Anda di halaman 1dari 5

“Lika – Liku Kehidupan”

Kisah ini berawal dari seorang anak yatim piatu yang bernama Jevanno Arga Pratama. Ia
memiliki seorang adik perempuan dengan nama Melati yang saat ini masih duduk di bangku
kelas 6 Sekolah Dasar. Jevan merupakan seorang siswa kelas 11 Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri di salah satu kota. Selama ini, Jevan lah yang menjadi sosok ayah sekaligus
ibu bagi adiknya.

Semenjak mereka berdua ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka karena kecelakaan. Pada
saat itu Jevan masih seorang siswa kelas 9 Sekolah Menengah Pertama dan Melati yang
masih kelas 4 Sekolah Dasar. Sungguh berat, bagi Jevan kala itu ia tidak siap untuk
kehilangan kedua orang tuanya, sekaligus menjadi tulang punggung keluarga, dan merawat
serta menjaga adiknya Melati. Di sisi lain Jevan juga harus fokus untuk menghadapi Ujian
Nasional. Jevan merasa hari tu merupakan titik terendah hidupnya.

Namun, Jevan merupakan anak yang cerdas, pantang menyerah, dan sangat pandai dalam
manajemen waktu. Selepas sholat subuh dan mengaji, ia akan memasak dan membuatkan
bekal untuk dirinya sendiri dan adiknya. Jevan membuatkan bekal untuk menerapkan hidup
hemat dan agar uang hasil ia kerja menjaga toko dan mengajar mengaji di masjid dapat
ditabung untuk masa depannya dan adiknya kelak. Lalu, Jevan akan membangunkan adiknya
untuk bersiap – siap berangkat sekolah.

Setelah keduanya siap barulah mereka berangkat sekolah bersama. Jevan mengantarkan
terlebih dahulu Melati dengan mengayuh sepeda pemberian almarhum ayahnya dulu sebagai
hadiah karena ia mendapat juara satu dalam olimpiade matematika. Di sepanjang perjalanan
menuju sekolah Melati tidak ada percakapan yang terjadi diantara kakak beradik itu. Setelah
sampai di sekolah Melati mencium tangan kakaknya seraya berkata “assalamualaikum kak
Jev, Melati masuk ke kelas dulu ya”.

“Waalaikumsalam, iya semangat ya belajarnya” kata Jevan. “Pasti dong kak Jev biar bisa jadi
dokter” balas Melati dengan penuh semangat. “ Aamiin, udah gih sana masuk kelas” sahut
Jevan. Melati pun melangkah masuk ke dalam kelas. Setelah mengantar adiknya Melati
berangkat sekolah ia pun bergegas untuk menuju sekolahnya.

Tiba saat Jevan pulang sekolah ia akan pulang ke rumah untuk ganti baju dan meyiapkan
makan siang untuk adiknya yang mempunyai tugas untuk membersihkan rumah. Kemudian,
Jevan akan berangkat untuk bekerja sebagai penjaga toko yang menjual alat alat tulis. Kala
Jevan menjaga toko ia juga mempelajari kembali materi yang ia dapat dari sekolah tadi
melalui buku yang ia bawa. Jevan bekerja menjaga toko sampai jam 6 malam.

Selepas itu ia pulang ke rumah dan berangkat lagi bersama adiknya Melati untuk mengajar
mengaji di masjid. Setelah mengajar mengaji Jevan dan adiknya Melati akan belajar bersama.
Jevan akan membantu dan mengajari adiknya ketika ada materi yang sulit. “kak Jev, Melati
tidur dulu ya” kata Melati.

“Iya sana tidur PR mu udah selesai belum?” tanya Jevan kepada adiknya. “udah dong” jawab
Melati. “Ok tidur yang nyenyak ya adik kak jev tersayang jangan lupa berdoa” pinta Jeva.
“siap kak Jev yang ganteng” balas sang adik Melati. Begitulah kehidupan yang dijalani Jevan
dan adiknya Melati selepas ditinggal oleh kedua orang tua mereka.

Meski berat Jevan tetap sabar dan pantang menyerah ia yakin bahwa ini merupakan cobaan
dari Allah dan akan membuahkan hadiah termanis bagi Jevan pemberian Allah. Setelah
beberapa tahun berlalu, kini Jevan duduk di bangku kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri di salah satu kota. Sedangkan, Melati sudah menjadi siswi kelas 6 Sekolah Dasar.
Alasan Jevan memilih untuk menetapkan keputusan bersekolah di SMK adalah karena
selepas lulus dari SMK ia telah mempunyai rencana untuk bekerja. Agar ia tidak perlu
bekerja sebagai penjaga toko alat tulis setelah ia lulus SMK.

Namun, ia akan tetap mengajar mengaji di masjid. Pada suatu pagi hari yang cerah, di
sekolah Jevan para siswa berkumpul tak terkecuali Jevan untuk melihat poster yang berisi
pendaftaran calon ketua osis. Isi poster tersebut menarik perhatian Jevan. Setelah
memikirkannya dengan matang. Akhirnya Jevan pun memutuskan untuk mendaftar sebagai
ketua osis.

Selepas pulang sekolah Jevan menceritakan semuanya kepada sang adik Melati. Melati pun
sangat mendukung penuh keinginan kakaknya itu. “Wah, kak Jev keren melati doain Biar kak
Jev sama pasangan kak Jev terpilih jadi ketua osis dan wakil ketua osis ya. Aamiin” kata
Melati sengan mata berbinar – binar. Jevan pun tersenyum kecil seraya berkata “Aamiin.
Makasih ya adik abang udah dukung abang”.

“ Oh ya pasti” sahut Melati dengan tertawa.Berbagai proses seleksi telah ia lalui dengan
sangat baik. Salah satunya saat ia memperkenalkan visi dan misi miliknya dan pasangannya
yang sangat menarik dan membuat takjub para siswa yang kala itu berkumpul di lapangan
upacara. Jevan yakin dengan kerja kerasnya dan pasangannya ia akan terpilih menjadi ketua
osis dan wakil ketua osis periode yang akan datang.

Tidak lupa ia memohon kepada agar ia dan pasangannya terpilih menjadi ketua osis dan
wakil ketua osis.Hari pemungutan suara untuk pemilihan ketua osis dan wakil ketua osis pun
tiba. Jevan terus berdoa kepada Allah dalam hatinya. Sosok Jevan di sekolah dikenal sebagai
siswa yang ramah, suka menolong, dan pemaaf.

Selain itu, Jevan juga termasuk golongan siswa berprestasi tidak terhitung piala dan
penghargaan yang telah disumbangkannya kepada pihak sekolah.Pemungutan suara untuk
pemilihan ketua dan wakil ketua osis berlangsung hingga pukul dua belas siang. Dan kini
saatnya bagi panitia untuk membuka satu per satu surat suara yang sebelumnya telah
dimasukkan para siswa kedalam 2 kotak yang berbeda. Pada awalnya kubu lawan yang
memimpin.

Sempat terbesit pikiran Jevan bahwa ia akan kalah namun ia percaya kepada Allah dan kerja
keras yang telah dilakukannya jauh – jauh hari sejak poster pendaftaran ketua osis itu
ditempel di mading sekolah. Dan posisi yang memimpin pun terbalik. Suara untuk Jevan dan
pasangannya pun semakin bertambah Jevan sangat bersyukur akan hai itu. Setelah proses
penghitungan suara dilakukan.
Ternyata pasangan jevan lah yang menjadi ketua dan wakil ketua osis. Dengan hasil voting
yang sangat berbanding tipis. Dan saat itu juga ia dan wakilnya akan dilantik sebagai ketua
osis dan wakil ketua osis untuk satu tahuan ajaran. Jevan dan wakilnya bersungguh –
sungguh dalam mengucapkan sumpah ketua dan wakil ketua osis.

Mulai saat itu, ia sadar bahwa tanggung jawabnya bertambah selain sebagai kepala keluarga
ia juga harus siap untuk segala tantangan yang akan ia hadapi semasa menjabat sebagai ketua
osis. Jevan pulang dengan membawa kabar bahagia bahwa ia terpilih menjadi ketua osis dan
ia pun hendak memberitahukan kepada adiknya melati mengenai kabar baik ini selepas segala
urusan yang ada di sekolah hari ini. Jevan sungguh tidak sabar untuk segera pulang dan
memberitahu adiknya. Setelah semua urusan Jevan di sekolah tuntas ia pun pulang ke rumah.
Namun, yang didapati Jevan di depannya tatkala ia membuka pintu sungguh menyayat
hatinya.

Melati terbujur lemas di lantai. Jevan pun langsung membawa Melati ke rumah sakit dengan
bantuan tetangganya. Sesampainya di rumah sakit Melati pun mendapat perawatan intensif
dari dokter dan perawat. Jevan menangis tanpa henti. Tetangga Jevan pun ikut menenangkan
Jevan.

Jevan tidak tahu harus bagaimana lagi kalau ia harus kehilangan sosok keluarga satu –
satunya yaitu adiknya Melati. Jevan mulai menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang
terjadi memang akhir – akhir ini sejak ia mengikuti pemilihan ketua osis ia disibukkan
dengan berbagai kegiatan baik di rumah maupun di sekolah. Ia juga sibuk mengajar mengaji
karena murid nya bertambah banyak dan bekerja menjaga toko alat tulis. Disebabkan hal
tersebut ia kurang memperhatikan adiknya akhir – akhir ini.

Setelah menunggu untuk waktu yang lama dokter pun keluar dari ruang rawat dimana melati
berada “Apakah anda anggota keluarga pasien yang di dalam ?” tanya dokter. “Iya, dokter
saya kakaknya. Adik saya kenapa ya dokter?” jawab Jevan. “Adik anda telah mengalami
kanker darah stadium akhir” balas sang dokter.

“ Apakah benar dokter ?” tanya Jevan. “Iya gejala – gejalanya sudah menunjukkan bahwa
adik anda terkena penyakit kanker stadium akhir” jelas sang dokter. Jevan pun segera berlari
masuk ke dalam ruang dimana adik kesayangannya melati dirawat. Ia menangis sejadi –
jadinya melihat adiknya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai alat
bantu.

Jevan tidak percaya bahwa Allah memberinya cobaan seperti ini. Namun, Jevan pun bangkit
dan berusaha menghadapi kenyataan dan cobaan yang diberikan oleh Allah ini. Dan malam
itu pun ia dan tetangganya mengurus segala administrasi rumah sakit. Tetangga Jevan yang
bernama pak Budi pun bersedia menanggung semua biaya rumah sakit.

Jevan baru mengetahui bahwasannya dulu ayahnya pernah sangat berjasa bagi pak Budi. Hari
demi hari pun ia lalui seperti biasa namun bedanya ia lebih banyak melakukan aktivitas di
rumah sakit. Menunggu adiknya yang sedang koma sejak sebulan lamanya. Jevan juga tidak
melupakan kewajibannya sebagai ketua osis di sekolah ia harus tetap bertanggung jawab atas
keputusannya untuk menjadi ketua osis.

Jevan pun terus berdoa agar adiknya diberi kesembuhan dan bisa tertawa bersama lagi dia
juga ingin melihat cita – cita adiknya terwujud. Namun, Allah berkehendak lain. Allah ingin
Melati menemui kedua orang tuanya terlebih dahulu. Pada saat itulah, Jevan sudah sangat
teramat putus asa ia tidak tahu harus bagaimana lagi ia menjalani hidup seorang diri.

Terlintas di pikiran Jevan untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi memori mengenai perkataan
yang pernah dikatakan oleh ibunya pada saat Jevan masih berumur 7 tahun pun entah
mengapa memberikan cahaya kepada hati Jevan yang saat itu diselimuti oleh awan yang
gelap. Perkataan ibunya lah yang membuat Jevan bangkit dan mempunyai semangat yang
hilang sejak kematian adik kesayangannya Melati. Ibunya berkata “Jevan ingat ini, ketika
kamu merasa sendirian dan ketika kamu merasa sangat lelah akan masalah hidup. Ingatlah
nak bahwa kita tidak sendirian dan kita masih punya Allah yang selalu bersama kita. Allah
tahu yang terbaik buat kamu nak.”.

Akhirnya pun Jevan terus menjalani kehidupannya sebagaimana mestinya. Setelah lulus dari
SMK dengan nilai yang sangat memuaskan Jevan dapat bekerja di suatu perusahaan yang
cukup ternama. Di perusahaan tempat ia bekerja juga menyediakan dana untuk Jevan
melanjutkan kuliah. Sungguh rencana Allah tidak ada yang tahu. Yang kita bisa lakukan
hanyalah berdoa memohon yang terbaik dan berusaha dengan cara yang baik. Dibalik semua
cobaan yang Allah berikan pasti tersimpan kebahagiaan pemberian Allah yang tidak akan
pernah kita duga sebelumnya. Dan terakhir kita harus selalu bersyukur atas pemberian Allah.
Biodata Penulis

NAMA AISA FADHILATUL ISTIQOMAH


TEMPAT dan TANGGAL LAHIR Sidoarjo, 18 April 2003
ALAMAT Desa Punggul RT 05 RW 02
AGAMA Islam
HOBI Menonton film dan mendengarkan musik
EMAIL aisafadhilatulistiqomah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai