Anda di halaman 1dari 5

OBSESI AKAN PERINGKAT

Namaku desak ,tepatnya desak nyoman widiani. Aku seorang gadis yang berasal dari kedua
orang tua yang hanya tamatan sekolah dasar dan seorang petani, aku juga anak bungsu dari
ketiga bersaudara.Cerita ini mengisahkan diriku yang selalu bertanya tanya “ kapankah aku akan
seperti kakaku” waktu aku kecil aku sangat ingin seperti kakak perempuanku, dia adalah orang
yang pandai dan sering mendaptkan peringkat 1 atau 2 di kelasnya. Ia juga suka mengikuti lomba
dan sering kali menang. Maka dari itu, cerita ini akan mengisahkan seorang gadis yang sangat
ingin sepertinya kakaknya serta terobsesi dengan peringkat dikelas.
Cerita ini diawali dari diriku yang berada di bangku sekolah dasar atau sd. Saat itu umurku
7 tahun, aku ingat sekali waktu itu adalah awal semester, aku merupakan siswa dari kelas 1a dan
seorang murid yang diajar oleh buk nyagri. Buk nyagri adalah guru yang baik hati dan selalu
mengajar siswanya dengan sedikit amarah namun kadang kadang ia mengajar dengan penuh
antusias dan penuh tawa. Singkat cerita saat buk nyagri mengajar dikelas, semua siswa diajari
cara membaca, menulis dan menghitung, namun kemampuanku untuk memahami semua
pelajaran buk Nyagri sebenarnya sangat amat buruk. Walau pada masa itu aku memang tak
peduli dengan pelajaran tersebut. Yaa .. Sejujurnya kelas 1 sd tidak dituntut untuk memahami itu
dengan cepat, jadinya aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Waktu terus berjalan akupun
tetap tidak bisa membaca sampai orang tua dan kedua kakakku khawatir pada diri ku.
"omang, kamu udah selesai buat tugas ?" tanya kakakku
" belum, kak" jawabku tanpa rasa bersalah
" ya ampunn, itu tugas seharusnya cepet kamu kerjain. Bukan malah main hp aja, nanti kamu
mau jadi apa sih?? " kata kakakku yang membentak dengan nada amarah dan berisi kata
khawatir.
Setelah dimarahi oleh kakakku, akhirnya aku mengerjakan tugas tersebut. Walaupun menglami
kesusahan karena tidak terlalu lancar membaca.
Beberapa hari kemudian buk nyagri memberikan pekerjaan rumah lagi di buku lks akan
tetapi, aku justru bermain gadget tiada henti dan tiada memikirkan tugas itu. Sebenarnya,
sewaktu itu aku memang manusia paling malas. Baca gak bisa, ngitung gak bisa, nulispun gak
bisa, selalu berisik saat guru menjelaskan, jadinya aku tidak mengerti semua yang diajar oleh buk
nyagri. Hingga kejadian itupun terjadi. Ketika malam hari, aku masih tidak mengerjakan pr yang
diberikan oleh buk nyagri dan akhirnya aku ketahuan oleh Orangtua ku karena terus bermain
gadget itu tanpa mengerjakan satupun dari beberapa soal yang ada di meja. Orang tua ku dan
kedua kakakku terus marah- marah tanpa henti tapi itu memang salahku karena anak -anak
dikelas sudah pintar membaca, menulis, menghitung sedangkan aku tidak, memang orang tua itu
selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya agar kelak mereka bisa menjadi apa yang
mereka inginkan. Sejak kejadian itupun aku terus mulai belajar membaca, menulis dan
menghitung. Sampai tiba dimana usahaku akhirnya tercapai. Tidak berakhir disana ternyata
perjalanan ku terobsesi dengan peringkat baru saja dimulai. Waktu akhir semester saat kelas 1
sekolah dasar ada yang namanya "ulangan umum" itu adalah evaluasi dari pelajaran-pelajaran
yang diberikan oleh buk nyagri, kita disuruh menjawab pertanyaan yang diberikan oleh buk
nyagri secara dikte. Aku ingat saat itu aku melakukan kecurangan yang memang bisa dibilang
"biasa" bagi orang lain tapi bagi ku itu adalah hal tak biasa dan tak mudah dilupakan. Pada saat
itu aku tak mengerti apa-apa mendadak muncul ide entah darimana malah melakukan
kecurangan. Kecurangan itu terjadi saat buk nyagri sedang melakukan dikte ulangan. Aku dan
teman sebangku bekerja sama untuk mengubah jawaban yang salah menjadi jawaban yang benar
saat pemeriksaan dilakuklan. Kebetulan saat itu kita ulangan umumnya menggunakan pensil.
Kemudian waktu cerita berubah saat kenaikan kelas 1 menuju kelas 2. Aku dan teman sekelas
ku bermain di taman. Tiba -tiba ada pengumuman yang menyebutkan nama "kadek putri ayu
candra dewi" kami semua terkejut dan langsung berlari kelapangan. Kami tidak tau apa yang
terjadi seketika putri disuruh maju ke panggung. Disana sudah ada beberapa orang seperti ada
kakak kelas dari kelas 2 sampai kelas 6. Mereka sedang disuruh untuk berbaris sejajar dan
diantara beberapa kerumunan kakak- kakak itu, ada teman sekelasku itu adalah arya dan yusma.
Sesaat aku melihat mereka. Guruku mulai membagikan sebuah kotak yang akupun tak
tahu isinya. Semua yang berdiri disana mendapatkan kotak itu termasuk putri. Setelah mendapat
kotak rahasia itu putri kemudian membuka bungkus kotak secara perlahan ternyata didalam
kotak itu terdapat buku serta pulpen dan pensil. Sejak waktu itu perasaan membara ingin
mendapat peringkat timpul, karna iri akan hadiah yang didapat putri dan bisa dibilang saat itu
aku suka perhatian yang diberikan oleh orang lain. Maka dari itu lah aku terus belajar dan
belajar, hingga akhirnya pada kenaikan kelas 2 menuju kelas 3 aku mendapatkan peringkat ke-
tiga. Awalnya aku kaget, bahwa diriku mendapatkan peringkat ke-tiga, tetapi perasaan itu
berubah menjadi rasa tidak puas karena nilai dan hadiah yang kudapat , kala itu memang ada
rasa sedikit kecewa namun aku bepikir
“gak apa-apa dapet peringkat ketiga yang penting aku sudah berusaha semampuku, nanti
kenaikan kelas 3 menuju kelas 4 aku harus lebih berusaha lagi” batin ku berbicara
Setelah mendapat peringkat itu aku terus berusaha membuat diriku untuk ambis. Dari
menghapal banyaknya materi hingga terus aktif dalam pelajaran. Namun diri ini terus mendapati
tangga peringkat yang tidak stabil. Peringkat itu terus naik turun, kenaikan kelas 3 aku
memperoleh peringkat 3 lagi, kenaikan kelas 4 aku memperoleh peringkat 2, kegoyahan
peringkatku terus berlanjut. Perasaan kecewa terus ada sebab usaha ku tidak sesuai dengan hasil
yang kudapat. Saat diriku dilanda kecewa, mendadak sekolah memasuki era covid-19. Di era itu
aku tidak mengerti tentang semua pelajaran yang diberikan oleh guru, karena waktu itu adalah
era yang dimana gegdet sangat dibutuhkan, aku hanya bisa belajar melalui youtube. Akibatnya
saat kenaikan kelas 5 aku mendapat tangga peringkat ke 6 . Kesal, kecewa, marah semua
perasaan yang ada bercampur aduk. Tetapi hal itu tidak mebuatku menyerah untuk kedua kali
nya. Setelah dilanda kecewa akibat peringkat, akhirnya ujian kelulusan kelas 6 tiba. Sekolah
mengadakan ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama.
Awalnya aku takut dan aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri
"bisa gak yaa, aku melakukan yang terbaik kali ini??"
"Bisaa gak yaa aku naik peringkat?? "
Kata - kata itu terus berputar di otakku tanpa henti .
Sesaat aku berpikir begitu, lembar soal sudah ada didepan mataku,. Aku mengerahkan
semua usahaku sampai hari terakhir ujian kelulusan. Dihari terakhir itu, aku sangat lega karena
aku mampu mengerjakan semua soal yang ada tanpa harus ada yang kulewati sebab
ketidaktahuan ku. Namun aku masih terbayang- bayang dengan peringkat ku. Selang beberapa
minggu setelah ujian kelulusan, akhirnya pembagian raport datang. Awalnya aku sangat gugup,
apalagi takut akan apa yang terjadi dengan peringkatku nanti, tapi hal itu seketika menghilang
ketika aku membuka raport ku. Ternyata aku mendapatkan peringkat ketiga. Hari itu aku sangat
bahagia walau hanya mendapat tangga peringkat ke tiga. Seperti Itulah bagian penutup dari
kisahku disekolah dasar yang penuh suka dan duka akan obsesi dengan peringkat. Obsesi ku
rupanya makin merajalela saat diriku berada di sekolah menengah pertama. Mula mula ketika
awal masuk ke jenjang sekolah mengah pertama. Hari itu adalah era yang sama dengan era saat
aku kelas 6. Dimana banyak orang menggunakan masker, sangat takut berdekatan dengan
seseorang. Walaupun Hanya sebatas bersentuhan tangan, pasti akan di bilang.
"awas nanti tertular virus corona".
Yaa.. Memang patut di waspadai sihh apalagi itu virus bukan sembarang virus . Okee lanjut ke
cerita , awal -awal aku tidak terlalu bersosialisasi dengan teman sekelasku karena melihat mereka
saja aku bepikir 2 kali
" Apakah mereka akan sefrekuensi dengan ku??"
" apakah aku akan dibully jika sifatku bertolak belakang dengan mereka??"
Pikiranku tak tenang dan terus memikirkan itu.
Setelah beberapa kali datang kesekolah, baik itu perihal saat mengambil buku paket,
piket sekolah dan mengambil foto. Akhirnya kami perlahan-lahan mulai dekat satu sama lain,
dari pertemuan itulah aku bertemu dengan desnia . Seorang gadis yang berasal dari sekolah
swasta, ia adalah gadis yang pintar dan orang yang rendah hati. Selain bertemu dengan dengan
desnia aku juga dekat dengan beberapa teman sekelas yang lain. Namun, ketika aku dan teman
yang lainnya sudah mulai dekat malahan kita harus kembali sekolah daring, sebab virus corona
malah makin memarak. Alhasil aku harus kembali belajar dengan penuh kebingungan sebab
pembahasan materinya menggunakan youtube lagi. Setelah beberapa bulan sekolah daring. Aku
tidak menyangka ternyata saat aku sekolah kembali, aku harus mendapat info bahwa penilaian
tengah semester akan terlaksana. Saat Penilaian tengah semester ini, tidak lagi menggunakan
sistem persesian. Yaa pada waktu itu aku sedikit bahagia karena bisa bertatap muka lagi dengan
teman yang lainnya, tetapi...... Soal yang ada di selembaran kertas itu sangat lah sulit. Aku Ingatt
saat itu nilai matematika ku anjlok, yaa aku memang tidak pandai metematika sih Apalagi harus
belajar menggunakan HP di mapel itu makin buyar lah otak kuu. Setelah pembagian raport,
pemberitahuan ranking pun menyusul. Awalnya sih kaget dapet rangking 10 Tapi aku tidak
terlalu memikirkannya. Yaa.. Karena aku sudah berusaha untuk mengerjakan ulangan itu
walaupun hasilnya sedikit mengecewakan. Tetapi ada hal yang lebih mengagetkan, putri teman
sekelasku waktu sekolah dasar mendapatkan ranking 2.
" wahh kali ini kayaknya putri tetep dapet juara 1 deh, walaupun banyak siswa yang keliatan nya
pinter tapi menurutku tidak akan bisa mendingin putri " pikirku dengan penuh keyakina.
Tetapi nyatanya putri mendapat ranking 2 dan desnia lah yang mendapat juara 1. Awalnya sih
gak peduli, tapi mendadak saat itu perasaan iri serta cemburu timbul lagi. Agar dapet menyaingi
putri alhasil pada awal semester ke-dua aku berusaha untuk mulai sedikit-sedikit aktif. Seperti
menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan guru, mengikuti lomba- lomba yang ada. Yah..
,walaupun tidak menang sih. Namun Setelah ke-aktifanku dalam semua mapel pelajaran itu.
Bencana datang lagi, ternyata penilaian akhir semester akan terlakasana. Penilaian akhir
semester merupakan penentuan naik atau tidak nya kesuatu tingkat kelas tertentu. Saat ituu aku
gugup sekali, hanya kegugupan itu tidak mematahkan semangatku untuk meningkatkan tangga
rankingku. Singkat cerita, hari yang dinanti - nanti pun telah tiba. Penilaian akhir semester akan
segera dimulai. Aku sudah mengerjakan semua yang ku tahu dan semua yang ku pelajari saat itu,
sampai pada hari terakhir penilaian akhir semeste. Setelah selesai menjawab semua soal dari
berbagai mapel. Tenagaku habis dan pikranku rasanya kosong. Tapi itu semua telah terbayar
setelah pembagian raport, ternyata aku mendapat peringkat ke 4 didalam Kelas dan peringkat ke
-5 di umum. Rasanya sangat amat senang namun masih sedikit rasa kecewaa, karena putri
mendapat rengking 1 dia telah mengalami peningkatan, dan secara berulang aku mengatakan
pada dirku .
"gak apa apa dapet peringkat 4 dikelas , nanti saat kelas 8 kubalass. Aku pasti bisa mendapat
ranking 1 atau 2" rasa percaya diri tiba tiba saja muncul dalam benakku .
Di kelas 8 aku mulaii bangkit dan bisa memahami semua mata pelajaran yang ada, seperti
matematika. Awalnya aku bingung dengan materi aljabar, namun guru yang mengajariku itu
sangatlah hebat. Ia langsung bisa membuat aku dan teman-teman sekelasku mengerti dalam
sekejap mata. Dari sini lah aku mulai menambah keaktifan dalam setiap mapel dan pada tingkat
kelas ini juga akhirnya aku mendapat piala pertama dalam hidup ku karna mengikuti osn ips.
Itu adalah waktu dimana aku sangat bangga pada diriku sendiri. Bersamaan dengan waktu itu
juga, aku ternyata mendapatkan peringkat 2 umum dalam penilaian tengah semester usahaku
saat itu sangat membuahkan hasil, namun usaha itu kian memudar saat peniliain akhir semester.
Ternyata saat kenaikan kelas 8 aku mendapat tangga peringkat ke-tiga padahal saat itu aku
sudah mati matian belajar sampai menangis. Yaa.. Mau gimana lagi, saat pengumuman
menyebutkan nama ku sebagai peraih peringkat ketiga, bohong kalok aku tidak ingin menangis
karena usaha yang sia sia itu. Teman-temanku saat detik itupun tak henti menyemangatiku
walau ada beberapa orang bilang.
“Ihh kenapa kamu nangis desak??, seharusnya kamu bersyukur dengan apa yang kamu dapat.
Lihat aku , aku gak dapet ranking lo” kata temenku saat itu yang tak tau tentang
pengorbananku .
Pada awal semester kelas 9 hari-hariku tak ada yang berubah, tapi pengalaman yang kulalui dari
kelas 7 sampai kelas 9 saat ini penuh dengan suka dan duka. Ikatan pertemanan dengan teman
sekelas ku mulai seperti saudara. Pada penilaian tengah semester, aku tidak terlalu memikirkan
apapun mau itu dapet juara atau tidak, tetapi dusta jika aku tidak bahagia dan sangat ingin
mendapat juara lagi. Ketika pengumuman peringkat saat itu, ternyata aku mendapatkan peringkat
ketiga, waktu itu aku sangat bahagia karena mendapat peringkat ketiga dan bisa melewati hari -
hari sulit yang ada saat sekolah menengah pertama. Itulah akhir ceritaku dalam sekolah
menengah pertama, namun ini bukan penutup dari kisahku yang sebenarnya melainkan awal
ceritaku untuk lebih terobsesi dengan peringkat yang ada disekolah. Semogaa saat ujian
kelulusan nanti, Tuhan membantuku untuk bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dari
semua pengorbanan yang ku berikan dan aku bisa menuju ke jenjang sekolah menengah atas
yang ku minati.
Kesimpulan dari ceritaku untuk teman teman yaitu ;
Semangatlah dalam menempuh ilmu pengetahuan dan jangan lupa sertakan doa untuk setiap
langkah yang akan kamu lalui, namun jangan biarkan dirimu tenggelam dalam obsesi karena
tangga peringkat yang akan diberikan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai