Anda di halaman 1dari 20

4 Cara Mengatasi Kesulitan Membaca (Dyslexia Learning) pada Anak

http://www.sonjababic.com/cute_kids_cute_play-1440x900.jpg

Sebagai orangtua atau guru, pastinya kita bakal kewalahan bin kerepotan jika kita menemukan anak kita sulit banget kalo disuruh
belajar. Jangan patah semangat dulu, ya para Ayah dan Bunda. Apalagi langsung menghakimi atau bahasa gaulnya men-
judgedengan kebodohan. Betul, kesulitan belajar itu belum tentu disebabkan anak Anda yang kurang pintar. Bisa jadi disebabkan
oleh kesulitan membaca yang dikenal dengan dyslexia learning.
Nah, di tulisan ini, saya cuman mau sharing aja karena saya sedikit dapet pengetahuan tentang hal tersebut setelah membaca
buku Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak yang ditulis oleh Ibu Nini Subini, S. Pd. (Diterbitkan oleh Penerbit Javalitera tahun
2011)
Menurut buku ini, disleksia merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang disebabkan asosiasi daya ingat (memori) dan
pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Disleksia dapat dialami oleh anak yang tingkat kecerdasannya di atas
maupun di bawah rata-rata.
Lalu, bagaimana sih ciri-cirinya? Di antaranya adalah sebagai berikut.
 Sering terbalik dalam mengenali huruf maupun kata, terlebih lagi pada kata yang memiliki sedikit perbedaan, contoh: kuda dengan
daku, palu dengan lupa.
 Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
 Sulit menyuarakan fonem dan memadukannya menjadi sebuah kata.
 Sering terbalik menuliskan atau mengucapkan kata-kata dalam suatu kalimat, contoh: “Aku makan nasi.” menjadi “Nasi makan
aku.”
 Rancu pada kata-kata yang singkat, contoh: di, ke, dari
 Sulit mengeja secara benar.

Ada 4 hal yang perlu kita lakukan untuk mengatasi masalah seperti di atas.
1. Memahami Keadaan Anak
Pahami mereka. Sebaiknya kita juga tidak membandingkan mereka dengan anak lainnya yang lancar membaca. Jangan
memberikan latihan-latihan yang berat, seperti menulis kalimat yang panjang atau lainnya. Mulai saja dari latihan menulis yang
pendek dan kata-kata yang disukai.
2. Menulis dengan Media Lain
Anak yang mengalami disleksia, bukan berarti ia tidak pintar. Maka, tidak ada salahnya jika kita memberinya kesempatan untuk
menulis di media lain seperti laptop, komputer, ataupun stiker yang berbentuk huruf. Anak akan lebih tertarik.
3. Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak
Jangan abaikan pujian. Pujilah dia setelah berhasil menuliskan kata dengan benar. Hal ini akan membangkitkan semangatnya untuk
giat berlatih.
4. Merangsang Otak Anak dalam Membaca
Untuk merangsang otak anak dalam membaca dan mendekatkan pada kesenangan membaca, kita dapat membacakannya dongeng
sebelum tidur, mengajak anak ke toko buku, dan lain sebagainya.

Menjadi seorang guru SD di kelas satu adalah salah satu keinginan yang saya idam-idamkan sejak saya masih
duduk di bangku SMP. Dan sekarang keinginanku itu telah tercapai.

Di awal tahun saya menjadi seorang guru,saya mendapat tugas di pedalaman.Dan tepatnya di-SD Inpres
Sigare Kecamatan Asgon.Setelah saya menghadap kepala sekolah,beliau menerima saya dengan senang
hati.Karena di kampung itu memang masih sangat kekurangan guru.Dan beliau kepala sekolah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk mengajar di kelas satu.
Di hari pertama saya mengajar di kelas satu, saya buka dengan doa, dan memperkenalkan nama kemudian
mulailah saya mengajar. Saya akan memberikan pelajaran Bahasa Indone-sia. Dengan Kompetensi Dasar
:”Membaca Nyaring”.Saya beri contoh cara membaca. Karena baru awal tahun ajaran,jadi membaca belum
bisa berlangsung lama.Hari berikutnya saya perkenalkan huruf a,i,u,b,n .Dari huruf –huruf itu kemudian saya
tuliskan kalimat :
Ini budi
Ini ibu budi
Ini bapak budi
Ini kakak budi
Ini adik budi
Kemudian saya beri kesempatan kepada anak-anak untuk membaca bersama-sama.
Setelah membaca bersama, mereka saya tunjuk untuk membaca sendiri-sendiri. Tetapi setelah
Membaca semua ternyata hasilnya masih sangat jauh dengan yang saya harapkan.
Dengan kata lain , banyak anak yang tidak bisa membaca. Bahkan ada yang sama sekali tidak mau maju ke
depan. Sampai saya berpikir munhkin anak-anak ini takut dengan saya. Jadi dengan demikian saya anggap
bahwa hari itu saya mengajar tidak berhasil.
Rupa-rupanya karena anak-anak di rumah selalu menggunakan bahasa ibu. Maka di sekolah mereka sulit
untuk berbahasa Indonesia yang baik. Pengalaman seperti ini saya alami beberapa tahun selama saya
mengajar di pedalaman .
Setelah beberapa tahun kemudian, saya dipindahkan di salah satu SD di daerah transmigrasi.
Di tempat tugas yang baru saya tetap diberi kepercayaan untuk mengajar dikelas satu lagi. Dan saya berharap
mendapat pengalaman baru. Saya mulai mengajar dengan merubah cara . Kalau di tempat pertama saya
mengajar , saya pakai cara langsung membaca. Sekarang saya menggunakan metode eja. Misalnya :
Ini budi ? di eja menjadi i - n i b u - d i dan seterusnya.
Setelah saya pakai cara yang demikian , hasilnya agak lumayan baik. Saya katakan demikian , karena
memang ada perbedaan hasilnya . Didaerah pedalaman , lingkungan anak sangat sempit dan tidak
mendukung. Anak masih menyatu dengan alam . Jadi anak sering masuk hutan dan tidak sekolah. Motifasi
dari orang tua sangat kurang. Kalau di daerah transmigrasi pada umumnya masyarakatnya pendatang. Jadi
lingkungan anak mendukung dan motifasi dari orang tua cukup baik. Walaupun anak-anak belum melalui TK
.
Di awal tahun 1991 , saya mendapat mutasi lagi . Saya sangat berharap , di tempat yang baru ini, saya akan
mendapat pengalaman dan semangat baru. Saya berjanji akan memperbaiki kekurangan-kekurangan saya
selama saya mengajar. Sekarang saya akan memakai cara lain lagi. Yaitu dengan menggunaklan Metode SAS
Kreatif. Nah, sejak saya mengghunakan metode ini , terrnyata anak-anak lebih cepat menerima. Karena
dalam metode ini diselingi dengan menyanyi. Dengan menyanyi inilah anak-anak akan lebih cepat mengingat
dan menghafal kalimat. Misalnya membaca pengenalan huruf : a , i , u, b , dan n kalimatnya demikian :
Ini ubi ini ibu bina
Ini ibu ibu nobon mana
Ini ubi ibu ini ibu bono
Ini ubi babu ini bibi biman
Siswa lebih cepat hafal . Untuk menambah semangat anak, mereka disuruh menggambar benda yang di baca.
Misalnya gamnbar ubi. Dan memang hasilnya lain dengan waktu menggunakan cara yang sebelumnya.
Walaupun ada juga anak yang masih belum bisa membaca.

Dengan menggunakan cara mengajar di atas, saya sangat merasa puas dengan hasil yang dicapai anak.
Walaupun tida 100 % . Menurut saya mengajar di kelas satu, untuk mendapatkan hasil 100 % sangatlah sulit.
Initerbukti dari hasil membaca yang saya temui di kelas satu. Diantara 45 anak kelas satu , yang masih sangat
kurang membacanyaa ada 30 % atau sekitar 14 orang . Akan tetapi saya tidak menyalahkan satu pihak. Saya
tetap akan berusahakan untuk memperbaik cara saya mengajar. Walaupun dalam hati saya selalu bertanya ,
“Mengapa ya Kelas satu pada umumnya sulit membaca ? “ Apakah dipengaruhi oleh faktor :
Lingkungan yang kurang mendukung ?
Kurangnya motifasi dari orang tua ?
Metode yang digunakan guru kurang membangkitkan semangat siswa ?
Siswa malas belajar ? Atau
Gurunya galak . . . ?
Nah, sekarang saya betul-betul memahami . Bahwa menjadi guru dan mengajar
di kelas satu bukanlah hal yang gampang. Tidak semudah yang saya bayangkan. Tetapi karena itu sudah
menjadi profesi saya, maka susah dan senang harus saya hadapi denga senang hati. Memang mengajar di
kelas satu menurut saya adalah sulit. Karena kita selalu berhadapan dengan anak-anak yang masih sangat
lugu, dan membutuhkan bimbingan. Kemampuan mereka untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia juga masih terbatas. Kebanyakan mereka masih menggunakan bahasa ibu. Dengan adanya
kekurangan-kekurangan ini , mari kita koreksi diri dan meningkatkan kinerja kita. Kerena dengan koreksi diri
meningkatkan kinerja , kita akan menemukan sebuah solusi untk mencerdaskan anak dan membangun
bangsa. ***

Salah Satu Cara Mengatasi Anak Sulit Belajar

January 27, 2009 by deateytomawin


9 Votes

Orang tua sering bingung dan pusing menghadapi anak usia 5-8 tahun untuk belajar ketika ia sulit untuk
belajar. Bahkan ada orang tua stress menghadapi anak yang demikian apalagi melihat anak-anak tetangganya
yang telah jauh lebih maju karena rajin dan cepat menyesuaikan diri dalam proses belajar mereka.
Kebingungan dan kepanikan orang tuan ini tidak jarang diakhiri dengan membentak anak, memarahi,
menjewer juga memberi bayaran berupa kue, permen dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mengajak
orang tua untuk tidak lagi pusing dan bingung dengan kondisi anak tersebut tetapi hendaknya sesegera
mungkin mengajak anak untuk bermain terlebuh dahulu. Permainan yang dimaksukan di sini adalah
serangkai gerakan-gerakan(senam) otak. Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan gerakan sederhana
yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian gerakan yang dilakukan bisa memperbaiki
konsentrasi belajar si kecil, meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, serta membuatnya
lebih mampu mengendalikan stres. Itulah sebabnya, latian ini cocok untuk si kecil, terutama untuk
menunjang belajarnya di sekolah.Cuma itu ? Tentu saja tidak. Senam otak juga sangat praktis, karena bisa
dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit,
sebanyak 2-3 kali dalam sehari.Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology.
Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare; yang berarti menarik keluar. Sementara itu,
kinesiology berasal dari bahasa Yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi kinesiology adalah ilmu tentang
gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology, untuk selanjutnya disingkat Edu-Kinestetik, merupakan
metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, seorang pendidik di Amerika, Direktur Valley Remedial
Group Learning Center. Metode yang diciptakannya ini bertujuan untuk menolong para pelajar agar
memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah (yang terpendam) melalui gerakan tubuh dan sentuhan.
Apalagi, ditemukan bahwa beberapa anak berusaha terlalu keras, sehingga mekanisme integrasi otaknya
justru dilemahkan. Akibatnya, anak malah mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar. Padahal,
sebenarnya integrasi otak diperlukan agar kegiatan belajarnya utuh. Senam ini sebaiknya dilakukan ketika si
kecil berusia 6 tahun. Sebab, pada usia ini biasanya ia sudah dapat memberi respons terhadap apa yang
diinginkan oleh orang lain. Kalau pun tidak mampu merespons, ia tetap dapat melakukan senam secara pasif.
Artinya, dalam posisi berbaring, si kecil tetap dapat dituntun untuk melakukan berbagai gerakan. Menulusuri
sistem kerja otak Otak memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena,
organ yang beratnya 1400 gram dan memiliki volume sekitar 230 cm3 ini merupakan pusat pengendali
berbagai aktivitas fisik maupun mental. Boleh dibilang, sistem kerja organ yang satu ini memang begitu
kompleks. Otak itu sendiri merupakan kumpulan jaringan syaraf yang terlindungi di dalam tengkorak.
Jaringan syaraf yang tersusun dari bermilyar- milyar neuron (sel syaraf) ini terbagi menjadi dua, yakni otak
besar (serebrum) yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri dan otak kecil (serebelum). Otak juga memiliki
sistem komunikasi yang dapat bereaksi cepat dalam mengorganisasikan dan merencanakan respons terhadap
informasi atau rangsangan yang masuk. Ketika informasi masuk, neuron (kesatuan syaraf) akan “menelepon”
neuron lainnya, “temannya”. Mula-mula pesan akan diterima oleh dendrit (serabut pada neuron). Lalu,
impuls pesan tersebut disalurkan melalui “kabel telepon”, yakni sepanjang akson (bagian dari neuron yang
menyerupai batang). Selanjutnya, akson akan meneruskan impuls ke sinaps, yakni serabut yang merupakan
tempat pertemuan antar-neuron yang hendak menyampaikan impuls pada neuron lain. Dari sinaps, pesan
berpindah ke dendrit yang terdapat pada neuron lain. Proses penyampaian pesan seperti ini akan membentuk
respons, ingatan atau pikiran seseorang. Masalahnya, seringkali informasi yang diterima otak tidak
dapatdiekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang telah dipelajari
akan menimbulkan perasaan gagal dan stres, sehingga semangat belajar si kecil pun berkurang. Bila ia
kurang belajar, tentu prestasinya akan kian merosot dan perasaan gagal akan terus mendera. Karena itulah,
otak si kecil perlu juga diajak bersenam. Senam otak bertujuan untuk mengaktifkan potensi belahan otak
(hemisfer) kanan dan kiri, sehingga pada akhirnya terjadi integrasi atau kerja sama antar keduanya. Secara
garis besar, hemisfer kiri digunakan untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, serta berorientasi
pada waktu dan hal-hal yang terinci. Sementara hemisfer kanan digunakan untuk hal-hal yang intuitif,
merasakan, bermusik, menari, kreatif, dan sebagainya. Selain itu hemisfer kiri akan mengatur badan, mata
dan telinga kanan, serta hemisfer kanan akan mengontrol badan, mata dan telinga kiri. Nah, kedua hemisfer
ini “disambung” dengan corpus callosum, yakni simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi
antar-belahan otak. Bila sirkuit-sirkuit informasi dari kedua belahan otak cepat menyilang, maka kemampuan
belajar anak bisa “dibangkitkan”. Untuk membaca dengan lancar, menulis dengan benar, mendengarkan dan
berpikir pada saat yang sama, kita memang harus mampu “menyeberang garis tengah” yang menghubungkan
otak bagian kiri dan kanan. Itu sebabnya, anak yang disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan
menulis), tidak percaya diri, cenderung menarik diri dari pergaulan, atau hiperaktif (terlalu aktif), dapat juga
“diaktifkan” melalui senam otak ini. PACE, kesiapan untuk belajar Sebelum si kecil mulai belajar apapun, ia
harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan untuk belajar dengan menggunakan
seluruh otak, dan PACE itu sendiri merupakan singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan Energitis Untuk
melakukan PACE ini, si kecil harus memulainya dari Energetis (minum air), Clear (melakukan pijatan saklar
otak), Aktif (melakukan gerakan silang), serta Positif (melakukan Hook Ups). Minum Air Minum air putih
dalam jumlah cukup banyak, yaitu 0,3 – 0,4 liter / 10 kg Berat Badan (BB) sehari, kalau anak sedang belajar.
Misalnya saja, dengan BB 50 kg, ia harus minum sekitar 1,5 – 2 liter / hari. Namun, Kalau ia sedang sakit
atau banyak berkeringat, jumlah air putih yang diminumnya harus bertambah lagi, yakni menjadi 0,6 liter /
10 kg BB. Jadi, ia harus minum air sekitar 3 liter. Air mempunyai banyak fungsi dalam badan untuk
menunjang belajar anak. Di antaranya adalah, darah lebih banyak menerima zat asam yang diperlukan untuk
belajar, melepas protein yang diperlukan untuk belajar hal baru, melarutkan garam yang mengoptimalkan
fungsi energi listrik tubuh untuk membawa informasi ke otak, serta mengaktifkan sistem limpa. Limpa
berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi, hormon, dan sebagai saluran pembuangan. Memijat saklar otak
Pijatan ini memiliki beberapa manfaat yakni mengkoordinasi kedua belahan otak, meningkatkan kelancaran
aliran darah (zat asam) ke otak, meningkatkan keseimbangan badan, serta meningkatkan kerja sama antar-
kedua mata, sehingga dapat mengurangi kejulingan. Pijatan pada titik ini akan meningkatkan peredaran darah
ke otak. Berat otak kira-kira 1/50 dari berat badan, namun untuk berfungsi optimal diperlukan 1/5 dari
peredaran darah. Sementara itu, tangan di pusat (perut) menyeimbangkan impuls-impuls yang berhubungan
dengan telinga bagian dalam dan berpengaruh pada kemampuan belajar. Memijit Saklar Otak: Pijat lekukan
di bawah tulang selangka, yakni di kiri dan kana dari bidang dada. Sementara tangan lainnya menggosok
daerah pusat. Sambil melakukan latihan, gerakkan mata ke atas-bawah dan kiri-kanan Gerakan Silang Otak
mengapung di dalam cairan otak. Dan, cairan otak ini memiliki beberapa fungsi, seperti melindungi otak dari
gegar otak, di samping berfungsi secara elektris. Seperti halnya baterai mobil, otak manusia juga memerlukan
sejenis alat elektro kimiawi, agar arus listriknya dapat mengalir. Jika aliran cairan otak tersendat-sendat,
berarti telah terjadi ketidakseimbangan dalam aliran informasi di otak. Hal ini juga berkaitan dengan sistem
informasi antar otak dan badan yang dapat terhambat koordinasinya. Gerakan silang melancarkan peredaran
cairan otak, sehingga gangguan tersebut hilang. Belahan otak kanan mengontrol belahan tubuh kiri, demikian
juga sebalikanya. Di samping itu, terdapat bagian otak dengan fungsi tertentu, seperti menyangkut fungsi
intelektual, kontrol otak, dan emosi. Perkembangan bayi normal mengarah pada koordinasi kiri dan kanan
yang makin serasi. Hal ini merupakan dasar pertumbuhan intelektual dan mental. Gerakan yang sangat
menunjang pertumbuhan itu adalah gerakan merangkak. Dasar gerakan inilah yang merupakan awal fungsi
koordinasi keseimbangan. Gerakan silang sangat bermanfaat bagi anak yang sulit belajar atau yang
mengalami kesulitan koordinasi. Gerakan ini memang memiliki berbagai manfaat, seperti meningkatkan daya
ingat dan daya pikir, membuat pikiran lebih jernih dan meningkatkan koordinasi tubuh, dan sebagainya.
Gerakan Silang prinsipnya adalah mempertemukan anggota gerak bagian kiri dan kana, misalnya tangan kiri
dengan kaki kana. Agar koordinasi gerak ini lebih “terasa”, tangan kanan di samping tubuh. Sebenarnya,
setiap gerakan silang merupakan sejenis gerak jalan yang lebih disengaja. Lakukan latihan beberapa kali
dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh yang
bergerak dan tidak bergerak Hook Ups Latihan ini menghubungkan semua lingkungan fungsi bio listrik
tubuh. Kekacauan aliran energi dapat diatur kembali bila energi beredar dengan lancar di bagian tubuh yang
tadinya tegang. Manfaatnya adalah si kecil menjadi lebih percaya diri, dan perhatiannya akan lebih seksama.
Gerakan menyentuh ujung-ujung jari tangan akan menyeimbangkan dan menghubungkan dua belahan otak.
Ditambah dengan menempatkan lidah di langit-langit mulut, maka perhatian dipusatkan pada otak bagian
tengah. Emosi di dalam sistem limbik (yang bertanggung jawab terhadap informasi emosional dan otak besar
untuk berpikir abstrak) dihubungkan dengan otak bagian dahi, sehingga orang lebih seimbang dan lebih
mampu menyesuaikan dengan tuntutan belajar Gerakan ini bisa dilakukan dalam posisi duduk, berbaring atau
berdiri. Mata kaki kiri disilangkan di atas kaki kanan. Tangan dijulurkan ke depan dan disilangkan dengan
posisi tangan kiri di atas tangan kanan dan jempol ke arah bawah. Lalu, tangan diputar ke bawah dan ditarik
sampai di muka dada, sehingga jempol ke arah atas. Tutup mata dan tarik napas dalam-dalam dengan lidah
ditempelkan di langit-langit mulut sekitar 1 cm di belakang gigi.Buang napas panjang melalui mulut, dan
lidah lepaskan lagi. b. Kedua kaki agak meregang. Ujung-ujung jari kedua tangan disambung dengan halus di
depan dada, lalu lakukan napas dalam selama 1 menit. Beda dimensi, beda gerakan Otak itu sendiri dibagi
menjadi 3 dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang),
serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga
gerakan senam yang harus dilakukan si kecil juga bervariasi. Dimensi lateralitas Otak terdiri atas dua bagian,
yakni kiri dan kanan, di mana masing- masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Bila kerja sama antara
otak kiri dan kanan kurang baik, anak sulit membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku, tulisan
tangannya jelek atau cenderung menulis huruf terbalik, sulit membaca dan menulis, mengikuti sesuatu
dengan mata, sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring ke dalam ketika
menulis, cenderung melihat ke bawah sambil berpikir, keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan q), serta
menyebut kata sambil menulis. Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah 8 Tidur dan Gajah. 8 Tidur
Berdiri dengan kaki agak meregang dan kepala menghadap ke depan. Angkat tangan ke depan dan kepalkan,
dengan posisi jempol dalam keadaan mengacung. Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke kiri atas,
dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal. Hal yang sama dilakukan pada sisi kana. Seiring dengan itu,
mata mengikuti gerakan yang sama. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali untuk masing-masing tangan, dan kedua
tangan secara bersamaan. Manfaat : mengaktifkan kerja sama kedua belahan otak, meningkatkan kemampuan
penglihatan, juga membedakan dan menghafal simbol, serta menghilangkan kekeliruan dalam membedakan
huruf. Gajah:Seperti posisi gerakan 8 tidur, tetapi kedua lutut sedikit ditekuk. Angkat tangan kiri lurus ke
depan dengan telapak tangan dalam keadaan terbuka, kemudian letakkan telinga di atas bahu. Bayangkan
tangan seolah-olah merupakan belalai gajah yang bersatu dengan kepala. Lalu, mulailah membentuk angka 8
tidur. Mata harus mengikuti gerakan tersebut. Lakukan gerakan ini, sekitar 10 kali untuk setiap tangan.
Manfaat : mengaktifkan telinga bagian dalam yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh,
mengkoordinasikan otak untuk mengaktifkan kedua telinga dan mata, mengendurkan otot tengkuk,
meningkatkan daya ingat, dan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Dimensi pemfokusan Pemfokusan
adalah kemampuan untuk menyeberang “garis tengah keterlibatan” yang memisahkan otak bagian belakang
dan depan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua pengalaman, lalu informasi
diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya.
Bila si kecil takut, gugup atau mengalami stres saat belajar, secara refleks energi ditarik ke otak bagian
belakang, sehingga otak bagian depan mengalami kekurangan energi. Akibatnya, jawaban yang tadinya
sudah siap, tiba-tiba “terlupa” atau tidak mampu dijawabn dengan sempurna. Refleks alamiah ini muncul bila
seseorang merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau terancam hidupnya. Tidak ada waktu untuk berpikir,
namun ia harus segera “berjuang dan melarikan diri”. Karena itu, tubuh akan segera menegangkan otot-otot
dan memperpendek tendon atau urat-urat di tubuh bagian belakang dari kepala sampai ke ke kaki. Hal ini
akan berpengaruh pada sikap tubuh dan mengacaukan keseimbangan di dalam telinga dan orientasi gerak.
Bila tubuh telah terbiasa dengan refleksi pelindung tendon tersebut, maka sulit untuk menghilangkannya.
Gerakan meregangkan otot telah terbukti efektif dalam mengendorkan urat dan otot sehingga energi dapat
mengalir sampai di otak bagian depan yang menunjang kemampuan memahami, mengontrol gerakan dan
tingkah laku yang logis untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial. Ciri khas jika otak bagian depan dan
belakang kurang bekerja sama adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk belajar, serta
reaksi pelan. Lalu hambatam otak bagian belakang berupa anak terlalu aktif, konsentrasi dan analisis anak
dalam rentang yang terlalu pendek, terlalu terinci, kurang fleksibel, kadang-kadang agresif, kurang rileks atau
istirahat untuk memikirkan sesuatu lebih luas. Hambatan otak bagian depan berupa anak pasif, melamun, bila
stres bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta kemampuan untuk memperhatikan kurang, namun perasaan dan
suasana (merekam dengan jelas). Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Burung Hantu. Burung Hantu
Berdiri dengan kedua kaki meregang. Letakkan telapak tangan kiri pada bahu kanan, sementara tangan kanan
dibiarkan bebas.Sambil menengok ke kiri dan kanan, telapak tangan kiri “meremas- remas” bahu. Tarik
napas pada saat kepala menghadap lurus ke depan, lalu buang napas ketika kepala ke samping. Ulangi untuk
tangan lainnya. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.Manfaat : mengkoordinasikan pendengaran, penglihatan
dan gerakan tubuh; meningkatkan konsentrasi dan sebagainya. Abjad 8:Alfabet yang dibuat berdasarkan 8
tidur ini dapat dilakukan anak dengan dua tangan (jarinya “dikunci”) bersama di udara dan di papan tulis agar
otot-otot besar di tangan, bahudan dada diaktifkan. Kemudian, 8 tiudr digambarkan lebih kecil di kertas atau
buku tulis dan diikutinya dengan alat tulis. Tulislah 8 tidur beberapa kali, lalu sambunglah dengan satu huruf
pilihan, kemudian diteruskan lagi dengan beberapa gerakan 8 tidur.Manfaat : mengaktifkan kedua belahan
otak, menunjang koordinasi tangan-mata, dapat membedakan dan menghafal symbol dan huruf, dan
sebagainya. Dimensi pemusatan Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberang garis pemisah antara
tubuh bagian bawah dan atas sesuai dengan fungsi-fungsi otak bagian bawah dan atas, yaitu sistem limbik.
Apa yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Bila kerja sama antar- otak
besar dan sistem limbik terganggu, si kecil sulit merasakan emosi atau mengekspresikannya, cenderung
bertingkah laku “berjuang atau melarikan diri” serta dapat mengalami ketakutan yang berlebihan. Dalam
keadaan stres, tegangan listrik berkurang di otak besar, sehingga fungsinya pun terganggu. Tubuh manusia
adalah satu sistem listrik yang sangat kompleks. Semua kesan dan masukan melalui mata, telinga dan
gerakan diubah ke dalam sinyal listrik dan diteruskan melalui serabut saraf ke otak. Sebaliknya, otak
mengirim sinyal listrik lainnya untuk memerintah cara bereaksi pada sistem penglihatan, pendengaran dan
otot-otot. Dengan gerakan untuk meningkatkan energi dan minum air, banyak energi elektromagnetis
menjadi lancar sehingga komunikasi antar-otak dan badan terjamin. Ciri khas jika otak bagian atas dan
bawah kurang bekerja sama adalah bila bagian atas yang terhambat. Misalnya saja, anak bicara dan bertindak
pelan, kurang fleksibel, sulit melompat, kurang berkonsentrasi, kurang terorganisasi, penakut, kurang percaya
diri, ragu-ragu, sulit dalam hubungan sosial dan di sekolah. Bila bagian bawah yang terhambat menyebabkan
cepat hilang keseimbangan, mengabaikan perasaan atau menilainya negatif, bicara dan bertindak terlalu
cepat, serta ingin mendiskusikan segala hal. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Tombol Bumi, Tombol
Keseimbangan, Tombol Angkasa, Pasang Telinga, Titik Positif, dan lain� lain. Tombol Bumi Letakkan dua
jari tangan kanan di tengah dagu, sementara telapak tangan kiri di daerah pusat (perut). Jari-jari telapak
tangan kiri menunjuk ke bawah (lantai). Gerakan mata dari bawah (lantai) ke atas (langit-langit), lalu kembali
ke bawah sambil melakukan napas dalam, yaitu menarik napas dalam-dalam, dan membuangnya secara
perlahan. Lakukan selama 1 menit atausekitar 4-6 kali napas dalam. Ulangi gerakan untuk tangan
lainnya.Manfaat : melatih mata untuk melihat benda jauh-dekat, meningkatkan koordinasi tubuh, dan lainnya.
Tombol Keseimbangan:Sentuhlah tombol keseimbangan yang terletak di belakang telinga kiri di perbatasan
rambut (bawah tulang tengkorak) dengan beberapa jari tangan kiri. Sementara itu, letakkan telapak tangan di
daerah pusat. Posisi kepala tetap lurus ke depan. Setelah 30 detik, lakukan untuk tangan satunya lagi. Ulangi
gerakan hingga beberapa kali. Manfaatmeningkatkan konsentrasi, membuat si kecil lebih siap menerima
pelajaran. Titik Positif: Sentuhlah dia titik dahi, kira-kira di antara perbatasan rambut dan alis. Lakukan
selama 30-60 detik.Manfaat : menenangkan pikiran dan lain-lain. Sumber: 1. Pelatihan Brain Gym oleh
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jurusan Perkembangan, Juni 2001. 2. Konsultasi Ilmiah : dr.
Ruswaldi Munir, Sp.KO, Kedokteran Olahraga- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Majalah
Ayahbunda – 2001

Menghadapi Anak yang Terlambat Baca, Tulis dan Hitung

bimba-aiueo | Juni 26, 2013

Sumber : http://serambimata.wordpress.com/2014/09/08/mengajarkan-mengantri-pada-anak-usia-dini-lebih-
penting-dari-pada-baca-tulis-hitung/

Mungkin dari kita ada yang pernah mendengar keluh kesah teman, saudara, tetangga atau bahkan diri kita
sendiri yang pernah mengalami ketika anak usia SD terlambat dalam membaca, menulis dan berhitung.
Melihat kondisi demikian, orang tua manapun tentunya akan khawatir, gelisah dan takut, apakah kondisi
anaknya normal. Apalagi bila teman-teman seusia anaknya sudah bisa membaca, menulis dan berhitung.
Sebagai orang tua biasanya juga akan merasa malu dan khawatir bila disangka orang mereka tidak bisa
mengajarkan anaknya. Untuk kondisi psikis si anak itu sendiri juga terkadang menjadi hambatan, karena
yang kerap terjadi si anak menjadi bahan ledekan teman-temannya.

Melihat kondisi ini sebaiknya kita harus mempelajari sebab-sebab keterlambatannya, kemudian melakukan
terapi sesuai keadaan yang dialaminya, sehingga masalahnya tidak semakin membesar. Hal ini untuk
mencegah agar kondisi si anak tidak semakin memburuk jika penanganannya terlambat. Kondisi
keterlambatan membaca, menulis dan berhitung ini dikenal dengan istilah disleksia.

Bagi guru atau orang yang tidak mengetahui mengenai disleksia, mereka akan memberi cap kepada anak
tersebut sebagai anak yang bodoh. Padahal, menurut Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia
(ADI), dr Kristiantini Dewi, SpA mengatakan, disleksia merupakan kelainan genetik yang berbasis
neurologis. Gangguan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebodohan, tingkat ekonomi maupun
motivasi belajar. Penyandang disleksia sebetulnya memiliki Intelegency Quotient (IQ) dalam tingkat yang
normal atau bahkan di atas rata-rata. Mereka hanya mengalami kesulitan berbahasa, baik itu menulis,
mengeja, membaca, maupun menghitung.

Apakah disleksia ?

Menurut wikipedia bahasa Indonesia, disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan
menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan
menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan,
kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.

Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada
seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia.
Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia ditengarai juga mempengaruhi
kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh
kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang
tua.

Bagaimana mengenali tanda-tanda disleksia ?

Sumber : http://tokoalkes.com/blog/disleksia-adalah

Menurut Konsultan Neuropediatri dari Asosiasi Disleksia Indonesia, dr Purboyo Solek, Sp A (K), disleksia
biasanya diketahui pada usia 7 tahun, anak mengalami kesulitan membaca dan mengeja. Gangguan ini
berbeda dengan gangguan belajar biasa, karena kesulitan mengeja pada penyandang disleksia bukan
disebabkan oleh kurangnya kecerdasan. Gangguan ini merupakan kelainan genetik yang dialami individu
dengan Intelegency Quotient (IQ) normal atau bahkan di atas rata-rata. Karena sering terlambat diketahui,
disleksia banyak memberi dampak pada masalah belajar di sekolah. Selain nilainya merosot, tak jarang
penyandang disleksia mengalami tekanan psikologis karena tidak percaya diri atau bahkan menjadi korban
bullying (pelecehan) dari teman-teman sekolahnya.

Untuk memudahkan bagi para orangtua dan guru dalam membaca perkembangan anak dan melakukan
deteksi dini atas tanda-tanda disleksia, adalah sebagai berikut :

1. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri yang dialami saat anak berusia 3 tahun
2. Cara si anak bertutur atau menceritakan pengalaman. Misalnya bila ditanya ‘bagaimana tadi di
sekolah?’ Kalau jawabnya ‘ya, pokoknya gitu deh’ maka orang tua perlu waspada.
3. Bila terjatuh/kejedot walaupun hingga benjol besar, biasanya tidak menangis karena tidak merasakan
sakit. Hal ini akibat terdapat syaraf yang tidak klik seperti orang normal sehingga dia tidak bisa
merespons rasa sakit
4. Terlambat bicara
5. Kesulitan untuk berkonsentrasi
6. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya
7. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai
8. Huruf suka tertukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, dan ’s’ tertukar ’z’
9. Daya ingat jangka pendek yang buruk
10. Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
11. Tulisan tangan yang buruk
12. Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
13. Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
14. Kesulitan dalam mengingat kata-kata
15. Kesulitan dalam diskriminasi visual
16. Kesulitan dalam persepsi spatial
17. Kesulitan mengingat nama-nama
18. Kesulitan/lambat mengerjakan PR
19. Kesulitan memahami konsep waktu
20. Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
21. Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
22. Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari
23. Membaca lambat dan terputus-putus serta tidak tepat
24. Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
25. Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”)
26. Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai
27. Tertukar-tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat,
mana-nama). Sehingga sering kesulitan dalam memilih kosa kata yang tepat. Misalnya mengatakan
“kolam yang tebal”, padahal maksudnya “kolam yang dalam”.
28. Sering salah mengutip dari papan tulis meski selalu duduk paling depan
29. Tidak pernah berhasil menggambar kubus, selalu menjadi trapesium
30. Miskin kosa kata, banyak menggunakan kata ganti ‘ini-itu

Bagaimana penanganan disleksia ?

dr. Purboyo mengatakan, meskipun disleksia tidak dapat diobati, gangguan ini bisa diatasi dengan
penanganan yang tepat. Ada 2 jenis penanganan untuk disleksia yakni remedial dan akomodasi.

1. Remedial, berarti mengulang-ulang materi belajar sampai benar-benar paham. Kadang-kadang


pengulangan dilakukan untuk mempelajari kebutuhan penyandang disleksia, terkait cara yang
bersangkutan dalam memahami suatu hal. “Kalau anak normal mudah memahami huruf A dari
bentuknya yang demikian, penyandang disleksia belum tentu seperti itu. Cara otak memahami sesuatu
bisa berbeda, misalnya A dipahami sebagai sebuah bangun dengan sudut-sudut tertentu,” ungkap
dr.Purboyo.
2. Penanganan akomodasi, yakni memenuhi kebutuhan khusus penyandang disleksia. dr.Purboyo
mencontohkan, ujian untuk penyandang disleksia bisa diberikan dengan waktu yang lebih longgar dan
soalnya dicetak dengan huruf yang tidak terlalu rapat.

Disleksia tetap bisa sukses

Sumber : http://www.vemale.com/topik/parenting-dan-bayi/30511-penyakit-apa-sih-disleksia-itu.html

Sebagai orang tua, hendaklah kita tidak usah berkecil hati bila menghadapi anak yang terlambat memiliki
kemampuan baca, tulis dan hitung. Kita tidak usah putus asa, tetap semangat dan yakin bahwa pada saatnya
kelak anak akan mampu untuk melakukan hal tersebut. Yang perlu kita ingat adalah dukungan kedua orang
tua memiliki peranan penting dalam memberikan perlakuan khusus demi menunjang belajarnya si anak.
Anak disleksia tentunya membutuhkan pendekatan yang berbeda serta situasi belajar yang lebih kondusif
baik di sekolah maupun di rumah sehingga anak akan lebih lancar dalam belajar. Orang tua harus pro aktif
untuk mencari tahu informasi apapun yang berkaitan dengan disleksia dari berbagai sumber. Satu hal yang
harus digarisbawahi bahwa orang tua harus melakukan tes IQ terlebih dahulu sebelum menyatakan bahwa si
anak menderita disleksia. Hal ini untuk mengetahui bila IQ anak di bawah normal, dia bukan disleksia.
Mengetahui IQ ini penting karena akan membedakan treatmentnya kelak.

Terkadang orang tua langsung merasa down ketika mengetahui anaknya disleksia. Padahal bila ditangani
dengan tepat dan melalui treatment yang sesuai, disleksia bukan akhir dari segalanya. Banyak tokoh-tokoh
besar yang berhasil dan sukses walaupun menyandang disleksia. Di buku Right Brained Children in a Left
Brained World disebutkan tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, George S. Patton, William Butler Yeats
adalah mereka yang terlambat membaca. Begitupula dengan Leonardo Da Vinci, ia baru mulai bisa membaca
pada usia 12 tahun. Namun hal ini tidak menjadi halangan baginya untuk menjadi seorang ‘besar’ dengan
profesinya sebagai arsitek, musisi, penulis, pematung dan pelukis Renaisans Italia. Salah satu lukisannya
yang terkenal di seluruh dunia adalah Monalisa. Selain itu, mantan presiden Amerika George W. Bush serta
aktor Tom Cruise adalah beberapa contoh orang-orang berprestasi yang menyandang disleksia.(Bunda Ranis)

Bila Anak Sulit Membaca


Kemampuan anak dalam membaca dipengaruhi oleh banyak faktor: metode pengajaran yang digunakan oleh
guru, kualitas buku-buku yang digunakan, minat baca orang tua, serta kesiapan fisik dan mental (emosional)
anak itu sendiri. Beberapa di antara faktor-faktor di atas berada di luar kendali orang tua, tetapi faktor-faktor
lainnya ada di tangan mereka. Namun, apa pun penyebab kesukaran anak dalam membaca, para orang tua
dapat berbuat banyak untuk membantu mereka mengatasinya.

Sebelum berusaha untuk memecahkan masalahnya, Anda perlu mengetahui duduk perkaranya dengan jelas.
Anda harus mengetahui perbedaan antara apa yang disebut kesulitan membaca yang serius dan masalah yang
sementara sifatnya.

Seorang anak yang lebih lambat dari anak-anak lain yang sebaya dalam proses pembelajaran membaca,
tidaklah selalu berarti memunyai masalah serius dalam bidang ini. Tingkat perkembangan masing-masing
anak dalam keterampilan membaca berbeda satu dengan lainnya. Beberapa anak mulai dapat membaca pada
usia dini dan mengalami kemajuan yang pesat. Anak-anak lain baru dapat membaca pada usia yang lebih
besar dan kemajuannya lambat. Kemampuan rata-rata dalam pembelajaran membaca ada di antara kedua
ekstrim di atas.

Perbedaan tingkat perkembangan dalam kemampuan anak membaca tidak berkaitan dengan tingkat
kecerdasan ("pandai" atau "bodoh") anak tersebut. Seorang anak yang dapat membaca sejak usia dini
bukanlah berarti bahwa ia lebih pandai membaca dari mereka yang belajar membaca pada usia yang lebih
besar, dan anak yang mulai membaca pada usia lebih besar tidaklah berarti bahwa ia memunyai masalah
dalam pembelajaran membaca. Anak-anak memang belajar membaca pada tingkatan usia yang berbeda-beda,
sama halnya dengan ketika mereka belajar berbicara atau berjalan.

Sebelum kita mencoba memahami tahapan perkembangan dalam pembelajaran membaca, perlu kita kenali
lebih dahulu bagaimana proses membaca itu sendiri terjadi.

Membaca melibatkan serangkaian proses mental yang kompleks dan proses ini ditentukan oleh kematangan
perkembangan struktur bagian otak tertentu:

1. Pengenalan kata-kata.
2. Proses "decoding" - kemampuan membaca huruf-huruf yang memunyai bunyi bermakna.
3. Artikulasi bunyi - kemampuan membedakan berbagai bunyi dari huruf vokal tertentu (misalnya kata "makan"
ada dua bunyi yang berbeda untuk vokal "a").
4. Analisis sekuensial - menelusuri rangkaian huruf-huruf dan bunyi-bunyi yang ditimbulkannya.
5. Persepsi (pengertian) mengenai berbagai konsep dan gagasan.

Setiap proses di atas merupakan fungsi neurofisiologis yang kompleks. Namun untuk menguasai proses
membaca, anak tidak dapat hanya menguasai satu atau beberapa di antara kelima fungsi di atas, mereka juga
harus menguasai kelima hal tersebut secara simultan (bersamaan).

Seorang anak yang perkembangannya normal (tidak mengalami gangguan fungsi otak atau fisik lainnya),
keterampilannya dalam membaca meningkat secara bertahap namun terus-menerus. Di kelas satu SD mereka
belajar bahwa lambang-lambang yang tertulis (huruf-huruf) memunyai arti tertentu, dan mereka menghimpun
kosa kata sederhana dalam jumlah terbatas. Pada akhir tahun pertama ini, anak-anak rata-rata mampu
mengenali sejumlah kata yang umum dan dapat memahami kata-kata yang masih asing baginya dengan cara
mengeja dan menduganya berdasarkan konteks bacaan. Anak dapat membaca bacaan sederhana baik lisan
maupun dalam hati.

Pada akhir kelas tiga SD, anak-anak dapat mengenali banyak kata-kata. Mereka dapat memahami apa yang
mereka baca, kemampuan membaca dalam hati lebih cepat daripada membaca dengan bersuara, dan mereka
bersikap positif terhadap kegiatan membaca. Sejalan dengan kemajuan belajar mereka di kelas empat, lima
dan enam SD, perbendaharaan dan pengenalan kata-kata juga meningkat, demikian pula kemampuan
komprehensif (kemampuan untuk memahami isi teks bacaan) serta keterampilan belajar dalam bidang-bidang
lainnya.

Kesulitan dalam membaca timbul bila ada faktor-faktor dari anak itu sendiri, dari lingkungannya -- atau
kedua-duanya -- yang menghambat perkembangan normal dalam keterampilan membaca. Seorang anak yang
lambat perkembangannya, tetapi terus-menerus mengalami kemajuan, mungkin tidak mengalami kesulitan
serius dalam membaca. Tanda-tanda adanya kesulitan membaca antara lain ialah:

1. anak umumnya berprestasi rendah di sekolah dalam membaca dan mata pelajaran lainnya,
2. menunjukkan perasan tidak suka terhadap pelajaran membaca, dan
3. gelisah serta tegang bila membaca.

Bila putra-putri Anda menunjukkan gejala-gejala di atas, tidaklah berguna untuk menyalahkan diri Anda atau
mereka dengan sebutan "bodoh", "kurang menyimak di kelas", atau "malas". Sebaliknya, banyak kemajuan
dapat dicapai bila Anda bekerja sama dengan anak Anda untuk mengatasi kesulitan ini.

Biasanya kesulitan membaca memunyai lebih dari satu penyebab, sehingga pemecahannya pun dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan. Banyak faktor yang memungkinkan timbulnya masalah-masalah
dalam membaca: cara pengajaran yang kurang tepat, usia anak belum mencukupi, masalah-masalah
penyesuaian diri dengan lingkungan, hambatan/cacat fisik, dan bahkan adanya tuntutan berlebihan untuk
mencapai prestasi tinggi dari orang tua maupun guru kelas.

Anak-anak dengan kesulitan membaca dapat dijumpai pada hampir setiap tingkatan kemampuan intelektual.
Kesulitan membaca biasanya disertai dengan masalah punyesuaian diri dan keadaan sosial. Kadang-kadang
penyebab utamanya adalah masalah-masalah pribadi (emosional), tetapi lebih sering masalah pribadi itu
justru timbul karena anak gagal dalam proses pembelajaran membaca. Untuk sebagian besar murid SD,
gangguan emosional tersebut biasanya menghilang ketika mereka berhasil membaca dengan lebih baik.

Untuk menolong anak-anak yang mengalami kesulitan membaca, hal terpenting yang dapat Anda lakukan
ialah membacakan cerita-cerita dengan suara keras. Hal ini penting khususnya pada usia prasekolah, tetapi
orang tua harus melanjutkan kebiasan ini selama usia sekolah. Manfaat terbesar diperoleh melalui cara ini
bila orang tua menjelaskan arti kata-kata yang tidak dipahami oleh anak dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang mendorong anak untuk berpikir. Pertanyaan-pertanyaan yang
mendalam menuntut anak untuk menggunakan daya ingatnya dan memikirkan pengalaman-pengalaman
mereka. Anak-anak juga perlu dituntun untuk menceritakan kembali isi cerita dan mendiskusikan tokoh-
tokoh favorit mereka dan peristiwa-peristiwa tertentu yang menarik mereka. Adalah baik jika seorang ayah
juga membaca bersama anak-anak atau membacakan sesuatu untuk mereka dan menjadi teladan (model) pria
dalam hal minat baca.

Suatu kegiatan lain yang cukup efektif untuk menolong anak dalam mengatasi kesulitan membaca ialah
menggunakan rekaman cerita/dongeng. Apabila kaset/pita rekaman cerita semacam ini sukar diperoleh di
toko-toko buku terdekat, Anda dapat juga membuat rekaman cerita sendiri. Doronglah anak Anda untuk
mendengarkan rekaman cerita tersebut sambil mengikuti jalan ceritanya dalam buku. Bila Anda membuat
rekaman sendiri, pastikan bahwa Anda membaca lambat-lambat dan dalam ungkapan-ungkapan yang
bermakna. Berikan cukup waktu untuk anak membuka halaman buku, dan tunjukkanlah kepadanva
informasi-informasi yang penting melalui gambar-gambar dan grafik atau peta.

Berikanlah buku sebagai hadiah pada kesempatan-kesempatan yang tepat. Pilihlah cerita-cerita yang dapat
membantu anak-anak untuk menghadapi masalah mereka, dengan mengidentifikasikan mereka dengan salah
satu tokoh Yang berada dalam situasi serupa atau pilihlah buku-buku nonfiksi yang membahas bidang-bidang
ilmu pengetahuan yang diminati oleh anak Anda.

Doronglah anak Anda untuk memanfaatkan buku sebagai cara untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mereka. Jadikan diri Anda sendiri sebagai teladan dalam kegemaran membaca dan sediakan
waktu sebanyak mungkin untuk membacakan buku-buku kepada anak-anak Anda. Berikan pujian bila
mereka aktif membaca. Bila kebiasaan membaca merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam
keluarga Anda, anak akan merasakannya juga, dan meniru kesukaan tersebut.

Alkitab berkata bahwa pencobaan-pencobaan yang kita hadapi (kesulitan anak dalam membaca, kecemasan
kita sebagai orang tua karena masalah ini) adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
kita (1 Kor. 10:13). Kita dapat sepenuhnya bergantung pada kesetiaan Allah yang berjanji untuk memberikan
jalan keluar, berupa kesabaran dalam usaha kita untuk menolong anak-anak mengatasi kesulitan dalam
membaca. (liu)

Cara Mudah Membantu Anak yang Susah Baca


Sejumlah anak jalanan bernyanyi dan belajar bersama di Rumah Pintar Stasiun Ilmu di stasiun Tanjung
Priok, Jakarta, Jumat (15/4). Para siswa tersebut rata-rata berasal dari sekitar stasiun, dimana mereka
diajarkan akan membaca, tentang ahlak dan budi pekerti serta pemahaman tentang berprilaku baik.
TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda mempunyai anak yang mengalami disleksia (susah membaca), ada
sebuah cara mudah untuk membantunya. Penelitian yang dilakukan di Italia menunjukkan bahwa
memperlebar jarak antarhuruf dalam sebuah kata bisa meningkatkan kecepatan dan akurasi membaca mereka

Kemajuan teknologi telah memungkinkan cara ini dilakukan terhadap buku elektronik, sehingga
memungkinkan dilakukannya manipulasi teks. Demikian diungkapkan para ahli.

Para ilmuwan dari University of Padua di Italia menganalisis 34 anak berkebangsaan Italia dan 40 anak
berkebangsaan Prancis yang mengalami disleksia dan berusia antara delapan hingga 14 tahun. Mereka
menemukan bahwa memperlebar jarak antarhuruf bisa membantu para siswa tersebut 20 persen lebih baik
dalam akurasi membaca teks.

“Kami terkejut dengan bermanfaatnya jarak antarhuruf,” kata ketua peneliti, Marco Zorzi, profesor psikologi
dan kecerdasan artifisial, seperti dikutip Health Day.

“Kenaikan rata-rata dalam kecepatan membaca setara dengan yang diobservasi selama satu tahun dan
mengurangi separuh kesalahan saat berbicara untuk dirinya sendiri,” ujar Zorzi. Hasil penelitian ini
dipublikasikan di jurnal PNAS.

Disleksia merupakan ketidakmampuan yang berbasis bahasa, yang disebabkan oleh kesulitan belajar
mengenali kata-kata tertulis. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi lima persen anak-anak usia sekolah.
Begitu kata para peneliti. Di antara bentuk disleksia ini adalah anak-anak yang membutuhkan waktu satu
tahun untuk membaca huruf atau angka tertentu, sementara anak lain hanya membutuhkan waktu dua hari.

Manipulasi jarak (spasi) didasarkan pada fenomena yang dikenal sebagai “visual cwording”, yakni sebuah
huruf lebih sulit diidentifikasi ketika posisinya berdekatan dan dikelilingi oleh huruf-huruf lain. Kondisi
tersebut biasanya berpengaruh pada orang dengan disleksia karena mengenal huruf merupakan basis dalam
membaca.

“Hal ini menjelaskan bahwa untuk orang disleksia, masalah (jarak antarhuruf) ini menjadi lebih kritis.
Diperlukan jarak yang bagus dari huruf-huruf di berbagai tempat dan untuk setiap orang jarak tersebut
berbeda-beda,” kata Guinevera Eden, Direktur Center for Study of Learning dan profesor pediatrik di
Georgetown University di Washington DC.

Kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan dibuatnya strategi yang membantu orang dengan disleksia.
Di antaranya buku-buku teks, dokumen riset dan novel yang bisa diperoleh secara digital atau dalam bentuk
elektronik. “Dengan teknologi yang ada saat ini untuk mengajari anak-anak membaca, informasi ini menjadi
sangat penting. Banyak sekolah dengan anak-anak disleksia memanfaatkan teknologi untuk mengubah buku
cetak mereka, sehingga lebih mengakomodasi anak-anak tersebut,” kata Eden lagi.

PENANGANAN ANAK YANG KESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH


oleh: Bibit Dwi Prastyorini
A. Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata,
namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses
persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi
sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian
kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan
belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional.
Kelompok anak dengan Learning Dissability (LD) dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang
menyertainya. Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering disebut ”hidden
handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami kesulitan
belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever, pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami
perasaan frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).

Definisi tersebut menunjukan bahwa learning diability tidak digolongkan ke dalam salah satu keluarbiasaan,
melainkan merupakan kelompok tersendiri.
Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori maupun ekspresif di dalam
proses belajar. Gangguan ini dapat terjadi di berbagai tingkatan kecerdasan, namun learning disability lebih terkait
dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki
ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa yang bisa menghambat alur belajar yang normal,
menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual motorik tertentu atau kemapuan berbahasa. Umumnya
masalah ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca,
menghitung dan mengeja.

B. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Dari pengertian kesulitan belajar di atas maka jenis-jenis kesulitan belajar di Sekolah Dasar dapat
dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami. Jenis-jenis kesulitan belajar tersebut yaitu:

1. Kesulitan membaca (disleksia)

Membaca merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf atau kata.
Aktivitas ini meliputi dua proses, yaitu proses decoding, juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses
pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antar huruf dan bunyi atau menerjemahkan
kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.
Berdasarkan hasil penelitian di negara maju, lebih dari 10% murid sekolah mengalami kesulitan membaca.
Kesulitan membaca ini menjadi penyebab utama kegagalan anak di sekolah. Hal ini dapat dipahami, kerena membaca
merupakan salah satu bidang akademik dasar, selain menulis dan berhitung. Kesulitan membaca juga menyebabkan
anak merasa rendah diri, untuk termotivasi belajar, dan sering juga mengakibatkan timbulnya perilaku menyimpang
pada anak. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat yang semakin maju, kemampuan membaca merupakan
kebutuhan, karena sebagian informasi disajikan dalam bentuk tertulis dan hanya dapat diperoleh melalui membaca.

Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat disebut aleksia.
Kemampuan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk
meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara
bersama. Ada dua jenis pelajaran membaca, yaitu membaca permulaan atau membaca lisan dan membaca
pemahaman. Mengingat pentingnya kemampuan membaca bagi kehidupan, kesulitan belajar membaca hendakna
ditangani sedini mungkin. Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia auditoris dan disleksia visual.

Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau
mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau
kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik
sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian
ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan
kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan
tulisan yang mewakilinya. Gejala-gejala disleksia visual adalah sebagai berikut:

a. Tendensi terbalik.

b. Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip.

c. Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual.

d. Memori visual terganggu.

e. Kecepatan persepsi lambat.

f. Kesulitan analisis dan sintesis visual.

g. Hasil tes membaca buruk.

h. Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditoris.

Anak yang mengalami disleksia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak lancar dalam membaca,

b. Sering banyak kesalahan dalam membaca,

c. Kemampuan memahami isi bacaan sangat rendah,

d. Sulit membedakan huruf yang mirip.

2. Kesulitan menulis (disgrafia)

Penelitian dan pengembangan dalam pengajaran menulis sejak dulu memang kurang mendapat perhatian.
Hal ini terlihat jarangnya hasil penelitian pembaharuan metodologi pengajaran menulis. Baru dalam dasa warsa
terakhir ini, beberapa pakar mulai tertarik pada bidang ini. Beberapa hasil penelitian mulai dipublikasikan, demikian
juga muncul beberapa pemikiran inovatif terhadap pengajaran membaca. Berdasarkan hasil penelitian di negara-
negara maju, 80% dari populasi murid sekolah menengah tidak dapat menulis dengan baik dan 50% tidak menyukai
proses menulis. Di kalangan pendidikan luar biasa, angka-angka ini pasti lebih besar, karena sebagian besar anak luar
biasa mengalami kesulitan menulis. Penelitian ini dilakukan di negara maju. Di Indonesia masalahnya mungkin lebih
besar, karena proses belajar mengajar di semua jenjang pendidikan tidak menuntut anak untuk banyak menulis.

Tujuan utama pengajaran menulis adalah keterbacaan. Untuk dapat mengkomunikasikan pikiran dalam
bentuk tertulis, pertama-tama anak harus dapat menulis dengan mudah dan dapat membaca. Oleh karena itu,
pengajaran menulis pada tahap awal difokuskan pada cara memegang alat tulis dengan benar, menulis huruf balok
dan huruf bersambung dengan benar, dan menjaga jarak dan proporsi huruf secara benar dan konsisten.

Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia. Ada tiga
jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan
menulis bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh
karena itu, kesulitan belajar menulis hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan
bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Ada beberapa jenis kesulitan yang dialami oleh anak berkesulitan menulis, antara lain sebagai berikut:

a. Terlalu terlambat dalam menulis.

b. Sarah arah ada penulisan huruf dan angka, misalnya menulis huruf “n” dimulai dari ujung bawah kaki kanan huruf,
naik, lengkung ke kiri, ke bawah, baru kembali naik,

c. Terlalu miring.

d. Jarak antar huruf tidak konsisten.

e. Tulisan kotor.

f. Tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal.

g. Bentuk huruf atau angka tidak terbaca.

h. Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau tipis).

i. Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil.

j. Kentuk terbalik (seperti bercermin).

Kesulitan menulis yang dialami anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya gangguan motorik,
gangguan emosi, gangguan persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus dapat menganggu
keterampilan menulis, misalnya seorang anak mungkin mengerti ejaan suatu kata, tetapi ia tidak dapat menulis
secara jelas ataun mengikuti kecepatan gurunya, hal ini dapat berakibat pada penguasaan bidang studi akademik
lain.

Anak yang mengalami disgrafia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tulisan terlalu jelek atau tidak terbaca.


b. Sering terlambat dibanding yang lain dalam menyalin tulisan.
c. Tulisan banyak salah, banyak huruf terbalik dan hilang.
d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
e. Menulis huruf tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

3. Kesulitan berhitung (diskalkulia)


Berhitung adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung
sama dengan matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru karena hamper semua cabang matematika
yang menurut Moris Kline (1981) berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung.

Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia.
Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep,
komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa, berhitung yang merupakan bagian dari matematika
adalah sarana sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan berhitung
hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari
berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Kesulitan belajar berhitung merupakan jenis kesulitan belajar terbanyak disamping membaca. Padahal seperti
halnya keterampilan membaca, keterampilan menghitung merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai
bidang studi lainnya. Ciri-ciri anak yang mengalami diskalkula yaitu:

a. Sering sulit membedakan tanda-tanda dalam hitungan,


b. Sering sulit mengoperasikan hitungan/bilangan meskpun sederhana,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sulit membedakan angka yang mirip, misalnya angka 6 dan 9, 17 dengan 71,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan
kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri) yang meliputi:

a. Faktor fisiologi

Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan
mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak
sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti
kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta,
tuli, bisu, dan lain sebagainya.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam
belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman.
Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikologis ini adalah inteligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki
IQ ( cerdas (110-140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat.
Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya
memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui
tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak.

2. Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi:

a. Faktor-faktor sosial

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak
mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian,
atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah
harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan
belajar anak.

b. Faktor-faktor non-sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor
guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

Ada beberapa penyebab kesulitan belajar lain yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001),
yaitu :

a. Faktor keturunan/bawaan.

b. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature.

c. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan
obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
d. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
e. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai
sistem imun yang lemah.
f. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan
neurotoksin lainnya.
D. Cara Mengatasi Anak yang Kesulitan Belajar

1. Kesulitan membaca (Disleksia)

Disleksia merupakan gangguan neourologis yang sifatnya genetis. Jadi kondisi ini menetap. Disleksia tidak bisa
diobati tetapi bisa diintervensi sehingga anak bisa mengatasi masalahnya. Contohnya, anak tidak bisa membaca lalu
dibacakan. Bagi orang yang tidak paham anak tersebut bisa dikatakan pemalas, bodoh, keras kepala dan sebagainya.

Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita disleksia belajar membaca
dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah
bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka. Metode
phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment &
Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami
problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas
dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.

Berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak dengan phonic dan membaca:

a. Mencoba untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.


b. Tunda sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan perhatian.
c. Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama, mulailah dengan sepuluh atau lima
belas menit sehari.
d. Tentukan tujuan yang dapat dicapai: satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau buku bacaan
mungkin cukup pada saat pertama.
e. Bersikap positif dan puji anak ketika anak membaca dengan benar. Ketika anak membuat kesalahan,
bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan.
f. Ketika membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi
merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.
g. Mulai dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk
memancing anak. Kemudian meminta anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan
terjadi selanjutnya.
h. Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata sebagai ganti
aktivitas membaca, atau meminta anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah
ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.
i. Berikan hadiah padanya ketika anak melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika ada perubahan yang
nyata pada nilai-nilainya di sekolah.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak disleksia antara lain:

a. Mendemonstrasikan apa yang ingin dikerjakan anak.


b. Menceritakan kepada anak hal yang sedang dilakukannya.
c. Mendorong anak bercakap-cakap.
d. Memperlihatkan kepada anak gambar yang menarik (bukan gambar makhluk bernyawa) sehingga anak
mampu mendeksripsikan dan menginterpretasikan.
e. Membaca dan menceritakan cerita pendek kepada anak.
f. Meminta atau memberi dukungan kepada anak untuk bercerita di depan kelas tentang situasi menarik yang
dialami di rumah atau di tempat lain.
g. Membuat permainan telepon-teleponan.

2. Kesulitan menulis (Disgrafia)

Untuk mengatasi problem disgrafia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang
mengalami disgrafia. Problem disgrafia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada
masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga
memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin
ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam.

Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbaik untuk disgrafia adalah dengan jalan mengambil jalan
pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesempatan pada anak
mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.Ada dua bagian dalam
pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan
untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata
pelajaran (tes-tes menulis). Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:

a. Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatan anak lain yang
memiliki tulisan tangan yang bagus, mereka dapat mengandalkan teman tersebut dan mengandalkan buku
teks untuk belajar.
b. Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop/note book untuk membuat catatan di rumah dan
menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
c. Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran. Sebagai ganti menulis jawaban tes
dengan tangan, mereka dapat:

1) Melakukan tes secara lisan.


2) Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.

3) Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.

4) Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia
harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.

d. Luangkan waktu lebih, dalam tugas menulis


e. Kalau kesulitan dalam jarak, kita bisa membantu mereka dengan menaruh jari di mulut antara satu kata
dengan kata yang lain

Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak
pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusai suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan
nantinya mungkin akan jarang dibutuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari
keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik
berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. Tidak ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang
anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa
depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus
asa karena pekerjaan sekolah.
3. Kesulitan berhitung (Diskalkulia)

Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan mata
pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain,
nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya
menyelesaikan soal berikut: Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram
apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun? Ia berusaha keras menemukan jawabannya
tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25
dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat
menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.

Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin dapat mengatasi
diskalkulia, yaitu dengan menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan
mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat dilakukan dengan teknik
“individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer
tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-
beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat
menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem diskalkulia
tersebut.

Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung, maka
anak dengan problem diskalkulia ini juga dapat diberikan kalkulator untuk menghitung. Cara lain yang dapat
menolong mereka dengan cara sebagai berikut:

a. Gunakan diagram dan gambarkan konsep-konsep matematika


b. Gunakan kertas grafik
c. Latihan berulang-ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Derek Wood.2005.Kiat Mengatasi Gangguan Belajar.Jogjakarta:Kata Hati.


Febrina Nur.2007.Gangguan Belajar.(Online).(http://www.sukapsikologi.blogspot.com, diakses tanggal 5
Januari 2012)
Helex Wirawan.2009.Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak.(Online).(http://www.telaga.org, diakses tanggal
5 Januari 2012)
Munawir Yusuf dkk.2003.Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar.Solo:Tiga Serangkai.
Tarmidi.2008.Kesulitan Belajar (Learning Dissability) dan MAsalah
Emosi.(Online).(http://www.tarmidi.wordpress.com, diakses tanggal 5 Januari 2012)

Cara Mengajari Anak Membaca Cepat dan Aman (By Kak Zepe Lagu Anak)

Cara Mengajari Anak Membaca Cepat dan Aman


Banyak kalangan berpendapat bahwa pelajaran membaca tidaklah pantas untuk diajarkan kepada anak di usia dini.
Pelajaran membaca hanya layak diberikan kepada anak-anak tingkat Sekolah Dasar, bukan Pendidikan Anak Usia Dini
dan Taman Kanak-kanak. Karena dunia anak-anak adalah dunia bermain, bukan melulu berfokus pada memasukkan
ilmu ke dalam memori otak anak. Karena dengan materi pelajaran yang terlalu berat, anak-anak bisa menjadi
mudah stress dan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan dan ketrampilan mereka yang lain.
Salah satu dilemma yang sedang dihadapi pendidik PAUD dan TK adalah masih banyaknya Sekolah Dasar yang
menjadikan kemampuan membaca sebagai salah satu syarat diterima atau tidaknya para siswa baru.

Sebagai pencipta lagu anak-anak, saya tergerak untuk membuat sesuatu yang saya harap berguna bagi anak-anak
Indonesia, khususnya dalam menghadapi masalah boleh atau tidaknya anak usia dini mendapatkan materi
pelajaran membaca. Lalu tercetus sebuah ide dalam benak saya untuk menciptakan sebuah lagu yang berguna
bagi anak-anak usia dini, khususnya yang berhubungan dengan materi pelajaran membaca. Dengan
diciptakannya lagu ini, bukan berarti saya setuju atau mengijinkan anak-anak usia dini diberikan materi pelajaran
membaca.

Di dalam lagu saya ini, saya hanya ingin menyumbangkan salah satu ide cara membaca yang aman. Karena dengan
lagu ini, anak-anak tidak hanya belajar membaca, namun juga merasakan keceriaan saat bernyanyi. Atau
sebaliknya, anak-anak bukan hanya akan merasa senang dengan bernyanyi, namun mereka juga akan mendapatkan
sebuah pelajaran “cara membaca”.

Lirik dari lagu ini sebagai berikut:


A - K – U KU AKU… B - I BI S - A SA BISA B-A BA C-A CA BACA…

AKU BISA BACA…. (Lagu bisa didengarkan di SINI (LAGU "AKU BISA BACA")
Itu hanyalah salah satu penggalan lirik yang terdapat di dalam lagu AKU BISA BACA. Dengan lirik dan nada yang ada
di dalam lagu AKU BISA BACA, anda juga bisa berkreasi dengan menggunakan kata-kata yang lain. Misalnya: SAYA
SUKA BOLA, BUKU SAYA BARU, MATA SAYA DUA, dan masih banyak kata-kata yang lain serta bisa menjadi lirik
pengganti dari lagu ciptaan saya tersebut. Syarat kata-kata yang bisa anda pilih adalah memiliki empat huruf
dan dua suku kata, tiap suku kata memiliki satu huruf konsonan dan satu huruf vocal, misalnya KA, MU, BI, SA,
RA, SA, dll. Namun bisa juga suku kata yang pertama hanya menggunakan satu huruf ( dan suku kata yang kedua
harus menggunakan dua huruf), misalnya pada kata AKU. Huruf “A” berdiri sendiri pada suku kata pertama.

Saya yakin, metode membaca sambil bernyanyi adalah salah satu metode belajar membaca anak yang aman, dan
bisa digunakan oleh para pendidik anak usia dini dan orang tua. Sebenarnya masih banyak metode-metode
mengajarkan anak membaca yang lain. Namun memang sangat diperlukan kreatifitas. Misalnya dengan media
dongeng, menggambar, menari, dan lain-lain.

Dengan artikel ini, saya hanya berharap kepada pihak yang “mengijinkan” anak usia dini menerima pelajaran
membaca menjadi tahu pentingnya kreatifitas dalam mengajarkan materi pelajaran ini. Dan bagi pihak yang
sangat anti terhadap diijinkannya / diharuskannya anak-anak menerima materi pelajaran membaca
menjadi tahu, bahwa masalah yang sebenarnya bukanlah boleh atau tidak, namun semua tergantung pada
CARA MENGAJARKAN. Karena tidak ada salahnya juga anak-anak bernyanyi lagu ABC, hafal bentuk-bentuk huruf,
bisa menulis nama diri, yang merupakan salah satu bagian dari materi pelajaran membaca. Jadi marilah kita
bersama, menggunakan kreatifitas kita masing-masing, untuk menemukan metode-metode kreatif, yang bisa
meringankan dan memudahkan anak untuk bisa membaca.

Anda mungkin juga menyukai