Anda di halaman 1dari 8

Nama : Bulan Maulida Rahma Amanda

Kelas : IX-5

ANAK SMA
Aku Shainara Shaqilla, seorang anak remaja kelas XI akhir yang bercita cita menjadi
Pengacara. Cita citaku ini sudah terbentuk sejak aku kelas 5 SD, aku suka menonton Drama
Korea yang terdapat banyak pengacara keren dan membuatku ingin menjadi seperti mereka.
Aku bersekolah di SMA favorit di kota ku, di SMA ini aku mempunyai sahabat yang
bernama Marcello, Elgi, dan Jira. Aku dan Marcello sekelas, kami kelas XI IPS 1, sedangkan
Elgi dan Jira kelas XI IPA 2.

***

Hari ini adalah hari pengambilan rapor di sekolahku. Aku sangat takut dengan hasil rapor
yang akan keluar nanti, aku takut nilai raporku jelek dan akan mengecewakan ayah dan
bunda.
Aku dan bunda berangkat ke sekolah bersama. Setelah sampai, bunda segera memasuki
ruangan kelasku dan bergabung dengan wali murid lainnya yang sudah datang. Sedangkan
aku pergi ke kantin untuk bergabung bersama Marcello, Elgi, dan Jira.
Selama di kantin, kami berbincang tentang nilai rapor yang akan keluar. Aku bilang “Duh
aku takut banget sama hasilnya. Gimana ya kalau jelek? pasti bunda sama ayah bakal kecewa
sama aku” dan dibalas dengan Elgi “Gabakal ra, kamu kan pinter banget dari SD, pasti dapet
ranking 1 lagi kaya sebelum sebelumnya” lalu disambung dengan Jira “Iya bener kata Elgi,
kamu udah pinter banget dari dulu, gak mungkin hasil rapor kamu jelek” dan dibalas
anggukan juga dengan Marcello. Aku pun termenung dan bingung, sebenarnya apa yang
sedang terjadi dengan diriku ini, mengapa perasaanku sangat gelisah dari tadi, tidak seperti
pada pengambilan rapor sebelum sebelumnya.
Akhirnya pengambilan rapor pun selesai, para wali murid satu persatu keluar dari ruangan.
Aku menghampiri bunda dengan muka yang tegang dan sangat takut karena melihat buku
rapor yang dipegang oleh bunda.
Kemudian aku dan bunda pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku langsung membuka
raporku dan ditemani dengan bunda. Sebenarnya, aku sangat takut dengan apa yang akan aku
lihat didalam rapor itu, tetapi rasa penasaranku lebih besar dari rasa takut, akhirnya aku
membuka lembar raporku satu persatu dan berhenti saat aku melihat kalimat ‘Ranking 2 dari
30 siswa’. Aku ingin sekali menangis saat itu juga, tetapi aku sangat malu karena
dihadapanku ada bunda yang sedari tadi menemaniku melihat hasil rapor.
Tak lama, bunda mengelus kepalaku dan berkata “Sesekali jatuh itu gapapa nak, selagi kita
masih berusaha dan berjuang pasti kita akan bangkit kembali. Bunda dan ayah nggak akan
marah dan kecewa sama kamu, yang ada kami bangga dengan kamu sayang”. Aku langsung
memeluk bunda dan menangis dipelukkannya, aku tidak bisa menahan air mata yang sedari
tadi ingin jatuh. Aku lalu masuk ke kamar dan merenung cukup lama hingga akhirnya aku
tertidur.
Hari senin tiba, saatnya sekolah dimulai seperti biasa, tetapi untuk anak kelas XII pasti tidak
biasa karena harus mengejar nilai agar bisa masuk PTN yang diimpikkan.
Aku dan Jira mendaftar ke tempat les yang letaknya tidak jauh dari sekolahku. Sedangkan
Elgi dan Marcello mau belajar sendiri aja biar keren katanya. Aku mendaftar les agar aku bisa
mendapat pengetahuan yang lebih luas dan agar mendapatkan nilai yang sangat sempurnya,
masuk kedalam sisiwa eligible, dan masuk ke universitas impianku.
Hari hari sebagai anak kelas XII aku jalani dengan bahagia, walaupun sedikit melelahkan
karena harus belajar yang super ekstra untuk memenuhi semua wishlist kelas XII ku.
Hari ini, tepat tiga bulan aku sebagai anak kelas XII. Sstu bulan, dua bulan, sudah ku lewati
sebagai anak kelas XII yang sangat berjuang mengejar sebuah angka. Di bulan ketiga ini,
sudah saatnya aku dan para siswa siswi melaksanakan Penilaian Tengah Semester/PTS.
Karena PTS nya akan dilaksanakan diakhir bulan, maka aku memanfaatkan waktu yang ku
punya untuk belajar semaksimal mungkin. Aku belajar sampai larut malam dari awal bulan
untuk mempelajari berbagai macam mata pelajaran hingga 3 hari sebelum PTS.
Hari yang aku tunggu tunggu dengan rasa sedikit gugup pun akhirnya tiba. Hari ini adalah
hari pertama PTS di sekolahku, aku cukup yakin untuk mengerjakan soal soal yang akan
muncul pada saat ulangan karena aku sudah belajar dengan maksimal untuk PTS ini.
Aku segera memasuki ruang ulanganku saat aku sampai di sekolah. Beberapa menit setelah
aku duduk dengan tenang, lembar ulangan pun dibagikan. Aku mengerjakan ulangan tersebut
dengan lancar dan dengan hati yang tenang, karena aku memahami semua soal yang
diberikkan. Setelah aku menjawab dan memeriksa kembali kertas ulanganku, aku
mengumpulkan kertas itu ke meja pengawas, lalu aku keluar dari ruangan.
Aku pergi ke kantin untuk menyusuli Jira dan Elgi. Jira dan Elgi satu ruangan dalam PTS ini,
tetapi aku dan Marcello terpisah ruangan.
Saat aku sedang menuju ke kantin, aku bertemu dengan Cello. Dia tiba tiba mengagetkan ku
karena tiba tiba muncul disamping ku. “Nara, mau ke kantin?” itu katanya, “Ish, kamu bikin
aku kaget aja sih!” jawabku dengan nada marah dan memberi pukulan kecil kepadanya
karena sudah membuatku kaget.
Aku meninggalkan Cello tertinggal jauh dibelakangku karena aku sengaja berjalan cepat.
Sesampainya dikantin, aku menghampiri Jira dan Elgi yang sedang menyantap mie ayam
favorit di SMA ini, mie ayam mba dilah.
Tak lama kemudian, Cello datang ke meja tempat aku, Jira, dan Elgi berkumpul. Dia
membawa satu porsi siomay dan es teh kesukaannya. Sedangkan aku, aku tidak membeli apa
apa karena saat di kelas tadi aku sudah meminum air putih sebelum pergi ke kantin. Aku juga
tidak lapar karena masih kenyang karena sarapan sereal tadi pagi.
Selama di kantin, kami berbincang cukup lama. Kami berbincang tentang bagaimana ulangan
yang sudah kami kerjakan tadi. Elgi yang dari tadi marah marah karena marasa soalnya
begitu sulit bagi dia, padahal aku tau kalau dia sebenarnya tidak belajar dengan benar
semalam.
Jam istirahat pun selesai, kami semua berpisah untuk kembali ke ruangan masing masing.
Saat aku memasuki ruangan ku, ternyata sudah ada guru prngawas di depan. Aku segera
masuk dan sudah terdapat lembar soal di meja ku.
Aku pun langsung mengerjakannya tanpa kesulitan, karena semua soal bisa aku jawab
dengan cepat. Setelah menjawab semua soal pada kertas itu dan memeriksa ulang, aku
bersiap siap untuk pulang, tak lupa juga untuk mengumpulkan kertas itu di meja pengawas.
Aku meninggalkan ruangan itu dengan lega, karena hari pertama PTS sudah selesai dan
berjalan dengan lancar sesuai harapanku.
Hari hari berikutnya pun aku lakukan sama seperti hari pertama PTS, aku bisa menjawab
semua soal yang ada pada kertas itu dengan mudah. Dan tidak lupa untuk memeriksa kembali
dengan teliti agar memastikan tidak ada yang belum terjawab.
Sudah lima hari aku menjalani PTS, sekarang adalah hari terakhirku untuk menjalani
Penilaian Tengah Semester. Di hari terakhir ini, saat pulang sekolah nanti Aku, Jira, Elgi dan
Cello akan pergi menonton biskop sebagai perayaan hari terakhir PTS atau bisa disebut
refreshing, karena hampir seminggu ini kita semua mainnya sama buku.
Seminggu kemudian, nilai hasil PTS pun keluar. Aku sangat senang dan bangga dengan
diriku sendiri karena aku mendapatkan nilai yang sempurna dalam PTS ini.

***

Hari hari sebagai anak kelas XII sudah aku jalani hampir setahun. Selama kelas XII ini, aku
berusaha memperbaiki nilai nilai ku di kelas XI kemarin. Aku mengikuti dan memenangkan
banyak olimpiade dan lomba lomba dari dalam maupun luar sekolah. Aku juga banyak
memenangkan lomba dan olimpiade tingkat nasional. Di semester ganjil kemarin juga aku
mendapat ranking 1, aku kembali mendapatkan posisi yang aku kejar kembali saat aku turun
rank tahun kemarin.
Karena itu semua, aku bisa menjadi salah satu siswa eligible di sekolahku. Menjadi siswa
eligible adalah impian semua orang, termasuk aku. Aku sangat senang dan bangga dengan
diriku sendiri karena bisa mencapai wishlist kelas XII ini. Tetapi ada satu langkah lagi untuk
melengkapi wishlish kelas XII ku.
Hari ini adalah hari pertama pendaftaran SNMPTN, aku bisa mendaftar SNMPTN karena aku
memiliki prestasi yang unggul. Sebelum daftar SNMPTN ini, aku sudah daftar PDSS terlebih
dahulu.
Sudah satu bulan aku menunggu hari ini. Hari ini adalah hari sangat menegangkan bagiku,
karena hari ini adalah hari pengumuman SNMPTN.
Aku membuka hasil SNMPTN ini ditemani dengan bunda, aku sangat takut dengan tulisan
yang akan muncul di layar laptop ku nanti. Dari pagi aku sudah bilang ke bunda kalau aku
sangat takut, sampai sore hari ini, tetapi bunda selalu bisa meyakinkanku dan membuatku
semangat kembali. Cukup lama aku dan bunda membiarkan laptopku terbuka diam begitu
saja.
Setelah aku mengisi nomor pendaftar dan tanggal lahir ku, aku kemudian menekan mouse
milikku yang kursornya mengarah pada tulisan ‘LIHAT HASIL SELEKSI’ pada layar
laptopku. Aku menekan mouse ku dengan rasa takut akan hasil yang keluar, dan hasilnya
adalah….
‘ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SNMPTN 2020’
Air mataku jatuh begitu saja saat melihat tulisan itu muncul pada layar laptopku. Air mataku
menetes tak berhenti, dadaku sangat sesak karena baru saja melihat tulisan yang aku takuti itu
terpajang jelas dilayar laptopku.
Bunda langsung memelukku, dia diam, tidak berkata apa apa. Di dalam kamarku tidak ada
suara apapun selain suara tangisku. Aku merasa diriku tidak berguna sama sekali untuk
kekuarga, aku gagal, aku gagal dalam seleksi SNMPTN ini. Aku tau bunda dan ayah
menaruh harapan yang tinggi pada seleksi ini, ayah dan bunda pasti sangat kecewa denganku.
Masih dalam pelukan bunda, aku meminta maaf sedalam dalamnya, dengan tangisan sesak,
aku meminta maaf kepada bunda karena aku gagal menjadi apa yang dia harapkan.
Bunda adalah orang pertama yang selalu ada saat aku jatuh. Setelah memberikan banyak
sekali kalimat penyemangat untukku, bunda meninggalkan ku sendiri di kamar.
Aku menangis sejadi jadinya saat bunda keluar dari kamarku, aku merasa sangat bodoh, aku
merasa aku gabisa apa apa, aku sangat payah.
Dua minggu dari pengumuman SNMPTN itu, aku baru bisa menerima kenyataan bahwa aku
memang tidak lolos seleksi, tetapi aku masih punya kesempatan kedua yaitu SMBPTN. Aku
mencoba belajar dengan fokus untuk UTBK nanti, tetapi tulisan dengan latar merah itu masih
terbayang bayang dipikiranku.
Aku memanfaatkan waktuku untuk belajar agar UTBK nanti berjalan lancar, aku belajar
dengan giat dan mencoba memahami beberapa materi yang aku lupa. Aku sangat
bersemangat untuk mencoba SMBPTN ini, aku sangat berharap kejadian kemarin itu tidak
terulang kembali.
Seminggu sebelum aku melaksanakan test, sekolah ku melaksanakan kelulusan untuk kelas
XII, kelas terakhir ku. Aku mendapatkan peringkat 1 se angkatan, aku sangat bangga dengan
diriku dan aku bisa membahagiakan ayah dan bunda di hari kelulusan ku ini. Dan karna itu
juga, aku menjadi tambah semangat untuk mengikuti UTBK nanti.
Seminggu setelah kelulusan, sekarang sudah saatnya aku melaksanakan test. Hari ini adalah
hari pelaksanaan UTBK. Aku melksanakan test UTBK di universitas impianku.
Aku dan Elgi melakukan test UTBK di universitas yang sama, kami beruda mengikuti
SBMPTN ini karena tidak lolos saat seleksi SNMPTN kemarin. Sedangkan Jira dan
Marcello, mereka lulus SNMPTN dan masuk universitas impian mereka masing masing.
Aku dijemput dengan Elgi untuk berangkat test bersama. Kebetulan aku dan dia satu sesi, jadi
kami bisa berangkat bersama. Sepanjang perjalanan aku dan Elgi mengobrol banyak tentang
test yang akan kami laksanakan hari ini, banyak sekali ketakutan kami yang kami sampaikan
sepanjang jalan itu di atas jok motor vespa matic punya Elgi.
Setelah sampai, kami langsung memasuki ruangan ujian masing masing. Aku memasuki
ruangan itu dengan rasa sangat gugup dan terbayang bayang dengan kegagalan ku yang
kemarin.
Saat waktunya dimulai, aku mengerjakan soal soal di layar komputer itu dengan cukup
tenang, karena aku sudah menstabilkan diriku agar bisa mengerjakan soal soal dengan lancar
dan tidak panik.
Setelah cukup lama diruangan ber AC dan penuh komputer itu, akhirnya aku keluar dari
ruangan itu karena sudah menyelesaikan soal soal dikomputer itu. Aku sedikit lega karena
sudah menyelesaikan nya dengan lancar, tetapi aku khawatir dengan hasil yang akan keluar
nanti. Aku takut hasilnya akan mengecewakan ku seperti kemarin.
Saat aku ke parkiran, ternyata sudah ada Elgi yang menungguku sambil bermain game
dihandphone miliknya. Aku menghampiri dia tepat saat game yang dia mainkan itu berakhir.
Aku memakai helm berwanra cream yang diberikan Elgi untukku. Lalu kami pergi
meninggalkan parkiran itu dan menuju ke gerbang keluar universitas yang telah kami pakai
untuk UTBK.
Aku dan Elgi melipir sebentar untuk makan ditempat makan favorit ku dan Elgi. Selama di
tempat makan itu, kami mengobrol tentang test yang kita jalani tadi. Setelah selesai makan,
Elgi langsung mengantar ku pulang ke rumah.
Setelah satu bulan lebih aku menunggu, akhirnya hari yang aku tunggu tunggu pun datang.
Hari ini, hari pengumuman hasil UTBK SBMPTN, test sudah aku lakukan satu bulan lalu.
Sore ini, aku melihat pengumuman hasil SBMPTN bersama ayah dan bunda.
Kami bertiga berkumpul di ruang keluarga untuk melihat hasil UTBK ku. Aku sangat takut,
aku takut sekali kejadian 2 bulan lalu terulang kembali di hari ini. Aku takut aku akan gagal
lagi, aku takut aku akan mengecewakan orangtuaku lagi.
Sudah cukup lama aku berbincang dengan ayah dan bunda tentang hasil yang akan keluar
nanti. Aku pun mengisi nomor pendaftar dan tanggal lahir ku, aku kemudian menekan mouse
milikku yang kursornya mengarah pada tulisan ‘LIHAT HASIL SELEKSI’ pada layar
laptopku. Aku menekan mouse ku dengan rasa takut akan hasil yang keluar, dan hasilnya
adalah….
‘PESERTA ATAS NAMA SAINARA SHAQILLA DINYATAKAN TIDAK LULUS
SELEKSI SBMPTN LTMPT’
JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP SEMANGAT
Jantungku rasanya berhenti beberapa detik setelah melihat tulisan itu muncul di layar laptop
milikku. Aku tidak bisa berkata apa apa, aku mataku mengalir dengan sendirinya. Aku
marah, aku kecewa, dan aku benci dengan diriku sendiri.
Bunda langsung memelukku dan menenangkan ku dan ayah, dia mengelus rambutku dan
tersenyum kepadaku, menandakan bahwa aku tidak boleh sedih. Tapi apakah ada? seseorang
yang tidak sedih dan kecewa jika dia gagal dalam seleksi masuk perguruan tinggi yang
diimpikannya?
Aku melepaskan pelukanku dengan bunda, lalu aku berlari menaiki anak tangga untuk pergi
ke kamar ku. Aku mengunci pintu kamar ku, aku menangis tak henti, kalimat itu masih
terbayang bayang dimata ku. Kalimat itu adalah kalimat yang semua orang hindari, terutama
aku. Tetapi sayangnya, kalimat itu datang menghampiri ku dan membuatku hancur se hancur
hancur nya.
Ini adalah kesempatan kedua ku untuk masuk ke universitas impianku, tetapi gagal, aku tidak
berhasil lulus dalan SNMPTN dan SBMPTN. Aku merasa sangat kecewa dan benci dengan
diriku sendiri.
Handphone ku berdering kencang, tanda ada seseorang yang menelponku. Dan ternyata dia
Elgi, dia menelponku berkali kali tetapi tidak ku jawab. Aku tidak bisa menjawab telpon Elgi
dengan keadaanku yang sedang sakit hati dan merasa kecewa. Setelah suata telpon terakhir
itu berbunyi, terdapat notifikasi pesan dari nya. Aku melihat pesan yang dikirim Elgi, dia
mengirimkan ku pesan
‘Ra, gimana hasil kamu?’
’Alhamdulillah ra, aku lulus’
‘Kamu pasti lulus juga kan?’
‘Kita sekampus ra!!!’
Entah ada apa dengan dunia ini, mengapa saat ini aku tidak diperlakukan dengan adil.
Mengapa disaat semua sahabat sahabatku bisa masuk ke universitas impian mereka, aku tidak
bisa. Mengapa dunia jahat denganku? Mengapa aku terasa terasingi dengan dunia ini, seakan
akan dia tidak melihatku yang memohon agar bisa lulus dalam seleksi.
Aku pergi ke depan kaca dan berdiam cukup lama di hadapannya. Aku merasa sangat bodoh,
mengapa aku tidak bisa seperti Jira dan Cello yang bisa lulus SNMPTN dan seperti Elgi yang
bisa lulus SBMPTN? mereka bisa lulus seleksi dan masuk universitas impian mereka.
Mengapa aku tidak bisa? padahal ini adalah salah satu langkah agar aku bisa mencapai cita
citaku. Dan lulus seleksi masuk PTN adalah wishlist terakhir ku di kelas XII kemarin.

***

Cukup waktu yang sangat lama untuk bisa menerima semua yang telah terjadi, cukup lama
pula waktu untuk menstabilkan diriku.
Selama hampir satu bulan dari hari ini, aku menghindari interaksi dengan siapapun. Bahkan
dengan ayah dan bunda, aku menghindari interaksi dengan mereka berdua yang dimana kami
satu rumah. Aku selalu berdiam didalam kamar, seperti tak ada kehidupan apapun. Untuk
makan saja aku tidak selera, karena semua yang aku lakukan akan selalu terbayang bayang
dengan kejadian saat itu.
Sahabat sahabatku pun beberapa kali mencoba menghubungiku tetapi tidak ada satu pun yang
ku respon. Hingga mereka datang ke rumah ku hampir setiap hari untuk menjengukku, aku
enggan untuk menemuinya. Bukan karena aku marah, tetapi aku sangat malu dengan mereka,
sahabat sahabatku yang selalu percaya kalau aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku
inginkan. Tetapi nyatanya, dalam selesi kemarin aku tidaak mendapatkan apa apa, aku hanya
mendapatkan kegagalan yang membuatku sangat hancur.
Sekarang, tepat satu bulan dari kejadian hari itu. Hari yang membuatku sedikit trauma dan
takut untuk mencoba hal hal baru. Walaupun banyak orang yang bilang kalau kegagalan
adalah langkah untuk sukses, tetapi aku sangat takut akan sebuah kegagalan.
Hari ini, aku mencoba unuk berjuang kembali. Mencoba untuk bersosialisasi kembali seperti
biasanya, berinteraksi normal dengan semua orang.
Aku dan Jira sudah membuat janji unuk bertemu di suatu cafe favorit ku dan dia. Saat aku
sampai di cafe, ternyata sudah ada Jira yang sedang menunggu sambil melamun ke arah
jendela. Aku segera menghampirinya, rasanya sedikit canggung untuk berinteraksi dengan
orang orang yang sudah lama tidak aku temui. “Jira, apa kabar?” itu kalimat pertama yang
aku lontarkan untuk menyapa nya, dia yang sedang melamun pun terkaget, dia langsung
berdiri dan memelukk, dia memelukku cukup lama dan menangis dipundakku.
Setelah lama kami berpelukan, kami duduk di kursi masing masing. Aku dan Jira mengobrol
banyak sekali hal hal yang sudah satu bulan kami pendam. Kenudian Elgi dan Marcello
datang untuk bergabung denganku dan Jira. Kami semua berbahagia bersama seperti saat
masa masa SMA.

***
Lima bulan sudah ku jalani seperti biasanya. Selama lima bulan ini, aku membantu bunda
menjaga toko toko yang bunda punya, seperti toko kue, toko bunga, dan butik. Aku
membantu bunda untuk mengisi waktu ku yang kosong selama lima bulan itu.
Aku mendaftar seleksi kembali. Aku mendaftar seleksi untuk masuk perguruan tinggi di luar
negri. Aku sudah belajar selama tiga bulan terakhir untuk mengikuti test yang dilaksanakan
secara online.
Hari ini, adalah hari ku tunggu. Hari ini adalah saatnya aku mengikuti test online yang sudah
aku tunggu tunggu. Aku mengikuti test ini secara online. Test yang ku jalani berjalan lancar,
aku sangat lega karena sudah melaksanakan test seleksi tersebut frngan tenang.
Sudah dua minggu dari test seleksi kemarin, hari ini adalah hari pengumuman hasil test
kemarin keluar. Aku mendapat email yang sudah aku tunggu tunggu sedari tadi. Aku
membuka isi email itu dengan penuh harapan. Aku membaca kalimat satu persatu dengan
perlahan, hingga aku menemukan sebuah kalimat yang membuatku terdiam sejenak
Congratulations! I am pleased to inform you that you have been admitted to the
Harvard Law School

Anda mungkin juga menyukai