Banyak hal yang bisa menjadikan sekolahku menjadi julukan sekolah favorit.
Mulai dari guru-guru yang kompeten, prestasi akademik karena seringnya juara
olimpiade tingkat provinsi maupun nasional, prestasi olah raga, dan banyak
alumni Perwira, dan terbukti banyak alumni-alumni sukses lainnya.
Saya masuk SMA ditahun 2019, saya adalah orang yang beruntung bisa
bersekolah di SMANSGO Banyak dari teman temanku SMP yang
menginginkan bersekolah di SMANSGO tapi tidak lolos seleksi.
Ternyata sekolah yang aku kira biasa-biasa saja ternyata dugaanku salah.sekolah
yang kumasuki sangat bagus untuk di tempati belajar.dimana tempatnya yang
sangat tenang,jauh dari kebisingan dan polusi.tapi Sebagus apapun sekolah ku
tentu saja tidak semua murid dari sekolah favorit semuanya pintar dan teladan.
Tapi Alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa lolos masuk bersekolah di
SMANSGO.
Menurutku, saya adalah salah satu murid teladan yang ada dikelas. saya tak
pernah sekalipun bolos sekolah,selalu mendapat peringkat dan cukup aktif
dalam pembelajaran saat berlangsung. Karena menurut saya sekolah adalah
amanah dari orang tua. Bagi saya membolos adalah pantangan mutlak yang
harus aku hindari. Jika saya tidak masuk sekolah, pasti ada pemberitahuan dan
ijin sebelumnya.
Yang membekas di memori adalah perjuangan mendapatkan nilai yang bagus
agar bisa mendapatkan rangking dan nilai yang membanggakan.Entah mengapa,
hal tersebut sudah mengakar dalam prinsip saya,bahwa mendapatkan nilai yang
bagus adalah suatu kebanggan dan mempermudah saya untuk dipertimbangkan
pada saat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.IPA adalah
jurusan yang bagus, peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan lebih luas dan
mendapatkan tempat yang lebih tinggi dalam profesi tertentu. Hal lain yang
mendominasi di jurusan IPA adalah golongan siswa-siswi yang rajin dan tertib.
Berbeda sekali dengan IPS, IPS selalu di isi oleh kumpulan siswa-siswi
yang mbeling (susah diatur). Suka klayapan, seragam amburadul dan tidak
disiplin. Dan lagi ada yang beranggapan kalau anak IPS tidak lebih pintar dari
anak IPA.
Namun Anggapan bahwa IPA itu lebih baik dari IPS adalah kesalahpahaman
pemikiranku. Jurusan IPA dan IPS sebenarnya sama saja. Ilmu IPS akan lebih
bisa diterapkan secara langsung di masyarakat dan kehidupan kita.Kebanyakan
siswa baru SMA belum sampai ke pemikiran seperti itu, jurusan IPA tampak elit
karena memang orang-orang jenius ada disana. dan IPS tambah buruk karena di
dominasi pelajar-pelajar yang memang sulit diatur.
Cara pandang tentang IPA dan IPS seperti itu yang sudah menjadi paradok
secara turun temurun di lingkungan sekolah membuatku memilih di jurusan
IPA.selain itu, waktu itu aku ingin mendaftar menjadi seorang POLWAN. IPA
adalah alasanku agar bisa lebih mudah untuk penentuan jenjang masuk
kesekolah Kepolisian.
Hampir setiap hari ada tugas berbau IPA kami lewati, teori-praktikum kimia,
teori-praktikum fisika, dan teori-praktikum biologi. Tugas yang kami temui
berupa soal-soal untuk pekerjaan rumah, ujian-ujian harian, laporan praktikum
harian, dan ujian praktikum, begitu seterusnya.
Itu baru mata pelajaran IPA, belum mata pelajaran yang wajib dan mata
pelajaran lokal seperti matematika, b. inggris, b. indonesia, dan lain-
lainnya. Boleh aku bilang waktu yang tersita tidak terlalu tersita, namun pikiran
terlalu terporsir.
Bisa dibilang porsi pelajaran waktu SMA itu cukup menguras pikiran. Karena
setiap harinya harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru-guru kami.
Yang paling ribet menurutku.. laporan praktikum. Ya karena guru-guru kami
menuntut kesempurnaan dari hasil laporan kami.
Beberapa tugas sekolah juga sudah bersinggungan dengan komputer waktu itu,
seperti tugas-tugas yang harus di print, tugas presentasi kelompok, dan beberapa
rujukan dari guru untuk menyelesaikan tugas dengan memanfaatkan internet.
Tak terasa kelas sepuluh dan sebelas telah dhampi usai.Dulu sewaktu kelas
sebelas, aku mencoba untuk serta aktif di kegiatan sekolah. Kebetulan waktu itu
temanku meberiku saran untuk masuk oraganisasi ekstrakurikuler. Dan
bergabung karena sedikit tertarik dengan oragnisasi tersebut lalu sayapun
bergabung,dan itu karena kemauanku sendiri.
Akhirnya, rapat-rapat di kasih tugas dan eksekusi. Tugas yang umum dilakukan
oleh senior yaitu menguji mental kami dengan mengadakan penerimaan anggota
baru.setelah acara penerimaan selesai sayapun resmi menjadi anggota pramuka
di sekolahku.
Sewaktu kelas sebelas, Hari hari telah kulalui,Tugas demi tugas saya
kerjakan.sampai tibanya saya akan naik kekelas 12, muncullah wabah yang
sangat memgerikan dan membahayakan.sebutlah wabah tersebut adalah
COVID-19.Sejak beredar munculnya firus tersebut sekolah mulai ditutup dan
proses belajar mengajar dilakukan dirumah secara online/daring. sampai saat
ini, saya sudah menjadi kelas 12 dan masih melakukan proses belajar secara
daring dirumah.
Dengan belajar dirumah menurut saya kurang efektif, karena kurangnya
interaksi antar guru dan siswa sehingga materi yang disampaikan akan sulit
untuk dimengerti bagi siswa yang pemikirannya dibawa rata-rata.banyak guru
yang memberikan siswa tugas tanpa menjelaskan materi yang bersangkutan
dengan tugas yang diberikan.
Menantikan Kelulusan
Rasanya cukup hampa, belajar selama setahun lebih hanya dirumah, bahkan
wajah wajah dari guru yang mengajar saya dikelas 12 hanya beberapa saja yang
saya tau.sekolah tahun ini tak menyenangkan seperti tahun yang sebelum-
sebelumnya.Kami anak kelas dua belas menantikan kelulusan, tidak ada
pelajaran disekolah.
Mengkin saja, bukan hanya sayayang berfikiran demikian. Entahlah, yang pasti
perpisahan pasti terjadi. Episode kehidupan baru akan saya jalani. Saya berkata,
ini bukan akhir. Tapi inilah awal yang sebenarnya dalam kehidupan yang kita
jalani.