itu akhirnya membuat gua dan seluruh
anak di dunia ini harus mendekam di rumah dengan tujuan
agar tidak terinfeksi virus. Hmm kek zombie aja yak
hehehe...

Tapi seriusan dampaknya ke gua dan teman yang


ngalamin hal serupa dengan gua, corona ini mengunci kita
banget untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakuin.
Aktivitas seperti jalan-jalan bareng, atau sekedar ngopi di
cafe sambil ngobrol-ngobrol atau ngebucin bareng

22
gebetan jadi gabisa. Semua harus stay stay stay in home
demi stay safety. Semua serba terbentur dengan corona,
namun mengingat ini demi diri kita sendiri jadi
yasudahlah ikutin saja dulu. Ya kalo dihitung-hitung
sudah hampir 8 bulan harus jadi manusia rumahan, ya
walaupun gua sendiri kalo memang gak ada kegiatan
bareng teman ya mendingan di rumah aja tidur hehehe.

Ditambah belum lama ini Gubernur DKI Jakarta,


memutuskan untuk melakukan PSBB total lagi, karena
melonjaknya angka pasien postif corona dan gatau lagi
kapan ini bakal selesai dan yang pasti gua akan gabut lagi
dirumah. Jadi yaudah deh nikmatin saja hidup seperti
attack on titan, dan mungkin setelah keluar dari keluar
dari rumah gua bakal lupa bentuk bangunan seperti apa,
pohon seperti apa, dan mungkin akan muncul spesies
manusia baru.
Dimasa pandemic seperti ini semua sekolah
melakukan pembelajaran secara online atau bisa dibilang
PJJ. Nah awalnya yang ada di otak gua belajar dirumah
akan lebih enak daripada harus masuk ke sekolah jam 7
abis itu pulangnya jam 3, tapi nyatanya memang sih jam
belajarnya dikurangin tapi tugasnya kek negara ingin
revolusi saja. Banyak banget sumpah malah yang
biasanya gua tidur jam 9 an, sekarang harus rela tidur jam
5 pagi Cuma buat ngejar deadline suram.

23
Bahkan ada yang sampe rela-relain gak tidur, gak
makan, gak mandi cuma niat ngejar deadline tugas.
Ditambah tugasnya sehari bisa ngantri kek ngantri
sembako covid. Malah lebih capek deh. Sungguh terlalu
hiuhh.....

Seperti biasa anak SMA sekarang selalu


memanfaatkan kesempatan didalam kesempitan yang
super sempit. Ketika di sekolah pasti ada yang namanya
razia rambut atau handphone, nah sekarang muncul deh
yang pas meet di zoom apalagi yang laki-lakinya seperti
ada yang dikuncir, ada yang dikepang, bahkan ada yang
dicatok biar lurus dan kinclong itu rambut. Ada yang
memanfaatkan corona ini untuk menjadi cosplay artis
KPOP yang rambutnya di belah-belah tengahin plus
ditambah masker scuba hitam.

Nah kalo yang perempuannya, biasanya dimasa


corona ini biasanya bakal muncul artis tiktok dadakan,
photoshot ala ala yang backgroundnya koran kompas.
Atau bakal nonton begadang sampe pagi buat ngejar
episode drakor. Betina memang seperti itu hehehe.

Nah ditambah lagi sekarang muncul game


multiplayer dan bisa main bareng-bareng yaitu game
among us yang lagi viral di Indonesia. Nah gua dan teman
sekelas gua sering main game ini bahkan sampe tengah

24
malem sampe sampai lupa kalo besok ulangan. Bahkan di
sosial media ada yang gurunya juga ikut main sama
siswanya, emang bener-bener deh warga +62.

Membicarakan untung dan rugi dari belajar tentu


dari PJJ ini mungkin menurut gua lebih ke untung sih,
tetapi untuk ruginya lebih fatal karena bersangkutan
dengan masa depan. Tapi dari semua hal ini tentunya gua
khawatir dengan nilai rapot gua yang nilai yang menurut
gua belum memuaskan. Jadi yaudah gua berusaha belajar,
karena, gua yakin walaupun gua bar-bar gua juga bisa
masuk PTN. Mulai dari cari-cari TO online sama beli
buku soal yang tebel kek skripsi kampus. Temen gua
super ambis namanya Arfa, dia gapernah libur buat
ngerjain soal soal dan kadang dia jadi tempat tanya gua
kalo gua lagi bener-bener mentok.

“Assalamualaiku fa”

25
“waalaikumsalam ka, kenapa?”
“Ini fa, bantuin gua ngerjain soal fungsi aljabar fa otak
gua lagi cooldown ini.”
“Oh yaudah pap aja sini, nanti gua kerjain.”
“Oke oke sip.”

Abis itu gua foto soalnya terus kirim ke dia, ga


sampe 5 menit sudah dikirim jawabannya, sementara gua
sudah 3 hari ga nemu-nemu jawabannya. Gua juga kadang
bahas soal sama dia, jadi sedikit-sedikit gua ngertilah.
Terus adalagi teman gua namanya Rahmat, dia dunia
sama akheratnya cakep bener makanya kalo tanya tentang
agama sama musik gua tanya dia sudah.

“Assalamualaikum mat”
“Waalaikumsalam ka, ngapa oyy?”
“Mat, coba dah lu dengerin nada gitar gua, udah bener
belom?”
“Ohh yaudah kirim dah sini.”
“Oke mat.”

Jadi gua kalo tentang musik atau agama nanyanya


ke dia dah. Nah dimasa PJJ ini semua siswa termasuk gua

26
harus mengikuti zoom di setiap mata pelajaran, tapi ada
saja ulah teman teman gua yang bikin ketawa sampe
ngakak. Coba saja kalian bayangin pas mulai pelajaran di
zoom, terkadang mereka dimatiin jadi yang terlihat Cuma
profilnya aja. Dan yang bikin kadang gabisa nahan ketawa
pas ada dari teman gua yang masang profilnya kek nyindir
tugas yang dikasih dan banyak itu

Dan malahan pas gurunya lagi nerangin pelajaran


ada saja ulah admin yang iseng ganti ganti nama user
lainnya. Ada yang diganti “Apa itu”, “Iri bilang boss”,
“Apa-apa saya gak dengar” dan masih banyak lagi. Ada
juga yang pura-pura sinyal jelek, terus namenya diganti

27
“conecting...” biar dikira sinyal jelek jadi gabisa join
zomm dan masih banyak trik trik kocak yang ada saja
ketika zoom.

Bahkan ada saja yang main tik-tok saat


pembelajaran berlangsung terus post di snapgramnya.
Semua hal lucu yang bermunculan dan menurut gua
setidaknya ada hiburan selain harus tidur, bangun, makan,
liat laptop terus tidur.
Gua kadang suka mikir, kita ini sebenernya
lulusan SMAnya beneran atau terpaksa lulus karena gak
bisa masuk sekolah, tugas banyak tapi materi sedikit dan
nanti bingung ujian sekolah bentuknya seperti apa. Gua
kadang sedih saja kalo liat angkatan sebelumnya yang

28
bisa graduation bareng bareng, foto-foto bareng atau
lainnya. Masa terakhir sekolah itu seharusnya diabadikan
karena menurut gua, itu moment bersejarah yang akan
diingat sampe kapanpun.

Dan setelah berakhir akan adda hidup baru yang


menanti, suasana baru yang berbeda dari masa sekolah
dan tentunya tantangan baru yang akan lebih sulit dari
sebelumnya, gua biasa menyebutnya awal dari masa
depan. Kenapa gua menyebutnya seperti itu, karena
menurut gua ini merupakan batu loncatan untuk
mendapatkan suatu pekerjaan yang menentukan nasib
dimasa yang akan datang.

Yang terpenting dari semua ini jangan pernah


mengeluh akan semua ujian yang diberikan, gua tahu tak
semua orang mempunyai kemampuan yang sama. Yang
seharusnya dilakukan adalah saling melengkapi antara
satu sama lain yang membuat kesempurnaan dalam
29
pekerjaan. Coba bayangin disaat juragan angkot punya
banyak namun dia sendiri tidak bisa menyetir, lalu
bagaimana ia harus menghasilkan uang dari angkot-
angkot itu? Tentu ia memerlukan sopir-sopir untuk
membawa angkot-angkot itu.

Menurut gua memang terkadang masa masa


sekolah terlihat hanya sekedar bermain-main, namun
percayalah kita melakukan ini semua hanya untuk
menghibur saja, membuat orang lain tertawa hingga
melupakan kejenuhan yang dialami sekarang. Sudah
waktunya untuk menganggap semuanya berpikir positif.
Jika semua dianggap serius, apakah yakin semua itu baik?
Itu juga belum tentu. Ketika seseorang mmencairkan
suasana dengan kelucuannya, apakah rasa bosan aakan
tetap ada? Bahkan gua yakin banget materi yang tadinya
gak masuk-masuk ke otak bisa mengerti beberapa saat.

Tidak semua harus serius, gua lebih suka santai


tapi serius. Mengapa demikian? Mungkin ada yang
berpikir “lah bagaimana bisa seperti itu, yang serius saja
belum tentu bisa, apalagi gak serius.” Sekarang saya
kembali bertanya, “apakah suatu hal yang sulit dimengerti
bisa dengan mudah ditanggapi dengan serius saja, pasti
kalian butuh kepala dingin, otak yang fresh untuk berpikir
dan dengan cara becanda yang mengundang tawa apa
tidak membuat otak sedikit relax? Tentu semua setuju
dengan opini gua.

30
Dengan berpikir seperti itu bukan hanya membuat
lebih mudah dalam mencari permasalahan, tetapi juga
mendapatkan solusi yang keluar dari otak yang dingin.
End.

Semua Butuh Perhatian

31
Dunia ini sedang dilanda musibah virus
mematikan yang menyerang sistem pernafasan. Oleh
karena itu semua orang didunia ini melakukan aktivitas di
dalam rumah. Dan tentunya perekonomian dimasyarakat
akan menurun karena berkurangnya kegiatan jual beli
seperti di pasar, mall atau tempat berbelanjaan lainnya.
Terutama di Indoneisa yang mengalami penurunan drastis
pada perekonomian yanng membuat melonjaknya harga
bahan makanan pokok.

Untuk beberapa orang berpikir situasi ini


merupakan sarana untuk dekat dengan keluarga,
menghabiskan waktu yang sebelumnya mungkin tidak
ada karena sibuknya pekerjaan. Namun apakah itu juga
yang dirasakan oleh orang yang hanya berpenghasilan
kecil, bagaimana jika mereka yang seharusnya harus
berjualan namun karena sedang lockdown akibat virus ini
menjadi tidak berjualan? Darimana penghasilan mereka
selain berdagang. Situasi ini juga dirasakan oleh Reni.
Ayah Reni adalah seorang pedagang keripik singkong dan
buruh pasar. Sehari-hari mereka hidup dengan
penghasilan yang kurang dari cukup, namun dipaksakan
untuk cukup. Sekarang akibat lockdown yang
diberlakukan membuat ayah Reni kehilangan
pekerjaannya, pasar tutup membuat tidak adanya aktivitas
dagang disana, ditambah tidak adanya permintaan untuk
menggunakan jasanya sehingga tidak ada satupun
pendapatan yang dihasilkan.

32
Reni merupakan siswa SMA Negeri di daerah
Bandung dan sekolah di Bandung masih memberlakukan
pembayaran uang SPP sekolah. Tentunya untuk sederajat
SMA bayarannya tentu tidaklah murah. Dan bisa
dibayangkan apakah cukup dengan tidak adanya
penghasilan dapat cukup untuk bayar sekolah dan sekedar
makan sehari-hari. Jika untuk membayar sekolah saja
susah, bagaiaman dengan kehidupan Remi dan Ayahnya,
sementara ibunya telah meninggal 7 tahun yang lalu.

Remi yang tahu akan kesulitan ayahnya tidak


boleh terus membebani ayahnya, ia termasuk siswa yang
berprestasi di sekolah. Remi memanfaatkan
kemampuannya dengan cara membuka les privat kecil-
kecilan. Setiap pulang sekolah Remi bersiap untuk
mengajar ke rumah muridnya. Biasanya Remi mengajar
anak SMP dan SD. Namun terkadang banyak dari teman-
teman sekelasnya yang meminta Remi untuk mengajar di
rumahnya. Tentu Remi sangat bersyukur sedikit demi
sedikit ia bisa membantu meringankan beban ayahnya.

Namun setelah pemerintah didaerahnya


menyatakan daerah tempat tinggal Remi dalam keadaan
zona merah, yang artinya zona berbahaya covid 19.
Keadaan ini membuat Remi menjadi sedih, karena ia
sudah tidak bisa mengajar lagi. Ada yang meminta

33
mengajarkan secara online, namun karena handphone
yang ia gunakan masihlah handphone lama atau bukan
android.

Pandemic ini sangat membuat Remi kesulitan


untuk mengajar, ada yang sudah tidak lagi memakai
jasanya dan ada yang masih memakai jasanya dengan cara
melalui telepon namun hanya sedikit. Sewaktu malam,
Remi mendapat telepon dari muridnya bahwa ia akan
pindah rumah sehingga ia tidak lagi les dengan Remi.
Setelah mendapat kabar seperti itu, Remi termenung
dikamarnya, ia bingung bagaimana nanti setelah ini.
“Hmm... bagaimana ini, kalo begini terus tidak ada
penghasilan lagi.” Dalam hati Remi sambil merintikkan
air matanya.

Pikiran itu membuatnya tertidur dengan bantal


yang basah dengan air matanya. Keesokan paginya Remi
mendapatkan kabar bahwa pembelajaran dari sekolah
dilakukan secara online dengan mengunakan zoom. Remi
sangat bingung akan hal ini, ia tahu kalau zoom itu hanya
dapat digunakan pada laptop, atau hp android namun
keduanya ia juga tak memilikinya. Ia mencoba menelepon
temannya yang berdekatan dengan rumahnya.
“Halo assalamualaikum kin”
“Iya waalaikumsalam ini siapa ya?”

34
“Maaf ini aku Remi, kin kamu ada laptop nggak untuk
zoom” tanya Remi.
“Ya pasti ada donk, memang kamu gak punya?” tanya
Kinan dengan sombong.
“Hmm... iya Kinan, boleh nggak aku numpang zoom
sama kamu?” tanya Remi.
“Ha!!?? Nggak nggak, lagi corona gini kamu mau ke
rumah aku, nanti kamu nyebar virus saja, pokoknya nggak
deh.” Jawab ketus Kinan
“Ya tapi kin...”

Tiba-tiba saja telponnya dimatikan oleh Kinan,


Remi semakin bingung karena waktu sudah siang, dan
mungkin sudah telat untuk mengikuti zoom PJJ. Namun
Remi memilih untuk tidak lagi menelfon teman-teman
karena ia takut mereka terganggu dan takut hal seperti tadi
terjadi lagi. Hari itu ia sama sekali tidak mengikuti
pelajaran apa-apa, ia hanya termenung dan terkadang
merintikan air matanya. Disaat yang sama ayahnya
melihatnya Remi yang sedang bersedih, ia mengerti
mengapa putrinya bersedih, Ia segera menghampiri Remi
untuk menenangkannya agar tidak bersedih lagi. Sebelum
ia berbicara, ayah Remi biasanya membawakan secangkir
teh untuk anaknya untuk membuatnya tenang.
“Remi, kamu kenapa? Kenapa kamu nangis?” Tanya
ayahnya.

35
Remi yang kaget akan kehadiran ayahnya
langsung menyembunyikannya, ia tak mau ayah nya
melihat ia sedang bersedih.

“Ehh nggak kok yah, nggak Remi nggak nangis.” Kata


Remi mengusap air matanya.”
“Ayah daritadi sudah memperhatikanmu loh, hayo gak
boleh berbohong.”
“Ehmm gapapa yah, aku mau belajar dulu ya yah.”
“Ohh yasudah.”

Remi lalu pergi ke kamarnya, ia tidak mau


melibatkan ayahnya karena ia tahu, ayahnya pasti akan
mengusahakan semuanya untuknya. Ayahnya juga tidak
memaksakan untuk Remi harus menjawabnya, itu pasti
akan membuatnya tertekan. Di kamarnya Remi mencoba
mencari solusi untuk dirinya agar dirinya tidak
ketinggalan pelajaran meski tidak mengikuti zoom.
Akhirnya ia mencoba menelfon Romi dan berharap hal
yang terjadi saat menelpon Kinan tidak terjadi pada Romi.

“Drrrr….rrrrrrr….”dering hp Romi
“Ehh Remi, ngapain ya nelpon gua? Emang dia gak
ngezoom apa?” Tanya Romi dalam hati.

36
Akhirnya Romi mengangkat telepon Remi.

“Halo Remi, iya ada apa? kan sedang pembelajaran,


kenapa kamu telpon?” Tanya Romi.

“Halo Rom, Rom maaf sebelumnya aku telepon pas kamu


lagi daring.” Kata Remi

“Iya gapapa, tapi ngomong-ngomong kenapa kamu gak


ikut zoom?”Tanya Romi heran.

“Hmm…aku gapunya laptop Rom, hpku juga bukan


android yang bisa untuk zoom, kalo kamu ijinin boleh
nggak aku ngezoom bareng kamu atau akum au info aja
tentang pembelajaran hari ini.” Kata Remi dengan nada
murung.

“Ohh itu masalahnya, gini aja kamu gausah ke rumah aku,


nanti aku coba pinjemin kamu laptopku.”kata Romi.

“Duhhh nanti kamu belajar pake apa? jangan deh aku


nanti kamu kesusahan, aku gamau nyusahin kamu.” Kata
Remi.

37
“Udah tenang aja, kan aku bisa make hp, kamu untuk
sementara make laptop aku dulu. Nanti kalo udah normal
baru deh kamu balikin lagi.” Kata Romi

“Oh ya nanti aku kirim lewat ojek online aja, kamu kirim
alamat ya. Nanti akan bikin tata cara pemakaiannya sama
sekalian modemnya untuk internet.”tambah Romi.

“Tapi Rom, ini gapapa kamu pinjemin laptop ke aku, ortu


kamu gimana?” Tanya Remi khawatir.

“Udah tenang aja, mereka punya sendiri-sendiri kok,


yaudah yang penting kamu gausah bingung lagi, nanti
juga aku coba konfirmasi ke sekolah tentang masalahmu,
semoga aja mereka respon.” Kata Romi.

“Oh gitu yaa… iya deh aku kirim alamat ke kamu ya,
makasih banyak yah Rom, maaf aku ngerepotin kamu.”

“Iya sama-sama, nggak kok kan ngebantu temen itu


pahala buat aku hehe. Yaudah aku siapin dulu kamu
tunggu di rumah aja. Ok byee.”

38
“Iya Rom, byee.”

Rasa panic akan ketertinggalannya dengan


pelajaran agak mereda, setidaknya ia tidak bingung lagi
soal daring atau tugas-tugas lainnya. Disatu sisi ia merasa
tidak enak dengan Romi, ia masih memikirkan bagaimana
nanti belajarnya Romi jika laptopnya ia pakai. Dan juga
bagaimana pendapat orang tua kalau tahu bahwa laptop
anaknya ada ditangan orang lain. Hal itu yang masih
terbesit di hati Remi. Namun Remi mencoba untuk tenang
dan berharap ada bantuan untuknya sehingga ia tidak lagi
harus meminjam sana-sini atau bahkan sampai
menyusahkan orang lain.

Beberapa saat, pintu rumah Remi ada yang


mengetuk. Remi langsung beranjak menuju pintu luar,
ternyata paket yang dikirimkan Romi sudah datang.
Setelah menerima paket tersebut, ia langsung
membawanya ke kamar dan juga membuka paket itu.
Setelah dibuka ia melihat laptop beserta charger dan
modem ditambah secarik kertas yang berisi cara
pemakaiann laptop. Dan di dalam laptop tersebut terdapat
kertas kecil yang berisi tata cara menggunakan modem
dan zoom untuk PJJ sekolah. Ia sangat senang sekali, dan
langsung menelpon Romi.

39
“Hallo Rom”
“Hallo Remi, gimana paketnya udah sampe?” Tanya
Romi.
“Iya nih baru aja sampe dan udah aku buka juga tadi.”
“Semoga bisa bermanfaat buat kamu.” Kata Romi.
“Makasih banyak ya Rom, aku akan jaga ini baik-baik.

Setelah perbincangan mereka selesai, Remi mulai


mencoba mengoperasikan laptop tersebut. Ia ingin
keesokan harinya ia sudah mahir menggunakannya.
Ditambah lagi ia juga bisa sesuatu dengan mudah
sekarang, hingga tidak lagi harus menulis dikertas.

Hari-hari terus berlalu dikala PJJ yang membuat


anak-anak semakin pusing karena tugas yang menumpuk
ditambah penjelasan materi yang kurang maksimal.
Namun itu tidak menjadi hambatan untuk Remi, ia dengan
cepat membuat tugas-tugas yang menurutnya mudah
untuk dikerjakan terlebih dahulu. Tidak sedikit juga ia
mencoba mengajar anak-anak yang sebelumnya tidak bisa
ia ajarkan akibat keterbatasannya, namun sekarang ia bisa
dengan mudah melanjutkan usahanya. Dan sering kali Ia
mengajarkan Romi, khususnya matematika yang harus
bisa menghafalkan rumus-rumus yang menurut Remi itu
mudah. Ia bahkan mengajarkan trik trik untuk

40
mengerjakan soal-soal yang rumit dengan waktu yang
singkat

Tentu saja itu adalah sebagai tanda terima kasih


Remi ke Romi, Romi adalah sosok yang membantunya
dalam belajar dan Remi harus membantunya dengan
kemampuan pengetahuannya untuk diajarkan ke Romi.
Sampai suatu saat masalah Remi sudah sampai kepada
pihak sekolah dan sedang diproses untuk bantuannya. Dan
tidak lama ada paket mengatas namakan sekolahnya dan
beberapa surat yang berisi edaran tentang penerimaan
bantuan elektronik berupa handphone dan laptop disertai
modem. Remi merasa sangat senang, bahkan ia sampai
sujud syukur dan langsung memeluk ayahnya dengan
tangisan haru. Tak lupa juga Remi berterima kasih kepada
Romi yang membentunya menyampaikan masalahnya
agar ditindak lanjuti. Setelah Remi sudah memiliki laptop
sendiri ia berkehendak untuk mengambalikan laptop yang
dipinjamkan Romi. Ia lalu menelpon Romi untuk
memberitahukannya.

“Hallo Rom, Rom ini aku mau ngembaliin laptop kamu,


makasih yah.”
“Hallo Remi iya sama-sama, tapi aku kita masih bisa
belajar bareng kan?” Tanya Romi
“Iya donk boleh banget.”

41
“Okee deh.”

Semua orang memiliki kemampuan masing-


masing, namun tidak semua orang memiliki nasib yang
mumpuni untuk mewujudkan apa yang ia mau. Remi
memiliki pengetahuan yang cerdas, namun terhalang oleh
keterbatasan ekonomi yang membuatnya harus bekerja
keras untuk sekolah dan hidupnya dan Romi berasal dari
keluarga yang mampu, namun tidak termakan
kesombongannya dan tetap membantu orang orang yang
sulit termasuk Remi. Dan semua itu merupakan bukti
bahwa semua orang butuh perhatian yang sama dengan
cara pandang yang sama tanpa membeda-bedakan
apapun.- End

42
Biografi Penulis

Nama saya Tankha


Ekabima Mustofa, saya biasa
dipanggil Tankha. Saya lahir di
Jakarta, 11 Juli 2003 dan itu
berarti sekarang umur saya sudah
berada diangka 17 tahun. Ayah
saya bernama Mayril Mustofa
dan ibu saya bernama Arpiah.
Saya merupakan anak pertama
dari 4 bersaudara, adik saya 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Adik saya bernama Mahesa Dwitirta Mustofa yang
berusia 11 tahun, lalu adik perempuan saya bernama
Zaskya Louisa Mustofa yang berumur 7 tahun, dan adik
kecil saya yang bernama Khrisna Syahreza Mustofa yang
masih berusia 4 tahun.
Saya menempuh pendidikan di Jakarta sejak SD,
SMP, dan SMA. Dan nanti saya ingin mengambil

43
Perguruan tinggi negeri dengan jurusan Teknik Sipil.
Saya memiliki hobi membuat cerita atau sekedar tulisan
kecil yang menurut saya bermakna, dan menurut saya
membuat sesuatu yang memotivasi semua orang adalah
hal yang paling menakjubkan yang akan terus saya
kembangkan. Semoga karya saya dapat menghibur kalian
pembaca setia cerpen saya. Terima kasih.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
https://republika.co.id/kanal/puisi-sastra/cerpen
http://satupena.id/category/sastra/cerpen/
https://www.detik.com/tag/cerpen
https://www.studiobelajar.com/cerpen/\
https://www.yuksinau.id/struktur-cerpen/

44

Anda mungkin juga menyukai